Anda di halaman 1dari 37

THT.

Telinga, Hidung & Tenggorokan


DEFINISI
Lokasi dan fungsi dari telinga, hidung dan tenggorokan berhubungan erat.
Kelainan pada organ-organ tersebut didiagnosis dan diobati oleh dokter spesialis yang disebut
otolaringologis.
TELINGA
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar,
telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian
dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan saluran telinga (meatus auditorius
eksternus).
Telinga luar merupakan tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi
juga lentur.
Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga.
Gendang telinga adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga luar.
Telinga Tengah
Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah ruang kecil berisi udara
yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam.
# Ketiga tulang tersebut adalah: Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
# Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
# Stapes (melekat pda jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam).
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan
dihantarkan ke jendela oval.
Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil:
# Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel)
# Otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan
jendela oval.

Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang dihantarkan.
Respon ini disebut refleks akustik, yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari
kerusakan karena suara.
Tuba eustakius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah dengan hidung bagian
belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga tengah.
Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara yang
sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan
kenyamanan.
Telinga Dalam
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terjdiri dari 2 bagian utama:
# Koklea (organ pendengaran)
# Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan).
Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari cairan
kental dan organ Corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut
yang mengarah ke dalam cairan tersebut.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di
telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang
saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak.
Walaupun ada perlindungan dari refleks akustik, tetapi suara yang gaduh bisa menyebabkan
kerusakan pada sel rambut.
Jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh kembali.
Jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa terjadi kerusakan sel rambut yang
progresif dan berkurangnya pendengaran.
Kanalis semisirkuler merupakan 3 saluran yang berisi cairan, yang berfungsi membantu menjaga
keseimbangan.
Setiap gerakan kepala menyebabkan ciaran di dalam saluran bergerak.
Gerakan cairan di salah satu saluran bisa lebih besar dari gerakan cairan di saluran lainnya; hal
ini tergantung kepada arah pergerakan kepala.

Saluran ini juga mengandung sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan.
Sel rambut ini memprakarsai gelombang saraf yang menyampaikan pesan ke otak, ke arah mana
kepala bergerak, sehingga keseimbangan bisa dipertahankan.
Jika terjadi infeksi pada kanalis semisirkuler, (seperti yang terjadi pada infeksi telinga tengah
atau flu) maka bisa timbul vertigo (perasaan berputar).

HIDUNG
Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paruparu.
Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya
sinus paranasalis dan saluran air mata.
Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah terdiri dari tulang rawan
(kartilago).
Di dalam hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh septum, yang
membentang dari lubang hidung sampai ke tenggorokan bagian belakang.

Tulang yang disebut konka nasalis menonjol ke dalam rongga hidung, membentuk sejumlah
lipatan.
Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah permukaan yang dilalui udara.
Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir dan pembuluh darah.
Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh darah memungkinkan hidung menghangatkan dan
melembabkan udara yang masuk dengan segera.
Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti
rambut (silia).
Biasanya kotoran yang masuk ke hidung ditangkap oleh lendir, lalu disapu oleh silia ke arah
lobang hidung atau ke tenggorokan. Cara ini membantu membersihkan udara sebelum masuk ke
dalam paru-paru.
Bersin secara otomatis membersihkan saluran hidung sebagai respon terhadap iritasi, sedangkan
batuk membersihkan paru-paru.
Sel-sel penghidu terdapat di rongga hidung bagian atas.
Sel-sel ini memiliki silia yang mengarah ke bawah (ke rongga hidung) dan serat saraf yang
mengarah ke atas (ke bulbus olfaktorius, yang merupakan penonjolan pada setiap saraf
olfaktorius/saraf penghidu).
Saraf olfaktorius langsung mengarah ke otak.
SINUS PARANASALIS
Tulang di sekitar hidung terdiri dari sinus paranasalis, yang merupakan ruang berrongga dengan
lubang yang mengarah ke rongga hidung.
Terdapat 4 kelompok sinus paranasalis:
# Sinus maksilaris
# Sinus etmoidalis
# Sinus frontalis
# Sinus sfenoidalis.
Dengan adanya sinus ini maka:
- berat dari tulang wajah menjadi berkurang
- kekuatan dan bentuk tulang terpelihara
- resonansi suara bertambah.
Sinus dilapisi oleh selapus lendir yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia.
Partikel kotoran yang masuk ditangkap oleh lendir lalu disapu oleh silia ke rongga hidung.
Pengaliran dari sinus bisa tersumbat, sehingga sinus sangat peka terhadap ifneksi dan peradangan
(sinusitis).

Tenggorokan (faring) terletak di belakang mulut, di bawah rongga hidung dan diatas
kerongkongan dan tabung udara (trakea).
Tenggorokan terbagi lagi menjadi:
- nasofaring (bagian atas)
- orofaring (bagian tengah)
- hipofaring (bagian bawah.
Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat
jalannya udara ke paru-paru.
Tenggorokan dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia.
Kotoran yang masuk ditangkap oleh lendir dan disapu oleh silia ke arah kerongkongan lalu
ditelan.
Tonsil (amandel) terletak di mulut bagian belakang, sedangkan adenoid terletak di rongga hidung
bagian belakang.
Tonsil dan adenoid terdiri dari jaringan getah bening dan membantu melawan infeksi.
Ukuran terbesar ditemukan pada masa kanak-kanak dan secara perlahan akan menciut.
Pada puncak trakea terdapat kotak suara (laring), yang mengandung pita suara dan berfungsi
menghasilkan suara.
Jika mengendur, maka pita suara membentuk lubang berbentuk huruf V sehingga udara bisa
lewat dengan bebas.
Jika mengkerut, pita suara akan bergetar, menghasilkan suara yang bisa dirubah oleh lidah,
hidung dan mulut sehingga terjadilah percakapan.
Epiglotis merupakan suatu lembaran yang terutama terdiri dari kartilago dan terletak di atas serta
di depan laring.
Selama menelan, epiglotis menutup untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke dalam
trakea.

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang
dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang
terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang
keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringologyhead and neck nursing).
Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke
sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah
kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa
padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara
di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi

oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan
fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah
ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot
palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer.
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan
VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea
dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior,
superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di
dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam
cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus,
dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang
cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe
dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam
kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris
yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi
kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis
auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan
nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi
nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis
auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus
mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada
populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif),
mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai
keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak,
tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah

satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.
pusing
sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan
jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien,
penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh pasien.
Vertigo
didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang
dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau
merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te
disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).
Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler.
Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan
karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.
Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan
pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke
koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk
akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan
amplitudo bunyi.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan
membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi
bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi
berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh,
jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada
membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai
sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila
ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi
merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan
menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel
rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel
yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada
dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan
membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak
seperti gelombang
. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah
koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke
korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan
tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui
tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi
udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau
terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan
hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.
Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Kehilangan konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga
tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien
suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
kehilangan sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan
sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan
pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik
konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang.
Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan
dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai
manifestasi gangguan emosional.
Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan pendengaran.
Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu
dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.
Pendekatan Psikososial
Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan
berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri
sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat
ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena
ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara burung berkicau, atau
kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang
tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita

kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang
lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya
secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi
orang yang berkomunikasi dengan mereka yang pertama kali mengenali adanya gangguan tersebut.
Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh
karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang
menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya diri bila
mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri biasanya akan
menanyakan kepada orang yang diajaknya berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika
melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat
bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi
oleh sikap dan perilaku orang tersebut.
Pendekatan Gerontologik
Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke
defisit pendengaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila serumen cenderung
menjadi lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah
dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada
terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan
suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah
presbikusis dipakai untuk menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namu
presbikusis merupakan diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus
dah disingkirkan.
Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan
mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65

tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran.
Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres,
dan keturunan tidak konsisten.

Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang
terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),
Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan
ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin
untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.
Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan
kehilangan pendengaran sensorineural.
Gejala Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan

kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara,
baik kekerasan maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa
disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl
mudah tersinggung.
Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu
rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran
menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada
kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginglnkan
untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.
Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan
untuk membuat keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang
dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan
yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat
mandengarkan
Kabanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun
kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan
kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran
Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan,
mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la
tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan.
(Seizin Maico Hearing Instruments.)
Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai salah
satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita
setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya
kerusakan fisik dan psikologis.
Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi

pembuluh darah perifer,


peningkatan tekanan darah dan
kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),
dan peningkatan aktivitas gastrointestinal
Mekanisme yang paling sering adalah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan.
Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi
oleh kebisingan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pendengaran yang terjadi setelah
pemajanan jangka lama terhadap kebisingan keras {mis. mesin-mesin berat, motor dan
persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada kehilangan pendengaran akibat
pemajanan tunggal terhadap kebisingan yang sangat intens, seperti ledakan. Biasanya
kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz),
meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan pendengaran dapat menjadi
lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya
Pengkajian Kemampuan Mendengar
Pemeriksaan Telinga .
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah
dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic
Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus
dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di
belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di
kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus
kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana
timpani.
Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke
lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang
dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke
bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi

selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan
nyeri.
GAMBAR 57-2. Teknik untuk menggunakan otoskop.

Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo,
manubrium mallei, dan prosesus brevis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus
dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut
cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis
eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat
diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.
Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal
dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa
mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama
dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi
daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satusatunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas
terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara,
sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral.
Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah
menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor,
yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen
diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:

(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin
keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya),
dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri
dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang
dinamakan audiogram.

Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus
perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwensi dari
20 sampai 20.000Hz.
500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang
dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada
dengan
frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas
suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran
diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah
dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara yang biasa

termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan
rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i
80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak
telinga dala Timpanogram atau audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap
stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga
yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)
Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris
yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang
otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran
karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku.
Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak,
diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan
tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur
syaraf,
seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial
elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang
dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan
telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula perilimfe.
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di
kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda
transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk
persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji
dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial
elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan,
posisional atau kaloris. Digunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan
interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas
dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian
gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis
lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan
dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang,
antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum
pengujian.
ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius
internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji
integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran
respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform),
dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar
bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat
membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan
kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat
desibel di mana suara masih terdengar.

pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang
terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi berputar,
mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai
respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat
mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien
sama dengan yang diperlukan pada EN
Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran
Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran
yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan
dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal
ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian
mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan
memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin
disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut
mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu
anda mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.
Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat
membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa
sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan
cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda
dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum
meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang
tersebut menggunakan petunjuk konteks-tual dalam membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda
berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan
untuk meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya memakai masker) dan anda
wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus
menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar

Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus
kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat
ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga
disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya
akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang
mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang
bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi,
menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen
terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma
terhadap kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
Penatalaksanaan.
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat
perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi lembut
kan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni
Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai
bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis.
Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den perforasi
membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka harus digunakan tekanan
serdah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air
dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga tengah dapat
mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi
sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah dapat juga meningkatkan risiko infeksi.
Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksterna: na (osteomielitis tulang temporal)
pada manula pende diabetes. Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus
digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak purna,
maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien
yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak
mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum
pengangkatan. Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex
juga tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis.
Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya sudah
mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila impaksi serumen tak dapat
dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen
khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk
pembesaran.Benda Asing

Otitis Eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga.
Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius
eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke
jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga
normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau
organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphylococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga
normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh
dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap
semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan
dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.
Manifestasi Klinis.
Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan aural
(biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam, selulitis, dan
limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan
penuh. Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak eritema dan edema. Cairan berwarna
taming atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti
rambut.
Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketldaknyamanan, mengurangi
pembeng-kakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat resep
analgetik selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus meng-alami
edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga kanalis tetap terbuka sehingga cairan obat (mis.
larutan Burow, sediaan antibiotika telinga) dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan
dengan penetes dengan suhu ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan
kortikosteroid untuk melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam,
maka perlu diberikan antibiotika sistemik. Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.
Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus menggunakan
lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan air ke dalam telinga ketika
mencuci rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (seperti
vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah
infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis

Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga bagian
dalam.

Gambar 3.1 Anatomi telinga manusia

a. Telinga luar (outer ear)

Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga dan saluran telinga. Rangka daun telinga ini terdiri
dari tulang rawan elastis yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara menuju saluran
telinga luar. Panjang saluran telinga luar ini 2,5 cm. Saluran ini memiliki sejenis kelenjar

sebaceae (sejenis minyak) yang menghasilkan kotoran teling (cerumen). Cerumen dan rambut
telinga ini dapat mencegah masuknya benda asing ke dalam telinga.

b. Telinga tengah (middle ear)

Telinga bagian tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani (gendang telinga) yang
didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri atas tulang-tulang pendengaran yang
terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan) dan stapes (sanggurdi). Pada bagian telinga tengah
ini juga terdapat saluran eustacius yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan faring.
Antara telinga bagian dalam dan telinga bagian tengah dibatasi oleh tingkap oval (fenestra ovalis)
dan tingkap bulat (venestra rotundra).

c. Telinga dalam (inner ear)

Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas koklea (rumah siput) dan
organ keseimbangan yang terdiri atas kanalis semi sirkularis, sakulus dan ultrikulus.Koklea ini
terdiri atas dua ruangan atau saluran, canal vestibulat bagian atas dan canal timpanik pada bagian
bawah. Kedua ruangan tersebut berisikan cairan perilimfe dan dibatasi oleh duktus koklea.
Sedangkan duktus koklea berisikan cairan endolimfe. Pada bagain dasar duktus koklea ini lah
terdapat reseptor pendengaran yang disebut dengan organ corti.

Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test


LATAR BELAKANG
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di
lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran molekul yang
terjadi berselang seling mengenai memberan timpani. Plot gerakan-gerakan ini
sebagai perubahan tekanan di memberan timpani persatuan waktu adalah
satuan gelombang, dan gerakan semacam itu dalam lingukangan secara umum
disebut gelombang suara.
Secara umum kekerasan suara berkaitan dengan amplitudo gelombang
suara dan nada berkaitan dengan prekuensi (jumlah gelombang persatuan
waktu). Semakin besar suara semakin besar amplitudo, semakin tinggi frekuensi
dan semakin tinggi nada. Namun nada juga ditentukan oleh factor - faktor lain
yang belum sepenuhnya dipahami selain frekuensi dan frekuensi mempengaruhi
kekerasan,

karena

ambang

pendengaran

lebih

rendah

pada

frekuensi

dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang suara memiliki pola berulang,


walaupun masing - masing gelombang bersifat kompleks, didengar sebagai
suara musik, getaran apriodik yang tidak berulang menyebabakan sensasi
bising. Sebagian dari suara musik bersala dari gelombang dan frekuensi primer
yang

menentukan

suara

ditambah

sejumla

getaran

harmonik

yang

menyebabkan suara memiliki timbre yang khas. Variasi timbre mempengaruhi


mengetahhi suara berbagai alat musik walaupun alat tersebut memberikan nada
yang sama. (William F.Gannong, 1998)

Telah diketahui bahwa adanya suatu suara akan menurunkan kemampuan


seseorang mendengar suara lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking
(penyamaran). Fenomena ini diperkirakan disebabkan oleh refrakter relative
atau absolute pada reseptor dan urat saraf pada saraf audiotik yang sebelumnya
teransang oleh ransangan lain. Tingkat suatu suara menutupi suara lain
berkaitan dengan nadanya. Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap suara,
Efek penyamaran suara lata akan meningkatan ambang pendengaran dengan
besar yang tertentu dan dapat diukir.
Penyaluran suara prosesnya adalah telinga mengubah gelombang suara di
lingkungan eksternal menjadi potensi aksi di saraf pendengaran Gelombang
diubah oleh gendang telinga dan tulang-tulang pendengaran menjadi gerakangerakan lempeng kaki stapes. Gerakan ini menimbulkan gelombang dalam
cairan telinga dalam. Efek gelombang pada organ Corti menimbulkan potensial
aksidi serat-serat saraf. (William F.Gannom,1998)
<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Anatomi system pendengaran (Telinga)
Merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.Terdiri dari telinga luar,
tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang
bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara
paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan
menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap
bagian-bagian telinga yang berbeda.
Telinga mempunyai resptor bagi 2 modalitas reseptor sensorik :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pendengaran (N. Coclearis)
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
<!--[if !supportLists]-->Telinga luar
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Meatus Acusticus Eksternus
Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Canalis Auditorius Eksternus
Meneruskan suara ke memberan timpani
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Membran timpani
Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang
mekanik

Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius,
yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi
dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap. Setelah
sampai pada gendang telinga, gelombang suara akan menyebabkan
bergetarnya gendang telinga, lalu dengan perlahan disalurkan pada
rangkaian

tulang-tulang

pendengaran.

