Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Sengketa
a) Pengertian Sengketa Secara Umum
Sengketa atau konflik dapat berasal dari berbagai sumber pemicu. Istilah konflik
berasal dari bahasa Inggris conflict dan dispute yang berarti perselisihan,
percekcokan, atau pertentangan. Perselisihan atau percekcokan tentang sesuatu terjadi
antara dua orang atau lebih. Konflik muncul karena adanya perbedaan kepentingan yang
tidak dapat dikomunikasikan dengan baik. Konflik nyaris tak dapat terpisahkan dari
setiap individu baik terhadap dirinya sendiri maupun dengan orang lain.1
Sengketa dalam pengertian yang luas (termasuk perbedaan pendapat, perselisihan,
ataupun konflik) adalah hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat, yang dapat
terjadi saat dua orang atau lebih berinteraksi pada suatu peristiwa dan mereka memiliki
presepsi, kepentingan, dan keinginan yang berbeda terhadap peristiwa tersebut.
Sengketa juga merupakan suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan
oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut menyampaikan ketidakpuasan ini kepada
pihak kedua. Jika situasi menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadi lah apa yang
dinamakan dengan sengketa.
Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia, berarti pertentangan atau
konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompokkelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan. Senada dengan
itu Winardi mengemukakan : Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individuindividu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang
sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan
yang lain. Sedangkan menurut Ali Achmad berpendapat : Sengketa adalah pertentangan
antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu
kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.2
Adapun definisi sengketa menurut Winardi: Pertentangan atau konflik yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau
kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum
antara satu dengan yang lain.3
1 Intan Nur Rahmawanti dan Rukiyah Lubis, Win-Win Solution Sengketa Konsumen, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta,2014, hlm.33
2 http://nevacipid.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-sengketa.html?m=I Diakses Pada Hari Senin
Tanggal 26 Desember 2016 Pukul 20.59 Wita
3 http://Aliesaja.Wordpress.Com/Penyelesaian-Sengketa-Ekonomi.Html, Diakses Tanggal 28 Desember 2016,
Pukul 08.55
Dari kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah prilaku
pertentangan antara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum
dan karenanya dapat diberi sangsi hukum bagi salah satu diantara keduanya. Kemudian
sebagaimana definisi sengketa diatas terdapat beberapa bentuk sengketa yang sering
dijumpai yakni : 4
1.
2.
3.
4.
ialah suatu perselihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang saling
mempertahankan persepsinya masing-masing, dimana perselisihan tersebut dapat terjadi
karena adanya suatu tindakan wanprestasi dari pihak-pihak atau salah satu pihak dalam
perjanjian
Perlu diketahui bahwa Sengketa muncul dikarenakan berbagai alasan dan
masalah yang melatar belakanginya, terutama karena adanyaConflict Of Interest diantara
para pihak. Sengketa yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam berbagai
macam kegiatan bisnis atau perdagangan dinamakan sengketa ekonomi.
b) Pengertian Sengketa Keuangan
Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Sengketa dapat terjadi
antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok
dengan kelompok, antara perusahaan dengan perusahaan, antara perusahaan dengan
Negara, antara Negara satu dengan Negara yang lainnya. Dengan kata lain, sengketa
dapat bersifat public maupun bersifat keperdataan dan dapat terjadi baik dalam
lingkungan lokal, nasional, maupun internasional.
4 ibid
Sebuah konflik terjadi bila dua pihak atau lebih dihadapkan pada perbedaan
kepentingan berkembang menjadi sebuah sengketa bila pihak yang merasa dirugikan
telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, baik secara langsung kepada
pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain.5
Apabila para pihak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik, maka sengketa
tidak akan terjadi. Namun bila terjadi sebaliknya para pihak tidak dapat mencapai
kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya maka sengketa yang timbul.6
Sengketa keuangan biasanya ditafsirkan sebagai sebuah problem yang terjadi
dalam ranah perekonomian sebuah Negara, secara khusus sengketa keuangan diartikan
sebagai sebuah konflik atau pertentangan yang terjadi berkaitan masalah-masalah
keuangan.
Sebagaimana realita yang terjadi bahwa saat ini didalam dunia bisnis terjadi
begitu banyak transaksi setiap harinya, hal itu tidak menutup terjadinya sengketa diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam
bentuk kerja sama dalam dunia ekonomi. Mengingat kegiatan ekonomi khususnya bisnis
yang semakin meningkat, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa diantara para
pihak yang terlibat.
Perlu diketahui bahwa Penyelesaian sengketa ekonomi bertujuan untuk
menghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat yang mungkin
akan terjadi akibat dari persengketaan tersebut.7
5 Siti Megadianty Adam dan Takdir Rahmadi. Sengketa dan Penyelesaiannya. Buletin
Musyawarah Nomor 1 Tahun 1. Jakarta : Indonesia Centre for Environmentarl Law 1997, hlm 1.
6 Wirdyaningsih, Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005, hlm.273
7 http://Tulisanheboh.blogspot.com/Aspek-Hukum-Dalam-Ekonomi-Bab-14.Html, Diakses Pada
Tanggal 28 Desember 2016 Pukul 09.15
Setiap jenis sengketa yang terjadi menuntut akan adanya pemecahan dan
penyelesaian yang cepat dan tepat.
8 Nurmadjito, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.12
9 Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2000, hlm.200
10 http://id.m.wikipedia.org/wiki/konsumen Diakses pada Hari Rabu 30 November2016 Pukul 16.08
wita.
11 Indonesia, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen
12 R. I., Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen
adalah: pembuat produk jadi (finished product); penghasil bahan baku; pembuat suku
cadang; setiap orang yang menampakkan dirinya sebgai produsen, dengan jalan
mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu atau tanda lain yang membedakan
dengan produk asli, pada produk tertentu; importir suatu produk dengan maksud untuk
diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan (leasing) atau bentuk distribusi lain dalam
13 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2005, hlm.6
transaksi perdagangan; pemasok (supplier), dalam hal identitas dari produsen atau
importir tidak dapat ditentukan.14
Kepuasan konsumen dalam menggunakan barang/atau jasa merupakan hal yang
sangat penting untuk diperhatikan.Kepuasan konsumen merupakan perasaan senang atau
kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja
(hasil) suatu produk dengan harapannya.
Dalam Pasal 1 angka 3 UU No.8 Tahun 1999 disebutkan pelaku usaha adalah
setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun
bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Dalam
penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan,
korporasi, BUMN, koperasi, importer, pedagang, distributor dan lain-lain.15
b) Hak dan Kewajiban Konsumen / Pelaku Usaha
Pembangunan dan perkembangan perekonomian dibidang perindustrian dan
perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/ atau jasa yang
dapat dikonsumsi. Ditambah dengan globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung
oleh kemajuan tekhnologi telekomunikasi kiranya memperluas ruang gerak arus transaksi
barang dan/ atau jasa. Akibatnya barang dan/ atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik
produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri.16
Kondisi seperti ini di satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena
kebutuhan akan barang dan/ atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta semakin
terbuka lebar, karena adanya kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang
dan/ atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.17
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Penyusun Naskah Akademik RUU
tentang Perlindungan Konsumen dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia di Tahun
1991-1992 menunjukkan bahwa tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya, baik di
perkotaan maupun di pedesaan, masih sangat rendah. 18
Langkah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus diawali
dengan upaya untuk memahami hak-hak pokok konsumen, yang dapat dijadikan sebagai
landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak tersebut.
Masyarakat Ekonomi Eropa (Europese Economische Gemeenschap) juga telah
menyepakati lima hak dasar konsumen, yaitu:19
a) Hak perlindungan kesehatan dan keamanan (recht op bescherming van zijn
gezendheid en veiligheid);
b) Hak perlindungan kepentingan ekonomi (recht op bescherming van zijn
economische belangen);
c) Hak mendapat ganti rugi (recht op schadevergeoding);
d) Hak atas penerangan (recht op voorlichting en vorming);
e) Hak untuk didengar (recht om te worden gehord).
Hak-hak konsumen tersebut, telah diakomodir didalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan
sejumlah hak konsumen. Konsumen mempunyai:20
a) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/ atau jasa;
b) Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/ atau jasa sesuai dengan nilai
tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/ atau jasa;
17 ibid
18 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hlm203
19 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hlm204
20 Indonesia,Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999
d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang
digunakan;
e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila
barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang0undangan lainnya.
Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 UUPK lebih luas
daripada hak-hak dasar konsumen sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Presiden
Amerika Serikat J.F.Kennedy di depan kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu terdiri
atas:21
a)
b)
c)
d)
namun secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:22
21 Hondius, Konsumentenrecht, Praeadvis in Nederlanse Vereniging voor
Rechtsverlijking,Kluwer-Deventer, 1972, hlm. 14, 26, 131 dst. Dikutip dari;
Meriam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
Perjanjian Baku, dimuat dalam Hasil Simposium Aspek-aspek Hukum Makalah
Perlindungan Konsumen yang diselenggarakan oleh BPHN, Bina Cipta,
Jakarta,1986, hlm 6. Lihat juga C.Tantri D dan Sulastri, Gerakan Organisasi
Konsumen, Seri Panduan Konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
The Asia Foundation, Jakarta, 1995, hlm.19-21.
22 Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di
Indonesia, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya,
2000, hlm.140
pembelaan
diri
sepatutnya
di
dalam
Perdata,
tampak
bahwa
pengaturan
Undang-Undang
Apabila berbicara tentang Lembaga Keuangan Bank, ada dua istilah yang
perlu dijelaskan lebih dahulu, yaitu Perbankan dan Bank. Perbanakan di atur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998, selanjutnya disingkat UU diikuti nomor dan tahun. Menurut ketentuan Pasal 1
angka (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka (2) pasal tersebut
ditentukan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.27
Lembaga keuangan bank (bank finance institution) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.28
b) Lembaga Keuangan Bukan Bank
Dalam kehidupan sehari-hari baik bank mapun lembaga keuangan non bank bukanlah
sesuatu yang asing, yang dimana Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan aset non financial
atau aset riil. Lembaga keuangan memberikan kredit kepada nasabah dan menanamkan
dananya dalam surat-surat berharga.
27 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan,
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung , 2004, hlm.33
28 Sunaryo, Op.Cit.,hlm.10
32 ibid