Anda di halaman 1dari 7

Latar Belakang

Ilmu fisika pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat
mendasar. Kegiatan mengukur merupakan suatu syarat atau hal yang sangat
penting dilakukan dalam mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi. Di alam ini
memiliki beberapa hal yang berpengaruh pada sifat-sifat fisis dalam fenomena
berkembang dengan adanya penemuan-penemuan baru. Di dalam penemuanpenemuan itu terdapat dasar yaitu pengukuran. Pengukuran adalah
membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan(Suyadi, 2011).
Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan
terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang
sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi
dapat diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur
suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan
mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.Pengukuran
dilakukan dengan suatu alat ukur,dan setiap alat ukur memiliki nilai skala
terkecil(nst).Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur atau
angkadigital.Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai
pembagi,dibubuhi nilai tertentu.Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau
pinggir objek yang diukur tidaktajam.Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu
disebut nst alat ukur tersebut(Swastikaningrum, 2013).
Pentingnya besaran dalam pengukuran maka dilakukan suatu kegiatan praktikum
untuk lebih memahami dasar-dasar dalam pengukuran. Dalam melakukan
pengukuran seseorang di tuntut untuk memiliki sifat ilmiah. Seperti mengikuti
aturan-aturan yang berhubungan atau berkaitan dengan pengukuran suatu variabel
fisis. Dan ada beberapa faktor yang harus diper hatikan dalm pengukuran yaitu
metode pengukuran keadaan lingkungan kondisi alat sampai analisa data hasil
pengukuran serta simpulan dari hasil pengukuran(Wibowo, 2012).

TUJUAN
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran.
B. Untuk mengetahhui apa yang dimaksud dengan besaran fisika.
C. Untuk mengetahui alat- alat yang digunakan dalam pengukuran.
D. Mampu menggunakan alat ukur.
E. Untuk mengetahui apa itu ketidakpastian pengukuran dan pembagiannya.
2.1 Besaran Fisika

Besaran dan Satuan


Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai
besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai
pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi
para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran
dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. (Setya, 2009)
1. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok dalam sistem Satuan Internasional yaitu
Panjang, Massa, Waktu, Suhu, Kuat Arus, Jumlah molekul, Intensitas Cahaya.
Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar ujung. Panjang dapat
dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar, yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain,
diukur pada sudut tegak lurus terhadap panjang benda
Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara umum dapat digunakan untuk
mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam suatu benda.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat
ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu
merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama
berlangsungnya suatu kejadian.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom
penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.

2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok atau
besaran yang didapat dari penggabungan besaran-besaran pokok. Contoh besaran turunan adalah
Berat, Luas, Volume, Kecepatan, Percepatan, Massa Jenis, Berat jenis, Gaya, Usaha, Daya,
Tekanan, Energi Kinetik, Energi Potensial, Momentum, Impuls, Momen inersia, dll. Dalam
fisika, selain tujuh besaran pokok yang disebutkan di atas, lainnya merupakan besaran turunan.

2.2 pengertian pengukuran


Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data
kuantitatif yang didapat dari hasil pengukuran. Arti dari pengukuran itu sendiri adalah
membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai
satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda
tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan
besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan.
Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan
waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angkaangka. Tetapi,tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Antara lain adalah indek
bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
2.2
Pengukuran Panjang Benda
a. Dengan Menggunakan Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah
menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan skalanya. Ada
mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnya cm
(mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya adalah mistar milimeter. Dengan
kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1 milimeter dan mempunyai ketelitian 1 milimeter
atau 0,1 cm..Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan
dan berada di tempat yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini
ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda yang
terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai
yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang biasa
disebut kesalahan paralaks
b. Dengan Menggunakan Jangka Sorong
Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka sorong.
Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang bagian luar
benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran kedalaman lubang dalam
benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: Rahang yang tetap
(biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang disebut skala utama.Rahang yang

c.

dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius
atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada
rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah
yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga
panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah
0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm. Contoh
pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda didapat hasil
bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius
yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini kekiri,
selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu
skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm
atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur
tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm.
Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup
Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah sebuah
poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder
pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan
satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder
pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala,
poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui, pada
saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehingga benda dapat
diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir menyentuh benda, pemutaran
dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar
roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai
menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.
2.3
Sistem Internasional
Satuan untuk suatu besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk satuan panjang
saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan sebagainya. Bahkan ada
orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang. Penggunaan berbagai macam
satuan ini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan. Misalnya kita akan memerlukan berbagai
macam alat ukur yang berbeda untuk satuan yang berbeda pula. Kesulitan selanjutnya dalah saat
kita akan melakukan komunikasi ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi
dari sebuah satuan menjadi satuan yang lain.
Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah satuian
internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI. Dalam satuan
SI, panjang memiliki satuan meter, satuan massa adlah kilogram, dan satuan waktu adalah sekon
yang dikenal juga dengan sbutan sistem MKS. Selain itu dikenal pula istilah CGS, dengan
centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan massa, dan sekon sebagai satuan waktu.
Setelah ditetapkan secara internasional, sekarang stiap satuan memiliki standar masing-masing

dalam pengukurannya, yaitu: Satuan standar waktu Satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan
oleh atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat
energi yang paling rendah. Satuan standar panjang Satu meter adalah jarak yang ditempuh
cahaya dalam ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.458 s.
2.4

Ketidakpastian Pengukuran
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena
yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan
merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja, sayangnya suatu gejala
alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga
menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka dilakukan percobaan yang menyerupai
gejala alamiah itu di bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini, ilmu fisika tak
mungkin berkembang seperti saat sekarang ini.
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang kita
lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau kita belum belajar
sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk itulah dalam fisika
dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang
mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu
perbedaan antara dua hasil pengukuran. Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab
menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak.
a. Ketidakpastian Bersistem
Kesalahan kalibrasi
- Kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap kali alat itu
digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.
- Kesalahan titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk alat ukur.
- Kesalahan Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas sudah sering
dipakai Gesekan
- Kesalahan yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
- Kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur.
b. Ketidakpastian Acak
- Gerak Brown molekul udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur terpengaruh.
- Frekuensi Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki Landasan yang
Bergetar
- Adanya Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur.
- Keterbatasan dari Pengamat Sendiri.
c. Angka Penting

Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan pengamatan.
Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting. Angka nol yang terletak
diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari
satu, angka nol yang terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk

Macam macam alat ukur


a)
Jangka sorong
Ketelitian Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka sorong yang
memilikiketelitian 0,05 mm dan yang memiliki ketelitian 0,1 mm.

b) Mikrometer sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup:
Micrometer sekrup hanya ada satu macam, yakni yang berketelitian 0.01 mm.

c)

Spherometer
Spherometer merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu permukaan.
Biasanya digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer memiliki 4 kaki, dengan
3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah ketinggiannya. Ketelitian
spherometer bisa mencapai 0,01 mm.
d) Neraca Torsi
Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki neraca ini
bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.
e) Densitometer
Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa jenis) suatu
zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan oleh specific gravity
merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).
f) Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya
berketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas stopwatch.
Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.
g)
Termomoter
Termometer adalah alat pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam Lab.
Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan ketelitian 0,50C atau 10C.
h)
Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus, tegangan, dsb.
Ketelitan alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai maksimum yang mampu
diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan posisi saklar sesuai dengan
fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur. Jika digunakan untuk mengukur
tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+) dihubungkan dengan (+) rangkaian,
sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya. Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus

yang melalui suatu cabang rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang
tersebut.
i)
Neraca Ohauss
neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.,neraca ini ada dua
macam :
1. nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah antara skala
ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1) yang di bagi2 juga skala
kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat neraca harus
sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang
kecil.
2. nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Cara
memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya, waktu membaca yang dengan
nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan dan puluhannya (100+20). Lalu kamu
putar skala satuannya (dalam 1 skala satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang
terlewatkan dari angka nol (misal 5.6 g).

Anda mungkin juga menyukai