LP Hipertensi
LP Hipertensi
HIPERTENSI
1. Definisi
The Joint National Community on Prevention, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International
Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah
seseorang yang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih (Brunner and Suddarth,2002). Pasien juga dikatakan hipertensi
apabila sedang memakai obat anti hipertensi (Mansjoer,2000).
2. Etiologi
a. Hipertensi Primer (esensial)
Lebih dari 90% pasien hipertensi merupakan hipertensi esensial, yang tidak
diketahui penyebab aslinya yang dapat mempengaruhi regulasi tekanan darah.
Kemungkinan karena volume darah yang dipompa jantung meningkat, yang
mengakibatkan bertambahnya volume darah di pembuluh arteri. Hipertensi esensial
adalah istilah yang menunjukkan bahwa hipertensi yang terjadi tidak diketahui
penyebabnya. Walaupun begitu, pada kebanyakan pasien dengan hipertensi
esensial ini terdapat kecenderungan herediter yang kuat.
Riwayat keluarga hipertensi meningkatkan kemungkinan bahwa seorang
individu akan mengalami hipertensi. Faktor keturunan bersifat poligenik yang terlihat
dari adanya riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Jika salah satu atau
kedua orangtua mengidap hipertensi, maka kemungkinan anaknya juga terkena
hipertensi. Faktor predisposisi genetik dapat berupa sensitivitas terhadap natrium,
kepekaan
terhadap
stress,
peningkatan
reaktivitas
vascular
(terhadap
tipe ini tidak terjadi kenaikan terhadap volume darah maupun curah jantung, tetapi
yang meningkat adalah tahanan perifer total.
Kenaikan awal tekanan arteri pada kasus hipertensi ini disebabkan oleh
mekanisme vasokonstriksi renin-angiotensin. Akibat sedikitnya aliran darah yang
melalui ginjal sesudah penurunan tekanan arteri renalis yang berlangsung akut,
ginjal tersebut akan menyekresi banyak renin. Hal
terbentuknya
angiotensin
dalam
darah.
Angiotensin
ini mengakibatkan
ini
kemudian
akan
waktu
5-7
hari
cairan
akan
meningkat
cukup
tinggi
sehingga
normal dari baroreseptor secara mendadak memiliki pengaruh yang sama pada
mekanisme pengaturan tekanan oleh saraf seperti pengurangan tekanan arteri
pada aorta dan arteri karotis secara mendadak. Akibatnya pusat vasomotor tibatiba menjadi sangat aktif dan tekanan arteri rata-rata meningkat, namun dalam
beberapa hari tekanan akan kembali normal. Oleh sebab itu, hipertensi
neurogenik termasuk hipertensi akut.
3. Hipertensi pada Toksemia Gravidarum
Selama masa kehamilan, banyak ibu yang mengalami hipertensi. Hal ini
merupakan manifestasi dari sindrom toksemia gravidarum. Prinsip patoligis yang
menyebabkan hipertensi ini diduga akibat penebalan membran glomerulus
(mungkin terjadi karena proses autoimun), yang mengurangi kecepatan filtrasi
aliran dari glomerulus kedalam tubulus ginjal. Dengan alasan yang jelas,
tekanan arteri yang diperlukan untuk menyebabkan pembentukan urin normal
akan ditingkatkan. Selain itu, nilai tekanan arteri jangka panjang juga meningkat.
Pasien-pasien ini cenderung menderita hipertensi karena konsumsi garam
berlebih.
4. Hipertensi Akibat Aldosteronisme Primer
Merupakan tipe lain dari hipertensi beban-volume yang disebabkan oleh
aldosteron dalam tubuh berlebih atau kelebihan jenis steroid yang lain. Sebuah
tumor kecil yang terdapat pada salah satu kelenjar adrenal yang terkadang
menyekresikan banyak sekali aldosteron disebut sebagai Aldosteronisme
Primer. Aldosteron memiliki efek dapat meningkatkan kecepatan reabsorbsi
garam dan air oleh tubulus ginjal sehingga akan mengurangi hilangnya garam
dan air dalam urin namun menaikkan volume cairan ekstraseluler, akibatnya
terjadi hipertensi. Bila keadaan ini diteruskan, maka kelebihan aldosteron
tersebut akan menyebabkan perubahan patologis pada ginjal sehingga
mengakibatkan ginjal menahan garam dan air lebih banyak lagi disamping yang
disebabkan oleh aldosteron tersebut. Oleh karena itu, akhirnya hipertensi sering
menjadi parah.
3. Klasifikasi
The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan
darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih
(Mansjoer,2000).
Kategori
Optimal
Normal
Normal tinggi
Hipertensi Derajat I
Hipertensi Derajat II
Hipertensi Derajat III
Sistolik (mmHg)
< 120
< 130
130-139
140-159
160-179
180
dan
dan
atau
atau
atau
atau
Diastolik (mmHg)
< 80
< 85
85-89
90-99
100-109
110
estrogen,
penyakit
ginjal,
hipertensi
vascular
renal,
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Lemah, kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual
Muntah
Epistaksis
Penurunan kesadaran
6. Pemeriksaan Diagnostik
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit.
Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak
dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah
diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk
meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya
tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.
Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama
pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata)
merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya
efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa
perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam
pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina,
digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati),
maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.
Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut
kadar
kalium
dalam
darah
bisa
membantu
menemukan
adanya
hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa
membantu menemukan adanya koartasio aorta (Medicastore, 2009).
7. Penatalaksanaan Medis
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup
penderita. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas ideal. Merubah pola makan pada penderita
diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam
sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali serta berhenti merokok
(Medicastore, 2009).
Pemberian Obat-Obatan:
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk
mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah serta menyebabkan hilangnya
kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat
penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada:
lanjut usia
kegemukan
converting
enzyme
inhibitor
(ACE-inhibitor)
menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan
kepada:
usia muda
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
menahun atau penyakit ginjal diabetik
pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
lanjut usia
golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi
lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang
menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan
tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah):
diazoxide
nitroprusside
nitroglycerin
labetalol.
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan
bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga
pemberiannya harus diawasi secara ketat.
Pengelolaan Hipertensi Sekunder
Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya. Mengatasi
penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling
tidak menurunkan tekanan darah. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan
memasukkan selang yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan
balon tersebut. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi
bypass). Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya
diangkat melalui pembedahan (Medicastore, 2009).
8. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral