Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang lebih dari
tiga kali sehari, diare juga dapat mengalami perubahan jumlah dan konsistensi
feses cair (Diyono & Mulyanti, 2013). Menurut muslimah (2010) diare
merupakan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari
tiga kali sehari dengan konsisten tinja yang encer dengan atau tanpa disertai
darah maupun lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau usus.
Kematian pada anak dinegara berkembang terjadi dengan perkiraan
1,3 milyar dan 3,2 juta pertahun. Secara keseluruhan anak-anak ini
mengalami rata-rata 3,3 diare per tahun, tetapi dibeberapa tempat dapat lebih
dari 9 juta pertahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Diare infeksi pada anak di Afrika
terserang 7 kali setiap tahunnya di banding di Negara berkembang lainnya
(Medicastore, 2009).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Negara Indonesia. Pada tahun 2000 IR (Insiden Rate) penyakit diare dari
1000 pnduduk terdapat 301 , tahun 2003 terdapat 374, tahun 2006 terdapat
423 dan tahun 2010 naik menjadi 411 kasus. Kejadian luar biasa (KLB) diare
juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih
tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74%), sedangkan ditahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%)
(Kemenkes RI, 2011).
Angka kejadian diare di Sumatera Selatan pada tahun 2013 tercatat
masih tinggi, jumlah penderita diare terdapat 51.226 jumlah kasus dari
1.502.510 penduduk. (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan, 2015).

Pada Puskesmas Pembina Plaju Palembang angka kejadian diare


cenderung mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2013 dari 28.516
penduduk, jumlah penderita diare sebanyak 657 kasus, pada tahun 2014
sebanyak 693 kasus dan tahun 2015 sebanyak 1.078 kasus. Jadi, dari tahun
2013 sampai 2015 jumlah kasus kejadian diare mengalami peningkatan
sebesar 421 kasus (DinKes Provinsi Sumatra Selatan, 2015).
Departemen Kesehatan pada tahun 2009 memperkenalkan program
peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di sekolah dapat diterapkan atau diberikan dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan usaha
untuk menyiapkan siswa agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras,
seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial dan lingkungan melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan yang diperlukan bagi perannya saat ini
maupun di masa yang akan datang (DepKes RI, 2009).
Adapun indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah
yaitu mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun,
mengkonsumsi jajanan yang sehat dikantin sekolah, menggunakan jamban
yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, tidak merokok
disekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
membuang sampah pada tempatnya (KemenKes RI, 2011).
Salah satu perilaku hidup sehat yang dilakukan anak sekolah
diantaranya adalah mencuci tangan dengan sabun. Perilaku cuci tangan ini
pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil, tidak
hanya orang tua dirumah, bahkan menjadi salah satu kegiatan rutin yang
diajarkan para guru di taman kanak-kanak sampai dengan Sekolah Dasar.
Kenyataannya perilaku hidup sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita
dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya (Fitriani, 2011).
Program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) bagi anak bertujuan
menambah kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap
kesehatan.

Tujuan

dari

pendidikan

kesehatan

adalah

memberikan

pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, dan membentuk kebiasaan


hidup sehat (Fitriani, 2011).

Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit. Tangan yang


kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari
tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu kebersihan tangan
dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal
tersebut sering disepelekan. Pencucian dengan sabun sebagai pembersih,
penggosokan, dan pembilasan dengan air mengalir dan menghanyutkan
partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme ( Sari, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian (Rompas, dkk 2013)menunjukkan bahwa
ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare
pada anak usia sekolah di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran. Hasil dari
penelitian tersebut adalah cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk
mencegah penyakit termasuk diare.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Maret
2016 di SDN 102 Palembang dengan melakukan wawancara terhadap 12
orang anak. Hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa dari 12 anak
7 diantaranya masih mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan
dari hasil observasi dari 12 anak 8 diantaranya tidak melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah mereka makan jajan (SDN 102 Palembang, 2016). Dari
data diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan
pakai sabun dengan kejadian diare di SDN 102 Palembang tahun 2016.

B. Rumusan Masalah
Dari data yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan dalam penelitian ini
adalah Belum diketahuinya Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan pakai sabun
dengan kejadian Diare pada Anak di SD 102 Palembang Tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare pada anak di SDN 102 Palembang Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kebiasaan cuci tangan pakai
sabun pada anak di SDN 102 Palembang Tahun 2016.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian diare pada anak di SDN


102 palembang Tahun 2016.
c. Diketahuinya hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di SDN
102 Palembang Tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi SD 102 Palembang
Kepada pihak sekolah agar dapat memperbanyak tempat cuci
tangan dengan menggunakan air mengalir, memberikan fasilitas sabun
untuk menuci tangan disetiap kelas dan dikantin harus juga menyediakan
tempat cuci tangan agar siswa sebelum jajan terlebih dahulu mencuci
tangan.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Kepada pihak Dosen pengajar agar personal hygiene (Cuci Tangan
Pakai Sabun) di masukkan dalam silabus mata kuliah ilmu keperawatan
dasar dan hasil penelitian ini dapat masuk pada mata kuliah keperawatan
dasar, terkait pentingnya cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
pada anak.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian dibidang keperawatan khususnya mengenai personal hygiene
(Cuci Tangan Pakai Sabun).

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk dalam bidang keperawatan dasar merupakan
pendekatan kuantitatif pada tingkat Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan pakai
Sabun dengan Kejadian Diare di SD 102 Palembang. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 22 April - 23 April 2016. Jenis penelitian ini
adalah cross sectional, instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner
yang di adopsi dan di ambil dari penelitian Sari (2012).

F. Keaslian Penelitian

Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
NO

Peneliti

Judul

1.

Purwandari,

Hubungan

dkk (2013)

perilaku

antara
mencuci

tangan

dengan

Sampel

Variabel

Hasil

Persamaan

Perbedaan

Anak

Variabel

Ada hubungan

-variabel

- Waktu

sekolah

independen

yang

mencuci

- Tempat

(perilaku

signifikan

tangan

- Metode

dasar

di

insiden diare pada

Kabupaten

mencuci

antara perilaku

-variabel

anak usia sekolah di

Jember

tangan)

cuci

insiden diare

Variabel

dengan

dependen

insiden diare

Kabupaten Jember

tangan

-Responden

(insiden
diare)
2.

Rompas, dkk

Hubungan

(2013)

Anak

Variabel

Ada hubungan

-variabel

- Waktu

perilaku cuci tangan

sekolah

independen

antara perilaku

mencuci

- Tempat

pakai sabun dengan

dasar di SD

(perilaku

cuci

tangan

tangan

- Metode

terjadinya

diare

GMIM

mencuci

pakai

sabun

anak

usia

Lansopt

tangan)

dengan

kejadian diare

di

SD

Kecamatan

Variabel

terjadinya

-Responden

Tateran

dependen

diare

pada

(kejadian

anak

usia

diare)

sekolah di SD

pada
sekolah
GMIM

antara

Kecamatan Tateran

GMIM
Lansot
Kecamatan
Tateran

-variabel

Lanjutan Tabel 1.1

NO
3.

Peneliti

Judul

Rosidi,

Hubungan

dkk

kebiasaan

(2010)

tangan

Sampel

Variabel

Hasil

Persamaan

Perbedaan

Anak

sekolah

Variabel

Ada

-variabel

- Waktu

cuci

dasar

di

independen

hubungan

mencuci

- Tempat

dan

Negeri Podo 2

(kebiasaan

kebiasaan

tangan

- Mitode

sanitasi makanan

Kecamatan

cuci

tangan

cuci tangan

-variabel

-variabel

dengan

Kedungwuni

dan

sanitasi

dengan

kejadian diare

sanitasi

diare pada anak

Kabupaten

makanan)

kejadian

-Responden

makanan

SD Negeri Podo 2

Pekalongan

Variabel

diare

dan

Kecamatan

dependen

tidak

ada

Kedungwuni

(kejadian

hubungan

Kabupaten

diare)

sanitasi

kejadian

Pekalongan

SD

makanan
dengan
kejadian
diare.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cuci Tangan Pakai Sabun


1. Definisi
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan yang
menjadi perilaku sehat untuk mencegah penyakit diare dan infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), yang keduanya menjadi penyebab utama
kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh
dunia meninggal karena penyakit diare dan ISPA (KemenKes, 2014)
Cuci tangan merupakan tindakan mendasar dalam perilaku hidup
bersih dan sehat. Perilaku cuci tangan tidak langsung terbentuk pada
anak, tanpa adanya pembiasaan sejak dini. Pembiasaan cuci tangan pada
anak SD perlu dilakukan secara terus menerus sehingga bisa terbentuk
kebiasaan cuci tangan tanpa harus diingatkan lagi. Perilaku cuci tangan
diharapkan dapat menurunkan ketidak hadiran siswa di sekolah karena
terkena diare. Tindakan kampanye cuci tangan perlu dilakukan di
kalangan sekolah dasar, karena anak pada usia ini masih punya kebiasaan
untuk jajan di sembarang tempat (Jhun. dkk, 2011 dalam Purwandari,
2013).
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan
sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan rantai kuman
(KemenKes, 2014).
2. Tujuan Mencuci Tangan pakai sabun
Menurut (Maryunani, 2013) Tujuan mencuci tangan pakai sabun
diantaranya yaitu:
a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti typus, diare, kolera, disentri,
cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),
flu burung atau severe acute respiratory syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
7

d. Mendidik anggota keluarga untuk berperilaku bersih.


e. Kegiatan yang menyenangkan keluarga (lakukan sambil bermain
dengan anak).
Manfaat cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir akan
membantu mencegah tubuh terserang lebih dari sepuluh penyakit
(lewat tangan ke mulut), diantaranya diare, cacingan tifus, flu burung,
disentri, kolera, hepatitis A dan SARS (Hanggar, 2010).
3. Waktu harus cuci tangan pakai sabun
Menurut (Maryunani, 2013 dalam Sari 2014) waktu kritis untuk
mencuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Sebelum makan.
b. Sebelum menyiapkan makanan.
c. Setelah buang air basar.
d. Setelah memegang unggas.
e. Setelah batuk / bersin dan membersihkan hidung.
f. Setelah membersihkan sampah.
g. Setelah bermin di tanah atau lantai .
4. Manfaat mencuci tangan pakai sabun
Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit
yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan
penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit,
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau severe acute
respiratory syndrome (SARS). Dengan mencuci tangan, maka tangan
menjadi bersih dan bebas dari kuman (Proverawati & Rahmawati, 2012).
5. Jenis sabun untuk mencuci tangan
Kebiasaan cuci tangan pakai sabun telah diperkenalkan sejak abad
ke-19, dengan tujuan untuk memutuskan rantai kuman. Hal ini dilakukan
karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan
menyebabkan patogen berpindah dari tangan satu ke tangan yang lain,
baik dengan kontak langsung maupun secara tidak langsung (Utami,
2010).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014)


menyatakan bahwa semua jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci
tangan baik itu sabun mandi biasa, sabun antiseptic/anti bakteri sering
kali di promosikan lebih banyak kepada publik. Hingga saat ini belum
ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa jenis sabun apa yang
lebih efektif dalam penggunaan cuci tangan.

6. Langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun


Menurut (KemenKes RI, 2014) enam langkah mencuci tangan
yang benar adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Basuh tangan dengan air, tuangkan sabun secukupnya.
Langkah 2 : Gosok punggung tangan dan lakukan sebaliknya.
Langkah 3 : Gosok sela-sela jari hingga bersih.
Langkah 4 : Jari-jari dan kedua tangan saling mengunci.
Langkah 5 : Gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
Langkah 6 : Letakkan ujung jari ke telapak tangan gosok secara
berlahan dan sebaliknya, serta diakhiri dengan membilas
tangan dengan air bersih.

B. Konsep Penyakit Diare


1. Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasa yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari, juga perubahan jumlah dan
konsistensi feses cair (Diyono & Mulyanti, 2013). Diare adalah buang air
besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan dapat
disertai dengan darah atau lendir (Suratun dan lusianah, 2010). Menurut
Rosidi, dkk (2010) diare merupakan suatu keadaan abnormal buang air
besar pada frekuensi tiga atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja
lembek,cair dan berlendir.
Penyakit diare bisa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
kurangnya menjaga kesehatan lingkungan, pola hidup yang tidak bersih,

10

kurangnya asupan gizi, dan faktor sosial ekonomi. Masyarakat umumnya


masih menganggap sepele penyakit diare, padahal penyakit ini bisa
berujung pada kematian jika tidak ditangani secara cepat, karena pasien
dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan shock hipovolemik
dan berujung pada kematian (Ardiansyah, 2012). Menurut Luby, dkk
(2009) mencuci tangan pakai sabun secara baik dapat mengurangi
kejadian diare sebanyak 31 % dan menurunkan penyakit infeksi saluran
nafas atas (ISPA) sebanyak 21%. Berdasarkan riset global juga
menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan pakai sabun dapat mencegah
kejadian diare sampai dengan 50 % (Fijriyanti, 2013). Sedangkan menurut
penelitian Burton, dkk (2011) menyatakan bahwa cuci tangan pakai sabun
lebih efektif dalam memindahkan kuman dibandingkan dengan cuci
tangan hanya menggunakan air.

2. Etiologi
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan
diare pada anak dan balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anakanak umur 6 bulan2 tahun (Suharyono, 2008).
Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis (widjaja, 2002 dalam
Sari, 2013).
a. Faktor infeksi
1) Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang
antara lain:Infeksi oleh bakteri: Escherchia coli, salmonalla
thyposa, vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain
yang

jumlahnya

berlebihan

dan

patogenik

pseudomonas. Infeksi basil (disentri).


2) Infeksi virus rotavirus.
a) infeksi parasit oleh cacing (ascaris lumbricoides),
b) infeksi jamur (Candidia albicans).

seperti

11

c) infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis


dan radang tenggorokan, dan
d) keracunan makanan
b. faktor malabsorpsi
Faktor malabsorbsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorbsi
karbohidrat dan lemak. Malabsorbsi karbohidratdan lemak, pada
bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau
sangat asam, dan sakit didaerah perut. Sedangkan malabsorbsi
lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut
triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran)
dan kurang makan. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih
mudah mengakibatkan diare pada anak dan balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diarekronis. Tetapi jarang terjadi pada balita,
umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Patofisiologi
Pada dasarnya diare terjadi bila terdapat gangguan transport
terhadap air dan elektrolit pada saluran pencernaan. Mekanisme gangguan
tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 1990 dalam Priyanto &
Lestari, 2008):
a. Osmolaritas intra luminer yang meningkat (diare osmotik).
b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretorik).
c. Absorpsi elektrolit berkurang.

12

d. Motilitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu


transit yang pendek.
e. Sekresi eksudat (diare eksudat).
4. Jenis Penyakit Diare
Menurut (Suratun & Lusianah, 2010) berdasarkan jenisnya dibagi
menjadi empat yaitu:
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari). Akhirnya adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare peristen) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi
atau penyakit lainnya.
5. Tanda-tanda Diare
Menurut (Lemone. dkk, 2015) gejala diare bergantung pada
penyebab, durasi, dan keparahannya, dan area usus yang terkena pada
kesehatan umum pasien. Tanda-tanda diare dapat muncul dalam bentuk
feses yang cair, atau feses yang dalam jumlah sedikit tetapi mengandung
eksudat, darah dan mucus.

13

6. Gejala Diare
Gejala diare yaitu tinja yang encer dengan frekuensi empat kali
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau
lemah, panas, tidak nafsu makan, darah ataupun lendir dalam kotoran,
yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu
makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan
kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya demam, nyeri
otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi
(Amiruddin, 2007).
Turgor kulit berkurang, nadi lemah atau tidak teraba, takikardi,
mata cekung, ubun-ubun cekung, suara parau, kulit dingin, jari sianosis,
membran mukosa kering (Suraatmaja, 2007).

7. Penatalaksanaan diare
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam
menangani anak-anak yang menderita diare akut, yaitu penggantian cairan
(rehidrasi), cairan diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang
sudah terjadi, pemberian makanan terutama ASI selama diare dan pada
masa penyembuhan diteruskan, tidak menggunakan obat anti diare, serta
petunjuk yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang perawatan anak
yang sakit di rumah, terutama cara membuat dan memberi oralit, tandatanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membawa anak kembali
berobat serta metoda yang efektif untuk mencegah diare (Suraatmaja,
2007).