Tulang-tulang

yang

saling

berhubungan ini - sering disebut " martil, landasan, dan sanggurdi"secara mekanik menghubungkan gendang telinga dengan "tingkap
lonjong" di telinga dalam. Pergerakan dari oval window (tingkap lonjong)
menyalurkan tekanan gelombang dari bunyi kedalam telinga dalam.
Telinga tengah terdiri dari :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso faringuntuk :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Proteksi: melindungi ndari
kuman
<!--[if !supportLists]-->

<!--[endif]-->Drainase:

mengeluarkan

cairan.
<!--[if !supportLists]-->

<!--[endif]-->Aerufungsi:

menyamakan

tekanan luar dan dalam.


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Tuba pendengaran (maleus, inkus,
dan stapes)
Memperkuat

gerakan

mekanik

dan

memberan

timpani

untuk

diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada


skala vestibule akan berkembang.
<!--[if !supportLists]-->Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Koklea
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Skala vestibule: mengandung
perlimfe
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Skala media: mengandung
endolimfe

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Skala timani: mengandung


perlimfe
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Organo corti
Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor pendengaran
di memberan basilaris.
Telinga dalam dipenuhi oleh cairan dan terdiri dari "cochlea"
berbentuk spiral yang disebut rumah siput. Sepanjang jalur rumah siput
terdiri dari 20.000 sel-sel rambut yang mengubah getaran suara menjadi
getaran-getaran saraf yang akan dikirim ke otak. Di otak getaran tersebut
akan di intrepertasi sebagai makna suatu bunyi. Hampir 90% kasus
gangguan pendengaran disebabkan oleh rusak atau lemahnya sel-sel
rambut telinga dalam secara perlahan. Hal ini dikarenakan pertambahan
usia atau terpapar bising yang keras secara terus menerus. Gangguan
pendengaran yang diseperti ini biasa disebut dengan sensorineural atau
perseptif. Hal ini dikarenakan otak tidak dapat menerima semua suara dan
frekuensi yang diperlukan untuk - sebagai contoh mengerti percakapan.
Efeknya hampir selalu sama, menjadi lebih sulit membedakan atau
memilah pembicaraan pada kondisi bising. Suara-suara nada tinggi
tertentu seperti kicauan burung menghilang bersamaan, orang-orang
terlihat hanya seperti berguman dan anda sering meminta mereka untuk
mengulangi apa yang mereka katakan. Hal ini dikarenakan otak tidak
dapat menerima semua suara dan frekuensi yang diperlukan untuk
sebagai contoh mengerti percakapan. Contoh kecil seperti menghilangkan
semua nada tinggi pada piano dan meminta seseorang untuk memainkan
sebuah melodi yang terkenal. Dengan hanya 6 atau 7 nada yang salah,
melodi akan sulit untuk dikenali dan suaranya tidak benar secara
keseluruhan. Sekali sel-sel rambut telinga dalam mengalami kerusakan,
tidak ada cara apapun yang dapat memperbaikinya. Sebuah alat bantu
dengar akan dapat membantu menambah kemampuan mendengar anda.
Andapun dapat membantu untuk menjaga agar selanjutnya tidak menjadi
lebih buruk dari keadaan saat ini dengan menghindari sering terpapar
oleh bising yang keras.
<!--[if !supportLists]-->Keseimbangan (N. Vestibularis)
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Canalis Semisirkularis

Canalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselarisasi anguler atau


rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,
berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap tiap telinga memiliki tiga
kanalis semesirkularis yang tegak lurus satu sama lain.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Utrikulus
Utrikulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambutrambut pada
sel rambut asertif di organ ini menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa
di atasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta
menimbulkan perubahan potensial di sel rambut.
Sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linear
horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus
yang berjalan konstan.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Sacculus
Sacculus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Sacculus memiliki fungsi
serupa dengan utrikulus, kecuali dia berespons secara selektif terhadap
kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal (misalnya bangun dari
tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi loner vertical
(misalnya melompat atau berada dalam elevator).
<!--[if !supportLists]-->Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan
mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian
getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan
basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga
tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion
Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian
neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat
yang ada di lobus temporalis.
<!--[if !supportLists]-->Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tuli konduktif
Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Kelainan telingna

luar

yang

menyebabkan tuli konduktif adalah astresia liang telinga, sumbatan oleh


serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma liang teling.

<!--[if

!supportLists]-->b.

<!--[endif]-->Kelainan

telinga

tengah

yang

menyebabkan tuli konduktif adalah tubakar/sumbatan tuba eustachius,


dan dislokasi tulang pensdengaaran.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada
sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan
atau kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi
kelainan pada :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Organo corti
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pusat pendengaran otak
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna
sehingga infeksi skunder (tuli persepsi juga).
<!--[if !supportLists]-->Kekurangan Pendengaran
Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan dimana
seorang kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan yang
didengar untuk mendiagnosis kurang pendengaran. Sebagi dokter umum
cukuplah memperhatikan keempat aspek penting berikuta ini :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Penentuan pada penderita apakah ada
kurang pendengaran atau tidak.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Jenis kurang pendengaran
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Derajat kurang pendengaran
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menentukan penyebab kurang
pendengaran
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Penentuan pada penderita apakah
ada KP atau tidak
Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting
yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon manusia
terhadap suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur
pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun
respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda tergantung
umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau
percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya
aspek diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam
makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6
tahun keatas dan dewasa.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Jenis KP
Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->KP jenis hantaran


Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau
telinga tengah.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->KP jenis sensorineural
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea
dan N.VIII)
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->KP jenis campuran
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga
dalam.
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->KP jenis sentral
Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius
dibatang otak sampai dengan korteks otak.
<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->KP jenis fungsional
Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organic
pada system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan
berdadasarkan adanya masalah psikologis atau omosional.
Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih terbatasnya
pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut, disamping masih
belum

banyak

dikenal

teknik

uji

pendengaran

yang

dapat

dimanfaatkan untuk bahan diagnostik, maka pada makalah ini akan


dibatasi pada diagnosis KP jenis hantaran sensorineural dan campuran
saja.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Menentukan penyebab KP
Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara
kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Anamnesis yang luas dan cermat
tentang riwayat terjadinya KP tersebut
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Pemeriksaan umum dan khusus
(telinga, hidung dan tenggorokan ) yang teliti.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Pemeriksaan

penunjang

(bila

diperlukan seperti foto laboratorium)


Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi
pendengaran penderita, yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tes bisik
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Tes bisik modifikasi
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Tes garputala
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Pemeriksaan audiometri
<!--[if !supportLists]-->Tes Fungsi Pendengaran

Pemeriksaan audiometri

Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini


menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon. Pada
sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah
grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan
pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada
yang paling terpengaruh.
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan
untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan
gangguan pendengaran.
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level
pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut
dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at
dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki
gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu
bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara,
audiologis

dan

pasien

yang

kooperatif.

Pemeriksaan

standar

yang

dilakukan adalah :
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Audiometri nada murni
Suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik
yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai
frekuensi

250-500,

1000-2000,

4000-8000

dan

dapat

diatur

intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan


melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang
diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman
pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat
intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran
tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran
audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan
berusia

sekitar

20-29

tahun

pendengaran untuk nada muri.

merupakan

nilai

ambang

baku

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran


frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling
penting untuk memahami percakapan sehari-hari.
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran
Kehilangan

Klasifikasi

dalam Desibel
0-15

Pendengaran normal

>15-25

Kehilangan pendengaran kecil

>25-40

Kehilangan pendengaran ringan

>40-55

Kehilangan pendengaran sedang

>55-70

Kehilangan

pendenngaran

sedang

sampai berat
>70-90

Kehilangan pendengaran berat

>90

Kehilangan pendengaran berat sekali


Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran

psien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi
yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal
grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara
dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator
(bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction
menggambarkan SNHL.
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah system uji pendengaran

yang

menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan


melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa
aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama
dengan

audiometri

nada

murni,

hanya

disni

sebagai

alat

uji

pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada


penderita.

Kata-kata

tersebut

dapat

dituturkan

langsung

oleh

pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri


tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang

diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada


piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan
disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan
dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang
didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan,
pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase
kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap
intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang
absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan
ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan
pendengaran yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a)

<!--[endif]-->Kemampuan

pendengaran

dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan


pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya
disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan desibel (dB).
<!--[if
!supportLists]-->b)

<!--[endif]-->Kemamuan

maksimal

perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem)


dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai
diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah
persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar,
sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda
dengan audiometri nada murni pada audiometri tutur intensitas
pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang
(NPT), tetapi juga jauh diatasnya.
Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar
kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi
gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan
tepat.
Kriteria orang tuli :
<!--[if
!supportLists]-->

<!--[endif]-->Ringan

masih

bisa

mendengar pada intensitas 20-40 dB


<!--[if
!supportLists]-->
<!--[endif]-->Sedang

masih

bisa

mendengar pada intensitas 40-60 dB

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Berat sudah tidak dapat


mendengar pada intensitas 60-80 dB
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Berat sekali tidak dapat
mendengar pada intensitas >80 dB
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi,
apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan
dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang
ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar.
Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap
harus pada ruang kedap

suara minimal sunyi. Karena kita

memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah,


kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada
audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan
konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad
pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak
mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa
diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan
audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok
atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga
(serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan
penyabab kurang pendengaran.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Manfaat audiometri
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Untuk kedokteran klinik, khususnya
penyakit telinga
<!--[if
!supportLists]-->2)

<!--[endif]-->Untuk

kedokteran

klinik

Kehakiman,tuntutan ganti rugi


<!--[if
!supportLists]-->3)
<!--[endif]-->Untuk

kedokteran

klinik

Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak


<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Tujuan
Ada empat tujuan (Davis, 1978) :
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Mediagnostik penyakit telinga
<!--[if
!supportLists]-->2)
<!--[endif]-->Mengukur
kemampuan
pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-hari, atau dengan
kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas dan pekerjaan,
apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan khusus, ganti
rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman dan asuransi).
<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Skrinig anak balita dan SD

<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Memonitor untuk pekerja-pekerja


dinetpat bising.
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran
tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Garputal 512 Hz kita bunyikan secara
lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid
pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak
mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus
akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat
mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Garpu tala 512 Hz kita bunyikan
secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus pada
planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus
akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada
dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif
jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras.
Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus
akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
<!--[if !supportLists]-->1) <!--[endif]-->Normal : tes rinne positif
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Tuli konduksi: tes rine negatif
(getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama)
<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Tuli persepsi,

terdapat

kemungkinan :
<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Bila pada posisi II penderita
masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Jika posisi II penderita raguragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Pseudo negatif: terjadi pada
penderita telinga kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari
pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan
garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan

kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak
planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa
ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala
di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah
berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus
eksternus.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran
tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu:
membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus
pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih
keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua
pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka
berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,
sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis
pada MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga
kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan
bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Bila pendengar mendengar lebih
keras pada sisi di sebelah kanan disebut lateralisai ke kanan, disebut
normal bila antara sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Pada lateralisai ke kanan terdapat
kemungkinannya:
<!--[if !supportLists]-->1)

<!--[endif]-->Tuli konduksi

sebelah kanan,

missal adanya ototis media disebelah kanan.


<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Tuli konduksi pada kedua telinga,
tetapi gangguannya pada telinga kanan ebih hebat.
<!--[if !supportLists]-->3) <!--[endif]-->Tuli persepsi sebelah kiri sebab
hantaran ke sebelah kiri terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
<!--[if !supportLists]-->4) <!--[endif]-->Tuli persepsi pada kedua teling,
tetapi sebelah kiri lebih hebaaaat dari pada sebelah kanan.
<!--[if !supportLists]-->5) <!--[endif]-->Tuli persepsi telinga dan tuli
konduksi sebelah kana jarang terdapat.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Test Swabach

Tujuan :
Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus.
Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :
Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,
khususnya osteo temporale
Cara Kerja :
Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada
puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu
makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala
lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji
akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang
diketahui

normal

ketajaman

pendengarannya

(pembanding).

Bagi

pembanding dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau


tidak mendengar suara.

Diposkan oleh neeya_koizora di 01:05


0 komentar:
Poskan Komentar

Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai