Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Ferawati
F24051044
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ferawati
F24051044
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ferawati
F24051044
Dilahirkan pada tanggal 10 Februari 1988
di Jakarta
Tanggal Lulus :
Agustus 2009
Menyetujui
tepung singkong berpengaruh nyata terhadap respon nilai energi pada taraf
signifikansi 5 %. Interaksi antara kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap respon nilai energi. Sehingga diputuskan menggunakan rasio tepung
kedelai-pisang 2:3 dan tetap menggunakan ketiga taraf rasio tepung terigu-tepung
singkong. Formula yang masuk ke tahap uji organoleptik adalah formula 1, formula
2, dan formula 3. Setelah uji organoleptik didapat bahwa formula terpilih adalah
formula 3 (dengan rasio tepung kedelai pisang (2:3) dan rasio tepung terigu singkong
(1:1)).
Hasil uji pendugaan umur simpan dengan parameter kadar air pada suhu 28oC
memiliki umur simpan selama 2.13 bulan, dan parameter tekstur objektif pada suhu
28oC memiliki umur simpan selama 3.17 bulan. Hasil uji mikrobiologi awal
menunjukkan bahwa produk pangan darurat banana bars memiliki total mikroba
2.3x102 koloni/gram, sedangkan untuk total kapang-khamir sebesar 1.0x101
koloni/gram. Pengujian mikrobiologi juga dilakukan pada hari penyimpanan ke-28.
Hasil uji menunjukkan jumlah total mikroba pada produk yang disimpan di suhu
37oC sebesar 6.9x102 koloni/gram, untuk produk yang disimpan pada suhu 45oC
nilai TPC sebesar 7.5x102 koloni/gram, dan untuk produk yang disimpan pada suhu
50oC nilai TPC sebesar 9.0x102 koloni/gram. Hasil uji total Kapang-Khamir produk
yang disimpan di suhu 37oC sebesar 2.4x101 koloni/gram, untuk produk yang
disimpan pada suhu 45oC sebesar 4.5x101 koloni/gram, dan untuk produk yang
disimpan pada suhu 50oC nilai TPC sebesar 9.0x101 koloni/gram. Perkiraan biaya
produksi produk banana bars yaitu Rp. 1130.09/50 gram.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi hanya bagi Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
yang tiada terkira penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dengan
baik dan lancar. Banyak pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Mama dan Papa yang telah mencurahkan kasih sayang, doa, cinta, dukungan dan
semangat yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi, serta saran dan
kritik yang sangat berguna bagi penulis.
3. Bapak Ir. Sutrisno Koswara, MSi dan Ibu Elvira Syamsir, STp, MSi selaku dosen
penguji yang telah memberikan banyak saran membangun untuk penulis.
4. Underline team : Wahyu, Tiyu, Beqi dan Umam. Terima kasih atas petualangan
backpacker JogloSemar dan kebersamaan yang telah kita lalui bersama. Selamat
meniti mimpi kawan.
5. Teman-teman F-Track : Wiwi, Hesti, Cha2, Nina, Venty, Aji, Haris, Nanda,
Midun dan Ardi. Terima kasih atas perjalanan, petualangan, canda tawa dan
kebersamaan yang tak terlupakan bagi penulis.
6. Farkhatus, Belinda dan Tjan. Rekan-rekan satu bimbingan dan tim IRN, terima
kasih untuk dukungan dan semangat kalian.
7. Teman-teman sesama penghuni lab biokim dan sekitarnya : Tuti, Cath, Kamlit,
Peye, Yuni, Adi Leo, Arya, Galih Ika, Galih Eka, Santy, Indri, Reni, Dewi, Septi,
Riska, Siyam, Sobur, Isna, Yusi, Ola, Susan, Tere, Suhendri, Riza, Muji, Fahmi
dan Ikhwan. Geng kosan centil : Cany, Sina, Wita dan Mike.
8. Hesti Woro dan Tantri. Terima kasih atas waktu yang telah kalian luangkan untuk
mendengarkan curahan hati penulis dan canda tawa kalian yang menghibur =).
9. Seluruh laboran dan teknisi laboratorium ITP : Bu Rub, Bu Antin, Pak Wahid,
Pak Sobirin, Pak Yahya, Mas Edi, Pak Sidik dan Pak Rozak.
10. Semua teman-teman ITP 42 The Golden Generation yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu. Penulis bangga menjadi bagian dari kalian.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.
C.
Bars 7
D. Kedelai........... 8
E. Pisang. 10
F. Singkong 11
G. Terigu.... 12
H. Umur Simpan.... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN...... 16
A. Bahan dan Alat. 16
B. Metode Penelitian. 16
1. Penelitian Pendahuluan..... 16
2. Penelitian Utama... 19
C. Metode Analisis.... 21
D. Rancangan Percobaan... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.. 28
A. Penelitian Pendahuluan..... 28
1. Pembuatan Tepung Kedelai..... 28
2. Pembuatan Tepung Singkong.. 29
64
DAFTAR PUSTAKA.....
66
LAMPIRAN..... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Komposisi kimia tepung kedelai per 100 gram bahan............................... 9
Tabel 2 Komposisi kimia pisang ambon (setiap 100 gram daging buah)... 11
Tabel 3 Komposisi kimia tepung singkong 12
Tabel 4 Komposisi kimia tepung terigu cap Kunci Biru 13
Tabel 5 Formula lengkap produk banana bars... 19
Tabel 6 Data hasil analisis proksimat bahan baku.. 32
Tabel 7 Kandungan makronutrien dan energi bahan penyusun Produk Pangan
Darurat.................................................................. 34
Tabel 8 Kandungan makronutrien dan energi tiap formula.... 38
Tabel 9 Nilai rataan skor panelis untuk keempat atribut sensori..... 40
Tabel 10 Jumlah Makronutrien dan Kandungan Energi Formula Terpilih/50gr
Produk............. 42
Tabel 11 Nilai peningkatan kadar air selama penyimpanan.................................... 45
Tabel 12 Nilai peningkatan nilai aw selama penyimpanan....................................... 46
Tabel 13 Nilai kekerasan selama penyimpanan....................................................... 48
Tabel 14 Penurunan skor kesukaan parameter organoleptik atribut aroma............. 51
Tabel 15 Penurunan skor kesukaan parameter organoleptik atribut rasa................ 52
Tabel 16 Penurunan skor kesukaan parameter organoleptik atribut tekstur........... 54
Tabel 13 Nilai Awal dan Nilai Kritis Berdasarkan Beberapa Parameter................. 55
Tabel 15 Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan parameter kadar air......... 56
Tabel 16 Nilai k dan ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan parameter tekstur............ 59
Tabel 17 Perkiraan biaya produksi banana bars...... 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Food Bars.............................................................................................. 6
Gambar 2 Meals-Ready-to-Eat............................................................................... 7
Gambar 3 Camping Pouch Product .. 7
Gambar 4 Diagram Proses Pembuatan Tepung Kedelai........................................ 17
Gambar 5 Proses pembuatan tepung singkong...................................................... 18
Gambar 6 Proses pembuatan Banana Bars............................................................ 20
Gambar 7 Hubungan linier ln konstanta laju reaksi dengan kebalikan suhu
pada plot Arrhenius.. 24
Gambar 8 Biji kedelai var. Baluran dan tepung kedelai... 29
Gambar 9 Tepung Singkong. 30
Gambar 10 Banana Bars 35
Gambar 11 Hasil Uji Duncan untuk faktor rasio tepung terigu:singkong... 39
Gambar 12 Grafik Pola Kenaikan Kadar Air selama Penyimpanan........................ 45
Gambar 13 Grafik Pola Kenaikan Nilai aw selama Penyimpanan............................ 47
Gambar 14 Grafik Pola Penurunan Nilai Kekerasan selama Penyimpanan............. 49
Gambar 15 Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan terhadap
Atribut Aroma pada 3 suhu penyimpanan............................................ 51
Gambar 16 Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan terhadap
Atribut Rasa pada 3 suhu penyimpanan................................................ 53
Gambar 17 Grafik Uji Organoleptik Perubahan Tingkat Kesukaan terhadap
Atribut tekstur pada 3 suhu penyimpanan............................................ 54
Gambar 18 Grafik Hubungan ln k rata-rata kadar air dengan suhu (1/T)................ 57
Gambar 19 Grafik Hubungan ln k rata-rata nilai kekerasan dengan suhu (1/T)...... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 1 69
Lampiran 2. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 2 70
Lampiran 3. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 3 71
Lampiran 4. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 4 72
Lampiran 5. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 5 73
Lampiran 6. Perhitungan Perkiraan Energi Formula 6 74
Lampiran 7. Hasil Pengolahan data Rancangan Percobaan. 75
Lampiran 8. Form Uji Hedonik 76
Lampiran 9. Hasil Uji Hedonik 77
Lampiran 10. Spesifikasi Alat Pengukur Tekstur Objektif Rheoner... 82
Lampiran 11. Kuesioner Uji Rating Hedonik Uji Pendugaan Umur Simpan.......... 83
Lampiran 12. Tabulasi Data Uji Umur Simpan... 84
Lampiran 13. Grafik Ordo nol dan Ordo satu tiap Parameter.. 88
Lampiran 14. Umur simpan banana bars berdasarkan atribut aroma, parameter
atribut rasa, kadar air, dan tekstur objektif........................................ 90
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun dari
17.504 pulau sehingga keadaan geografis Indonesia tergolong kompleks. Keadaan
geografis yang kompleks dengan berbagai kondisi alam yang makin memburuk
seperti terjadinya bencana alam (gunung meletus, gempa bumi, longsor, banjir)
mengakibatkan kerugian yang besar dan korban jiwa. Akhir tahun 2004 terjadi
gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara yang menyebabkan
150.000 orang hilang. Pada tahun berikutnya, 2005, gempa bumi kembali terjadi
di pulau Nias dan pada tahun 2006 di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah
terjadi gempa bumi yang menelan 5.000 korban jiwa. Selain menelan korban
jiwa, bencana juga menimbulkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal
sehingga mengungsi. Ketika gempa bumi melanda Yogyakarta dan sebagian Jawa
Tengah jumlah pengungsi sekitar 2.216 jiwa, bencana tsunami di Aceh dan Nias
mengakibatkan sekitar 80 ribu jiwa harus mengungsi dan hidup di tenda darurat.
Bencana jebolnya tanggul Situ Gintung pada tahun 2009 menyebabkan 902 orang
mengungsi dan 100 orang tewas (Anonim, 2009).
Bencana yang terjadi selain menelan banyak korban jiwa juga menyebabkan
banyak kerusakan infrastruktur. Kerusakan yang timbul pasca bencana
menyebabkan terputusnya jalur distribusi sehingga sering kali menyulitkan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terutama pangan. Keadaan ini
memerlukan reaksi yang cepat dari pemerintah. Bantuan pangan yang biasanya
diberikan oleh pemerintah berupa mie instan dan beras. Bantuan pangan ini
tergolong belum efektif dan kurang dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
korban bencana karena terbatasnya akses masyarakat korban bencana terhadap air
bersih, bahan bakar, dan juga peralatan memasak. Selain belum efektif, bantuan
pangan yang diberikan oleh pemerintah juga sering kali tidak memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat pengungsi, misalnya pemberian bantuan pangan
berupa mie instan tanpa pemberian telur sehingga masyarakat hanya
pangan
darurat
yang
berupa
bars
ini
dipilih
dengan
mensubstitusi tepung terigu yang masih impor dan sebagai salah satu cara
diversifikasi pangan.
B. Tujuan
1. Menentukan formulasi dan desain proses pembuatan EFP (Emergency Food
Product) banana bars berbahan dasar kedelai dan pisang berdasarkan
kebutuhan energi 2100 kkal dengan sifat sensori, sifat fisiko kimia dan
mikrobiologi yang dapat diterima.
2. Menentukan jenis formula EFP (Emergency Food Product) terpilih yang
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pemberian bantuan pada korban
bencana.
II.TINJAUAN PUSTAKA
umur simpan sekitar lima tahun dan dapat disimpan pada kisaran temperatur yang
ekstrem. Dikemas dalam bentuk 3-days package yang mengandung 9 bar dengan
nilai energi sekitar 400 kkal/bar. Bentuk Food Bars dapat dilihat pada Gambar 1.
MREs (Meals-Ready-to-Eat)
Produk jenis ini merupakan salah satu bentuk ransum untuk keperluan
militer. MREs dikemas dalam kemasan khusus yang tertutup rapat dan tidak
terekspos udara. MREs berbentuk dapat berbentuk pangan lengkap yang
mengandung daging, sayur atau buah, kacang, kraker berprotein tinggi, dan lainlain. Bentuk Meals-Ready-to-Eat dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Meals-Ready-to-Eat.
C. Bars
Bars adalah produk pangan padat yang berbentuk batang dan merupakan
campuran dari berbagai bahan kering seperti sereal, kacang-kacangan, buahbuahan kering yang digabungkan menjadi satu dengan bantuan binder. Binder
dalam barss dapat berupa sirup, nougat, caramel, coklat, dan lain-lain (Gillies,
1974 diacu dalam Rahmi, 2003). Bentuk bars dipilih karena kemudahan dalam
konsumsi. Pangan berbentuk bars mudah dibuat dan dikreasikan dengan berbagai
macam bahan. Pada penelitian ini binder yang digunakan adalah puree pisang.
Bahan-bahan penyusun bars terdiri dari margarin, gula, garam, tepung terigu,
tepung singkong, tepung kedelai, dan pisang.
Lemak merupakan bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan bars.
Lemak dapat berasal dari hewan (butter dan lard) atau dari tumbuhan (margarin).
Kemampuan membentuk krim oleh lemak pada pembuatan kue diperlukan karena
adanya kemampuan lemak untuk menangkap dan menahan sel-sel udara bila
lemak terus dikocok kuat-kuat, terutama bila dicampur dengan bahan adonan
lainnya, seperti gula dan tepung. Margarin berperan untuk meningkatkan
penerimaan, terutama flavor. Gula berfungsi sebagai pemanis nutritif, pembentuk
tekstur, pemberi warna, dan pengontrol penyebaran adonan. Garam berperan
untuk menguatkan flavor, membantu dalam pelarutan gluten untuk menciptakan
struktur yang baik dalam adonan. Sebagian besar formula kue menggunakan 1%
garam atau kurang. Tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan bars adalah
tepung terigu lunak dengan kadar protein sekitar 8-9 %. Tepung terigu berfungsi
membentuk adonan selama proses pencampuran, menarik atau mengikat bahan
lainnya serta mendistribusikannya secara merata, mengikat gas selama proses
fermentasi dan membentuk struktur selama pemanggangan (Matz, 1978). Tepung
singkong berperan sebagai bahan pembentuk tekstur, penambahan tepung
singkong ini diharapkan dapat menggantikan atau mensubstitusi tepung terigu
sebagai pembentuk tekstur. Tepung kedelai berperan sebagai sumber protein dan
sumber lemak. Pisang berperan sebagai binder atau pengikat untuk produk bars
ini.
D. Kedelai
Kedelai (Glycine max Merr.) termasuk dalam famili Leguminosa, sub famili
Papillionaceae dan Genus Glycine L. Kacang kedelai merupakan bahan pangan
sumber protein nabati untuk manusia dan hewan di berbagai negara. Bentuk,
ukuran, warna biji, sifat fisik dan sifat kimia kacang kedelai bervariasi tergantung
pada varietasnya. Bentuk biji pada umumnya bundar sampai lonjong agak
memanjang dengan warna kuning, hijau, coklat, atau kehitaman (Liu, 1997).
Komposisi kimia tepung kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia tepung kedelai per 100 gram bahan
Komponen
Komposisi
Air (g)
5.1
Protein (g)
34.5
Karbohidrat (g)
35.2
Lemak (g)
20.6
Abu (g)
4.4
Kalsium (mg)
205.9
6.4
Magnesium (mg)
428.6
Fosfor (mg)
494
Potassium (mg)
2515
Sodium (mg)
12.9
disakarida dan oligosakarida, yaitu 2.5-8.2% sukrosa, 0.1-0.9% rafinosa, dan 1.44.1% stakiosa (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Citarasa langu (beany atau painty off flavor) merupakan hambatan utama
dalam usaha memproduksi makanan asal kedelai. Bau langu disebabkan oleh
enzim lipoksigenase yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi asam lemak tidak
jenuh sehingga menghasilkan senyawa volatil etil fenil keton (Hariyadi, 1997).
E. Pisang
Tanaman pisang termasuk dalam famili Musaceae, ordo Zingiberales.
Famili Musaceae, mempuyai dua genera yaitu Musa dan Ensete. Semua varietas
yang buahnya dapat dimakan dimasukkan ke dalam genus Musa (Palmer, 1971).
Pisang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelas besar, yaitu:
1. Pisang yang dapat dimakan langsung (banana), terdiri dari dua varietas, yaitu:
a. Musa paradisiaca var. Sapientum (L) Kunze (M. sapientum var.
paradisiaca Baker)
b. Musa nana Lour (M. chinensis Sweet, M. cavendishii Lamb)
2. Pisang yang umumnya dimakan setelah dimasak terlebih dahulu (plantain),
yaitu Musa paradisiaca L.
Jenis pisang yang termasuk dalam tipe pisang buah (banana) antara lain
ambon putih, ambon hijau, pisang mas, pisang raja, pisang susu, pisang badak,
pisang seribu, dan pisang angleng. Jenis pisang yang tergolong dalam plantain
antara lain pisang siam, pisang nangka, pisang kapas, pisang kepok, pisang
gembor, pisang menggala, dan pisang tanduk (Munadjim, 1983).
Komponen utama penyusun buah pisang adalah air yang mencapai 75%
pada buah yang telah matang. Karbohidrat merupakan komponen penyusun kedua
setelah air, kandungannya sekitar 20-25%. Jenis karbohidrat yang lain dalam buah
pisang adalah serat kasar dan pektin. Serat kasar menyusun sekitar 0,84 persen
daging buah. Daging buah pisang mengandung 0.5% lignin, 0,21% selulosa, dan
0,12% hemiselulosa (Chandler, 1995).
butirat,
sedangkan
alkohol
dari
karbonil
memberikan
bau
yang
Ambon
Protein (g)
1.2
Lemak (g)
0.2
Karbohidrat (g)
25.8
Air (g)
72
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
28
Besi (mg)
0.5
F. Singkong
Ubi kayu atau singkong termasuk ke dalam Kingdom Plantae, divisi
Spermatophyta,
subdivisi
Angiospermae,
kelas
Dicotyledone,
famili
dan HCN (Muchtadi, 1991). Hidrolisis terjadi karena kerja enzim linamarinase
endogen yang bertemu dengan substratnya (glukosida) bila terjadi kerusakan sel
secara fisik. Enzim ini terdapat di luar sel.
Singkong dapat diolah menjadi bentuk tepung singkong dan tapioka.