14

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah


1. Pertumbuhan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan pada anak (growth) berkaitan dengn masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, yang
diukur dengan ukuran panjang (cm/meter), dan kuran berat (gram,
pound,dan kilogram) (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Hidayat, 2012).
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam fungsi tubuh yang lebih komplek dan terstruktur dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini juga menyangkut perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjoningsih, 2012).
Menurut (Hidayat, 2012) perkembangan menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organorgan yang berkembang dan
didalamnya termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya adalah:
a. Perkembangan Kognitif (piaget)
1) Tahap Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini kemampuan perkembangan diantaranya : cara
pandang anak realistis dari dunianya dan memiliki anggapan sama
dengn orang lain.
2) Formal Operasional (lebih dari 11 tahun)
Pada masa ini anak memiliki kemampuan perkembangan pikiran
dengan mebentuk gambaran mental dan mampu menyelesaikan
aktifitas dalam pikiran serta mampu memperkirakan pikiran yang
abstrak.

15

b. Perkembangan Psikosexual Anak Usia Sekolah (Freud)


1) Tahap Laten (5-12 tahun)
Dalam tahap laten kepuasan anak mulai terintegrasi, pubertas dan
berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti dorongan libido
mulai mereda serta suka hubungan dengan kelompoknya.
2) Tahap Genital (lebih dari 12 tahun)
Pada tahap genital anak akan kembali bangkit dan mengarah pada
perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
c. Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah (Erikson)
Perkembangan ini ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak
dalam

perkembangannya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial

dan untuk mencapai kematangan kepribadian anak dapat meliputi,


tahap rajin dan rendah diri umur 6-12 tahun (Sekolah). Dengan
perkembangan anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan.
d. Perkembangan Psikomoral Anak (Kohlberg)
1) Tahap orientasi hukum kepatuhan pada tingkat pemikiran pra
konvensional
2) Tahap orientasi relativitas dan instrumental pada tingkat pra
konvensional
3) Tahap orientasi masuk kelompok (hubungan dengan orang lain)
pada tingkat pemikiran konvensional.
4) Tahap orientasi hukum dan ketertiban pada tingkat pemikiran
konvensional/berprinsip.

16

D. Hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare


Kebiasaan cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit. Dalam hal ini tangan adalah pembawa kuman penyakit.
Untuk mengurangi resiko penularan penyakit dapat melakukan peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan pakai sabun pada waktu
yang tepat (Rosidi, dkk, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Fewrell l, dkk dalam Rosidi (2010) dalam
mengurangi resiko penularan penyakit diare dapat melakukan pencegahan
dengan cara cuci tangan pakai sabun. Sebab, cuci tangan pakai sabun
merupakan upaya pencegahan yang paling murah dan efektif dibandingkan
dengan upaya pencegahan lainnya.

17

E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor penyebab diare :
a. Faktor infeksi
-

Eschercia coli

Salmonella thyposa

Vibrio cholera

Infeksi virus
(rotavirus)
Jenis-jenis diare

b. Faktor malabsorpsi
-

Karbohidrat

Lemak

c. Faktor makanan
-

Kejadian Diare

Diare akut

Disentri

Diare persisten

Diare dengan
masalah lain

Makanan yang
tercemar

Basi

Beracun

Terlalu banyak
lemak

d. Faktor psikologis
-

Rasa takut

Cemas

Tegang

Sumber : widjaja, (2002), Suratun & Lusianah (2010), Fajriyati (2013).

18

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Bedasarkan dari tinjauan serta kerangka teori, maka dikembangkan
suatu kerangka konsep penelitian. Variabel independen adalah variabel yang
menjadi sebab penelitian, variabel independen dalam penelitian ini adalah
cuci tangan pakai sabun dan variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kejadian diare (sugiyono, 2009) kerangka konsep ini
sebagai berikut:
Kerangka Konsep Penelitian dapat dilihat pada diagram berikut ini

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel independen

variabel dependen

Cuci tangan pakai

Kejadian diare pada

sabun

anak

18

19

B. Definisi operasional
Definisi operasional dirumuskan untuk akurasi, komunikasi, dan
replikasi (Nursalam, 2009)

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
1.

Variabel
Cuci tangan

Definisi
Kebiasaan
siswa/siswi SDN
102 Palembang
dalam
membersihkan
tangan dan jarijemari
menggunakan
sabun
untuk
mencegah
terjadinya diare

Cara ukur
Checklist

Alat ukur
Kuisioner

2.

Kejadian
diare

Suatu
kondisi
siswa/siswi SDN
102 Palembang
dengan buang air
besar encer atau
cair lebih dari tiga
kali sehari.

Checklist

Kuisioner

Hasil ukur
1. Ya, bila skor
>75%
menjawab
pernyataan
yang benar
2. Tidak, bila skor
<
75%
menjawab
pernyataan
dengan benar.
(Hidayat, 2007)
1.
2.

Diare,
bila
menderita diare
Tidak
diare,
bila
tidak
menderita diare
(Hidayat, 2007)

C. Hipotesis
Ada hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada
anak di SDN 102 Palembang Tahun 2016.

Skala
Ordinal

Ordinal

20

BAB IV
MITODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kuantitatif,
dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari
dinamika korelasi antara variabel independen (kebiasaan cuci tangan pakai
sabun) dengan variabel dependen (kejadian diare) dengan cara observasi dan
pengumpulan data secara bersamaan/sekaligus (Notoeadmojo, 2010).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoeadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
laki-laki maupun perempuan di SDN 102 Palembang Tahun 2016,
berjumlah 224 siswa.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoeadmodjo, 2010). Dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah
non probability sampling dengan teknik quota sampling. Sampel
penelitian ini adalah siswa baik perempuan maupun laki-laki kelas 1
sampai 6 di SDN 102 Palembang. Dalam menentukan besar sampel pada
setiap kelas peneliti memilih nomor absen siswa yang ganjil, penelitian
ini menggunakan Rumus adalah sebagai berikut (Notoatmodjo,2010 ) :

1 + ()2

Ket :

n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat signifikan (p)

20

21

Dengan rumus tersebut, besar sampel yang diteliti :


=
=

224
1 + 224(0,1)2

224
1 + 224(0,01)
=

224
3,24

= 69,1
Dibulatkan menjadi 69
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 69 siswa.
Adapun pembagian sampel masing-masing kelas adalah sebagai berikut :
=




23

a. Kelas 1A : = 224 69 = 7 siswa


23

b. Kelas 1B : = 224 69 = 7 siswa


26

c. Kelas 2A : = 224 69 = 8 siswa


29

d. Kelas 2B : = 224 69 = 9 siswa


34

e. Kelas 3 : = 224 69 = 10 siswa


39

f. Kelas 4 : = 224 69 = 12 siswa


27

g. Kelas 5 : = 224 69 = 9 siswa


23

h. Kelas 6 : = 224 69 = 7 siswa


Pada sampel penelitian ini adalah kelas 1A sebanyak 7 siswa, kelas
1B sebanyak 7 siswa, kelas 2A sebanyak 8 siswa, kelas 2B sebanyak 9
siswa, kelas 3 sebanyak 10 siswa, kelas 4 sebanyak 12 siswa, kelas 5
sebanyak 8 siswa, kelas 6 sebanyak 7 siswa, dengan total keseluruhan
kelas 1 sampai 6 sebanyak 69 siswa.
Sampel sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, populasi yang besar tidak mungkin secara keseluruhan
dapat diteliti. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dengan syarat

22

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili (Sugiyono,


2005 dalam Sari, 2013).
Kriteria inklusi:
1). Dapat diajak komunikasi atau kerja sama
2). Bersedia menjadi responden
3). Bisa membaca dan menulis
Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah non probability
sampling yaitu pengambilan sampel yang tidak disarankan atas
kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata - mata hanya
berdasarkan kepada segi - segi kepraktisan belaka. Tehnik pengambilan
sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling yaitu suatu tehnik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumya (Notoatmodjo, 2010).

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 102 Palembang Jalan K.H. Balqi Plaju,
Palembang Tahun 2016.
2. Waktu Penelitian
Peneliti dilaksanakan pada tanggal 22-23 April Tahun 2016.

D. Tehnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan membagikan

lembar

kuisioner secara langsung kepada responden, untuk mendapatkan data


mengenai hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare
di SDN 102 Palembang.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri peneliti dari hasil
penelitian, pengukuran,pengamatan,dan survey (Setiadi, 2007). Data
primer yg diperoleh pada penelitian ini yaitu dari hasil wawancara dengan

23

siswa/siswi SDN 102 Palembang. Dalam pengumpulan data primer,


peneliti menggunakan kuisioner yang berisi pernyataan tertutup meliputi
cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare.
Cara pengukuran cuci tangan pakai sabun :
a.

Ya : bila cuci tangan pakai sabun

b.

Tidak : bila tidak cuci tangan pakai sabun

Cara pengukuran kejadian diare :


a. Diare : Ya

:1

Tidak : 0
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,
badan/informasi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007).
Data sekunder ini diperoleh dari data dan dokumen tertulis yang didapat
dari SDN 102 Palembang.

E. Instrument Pengumpulan Data


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang
diisi oleh responden. Jenis kuisioner yang digunakan adalah jenis kuisioner
tertutup, sehingga responden hanya memberikan jawaban berupa tanda check
list dan disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan
pustaka.
Kuesioner ini diadopsi dari penelitian Sari (2012) berisi pernyataan
tentang kejadian diare dan pernyataan tentang kebiasaan cuci tangan,
berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti tersebut
didapatkan hasil bahwa dari 15 pernyataan yang di uji validitas dan realibitas
terdapat 10 pernyatan yang valid dan 5 pernyataan yang tidak valid dengan
nilai cronbach alpha 0,876 maka dapat disimpulkan bahwa nilai valid dan r
alpha lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,632.
Kuisioner yang digunakan berisi pernyataan-pernyataan dari masingmasing variabel. Untuk pernyataan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
jawaban yang benar bernilai 1 dan tidak benar bernilai 0, sedangkan untuk

24

pernyataan kejadian diare jawaban yang mengalami kejadian diare bernilai 1


dan yang tidak mengalami kejadian diare bernilai 0.

4. Pengolahan data dan Analisa


1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010), tahap-tahap pengolahan data sebagai
berikut :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner,
apakah jawaban yang ada pada kuesioner sudah :
1). Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawaban.
2). Jelas : Jawaban pertanyaan di tulis dengan jelas (dapat dibaca).
3). Relevan : Jawaban yang di tulis relevan dengan pertanyaan.
4). Konsisten :Apakah beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
jawaban konsisten.
b. Coding
Merupakan kegiatan merubah data dan berbagai huruf menjadi
data berbentuk angka bilangan. Kegunaan dari coding adalah
mempermudah saat analisis data dan mempercepat saat entry data.
c. Processing / Entry
Setelah isi kuesioner terisi penuh dan juga melewati pengkodean
maka langkah selanjutnya memproses data agar dapat di analisis.
Pemerosesan data di lakukan dengan cara mengentri data dari
kuesioner ke paket program komputer.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisa

univariat

bertujuan

untuk

menjelaskan

atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).


Analisis yang dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari
masing-masing kategori variabel independen (cuci tangan pakai
sabun) dan variabel dependen (kejadian diare).

25

b. Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisa Univariat, hasilnya akan
diketahui distribusi setiap variabel, dan dapat di lanjutkan analisis
bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang
di duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisa
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel dengan
menggunakan uji chi square, bentuk uji hubungan menggunakan
tingkat kepercayaan 95% pada 0,05 di mana :
1). Bila (0,05), menunjukkan ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2). Bila > (0,05), menunjukkan tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
5. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) terdapat 4 jenis etika penelitian, sebagai berikut :
1. Izin peneltian
Izin penelitian ini dilakukan dengan mendapat izin dan surat izin Kepala
Sekolah SDN 102 Palembang yang di gunakan sebagai tempat penelitian.
2. Inform consent (Lembaran persetujuan)
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan
responden penelitian denngan memberikan lembaran persetujuan. Inform
consent di berikan selama penelitian dilakukan dengan memberikan
lembaran persetujuan untuk menjadi responden.
3. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika kebidanan merupakan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang di sajikan.
4. Privasi (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya. Semua
informasi yang di kumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.

26

6. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Tahap pelaksanaan penelitian ini meliputi antara lain sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Peneliti megajukan surat pengambilan data awal di ruang BAAK
STIKes Muhammadiyah Palembang.
b. Peneliti mengambil surat pengambilan data awal dari BAAK STIKes
Muhammadiyah Palembang yang ditujukan kepada Kepala sekolah
SDN 102 Palembang.
c. Peneliti menyampaikan surat izin kepada kepala sekolah SDN 102
Palembang.
d. Peneliti meminta izin kepada Kepela Sekolah SDN 102 Palembang
untuk melakukan pengambilan data
2. Tahap penelitian
a. Peneliti menentukan sampel sesuai dengan kriteria yang di inginkan
peneliti.
b. Menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian.
c. Peneliti menyerahkan kuisioner pernyataan yang selanjutnya dijawab
atau diisi oleh responden.
d. Memberi waktu kepada responden untuk mengisi kuisioner dan
mengklarifikasi pernyataan yang kurang jelas kepada peneliti.
e. Setelah

selesai

kuisioner

dikumpulkan,

kemudian

dilakukan

pengecekan terhadap kelengkapan dan kejelasan isian kuisioner.


f. Peneliti mengumpulkan kuisioner-kuisioner yang telah di isi
responden dalam satu berkas.
g. Peneliti melakukan pengolahan data dengan program komputer.

27

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum SDN 102 Palembang 2016


1. Identitas dan Visi Misi sekolah
SDN 102 Palembang berdiri pada tahun 1982 dan mulai proses
belajar pada tahun 1985, mengalami sebanyak tiga kali pergantian
nomor sekolah, pertama 397, kedua 131 dan yang terakhir menjadi 102
sampai sekarang. Dengan nomor pokok sekolah 10603551 dan nomor
statistik sekolah 101116006005 terletak di Jalan KH. Balqi Lr. Karya
Jasa 1 Kel. 16 Ulu Kecamatan Seberang Ulu II Palembang.
Adapun visi Sekolah SDN 102 Palembang adalah ungul dalam
IMTAQ, IPTAK, dan berahlak mulia. Sedangkan misi Sekolah adalah
meningkatkan disiplin dan kemitraan warga sekolah, meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidikan, meningkatkan IMTAQ dan
IPTEQ, meningkatkan lingkungan belajar yang dinamis dan sehat, dan
meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai.
2. Status
SDN 102 Palembang berstatus Negeri dan terakreditas C (cukup)
pada tahun 2012.
3. Sarana dan Prasarana
Terdiri dari 5 ruangan belajar, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan
kepala sekolah, 1 ruangan guru, 1 ruang TU (tata usaha), 1 lapangan
upacara, dan 3 ruang kamar mandi/WC.
4. Kondisi Tenaga Kerja
Kepala Sekolah

: 1 orang

Wakil Kepala Sekolah

: 1 orang

Guru PNS

: 9 orang

Guru Honor

: 3 orang

Pegawai TU

: 1 orang

27

28

5. Jumlah Siswa
Jumlah siswa di SDN 102 Palembang adalah 224 orang terbagi atas
8 kelas yaitu kelas 1A berjumlah 23 orang, kelas 1B berjumlah 23
orang, kelas IIA berjumlah 26 orang, kelas IIB berjumlah 29 orang,
kelas III berjumlah 34 orang, kelas IV berjumlah 39 orang, kelas V
berjumlah 27 orang, dan kelas VI berjumlah 23 orang.
6. Jumlah Siswa kelas 1 - 6 SDN 102 Palembang yang tidak hadir bulan
Februari sampai Maret 2016
Tabel 5.1
Jumlah Siswa SDN 102 Palembang yang tidak hadir bulan
Februari sampai Maret 2016
No

1.

2.

3.

Bulan

Februari

Maret

April

Jumlah seluruh

Jumlah Siswa yang tidak

siswa kelas 1 6

hadir

224

224

224

Persentase

Sakit

61

27,2 %

Izin

27

12 %

Alpa

22

9,8 %

Sakit

82

36,6 %

Izin

42

18,7 %

Alpa

27

12 %

Sakit

51

22,7 %

Izin

30

13,3 %

Alpa

17

7,5 %

B. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN 102
Palembang tahun 2016, penelitian mendapatkan jumlah siswa yang berada
di SDN 102 Palembang berjumlah 224 siswa. Yang mencakup kelas 1, II,
III, IV, V, VI. Berdasarkan teknik non probility sampling dengan
menggunakan metode quota sampling yang dilakukan adalah kelas 1A
sebanyak 7 siswa, kelas 1B sebanyak 7 siswa, kelas 2A sebanyak 8 siswa,
kelas 2B sebanyak 9 siswa, kelas 3 sebanyak 10 siswa, kelas 4 sebanyak
12 siswa, kelas 5 sebanyak 8 siswa, kelas 6 sebanyak 7 siswa, dengan total
keseluruhan kelas 1 sampai 6 sebanyak 69 siswa. Adapun hasil penelitian
ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel dibawah ini.

29

1.

Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dan persentase dari setiap variabel.
a. Distribusi frekuensi cuci Tangan Pakai Sabun
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cuci Tangan
Pakai Sabun di SDN 102 Palembang Tahun 2016
No

Cuci Tangan Pakai

Jumlah

Sabun

Frekuensi

1.

Ya

20

29,0

2.

Tidak

49

71,0

69

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Cuci Tangan


Pakai Sabun menunjukkan bahwa 69 responden yang melakukan
cuci tangan pakai sabun sebanyak 20 responden dengan
persentase (29,0%) sedangkan yang tidak cuci tangan pakai sabun
sebanyak 49 responden dengan persentase (71,0%).
b. Distribusi frekuensi kejadian Diare

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare
di SDN 102 Palembang Tahun 2016
No

Kejadian Diare

Jumlah
N

1.

Diare

54

78,3

2.

Tidak Diare

15

21,7

Jumlah

69

100%

Berdasarkan tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare


menunjukkan bahwa 69 responden yang diare sebanyak 54 dengan
persentase (78,3%) sedangkan tidak diare sebanyak 15 dengan
persentase (21,7%).

30

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara variabel cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Uji
statistic yang digunakan adalah chi square dengan batas nilai
kemaknaan = 0,05. Uji chi square dilakukan dengan program
komputer. Jika nilai value <(0,05), maka ini menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare. Adapun hasil yang didapatkan adalah sebagai
berikut:
a. Hubungan Kebiasaan Cuci tangan Pakai Sabun dengan
Kejadian Diare di SDN 102 Palembang tahun 2016

Tabel 5.4
Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan
Kejadian Diare di SDN 102 Palembang tahun 2016
NO

Cuci Tangan

Kejadian Diare

Pakai Sabun

Ya

Jumlah

value

OR

0,000

43,643

Tidak

Ya

35,0

13

65,0

20

100

Tidak

47

95,9

4,1

49

100

54

78,3

15

21,7

69

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 5.3 diatas hasil analisis hubungan kebiasaan


cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare diperoleh
bahwa dari 69 responden yang tidak mencuci tangan pakai
sabun dan menderita diare sebanyak 47 responden (95,9%)
dari total 49 responden, sedangkan yang cuci tangan pakai
sabun dan menderita diare sebanyak 7 responden (35,0%) dari
total 20 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai value =
0,000 ( value < 0,05), berarti ada hubungan yang signifikan
antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare . OR =
43,643, yang berarti bahwa responden yang tidak cuci tangan
pakai sabun berpeluang 43,643kali untuk menderita diare.

31

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SDN 102 Palembang pada tanggal 22
April - 23 April 2016. Populasi pada penelitian ini berjumlah 69 orang
pada kelas 1 6. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yang hanya mencari hubungan antara variabel
kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan kejadian diare. Uji statistik yang
digunakan adalah chi-square test dengan batas kemaknaan = 0,05 jika
value 0,05 artinya ada hubungan antara kedua variabel tersebut, tapi jika
value 0,05 artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel.

1. Analisa Univariat
a. Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun
Berdasarkan tabel 5.1 diatas hasil distribusi frekuensi
kebiasaan cuci tangan pakai sabun di SDN 102 Palembang Tahun
2016 didapatkan sebagian besar responden tidak melakukan cuci
tangan pakai sabun sebanyak 49 responden dengan persentase
(95,9%) dari total 69 responden.
Menurut Burton, dkk (2011) dalam Purwandari, dkk (2013)
menunjukkan bahwa mencuci tangan pakai sabun lebih efektif
dalam memindahkan kuman dibandingkan dengan cuci tangan
hanya dengan menggunakan air. Beberapa hasil riset menunjukkan
bahwa mencuci tangan pakai sabun telah terbukti mengurangi
kejadian penyakit diare dan penyakit pernafasan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ilham dkk
(2014), tentang Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD
Advent Sario Kota Manado, dari total 31 responden didapatkan 28
(90,3) responden tidak melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun

31

32

dengan baik dan 3 (9,7%) melakukan perilaku cuci tangan pakai


sabun dengan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rompas dkk
(2013) tentang Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun dengan Terjadinya Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di
SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran, dari 59 responden
didapatkan 55 (93,2%) responden tidak melakukan perilaku cuci
tangan pakai sabun dengan baik dan didapatkan 4 (6,8%)
responden melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan
baik.
Berdasarkan analisa peneliti berasumsi bahwa cuci tangan
pakai sabun bukan satu-satunya faktor pendorong kejadian diare,
namun dengan melakukan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
secara rutin akan mencegah terjadinya penyakit termasuk diare.

b. Kejadian diare di SDN 102 Palembang


Berdasarkan tabel 5.2 diatas hasil analisa distribusi
frekuensi kejadian diare di SDN 102 Palembang tahun 2016
didapatkan responden mengalami diare sebanyak 54 dengan
persentase (78,3%) dari total 69 responden.
Menurut muslimah (2010) diare merupakan suatu kondisi
buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari tiga kali sehari
dengan konsisten tinja yang encer dengan atau tanpa disertai darah
maupun lendir akibat dari proses inflamasi pada lambung atau
usus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ilham dkk
(2014), tentang Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun dengan Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD
Advent Sario Kota Manado, dari total 31responden didapatkan 22
(71%) mengalami kajadian diare dan 9 (29%) tidak mengalami
kejadian diare.

33

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rompas dkk


(2013) tentang Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai
Sabun dengan Terjadinya Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di
SD GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran, dari 59 responden
didapatkan 48 (81,4%) mengalami kejadian diare dan 11(18,6%)
tidak mengalami kejadian diare
Berdasarkan analisa peneliti berasumsi bahwa bahwa
responden yang tidak melakukan cuci tangan pakai sabun sebagian
besar akan mengalami kejadian diare. Kejadian diare merupakan
masalah kesehatan terutama pada anak. Dengan melakukan
penerapan cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi angka
kejadian diare.

2. Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 5.3 diatas hasil analisa hubungan cuci tangan
pakai sabun dengan kejadian diare diperoleh responden yang tidak
cuci tangan pakai sabun dan menderita diare sebanyak 47 responden
(95,9%) dari total 49 responden, sedangkan yang cuci tangan pakai
sabun dan menderita diare sebanyak 7 responden (35,0%) dari total 20
responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai value = 0,000 ( value <
0,05), berarti ada hubungan yang signifikan antara cuci tangan pakai
sabun dengan kejadian diare . OR = 43,643, yang berarti bahwa
responden yang tidak cuci tangan pakai sabun berpeluang 43,643kali
untuk menderita diare.
Menurut KemenKes (2014) mencuci tangan pakai sabun adalah
salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jarijemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih
dan memutuskan rantai kuman.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rompas, dkk
(2013), tentang Hubungan Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
dengan Terjadinya Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di SD
GMIM 2 Lansot Kecamatan Tareran yang menyatakan bahwa ada

34

hubungan antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare (


value 0,003 < 0,05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosidi, dkk
(2010), tentang Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dan Sanitasi
Makanan dengan Kejadian Diare Pada Anak SD Negeri Podo 2
Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan total 50
responden, didapatkan nialai value 0,00 < 0,05, yang berarti bahwa
ada hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare dan
didapatkan nilai value 0,503 < 0,05, yang berarti bahwa tidak ada
hubungan sanitasi makanan dengan kejadian diare.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ilham dkk (2014), tentang
Hubungan

Antara Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun dengan

Terjadinya Diare Pada Anak Usia Sekolah Dasar SD Advent Sario


Kota Manado, dengan total 31 responden didapatkan nilai value
0,003 < 0,05, yang berarti ada hubungan signifikan antara cuci tangan
pakai sabun dengan adanya kejadian diare.
Berdasarkan hasil penelitian di SDN 102 Palembang Tahun
2016, sejalan dengan teori pendukung dan penelitian terkait diatas,
maka peneliti berasumsi bahwa penelitian yang dilakukan sebagian
besar siswa-siswi mengalami diare dikarenakan tidak melakukan cuci
tangan pakai sabun. Dapat diketahui bahwa sebagian dari anak
sekolah dasar tersebut belum memiliki perilaku yang baik dalam
mencuci

tangan

atau

kurang

terbiasa

air

tidak

mencuci tangan

menggunakan sabun .
Cuci tangan

dengan

saja

cukup

melindungi

seseorang dari kuman penyakit yang menempel di tangan. Zat-zat


yang ada dalam sabun lebih efektif dalam membunuh kuman
dibandingkan hanya mengandalkan aliran air dan gesekan saat
mencuci tangan dalam membasmi kuman.

35

B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari terdapat keterbatasan
keterbatasan yang terjadi. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah
responden yang ada di SDN 102 Palembang yaitu pada siswa/siswi ada
yang kurang mengerti dari kuesioner / pertanyaan yang telah dibagikan
peneliti, sehingga peneliti membimbing dan menjelaskan kembali tentang
tata cara pengisiannya.

36

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian terhadap 69 responden di SDN 102
Palembang tahun 2016, dapat disimpulkan bahwa :
1. Didapatkan bahwa sebagian responden yang mencuci tangan pakai
sabun yaitu 20 responden (29,0%), sedangkan yamg tidak mencuci
tangan pakai sabun yaitu 49 responden (71,0%).
2. Didapatkan bahwa sebagian responden yang mengalami diare yaitu 54
responden (78,3%), sedangkan yang tidak mengalami diare yaitu 15
responden (21,7%).
3. Secara statistik ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare, dari value 0,05 yaitu value = 0,000.

B. Saran
1. Bagi SDN 102 Palembang
Diharapkan untuk pihak SDN 102 Palembang agar dapat
memperbanyak tempat cuci tangan yang menggunakan air mengalir,
memberikan fasilitas sabun agar siswa mencuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir baik sebelum atau sesudah mereka makan jajan.
Serta bagi pihak guru pengajar agar dapat memberikan pendidikan
kesehatan terkait pentingnya cuci tangan pakai sabun guna pencegahan
penyakit termasuk diare.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Kepada pihak dosen pengajar diharapkan cuci tangan pakai
sabun di tambahkan sebagai bukti penelitian mata kuliah ilmu
keperawatan dasar, terkait pentingnya cuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare pada anak.

36

37

3. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan pada mahasiswa yang nantinya juga akan
melakukan penelitian tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun
dengan kejadian diare hendaknya lebih mengembangkan dan
menyempurnakan penelitian ini serta dapat mengadakan penelitian
pada variabel-variabel

terbaru serta dapat di kembangkan dengan

metode, sampel dan desain yang berbeda, sehingga dapat memberikan


variasi dan pengembangan terbaru dalam dunia kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai