b. Kerosene
Shell
International
Petroleum
Maatschappij
(SIPM)
sedangkan
pembangunannya dilakukan oleh kontraktor Fluor Eastern Inc. dan dibantu oleh
kontraktor-kontraktor dalam negeri. Selaku pengawas dalam pelaksanaan proyek
ini adalah Pertamina.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan NBM
(minyak dasar pelumas dan Asphalt). Oleh karena itulah bahan baku kilang ini
adalah minyak mentah dari Timur Tengah, yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang
kadar sulfurnya cukup tinggi (sekitar 1,5% berat).
Minyak mentah dengan kadar sulfur yang cukup tinggi dibutuhkan dalam
pembuatan minyak dasar pelumas karena sulfur dapat berperan sebagai agen
antioksidan alami dalam pelumas tetapi kadar sulfurnya juga tidak boleh terlalu
tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada tembaga. Sementara sulfur dalam
Asphalt dapat meningkatkan ketahanan Asphalt terhadap deformasi dan cuaca
yang berubah-ubah. Sekarang bahan baku kilang ini bukan hanya ALC melainkan
juga Iranian Light Crude (ILC) yang kadar sulfurnya 1% berat dan Basrah Light
Crude (BLC).
Kilang ini dirancang dengan kapasitas produksi 100.000 barrel/hari tetapi
karena meningkatnya kebutuhan konsumen kapasitas kilang ini ditingkatkan
menjadi 118.000 barrel/hari melalui Debottlenecking Project pada tahun
1998/1999. Unit Area Kilang Minyak I meliputi:
Fuel Oil Complex I (FOC I) yang memproduksi BBM
Lube Oil Complex I (LOC I) yang memproduksi bahan dasar
air pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil).
Offsite Facilities, yaitu sebagai fasilitas penunjang yang terdiri dari
tangki- tangki storage, flare system, utility dan environment system.
terus meningkat. Area Fuel Oil Complex II di kilang ini dirancang oleh Universal
Oil Product (UOP) sedangkan Area Lube Oil Complex II dan III dirancang oleh
Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), dan offsite facilities oleh
Fluor Eastern Inc. Kontraktor utama untuk pembangunan kilang ini adalah Fluor
Eastern Inc. dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor dalam negeri.
Pada awalnya, kilang minyak kedua ini dirancang untuk mengolah minyak
mentah dalam negeri karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri diolah di
kilang minyak luar negeri kemudian baru masuk kembali ke Indonesia dalam
bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien. Kilang ini mengolah
minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah daripada minyak
mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah domestik yang diolah merupakan
campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar 26 sulfurnya 0,1%/berat) dan 20%
Attaka Crude. Tetapi saat ini, bahan baku yang diolah di kilang minyak kedua ini
adalah minyak cocktail yang merupakan campuran dari minyak mentah dalam dan
luar negeri.
Kilang ini diproyeksikan menghasilkan produk BBM, namun juga
menghasilkan produk Non BBM antara lain : LPG, Base Oil, Minarex, Slack Wax,
naptha, dan aspal. Pada awalnya, kilang ini memiliki kapasitas sebesar 200.000
barrel/hari. Kemudian pada tahun 1996 bersamaan dengan kilang minyak pertama,
kapasitasnya
ditingkatkan
menjadi
230.000
barrel/hari
melalui
proyek