Tepung singkong berbeda dengan tepung tapioka baik dari segi pengolahannya
maupun dalam hal komposisi kimianya. Pembuatan tepung singkong tidak
menggunakan tahap ekstraksi pati sehingga komponen kimia yang terdapat pada
tepung singkong relatif sama dengan komposisi kimia dalam umbi singkong
(Fadilah, 2004). Tepung singkong dapat dibuat melalui dua cara yaitu pembuatan
tepung singkong melalui penepungan irisan singkong yang telah dikeringkan dan
penepungan parutan tepung singkong yang telah dikeringkan. Komposisi tepung
singkong dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi kimia tepung singkong per 100 gram bahan
Komponen
Protein (g)
Komposisi
1.6
Karbohidrat (g)
79.8
Lemak (g)
1.6
Sodium (mg)
417
Sumber : Anonimd (2008)
G. Terigu
Tepung gandum (terigu) biasanya merupakan bahan utama dalam
pembuatan cookies. Dalam hal ini karakter bars menyerupai cookies yaitu tidak
butuh pengembangan yang besar, tetapi bars umumnya lebih empuk
dibandingkan cookies. Oleh karena kesamaan karakter inilah maka untuk
membuat barss dapat digunakan pula bahan baku pembuat cookies yaitu terigu
ataupun jenis tepung lainnya. Berbeda dengan tepung-tepung lainnya, tepung
gandum mengandung protein yang unik, yang disebut gluten (Husain, 1993).
Gluten merupakan campuran antara dua kelompok atau jenis protein gandum,
yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan sifat-sifat yang tegar dan gliadin
memberikan sifat yang lengket sehingga mampu memerangkap gas yang
terbentuk selama proses pengembangan adonan dan membentuk struktur remah
produk. Gluten, bersama-sama dengan pati gandum akan membentuk struktur
dinding sel (building block) remah produk (Anonima, 1996).
Kuantitas dan kualitas dari gluten dalam terigu merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kekuatan terigu dan paling menentukan dalam
pemilihan terigu untuk membuat cookies. Jenis terigu yang cocok digunakan
dalam pembuatan cookies yaitu jenis soft-wheat (gandum lunak) dengan kadar
protein sebesar 8-9% (Husain, 1993). Jenis terigu inilah yang juga akan dipakai
dalam pembuatan barss. Tepung cap Kunci Biru adalah jenis tepung yang
mewakili tepung gandum lunak. Gandum lunak biasanya diperoleh dari gandum
summer, dengan masa tanam yang pendek. Tepung gandum lunak biasanya
digunakan khusus untuk membuat produk bakery yang tidak memerlukan
keteguhan dan sempurnanya struktur remah (Anonima, 1996). Komposisi kimia
tepung terigu cap Kunci Biru dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi kimia tepung terigu cap Kunci Biru
Komponen
Kadar (%)
Protein
11.00
Lemak
1.50
Karbohidrat
72.70
Air
14.30
Abu
0.50
H. Umur Simpan
Terdapat dua konsep studi penyimpanan produk pangan yaitu dengan
Extended Storage Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS). ESS
sering juga disebut metode konvensional adalah penentuan tanggala kadaluwarsa
dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal sehari-hari
sambil dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya (usable quality)
hingga mencapai tingkat mutu kadaluwarsa. Metode ini akurat dan tepat, namun
pada awal penemuan dan penggunaannya, metode ini dianggap memerlukan
waktu yang panjang dan analisa parameter mutu yang relatif banyak. Metode ESS
ini sering digunkan untuk produk yang mempunyai waktu kadaluwarsa kurang
dari 3 bulan. Metode ASS menggunakan suatu kondisi lingkungan yang dapat
mempercepat (accelerated) reaksi deteriorasi (penurunan mutu) produk pangan.
Keuntungan dari metode ini membutuhkan waktu pengujian yang relatif singkat
(3 sampai 4 bulan), namun tetap memiliki ketepatan dan akurasi yang tinggi
(Arpah, 2001).
pendugaan umur simpan untuk produk bars ini menggunakan metode akselerasi
model Arrhenius. Model Arrhenius umumnya digunakan untuk menduga umur
simpan produk pangan yang sensitif terhadap perubahan suhu, diantaranya produk
pangan yang mudah mengalami ketengikan (oksidasi lemak), perubahan warna
oleh reaksi pencoklatan, atau kerusakan vitamin C. Prinsip model Arrhenius
adalah menyimpan produk pangan pada suhu ekstrim, dimana produk pangan
akan lebih cepat rusak, kemudian umur simpan produk ditentukan berdasarkan
ekstrapolasi ke suhu penyimpanan. Untuk menganalisis penurunan mutu dengan
metode Arrhenius diperlukan beberapa pengamatan, yaitu harus ada parameter
yang diukur secara kuantitatif dan parameter tersebut harus mencerminkan
keadaan mutu produk yang diperiksa. Parameter tersebut dapat berupa hasil
pengukuran kimiawi, uji organoleptik, uji fisik atau mikrobiologis seperti daya
serap oksigen, kadar peroksida, intensitas warna TBA, kadar vitamin C, skor uji
citarasa, tekstur, warna, total warna mikroba dan sebagainya.
Dalam penyimpanan, parameter-parameter mutu tersebut akan berubah oleh
adanya pengaruh dari faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan tekanan
udara atau karena faktor komposisi makanan itu sendiri. Suhu merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap perubahan mutu makanan. Semakin tinggi suhu
penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawaan kimia akan semakin cepat.
Oleh karena itu dalam menduga kecepatan penurunan mutu makanan selama
penyimpanan, faktor suhu harus selalu diperhitungkan.
Dalam penyimpanan makanan, keadaan suhu ruangan penyimpanan
selayaknya dalam keadaan tetap dari waktu ke waktu tetapi seringkali keadaan
suhu penyimpanan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Apabila keadaan suhu
penyimpanan tetap dari waktu ke waktu (atau dianggap tetap) maka perumusan
masalahnya bisa sederhana, yaitu menduga laju penurunan mutu cukup dengan
menggunakan persamaan Arrhenius :
k ko .e Ea / RT
Dimana :
Ko = faktor pra-eksponensial (1/hari)
Ea
III. METODOLOGI
B. Metode Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
1.1 Persiapan Bahan Baku Pembuatan Banana Bars
Pembuatan Tepung Kedelai (Modifikasi Mustakas et al, 1967)
Pembuatan tepung kedelai diawali dengan pemisahan kedelai dari
kotoran dan biji yang rusak. Hasilnya adalah biji kedelai bersih lalu
dilakukan conditioning (pelunakan dengan disemprot/dipercikan air)
selanjutnya dikeringkan selama 2-4 jam kemudian dikupas kering. Tahap
selanjutnya adalah pengukusan pada 100oC selama 15 menit untuk
inaktifasi antitripsin dan enzim lipoksigenase, lalu dikeringkan kembali
Kedelai
Sortasi
Diayak 80 mesh
Tepung kedelai
Gambar 4 Diagram Proses Pembuatan Tepung Kedelai.
Umbi singkong
segar
Diparut
Digiling
Tepung singkong
Gambar 5 Proses pembuatan tepung singkong (Soeryo, 1991).
2. Penelitian Utama
2.1 Formulasi Produk Pangan Darurat Banana Bars dengan Kandungan
Energi 2100 Kkal
Penelitian tahap ini menggunakan data hasil analisis proksimat bahan
baku utama. Pada tahap ini akan ditentukan besar perbandingan antara
tepung kedelai dan pisang serta perbandingan tepung terigu dan tepung
singkong sebagai binder. Selain itu akan dilakukan juga perhitungan total
energi produk dengan menggunakan prinsip kesetimbangan massa dengan
bantuan Microsoft Excel (diacu dari Sitanggang, 2008). Basis perhitungan
energi produk 233 kkal dengan berat per bar sebesar 50 gram. Pada Tabel 5
dapat dilihat formula lengkap produk banana bars.
Tabel 5 Formula lengkap produk banana bars
Tepung
Kedelai
40 %
40 %
60 %
10 %
32 %
20 %
0.25 %
40 %
60 %
5%
5%
32 %
20 %
0.25 %
50 %
50 %
10 %
32 %
20 %
0.25 %
50 %
50 %
10 %
32 %
20 %
0.25 %
50 %
50 %
5%
5%
32 %
20 %
0.25 %
Formula
60 %
Tepung
Terigu*
10 %
Tepung
Singkong*
-
Pisang
Gula *
Margarin*
Garam*
32 %
20 %
0.25 %
Pisang
Dicincang
dengan pisau
Margarin, gula
Mixing, 20 menit
Mixing
Pencetakan
Banana Bars
Campur kering
Tepung kedelai
umur
simpan
dilakukan
dengan
metode
ASLT
C. METODE ANALISIS
1. Kadar Air, metode oven (SNI 01-2891-1992)
Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 15
menit, lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan ditimbang
menggunakan neraca analitik. Sampel sebanyak 1-2 gram dimasukkan ke
dalam cawan, kemudian cawan serta sampel ditimbang dengan neraca analitik.
Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
Selanjutnya cawan berisi sampel didinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang. Setelah itu, cawan berisi sampel dikeringkan kembali dalam oven
selama 15-30 menit, lalu ditimbang kembali. Pengeringan diulangi hingga
diperoleh bobot konstan (selisih bobot 0.0003 gram).
Perhitungan : Kadar air = X (Y a ) x 100%
X
Keterangan : X = bobot sampel awal (g)
Y = bobot sampel dan cawan setelah dikeringkan
a = bobot cawan kosong
Kadar N(%) = (ml HCl contoh ml HCl Blanko) x N HCl x 14.007 x 100%
mg sampel
Kadar protein(%) = %N x faktor konversi
8. Analisis Tekstur
Analisis tekstur dilakukan dengan menggunakan Rheoner. Pengukuran
dilakukan terhadap bars. Bars ditekan dengan menggunakan probe jarum.
Nilai hasil pengujian disajikan dalam grafik.
9. Uji Mikrobiologi
Total Plate Count dan Total Kapang Khamir (Fardiaz, 1989)
Total mikroba dihitung dengan metode hitungan cawan pada media Plate
Count Agar, sedangkan untuk total kapang khamir digunakan media APDA
(Acidified Potato Dextrose Agar). Sepuluh gram contoh dilarutkan dalam
larutan garam fisiologis 0,85 % sebanyak 90 ml. Dari larutan ini diencerkan
kembali sampai tingkat pengenceran yang dikehendaki. Dari setiap
pengenceran diambil 1 ml dan dimasukan ke dalam cawan petri, dan diberi 15
ml PCA/APDA cair (duplo). Selanjutnya cawan diputar membentuk angka
delapan dan dibiarkan membeku. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 2
hari untuk TPC dan inkubasi pada 37oC selama 3-5 hari untuk total kapangkhamir.
Ea
Ea
maka akan diperoleh kurva garis lurus pada plot antara ln k terhadap kebalikan
suhu mutlak (1/T) dan kemiringan garis adalah energi aktivasi dibagi dengan
konstanta gas (R) seperti Gambar 7.
Sampel dikemas dalam kemasan metalized plastic dengan teknik
pengemasan biasa yaitu kemasan dirapatkan dengan menggunakan sealer.
Prosedur analisisnya yaitu penyimpanan sampel dilakukan pada suhu 37oC,
45oC, dan 50oC selama 28 hari dengan interval waktu pengamatan setiap tujuh
hari sekali. Dari hasil pengamatan ini akan dihasilkan tiga persamaan regresi
linier (hubungan waktu pengamatan dalam hari (sumbu x) dengan parameter
pengamatan (sumbu y), sehingga akan didapatkan masing-masing satu nilai k.
Jika masing-masing nilai k dibuat menjadi ln k dan nilai kebalikan suhu mutlak
penyimpanan (1/T) diplotkan dalam grafik maka akan diperoleh juga hubungan
linier beserta persamaan regresi liniernya. Dari persamaan regresi linier inilah
1/T (K-1)
Gambar 7 Hubungan linier ln konstanta laju reaksi dengan kebalikan suhu pada
plot Arrhenius (Syarief, 1993).
Perhitungan umur simpan jika mengikuti ordo nol :
t = (Qo Qs)/k
Perhitungan umur simpan jika mengikuti ordo satu :
t = (ln Qo ln Qs)/ k
dimana t : umur simpan (hari)
Qo : nilai mutu awal
Qs : nilai mutu kritis
k : konstanta laju penurunan mutu
D. RANCANGAN PERCOBAAN
Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dengan dua faktor. Model
persaman matematikanya yaitu
Y ijk = + i + j + () ij + ijk (i = 1,...a; j = 1,....b;k = 1,....r)
Dimana i : pengaruh perlakuan ke-i
j : pengaruh perlakuan ke-j
() ij : pengaruh inteaksi perlakuan i dan j
B1
B2
Faktor
A0
A0B0
A0B1
A0B2
A1
A1B0
A1B1
A1B2
F1 (A0B0) = rasio tepung kedelai dan pisang (2:3) dan rasio tepung terigusingkong (1:0)
F2 (A0B1) = rasio tepung kedelai dan pisang (2:3) dan rasio tepung terigusingkong (0:1)
F3 (A0B2) = rasio tepung kedelai dan pisang (2:3) dan rasio tepung terigusingkong (1:1)
F4 (A1B0) = rasio tepung kedelai dan pisang (1:1) dan rasio tepung terigusingkong (1:0)
F5 (A1B1) = rasio tepung kedelai dan pisang (1:1) dan rasio tepung terigusingkong (0:1)
F6 (A1B2) = rasio tepung kedelai dan pisang (1:1) dan rasio tepung terigu singkong (1:1)
hidroperoksida selama perendaman kedelai dalam air dan bau tengik pada
bungkil kedelai yang direndam hingga mencapai kadar air 25%.
Gambar 8 Biji kedelai var. Baluran (kiri) dan tepung kedelai (kanan).
Pemanasan kering pada suhu 100oC atau penguapan (steaming) kedelai
tanpa kulit dapat menginaktivasi lipoksigenase sehingga akan diperoleh tepung
kedelai dengan citarasa yang baik setelah proses penggilingan.
pemotongan,
pencucian
dengan
air
bersih,
pemarutan,
Bahan baku yang dianalisis secara proksimat adalah tepung kedelai, tepung
singkong, dan tepung terigu. Hasil analisis dinyatakan dalam % berat kering.
Analisis kadar air dalam bahan pangan sangat penting dilakukan baik
untuk bahan pangan segar maupun olahan. Analisis kadar air dalam bahan
pangan sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada
dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan
lainnya. Hasil analisis kadar air tepung kedelai yaitu sebesar 4.14 %, kadar air
tepung singkong sebesar 8.88 %, dan kadar air tepung terigu sebesar 13.35 %.
Abu merupakan residu organik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu suatu bahan menunjukkan total
mineral yang terkandung dalam bahan tersebut. Hasil analisis kadar abu tepung
kedelai sebesar 5.36 %, kadar abu tepung singkong sebesar 2.84 %, dan kadar
abu tepung terigu sebesar 0.70 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
tepung kedelai memiliki kandungan mineral yang paling tinggi dibanding
tepung singkong dan tepung terigu, sedangkan tepung terigu memiliki total
mineral paling rendah.
Analisis kadar lemak bertujuan untuk mengetahui kandungan lemak dari
suatu bahan pangan, terdapat berbagai metode analisis kadar lemak, pada
penelitian ini digunakan metode ekstraksi soxhlet. Hasil analisis kadar lemak
tepung kedelai sebesar 24.66 %, kadar lemak tepung singkong sebesar 0.42 %,
dan kadar lemak tepung terigu sebesar 5.28 %. Analisis protein metode
Kjeldahl digunakan untuk menentukan kadar protein kasar dari bahan pangan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran nitrogen total yang ada dalam contoh.
Kadar protein tepung kedelai adalah sebesar 41.70 %, kadar protein tepung
singkong sebesar 1.49 %, dan kadar protein tepung terigu sebesar 11.76 %.
Karbohidrat merupakan komponen utama bahan pangan yang memiliki sifat
fungsional yang penting dalam proses pengolahan pangan. Total karbohidrat
ditentukan dengan metode by difference. Kadar karbohidrat tepung kedelai
adalah sebesar 24.14 %, kadar karbohidrat tepung singkong sebesar 86.37 %,
dan kadar karbohidrat tepung terigu sebesar 68.91 %. Nilai hasil analisis secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Data hasil analisis proksimat bahan baku (% bk)
Tepung Kedelai
Kadar
air (%)
4.14
Kadar
abu (%)
5.36
Kadar
lemak (%)
24.66
Kadar
protein (%)
41.70
Kadar karbohidrat
by difference (%)
24.14
Tepung singkong
8.88
2.84
0.42
1.49
86.37
Tepung terigu
13.35
0.70
5.28
11.76
68.91
Sampel
Terdapat dua macam pisang ambon yang terkenal, yakni pisang ambon
hijau dan pisang ambon kuning. Pisang ambon kuning kulitnya kuning menarik
jika telah matang, sedangkan pisang ambon hijau kulitnya tetap hijau walaupun
telah matang sehingga kurang disukai (Putra, 1994). Penelitian ini
menggunakan pisang ambon kuning. Pisang ambon kuning dipilih karena
warna daging buah yang putih kekuningan, tidak berbiji, rasanya manis, dan
aroma pisangnya yang sangat tajam sehingga dapat menutupi aroma langu
yang berasal dari tepung kedelai.
Tingkat kematangan pisang dibagi berdasarkan umur dan bentuknya.
Buah yang telah berumur 80 hari diberi istilah penuh, buah yang berumur 90
hari disebut lewat penuh, bila sudah mencapai 100 hari dinamakan penuh,
dan setelah lebih dari 100 hari disebut retak penuh. Selama pematangan, terjdai
perubahan visual pada kulit pisang yang dibedakan berdasarkan indeks warna
dari 1-7, yaitu : 1. Hijau tua, 2. Hijau muda, 3. 50% hijau 50% kuning, 4.
Kuning agak hijau, 5. Kuning dengan pangkal dan ujung hijau, 6. Kuning
penuh, dan 7. Kuning bercak coklat. Penelitian ini menggunakan pisang
berwarna kuning dengan pangkal dan ujung hijau, tingkat kematangannya
sekitar penuh. Komposisi buah pisang berubah selama proses pematangan.
Ada korelasi antara perbandingan kadar pati dan gula dengan warna kulit.
Kandungan pati menurun dari 20-23 % pada daging buah pisang mentah
menjadi hanya 1-2 % pada pisang matang penuh, sedangkan kandungan gula
B. Penelitian Utama
1. Formulasi Produk Pangan Darurat Banana Bars
Formulasi produk pangan darurat menggunakan prinsip kesetimbangan
massa. Dalam prinsip kesetimbangan massa, setiap bahan yang masuk (input)
harus memiliki jumlah yang setara dengan akumulasi selama proses dan bahan
yang keluar atau dihasilkan (output). Tahap formulasi menggunakan dasar dari
rancangan percobaan. Penetuan level yang digunakan pada rancangan
percobaan dilakukan melalui perhitungan perkiraan nilai target energi sekitar
233 kkal per 50 gram produk (Zoumas et al, 2002) dengan menggunakan data
hasil analisis proksimat bahan baku dan literatur komposisi bahan pangan.
Sehingga diharapkan formula yang dirancang dapat memenuhi kriteria nilai
energi dan densitas kandungan makronutrien pangan darurat yaitu kandungan
energi sebanyak 2100 kkal yang terdiri dari 35-45 % lemak dari total energi
setara dengan 82-105 g/2100 kkal atau 8-9 g/50 gram produk, 10-15 % protein
dari total energi setara dengan 63-80 g2100 kkal atau 9-12 g/50 gram produk
dan 40-50 % karbohidrat dari total energi setara dengan 210-262 g/2100 kkal
atau 23-29 g/50 gram produk (Zoumas et al, 2002). Asumsi konsumsi produk
pangan darurat sebanyak tiga kali dalam sehari, dengan sajian per konsumsi 3
bars (150 gram).
Nilai energi dihitung berdasarkan jumlah makronutrien (protein, lemak,
dan karbohidrat) dari setiap bahan penyusun kemudian dikalikan dengan nilai
energi masing-masing makronutrien. Protein memiliki nilai energi sebesar 4
kkal/gram, lemak 9 kkal/gram, dan karbohidrat mengandung energi sebesar 4
kkal/gram. Kandungan energi dari setiap bahan penyusun produk pangan
darurat dapat dilihat pada Tabel 7.
Energi/100
gr (kkal)
Makronutrien
Air
Tepung
kedelaia
481.88
Lemak (g)
23.68
Protein (g)
40.05
Karbohidrat (g)
27.14
3.98
Pisangb
109.80
0.20
1.20
25.80
72.00
Tepung
Terigua
373.34
4.58
10.19
72.84
11.78
Tepung
Singkonga
Gulab
357.00
0.39
1.36
87.50
8.16
376.00
94.00
5.40
Margarinb
733.00
81.00
0.60
0.40
15.50
menit hingga campuran berwarna putih pucat, lalu ditambahkan puree pisang
(buah pisang yang telah dihancurkan dengan cara dicincang) kemudian mixing
hingga tercampur dan merata. Tahap selanjutnya yaitu penambahan bahanbahan kering yang telah dicampur secara terpisah. Bahan-bahan kering terdiri
dari tepung kedelai, tepung singkong, tepung terigu, dan garam. Kemudian
adonan dicetak dengan cetakan alumunium dengan ukuran 10 cm x 3.3 cm x
1.5 cm. Tahapan terakhir yaitu pemanggangan bars pada suhu 150oC selama
15 menit (Sitanggang, 2008). Produk banana bars dapat dilihat pada Gambar
10.
pengeluaran air dari bagian tengah. Hal inilah yang menyebabkan produk tidak
matang dibagian tengah namun keras dibagian luar.
Pada trial selanjutnya suhu pemanggangan diturunkan menjadi 125oC
dengan memperpanjang waktu pemanggangan menjadi 25 menit. Masalah
yang sama juga terjadi pada suhu pemanggangan ini. Untuk mengatasinya
dilakukan pemanggangan secara bertahap dimulai dari suhu 50oC 15 menit lalu
75oC 15 menit kemudian 100oC 10 menit dilanjutkan 125oC 10 menit. Tujuan
pemanggangan secara bertahap adalah mengeluarkan sebagian besar air dari
produk. Dengan pemanasan pada suhu rendah kemudian secara bertahap naik
diharapkan air yang terperangkap pada bagian tengah produk dapat
dikeluarkan sehingga produk memiliki kadar air dan tekstur yang baik, kisaran
kadar air yang diinginkan sekitar 5 %.
Pada trial selanjutnya dilakukan pengurangan ketebalan bars menjadi
setengah dan sepertiganya (0.75 cm dan 0.5 cm) dengan perlakuan suhu 50oC
15 menit lalu 75oC 25 menit kemudian 100oC 25 menit diteruskan 110oC 20
menit. Hasilnya produk bars kering bagian dalamnya namun alot di bagian
luar, kemudian dicoba untuk dilakukan pengeringan dengan menggunakan
oven pengering pada suhu 70-80oC selama 2-3 jam. Proses ini dapat
meningkatkan kerenyahan produk bars namun dari segi harga produksi mahal.
Selanjutnya dilakukan kembali trial tanpa menggunakan oven pengering
dengan suhu pemanggangan pada
dihasilkan sangat renyah namun rasa yang dihasilkan menjadi pahit karena
gosong. Lalu dilakukan juga trial dengan suhu pemanggangan 100oC 40 menit
dilanjutkan 120oC 20 menit. Produk bars dengan proses ini memiliki tekstur
yang cukup baik dan dapat diterima. Penggunaan kombinasi suhu ini dapat
menghasilkan produk dengan kadar air yang diinginkan yaitu sekitar 5 %. Suhu
100oC selama 40 menit dapat mengeluarkan sebagian besar air dari produk
tanpa menyebabkan case hardening kemudian suhu 120oC selama 20 menit
bertujuan untuk mengeluarkan air tahap lanjutan dan mematangkan produk.
Akhirnya proses pemanggangan pada suhu ini diputuskan menjadi suhu
terinkorporasi
di
dalam
krim.
Udara
disini
berfungsi
untuk
Ulangan
Kadar
protein (%)
Kadar
Lemak (%)
Kadar
Karbohidrat
(%)
Nilai energi
(kkal)
16.93
20.39
52.75
231.12
16.84
20.59
52.75
231.84
15.49
19.20
55.15
227.68
15.34
18.92
55.41
226.64
18.28
18.73
52.10
225.00
18.31
18.54
52.23
224.51
18.15
21.53
49.93
233.04
18.16
21.27
50.02
232.08
18.11
20.71
49.58
228.58
18.06
20.33
50.18
227.96
18.62
19.51
49.10
223.24
18.46
19.92
49.04
224.64
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Formula 5
Formula 6
Nilai energi ini kemudian menjadi respon untuk analisis secara statistik
dengan menggunakan model Rancangan Faktorial dengan dua faktor. Namun,
terdapat berbagai faktor lain selain faktor nilai energi yang digunakan sebagai
alat pengambil keputusan formula terpilih. Hasil pengolahan data secara
Gambar 11 Hasil uji lanjut Duncan untuk faktor rasio tepung terigu:singkong.
Ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil
keputusan formula terpilih selain nilai energi, misalnya dari segi ekonomis
yaitu harga dan segi teknis yaitu proses pembuatan. Faktor
rasio tepung
F1
3.6
3.7
2.7
3.2
F2
3.5
3.5
2.9
3.3
F3
3.6
3.6
3.0
3.5
Kadar
Protein (g)
8.155
Kadar
Lemak (g)
9.47
Kadar
Kabohidrat (g)
28.25
32.62
85.23
113
14.15 %
36.92 %
48.94 %
Nilai Energi
(kkal)
230.85
minimum 300 kkal per hari. Pangan rendah kalori apabila pangan tersebut
mengandung kurang atau sama dengan 40 kkal per saji. Pangan kurang
kalori apabila pangan tersebut sedikitnya mengandung 25% kalori lebih
rendah dari jumlah kalori dalam pangan sejenis per saji. Pangan tanpa
kalori apabila pangan tersebut mengandung kurang dari 5 kkal per saji.
Produk pangan darurat banana bars memiliki kandungan energi 230.85/50
gram atau setara dengan 2077.65 kkal/hari, nilai total energi produk ini
5.
Selama
air pada produk yang disimpan di suhu 45oC dan 50oC memiliki
kecenderungan yang sama. Pada akhir masa penyimpanan, produk yang
disimpan pada suhu 37oC memiliki kadar air sebesar 7.93 %. Produk yang
disimpan pada suhu 45oC memiliki nilai kadar air sebesar 7.835 %,
sedangkan produk yang disimpan pada suhu 50oC memiliki kadar air
sebesar 8.38 %.
Peningkatan kadar air dapat meningkatkan laju reaksi deteriorasi
dengan cepat. Produk pangan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
dalam hubungannya dengan perubahan kadar air selama penyimpanan yaitu
: pertama, produk pangan yang menyerap uap air dan kedua adalah produk
pangan yang mengalami kehilangan kandungan air. Makanan kering
mengalami kerusakan jika menyerap uap air yang berlebihan. Kerusakan
ini cukup kompleks karena dapat melibatkan atau memicu berbagai jenis
reaksi deteriorasi lain yang sensitif terhadap perubahan aw. Beberapa reaksi
dapat berlangsung secara spontan seperti reaksi pencoklatan non-enzimatis,
reaksi oksidasi dan reaksi pembentukan off-flavor yang dapat menurunkan
mutu pangan (Arpah, 2001). Nilai peningkatan kadar air selama
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 11. Pola kenaikan kadar air selama
penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 12.
Tabel 11 Nilai peningkatan kadar air selama penyimpanan
Suhu
37oC
Hari ke-
Kadar
air (%)
Hari
ke-
Kadar
air (%)
Hari
ke-
Kadar
air (%)
4.87
4.87
4.87
5.98
5.10
5.11
14
4.72
14
5.76
14
5.14
21
5.52
21
5.79
21
6.52
28
7.93
28
7.84
28
8.38
Suhu
45oC
Suhu
50oC
37oC
Hari
ke-
Nilai aw
Hari
ke-
Nilai aw
0.46
0.46
0.46
0.53
0.47
0.44
14
0.46
14
0.57
14
0.48
21
0.57
21
0.60
21
0.61
28
0.57
28
0.61
28
0.62
Hari ke-
Nilai aw
Suhu
45oC
Suhu
50oC
37oC
Hari
ke-
Nilai
kekerasan
(gforce)
Hari
ke-
Nilai
kekerasan
(gforce)
Hari
ke-
Nilai
kekerasan
(gforce)
1387.5
1387.5
1387.5
1400
1400
1350
14
1350
14
1362.5
14
1325
21
1100
21
1350
21
1287.5
28
1050
28
512.5
28
537.5
Suhu
45oC
Suhu
50oC
a. Atribut Aroma
Pada awal penyimpanan, skor kesukaan panelis terhadap atribut
aroma produk banana bars yang disimpan pada tiga suhu penyimpanan
(37oC, 45oC, dan 50oC) berkisar pada skor kesukaan 5.1 (agak suka).
Setelah mengalami penyimpanan selama 28 hari, skor kesukaan
terhadap atribut aroma banana bars yang disimpan pada suhu 37oC dan
45oC cenderung memiliki pola menurun yang mirip, sedangkan pola
penurunan mutu produk yang disimpan pada suhu 50oC agak lebih tajam
37oC
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
5.1
5.1
5.1
4.9
4.6
4.4
14
5.0
14
4.9
14
4.6
21
4.8
21
4.6
21
3.9
28
4.6
28
4.3
28
3.8
Suhu
45oC
Suhu
50oC
Atribut Rasa
Pada awal penyimpanan, skor kesukaan panelis terhadap atribut
rasa produk banana bars yang disimpan pada tiga suhu penyimpanan
(37oC, 45oC, dan 50oC) berkisar pada skor kesukaan 5.5 (agak suka
suka). Setelah masa penyimpanan selama 28 hari, skor kesukaan
terhadap atribut rasa banana bars yang disimpan pada suhu 37oC
memiliki pola yang naik turun, sedangkan pola mutu produk yang
disimpan pada suhu 45oC dan 50oC mengalami penurunan yang agak
mirip. Penurunan skor kesukaan pada kedua suhu ini lebih tajam
dibandingkan dengan penurunan skor kesukaan pada suhu penyimpanan
37oC. Skor kesukaan produk yang disimpan pada suhu 37oC berkisar 5.5
(agak suka) 4.8 (agak suka). Produk yang disimpan pada suhu 45oC
memiliki pola menurun yang agak tajam, skor kesukaannya berkisar dari
5.5 (agak suka) 4.2 (netral) dan produk yang disimpan pada suhu 50oC
menurun dari 5.5 (agak suka) 3.4 (agak tidak suka).
Pola perubahan kesukaan panelis dapat disebabkan oleh berbagai
hal. Produk yang disimpan pada suhu 37oC memiliki pola penurunan
yang tidak terlalu tajam hal ini dikarenakan perubahan rasa produk tidak
berubah secara signifikan dari rasa awal produk, rasa pisang masih
mendominasi. Pada produk yang disimpan pada suhu 45oC, penurunan
kesukaan panelis cukup tajam, hal ini disebabkan perubahan rasa yang
cukup berbeda dari rasa awal, mulai timbul rasa asam yang tipis pada
produk. Produk yang disimpan pada suhu 50oC mengalami penurunan
tingkat kesukaan yang tajam, hal ini disebabkan rasa produk berbeda
dengan rasa awal produk, timbul rasa agak asam walaupun rasa pisang
masih tersisa pada produk. Selain itu, peningkatan suhu penyimpanan
dapat meningkatkan laju reaksi kimia maupun mikrobiologi yang
menyebabkan degradasi atribut mutu produk salah satunya rasa. Pada
Gambar 16 dapat dilihat pola penurunan skor kesukaan panelis terhadap
atribut rasa. Penurunan skor kesukaan parameter organoleptik atribut
rasa dapat dilihat pada Tabel 15.
37oC
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
5.5
5.5
5.5
4.8
5.2
5.0
14
5.1
14
4.9
14
4.4
21
5.1
21
4.6
21
3.6
28
4.8
28
4.2
28
3.4
Suhu
45oC
Suhu
50oC
c. Atribut Tekstur
Tekstur suatu produk pangan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi penerimaannya oleh konsumen. Pada awal penyimpanan,
skor kesukaan panelis terhadap atribut tekstur produk banana bars yang
disimpan pada tiga suhu penyimpanan (37oC, 45oC, dan 50oC) berkisar
pada skor kesukaan 3.3 (agak tidak suka netral). Setelah mengalami
penyimpanan selama 28 hari, skor kesukaan terhadap atribut tekstur
banana bars yang disimpan pada ketiga suhu yaitu 37oC, 45oC, dan
50oC memiliki pola yang naik turun (tidak konstan menurun). Skor
kesukaan produk yang disimpan pada suhu 37oC berkisar 3.3 (agak tidak
suka) 2.7 (agak tidak suka). Produk yang disimpan pada suhu 45oC
skor kesukaannya berkisar dari 3.3 (agak tidak suka) 3.2 (agak tidak
suka) dan produk yang disimpan pada suhu 50oC menurun dari 3.3 (agak
tidak suka) 3.0 (agak tidak suka). Pada Gambar 17 dapat dilihat pola
penurunan skor kesukaan panelis terhadap atribut tekstur. Penurunan
skor kesukaan parameter organoleptik atribut tekstur dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16 Penurunan skor kesukaan parameter organoleptik atribut
tekstur
Suhu
37oC
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
Hari
ke-
Skor
kesukaan
3.3
3.3
3.3
2.7
3.8
3.9
14
4.3
14
4.1
14
3.6
21
3.5
21
3.3
21
3.0
28
3.0
28
3.2
28
3.2
Suhu
45oC
Suhu
50oC
6.
Nilai Awal
5.1
5.5
3.3
4.87 %
1387.5 gr force
Nilai Kritis
2
2
2
8.38 %
512.5 gr force
1/T
ln k
310
0.003226
-4.42285
0.012
45
318
0.003145
-4.19971
0.015
50
323
0.003096 -3.96332
0.019
k = konstanta penurunan suhu
T = suhu penyimpanan (Kelvin)
Dengan memplotkan kebalikan suhu mutlak (1/T) terhadap ln k, maka
diperoleh grafik seperti Gambar 18.
1/T
ln k
310
0.003226
2.633327
13.92
45
318
0.003145
3.24688
25.71
50
323
0.003096
3.225653
k = konstanta penurunan suhu
T = suhu penyimpanan (Kelvin)
25.17
k 45oC = 21.79813309
t 45oC
k 50oC = 27.62700399
t 50oC
d. Parameter Sensori
Parameter sensori untuk atribut aroma memiliki persamaan
Arrhenius y = -9028x + 23.23 dengan R2 sebesar 0.914. Jika produk
pangan darurat banana bars disimpan pada suhu 28oC maka umur
simpan produk ini adalah 27.06 bulan. Parameter sensori untuk atribut
rasa memiliki persamaan y = -12900x + 37.43 dengan nilai R2 0.996 dan
memiliki umur simpan produk pada suhu 28oC sekitar 43.17 bulan.
Sedangkan parameter sensori atribut tekstur tidak memiliki persamaan
Arrhenius karena nilai R2 untuk kedua ordo reaksi sangat kecil. Hasil
pengujian parameter sensori dapat memperlihatkan bahwa penurunan
mutu atribut aroma dan rasa produk banana bars stabil, dapat dilihat
dari tren kenaikan nilai k yang menunjukkan bahwa penurunan mutu
produk konsisten.
Ada beberapa kriteria dalam pemilihan parameter mutu untuk
menentukan umur simpan suatu produk yaitu : 1. Parameter mutu yang
paling cepat mengalami penurunan selama penyimpanan yang
ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi (R2) yang paling besar, 2.
Parameter mutu yang paling sensitif terhadap perubahan suhu, yang
dilihat dari nilai slope persamaan Arrhenius atau dapat dilihat dari energi
aktivasi yang paling rendah, 3. Bila terdapat lebih dari salah satu
parameter mutu yang memenuhi kriteria, maka dipilih parameter mutu
yang memiliki umur simpan paling pendek (Hariyadi et al, 2004).
Jika dilihat dari ketentuan pertama maka parameter mutu sensori
atribut rasa dan aroma memiliki nilai koefisien korelasi yang besar.
Hasil uji umur simpan untuk kedua atribut juga memenuhi persyaratan
umur simpan pangan darurat yaitu sekitar dua tahun. Namun, parameter
sensori untuk kedua atribut aroma dan atribut rasa diputuskan untuk
tidak digunakan dalam perhitungan pendugaan umur simpan produk
banana bars. Hal ini disebabkan uji sensori yang digunakan yaitu rating
hedonik tidak dapat menggambarkan pola kerusakan produk yang
dengan
pengujian
parameter
secara
objektif.
Misalnya
Tingkat
kesukaan
panelis
bersifat
subjektif
dan
pola
dengan
parameter
kekerasan
objektif.
Dengan
total
kapang-khamir
sebesar
1x102
koloni/gram.
Dengan
Harga
Tepung Kedelai
Rp 9.88/gram
Pisang
Rp 500.00/buah
Tepung Terigu
Rp 11.40/gram
Tepung singkong
Rp 5.00/gram
Gula
Rp 16.00/gram
Margarin
Rp 18.00/gram
Garam
Rp 5.00/gram
Jumlah Total Biaya Bahan Baku
Total Adonan
Berat produk akhir 50 gram maka FP
Harga Oven Baking Rp 20000/jam
Biaya Baking/50 gram
Biaya Produksi/50 gram
Jumlah (gram)
200
300
25
25
160
100
1.25
1976
2500
285
125
2560
1800
6.25
9252.25
811.25
11.97
772.95
357.14
1130.09
V.
A. Kesimpulan
Tepung kedelai yang dihasilkan memiliki rendemen sekitar 70.83 %.
Tepung singkong yang dihasilkan memiliki rendemen sekitar 40 %. Hasil analisis
tepung kedelai melputi kadar air sebesar 4.14 %, kadar abu sebesar 5.36 %, kadar
protein sebesar 41.70 %, kadar lemak 24.66 %, dan kadar kabohidrat sebesar
24.14 %. Rendemen tepung singkong yang dihasilkan sekitar 40 %. Hasil analisis
tepung singkong meliputi kadar air sebesar 8.88 %, kadar abu sebesar 2.84 %,
kadar protein sebesar 0.42 %, kadar lemak 1.49%, dan kadar kabohidrat sebesar
86.37 %. Hasil analisis tepung terigu meliputi kadar air sebesar 13.35 %, kadar
abu sebesar 0.70 %, kadar protein sebesar 5.28 %, kadar lemak 11.76 %, dan
kadar kabohidrat sebesar 68.91 %.
Tahap formulasi menghasilkan enam formula. Formula 1 terbuat dengan
rasio tepung kedelai dan pisang (2:3) dan rasio tepung terigu-singkong (1:0),
Formula 2 menggunakan rasio tepung kedelai dan pisang (2:3) dan rasio tepung
terigu-singkong (0:1), Formula 3 menggunakan rasio tepung kedelai dan pisang
(2:3) dan rasio tepung terigu-singkong (1:1), Formula 4 menggunakan rasio
tepung kedelai dan pisang (1:1) dan rasio tepung terigu-singkong (1:0), Formula 5
menggunakan rasio tepung kedelai dan pisang (1:1) dan rasio tepung terigusingkong (0:1), dan Formula 6 menggunakan rasio tepung kedelai dan pisang
(1:1) dan rasio tepung terigu-singkong (1:1).
Hasil pengolahan data secara statistik untuk keenam formula banana bars
menunjukkan bahwa faktor rasio tepung kedelai-pisang menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada taraf signifikansi 5 % terhadap respon nilai energi. Untuk
faktor rasio tepung terigu-tepung singkong, berpengaruh nyata terhadap respon
nilai energi pada taraf signifikansi 5 %. Interaksi antara kedua faktor tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai energi. Berdasarkan uji
lanjut Duncan, masing-masing taraf pada rasio tepung terigu-tepung singkong
memberikan pengaruh nilai energi yang berbeda nyata. Ada banyak faktor yang
B. Saran
1. Pemilihan metode uji pendugaan umur simpan lain seperti metode pendekatan
kadar air kritis atau kurva sorpsi isotherm untuk produk kering.
2.
Penggunaan variasi jenis pisang lokal lainnya seperti pisang kepok, pisang
uli atau pisang raja sebagai perbandingan untuk menghasilkan produk banana
bars terbaik.
3.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
200
300
50
160
100
1.25
Protein (g)
80.10
3.60
5.09
0.60
-
Lemak (g)
47.38
0.60
2.29
81.00
-
KH (g)
54.28
77.40
36.42
150
0.40
-
Air (g)
7.96
216.00
5.89
8.64
15.50
-
811.25
89.39
131.27
318.50
253.99
7.48
29.92
235.34
31.30
5
213.35
597.90
11.95
10.98
98.82
26.65
106.60
12.71
41.99
45.29
69
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
200
300
50
160
100
1.25
Protein (g)
80.10
3.60
0.68
0.60
-
Lemak (g)
47.38
0.60
0.19
81.00
-
KH (g)
54.28
77.40
43.75
150
0.40
-
Air (g)
7.96
216.00
4.08
8.64
15.50
-
811.25
84.98
129.17
325.83
252.18
7.08
28.32
233.93
31.08
5
211.57
599.68
11.99
10.77
96.93
27.17
108.68
12.10
41.43
46.45
70
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
200
300
25
25
160
100
1.25
Protein (g)
80.10
3.60
10.01
0.34
0.60
-
Lemak (g)
47.38
0.60
1.14
0.09
81.00
-
KH (g)
54.28
77.40
18.21
21.87
150
0.40
-
Air (g)
7.96
216.00
2.94
2.04
8.64
15.50
-
811.25
94.65
130.21
322.16
253.08
7.09
28.36
233.83
31.19
5
212.46
598.79
11.97
10.87
97.83
26.91
107.64
12.12
41.83
46.03
71
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
250
250
50
160
100
1.25
Protein (g)
100.12
3.00
5.09
0.60
-
Lemak (g)
59.22
0.50
2.29
81.00
-
KH (g)
67.85
64.50
36.42
150
0.40
-
Air (g)
9.95
180.00
5.89
8.64
15.50
-
811.25
108.81
143.01
319.17
219.98
8.61
34.44
237.40
27.11
5
179.36
631.89
12.63
11.32
101.88
25.27
101.08
14.50
42.91
42.57
72
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
250
250
50
160
100
1.25
Protein (g)
100.12
3.00
0.68
0.60
-
Lemak (g)
59.22
0.50
0.19
81.00
-
KH (g)
67.85
64.50
43.75
150
0.40
-
Air (g)
9.95
180.00
4.08
8.64
15.50
-
811.25
104.40
140.91
326.50
218.17
8.23
32.92
236.04
26.89
5
177.58
633.67
12.67
11.12
100.08
25.76
103.04
13.94
42.39
43.65
73
Bahan
Tepung Kedelai
Pisang
Terigu
Tepung Singkong
Gula Halus
Margarin
Garam
Jumlah (g)
250
250
25
25
160
100
1.25
Protein (g)
100.12
3.00
10.01
0.34
0.60
-
Lemak (g)
59.22
0.50
1.14
0.09
81.00
-
KH (g)
67.85
64.50
18.21
21.87
150
0.40
-
Air (g)
9.95
180.00
2.94
2.04
8.64
15.50
-
811.25
114.07
141.95
322.83
219.07
9.01
36.04
239.10
27.00
5
178.47
632.78
12.65
11.22
100.98
25.52
102.98
15.07
47.23
42.69
74
1:1
2:3
6
6
TTTsingkong
0:1
1:0
1:1
Intercept
df
Mean Square
Sig.
24,277
57,053
,000
623958,489
623958,489
1466383,711
,000
Kedelaipsg
,630
,630
1,481
,269
TTTsingkong
118,320
59,160
139,034
,000
Kedelaipsg *
TTTsingkong
2,433
1,216
2,858
,134
,426
Error
2,553
Total
624082,425
12
123,936
11
Corrected Total
N
4
0:1
1:0
Sig.
1
224,3475
227,7150
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,426.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b Alpha = ,05.
232,0200
1,000
18 Mei 2009
No. HP :
Bars adalah produk pangan padat yang berbentuk batang dan merupakan campuran dari berbagai
bahan kering seperti sereal, kacang-kacangan, buah-buahan kering yang digabungkan menjadi satu
dengan bantuan binder. Binder dalam bars dapat berupa sirup, nougat, caramel, coklat, dan puree buah
segar (Gillies, 1974).
Instruksi :
Dihadapan Anda terdapat empat sampel. Salah satu sampel berkode C. Sampel ini merupakan contoh
bar. Silahkan Anda cicipi untuk memberikan gambaran tekstur bar. Jangan membandingkan sample
C dengan sampel lainnya yang akan diuji.
Anda diminta untuk melakukan uji rating hedonic terhadap tiga sampel berkode. Atribut yang diuji
meliputi aroma, rasa, tekstur dan overall. Lakukan uji dari kiri ke kanan. Netralkan indra pencicip
Anda dengan air sebelum melakukan pengujian ke sampel selanjutnya. Jangan membandingkan
antar sampel.
Skor untuk uji rating : 1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka
3 = netral
4 = suka
5 = sangat suka
Kode sampel
Aroma
Rasa
Tekstur
Overall
Pertanyaan tambahan
Apakah Anda bersedia untuk menjadi panelis tetap untuk uji pendugaan umur simpan produk
ini?..................
76
sampel
panelis
atribut aroma
Value Label
f1
N
30
Panelis
F1
F2
F3
f2
30
khrisia
f3
30
galih eka
tiara
adi
indri
catrien
venty
tuti
subkhi
10
11
12
13
haris
oloan
septi
ikhwan
14
tri erza
15
dede
16
tiyu
17
18
kenchi
19
20
21
arya
pratiwi
isna
22
dewi
23
nanda
24
fahmi
25
26
wahyu
27
cath
28
muji
29
sobur
30
arif
novia
cici
Rataan
3.57
3.47
3.60
77
panelis
sampel
df
32
Mean Square
35.769
F
112.888
Sig.
.000
13.656
29
.471
1.486
.100
.289
.144
.456
.636
Error
18.378
58
.317
Total
1163.000
90
Atribut rasa
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
sampel
panelis
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Value Label
f1
f2
f3
N
30
30
30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
panelis
khrisia
galih eka
tiara
adi
indri
catrien
venty
tuti
subkhi
haris
oloan
septi
ikhwan
tri erza
dede
tiyu
kenchi
arya
pratiwi
isna
dewi
nanda
fahmi
wahyu
cath
muji
sobur
arif
novia
cici
Rataan
atribut rasa
F1
F2
2
3
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
5
5
3
3
5
4
3
4
4
2
5
5
3
3
5
4
3
2
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
2
3.73
3.53
F3
4
4
4
2
3
4
3
4
4
4
4
5
3
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
3.60
78
df
32
Mean Square
37.665
F
105.479
Sig.
.000
sampel
.622
.311
.871
.424
panelis
23.822
29
.821
2.300
.003
20.711
58
.357
Error
Total
1226.000
90
a R Squared = .983 (Adjusted R Squared = .974)
Atribut tekstur
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label
N
sampel 1
f1
30
2
f2
30
3
f3
30
panelis
1
3
2
3
3
3
4
3
5
3
6
3
7
3
8
3
9
3
10
3
11
3
12
3
13
3
14
3
15
3
16
3
17
3
18
3
19
3
20
3
21
3
22
3
23
3
24
3
25
3
26
3
27
3
28
3
29
3
30
3
Panelis
khrisia
galih eka
tiara
adi
indri
catrien
venty
tuti
subkhi
haris
oloan
septi
ikhwan
tri erza
dede
tiyu
kenchi
arya
pratiwi
isna
dewi
nanda
fahmi
wahyu
cath
muji
sobur
arif
novia
cici
Rataan
atribut tekstur
F1
F2
2
3
2
2
4
5
3
4
2
2
3
3
3
3
1
3
2
4
2
2
2
3
4
3
2
2
3
3
4
4
2
3
4
4
2
2
4
4
4
2
3
4
3
2
3
4
2
2
2
3
3
3
1
1
3
2
4
2
3
4
2.73
2.93
F3
4
3
2
2
2
3
4
2
4
4
4
4
1
4
2
3
3
4
3
4
3
2
4
2
2
4
3
2
3
2
2.97
79
df
32
Mean Square
24.374
F
34.442
Sig.
.000
sampel
.956
.478
.675
.513
panelis
33.656
29
1.161
1.640
.055
41.044
58
.708
Error
Total
821.000
90
a R Squared = .950 (Adjusted R Squared = .922)
Atribut overall
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
sampel
panelis
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Value Label
f1
f2
f3
N
30
30
30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Panelis
khrisia
galih eka
tiara
adi
indri
catrien
venty
tuti
subkhi
haris
oloan
septi
ikhwan
tri erza
dede
tiyu
kenchi
arya
pratiwi
isna
dewi
nanda
fahmi
wahyu
cath
muji
sobur
arif
novia
cici
Rataan
atribut overall
F1
F2
2
2
3
3
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
2
4
3
4
2
3
3
3
4
4
3
2
4
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
4
3
2
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
4
3
3
3
3.23
3.27
F3
4
4
5
2
3
4
3
4
4
4
4
4
2
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3.50
80
panelis
sampel
Error
Total
df
32
Mean Square
31.748
F
70.641
Sig.
.000
14.667
29
.506
1.125
.343
1.267
.633
1.409
.253
26.067
58
.449
1042.000
90
a R Squared = .975 (Adjusted R Squared = .961)
81
Distance
: 400 x 0.01 mm
Speed
: 0.5 mm/s
Sensitivitas
: 1 Volt
Chart Speed
: 40 mm/minute
Probe
: Jarum
Probe Jarum
82
Lampiran 11. Kuesioner Uji Rating Hedonik Uji Pendugaan Umur Simpan
UJI RATING HEDONIK
Nama :
No. HP :
Instruksi :
Dihadapan Anda terdapat sampel. Anda diminta untuk melakukan uji rating hedonic.
Atribut yang diuji meliputi aroma, rasa, dan tekstur.
Skor untuk uji rating
Kode sampel
Aroma
Rasa
Tekstur
Kode sampel
Aroma
Rasa
Tekstur
83
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Rataan
37 C
14
6
6
6
5
6
5
6
4
6
6
3
6
7
4
6
6
5
3
5
6
6
6
6
6
4
2
3
3
5.11
5
4
4
4
6
6
6
3
6
6
3
6
6
4
6
6
5
6
4
3
4
5
5
6
6
3
6
3
4.89
3
5
6
4
6
4
4
6
2
6
6
6
6
5
6
6
6
4
6
6
6
4
4
5
6
2
6
4
5.00
21
28
7
4
6
4
5
5
4
4
6
5
3
5
6
6
4
4
4
4
4
4
6
6
6
5
5
5
3
5
4.82
6
5
4
5
5
5
3
6
5
5
5
4
4
5
5
6
4
5
4
5
4
5
5
4
6
4
1
5
4.64
6
6
6
5
6
5
6
4
6
6
3
6
7
4
6
6
5
3
5
6
6
6
6
6
4
2
3
3
5.11
45 C
14
21
28
4
4
5
4
5
4
5
3
4
6
3
6
3
4
6
5
5
4
4
6
4
6
5
3
6
6
5
4
4.61
6
5
5
5
5
5
4
6
4
5
5
6
4
5
5
5
6
4
6
6
5
4
4
4
3
4
5
5
4.86
4
6
6
5
4
5
4
4
6
5
4
5
5
6
4
2
4
6
4
4
5
6
6
3
5
2
6
4
4.64
6
6
4
4
5
5
6
4
5
6
4
4
5
6
2
5
3
5
3
3
4
4
4
3
4
1
5
5
4.32
6
6
6
5
6
5
6
4
6
6
3
6
7
4
6
6
5
3
5
6
6
6
6
6
4
2
3
3
5.11
50 C
14
21
28
3
4
5
4
5
4
6
2
6
6
3
6
6
4
6
5
5
4
2
3
2
3
4
6
5
6
5
3
4.39
3
5
5
3
5
5
5
6
4
6
5
6
4
5
6
5
5
2
6
5
5
4
4
5
6
3
5
2
4.64
6
3
4
3
3
4
2
3
3
5
5
5
4
6
4
2
4
3
3
4
3
5
4
5
5
1
6
3
3.86
6
6
3
4
4
5
4
3
4
2
4
5
4
5
5
3
2
5
3
3
3
5
5
4
4
1
2
3
3.82
84
Panelis
37 C
45 C
50 C
14
21
28
14
21
28
14
21
28
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Rataan
5.5
4.75
5.07
5.07
4.79
5.5
5.18
4.89
4.57
4.18
5.5
5.00
4.36
3.64
3.39
85
Panelis
37 C
45 C
50 C
14
21
28
14
21
28
14
21
28
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Rataan
3.32
2.68
4.32
3.46
2.96
3.32
3.75
4.11
3.29
3.18
3.32
3.86
3.57
2.96
3.15
86
Ulangan
37 C
45 C
50 C
14
21
28
14
21
28
14
21
28
4.88
5.97
4.71
6.56
7.84
4.88
5.05
5.58
5.69
7.72
4.88
5.16
5.77
5.12
8.58
4.86
5.99
4.72
6.49
8.02
4.86
5.15
5.45
5.82
7.95
4.86
5.06
5.82
5.16
8.18
Rataan
4.87
5.98
4.715
6.525
7.93
4.87
5.1
5.515
5.755
7.835
4.87
5.11
5.795
5.14
8.38
Parameter Nilai aw
o
Ulangan
37 C
45 C
50 C
14
21
28
14
21
28
14
21
28
0.467
0.520
0.453
0.566
0.573
0.467
0.467
0.565
0.608
0.605
0.467
0.437
0.607
0.486
0.622
0.460
0.534
0.456
0.569
0.561
0.460
0.469
0.580
0.617
0.611
0.460
0.453
0.613
0.477
0.623
Rataan
0.464
0.527
0.455
0.568
0.567
0.464
0.468
0.573
0.613
0.608
0.464
0.445
0.610
0.482
0.623
Ulangan
37 C
45 C
50 C
14
21
28
14
21
28
14
21
28
1375
1400
1350
1150
1100
1375
1400
1375
1350
525
1375
1300
1350
1300
500
1400
1400
1350
1050
1000
1400
1400
1350
1350
500
1400
1350
1350
1275
575
Rataan
1387.5
1400
1350
1100
1050
1387.5
1400
1362.5
1350
512.5
1387.5
1325
1350
1287.5
537.5
87
Lampiran 13. Grafik Ordo nol dan Ordo satu tiap Parameter
Parameter Kadar Air
Ordo 0
Ordo 1
88
Ordo 1
89
Lampiran 14. Umur simpan banana bars berdasarkan parameter sensori atribut aroma, parameter sensori atribut rasa, kadar air, dan
tekstur objektif
Ordo
1
Parameter
Suhu (K (1/T)
Persamaan
nilai Y
Arc Ln Y (K)
ln Qawal-ln Qakhir
Sensori Aroma
0.003322259
0.00330033
0.003225806
0.003144654
0.003095975
0.003322259
0.00330033
0.003225806
0.003144654
0.003095975
0.003322259
0.00330033
0.003225806
0.003144654
0.003095975
y=-9028x + 23.23
-6.763354252
-6.56537924
-5.892576568
-5.159936312
-4.7204623
-7.154881413
-6.84772231
-5.803864642
-4.665168578
-3.983321825
-4.769371622
-4.69354114
-4.435837148
-4.155213532
-3.98688155
0.001155347
0.00140829
0.002759857
0.005742065
0.008911058
0.000781042
0.001061872
0.003015877
0.00941766
0.018623672
0.008485711
0.009154212
0.011845146
0.015682442
0.018557495
0.938052224
Sensori Rasa
kadar air
Ordo
0
Parameter
tekstur objektif
y=-14007x + 39.38
y=-3458x + 6.719
1.011600912
0.542753977
Suhu (K (1/T)
Persamaan
nilai Y
Arc Ln Y (K)
Qawal- Qakhir
0.003322259
0.00330033
0.003225806
0.003144654
0.003095975
y=-4868x + 18.39
2.217243188
2.32399356
2.686776392
3.081824328
3.3187937
9.181982941
10.21639272
14.68426323
21.79813309
27.62700399
875
Umur simpan
(hari)
811.9222598
666.0931891
339.8916575
163.3649502
105.2683332
1295.193716
952.6584524
335.4251325
107.4153092
54.31801622
63.96093327
59.29007942
45.82079399
34.60902164
29.24715802
umur simpan
(bulan)
27.06407533
22.2031063
11.32972192
5.44549834
3.508944439
43.17312386
31.75528175
11.18083775
3.580510306
1.810600541
2.132031109
1.976335981
1.5273598
1.153634055
0.974905267
Umur simpan
(hari)
95.29531971
85.64666842
59.58759974
40.14105228
31.67191058
umur simpan
(bulan)
3.176510657
2.854888947
1.986253325
1.338035076
1.055730353
90