Anda di halaman 1dari 59

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
HUBUNGAN ANTARA GUNUNG API DENGAN GEOTHERMAL

TUGAS

OLEH
Nama
: Fauzul Umam
No. Mhs : D 611 12 279

MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................


...................i
DAFTAR ISI .............................................................................................
..................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
.................iii
BAB I
1.1
1.2
1.3

PENDAHULUAN ....................................................................
1
Latar Belakang.............................................................................
1
Maksud dan Tujuan.....................................................................
2
Batasan Masalah..........................................................................
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................


3
2.1
Gunung Api.................................................................................
3
2.1.1
Proses Terbentuknya Gunung Api ..............................................
3
2.1.2
Penyebab Gunung Api Meletus...................................................
5
2.1.3
Gunung Api Indonesia.................................................................
7
2.1.4
Kekayaan Gunung Api Indonesia................................................
10
2.1.5
Jenis Letusan...............................................................................
11
2.1.6
Tipe Letusan ...............................................................................
13
2.1.7
Bentuk Gunung Api.....................................................................
18
2.2
Geothermal..................................................................................
22
2.2.1
Pengertian Geothermal ...............................................................
23
2.2.2
Proses Pembentukan....................................................................
26

2.2.3
2.2.4
2.2.5

Jenis-jenis Geothermal................................................................
29
Karakteristik Geothermal............................................................
37
Pemanfaatan Geothermal.............................................................
42

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.............................................................


46
3.1
Kesimpulan..................................................................................
46
Senarai Kata.................................................................................................
48
Daftar Pustaka..............................................................................................
v

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skema Pembentukan Gunung Api....................... 4
Gambar 2.2 Kepalan Asap ...... 4
Gambar 2.3 G. Batur, Bali .. 6
Gambar 2.4 Sketsa Pembentukan Gunung Api ... 7
Gambar 2.5 Sebaran Gempa Bumi Tektonik Sejak Tahun 1900 8
Gambar 2.6 Lempeng Tektonik 9
Gambar 2.7 Peta Sebaran Gunung Api Indonesia ... 10
Gambar 2.8 Letusan Freatik, G. Lokon, Indonesia...... 11
Gambar 2.9 Letusan Magmatik, G. Merapi, Indonesia ... 12
Gambar 2.10 Letusan Freato Magnetik, Japan Vulkano, Jepang .. 13
Gambar 2.11 Letusan Tipe Vulkano, G. Vesuvius, Italia .. 14
Gambar 2.12 Letusan Tipe Plinian, G. Krakatau, Indonesia 15
Gambar 2.13 Letusan Tipe Saint Vincent, G. Saint Vincent.................. 16
Gambar 2.14 Letusan Tipe Strombolian, G. Anak Krakatau, Indonesia 16
Gambar 2.15 Letusan Tipe Merapi, G. Merapi, Indonesia ... 17
Gambar 2.16 Letusan Tipe Karangetan, G. Karangetan, Indonesia ... 18
Gambar 2.17 Bentuk Gunung Api Strato/Kerucut, G. Merapi, Indonesia19
Gambar 2.18 Bentuk Gunung Api Cinder Vulkano, G. Vesuvius, Italia.. 20
Gambar 2.19 Bentuk Gunung Api Perisai, G. Mauna Kea, Hawaii...... 20
Gambar 2.20 Pincate Maar .... 21
Gambar 2.21 Bentuk Gunung Api Kaldera, G. Bromo, Indonesia.... 22
Gambar 2.22 Proses Pembentukan Geothermal 25
Gambar 2.23 Energi Panas Bumi Uap Basah 27
Gambar 2.24 Energi Panas Bumi Air Panas, Suoh, Lampung Barat, Indonesia28
Gambar 2.25 Energi Panas Bumi Batu Panas........................... 28
Gambar 2.26 Mata Air Panas ....... 32

Gambar 2.27 Silika Sinter, Oroakei Koroako, Selandia Baru... 32


Gambar 2.28 Travertin, Denizli, Turki . 33
Gambar 2.29 Kawah Ijen, Indonesia . 34
Gambar 2.30 Rumah Kaca ..... 38
Gambar 2.31 Pemandian Air Panas ...................... 38
Gambar 2.32 Pemanfaatan Geothermal dalam Sektor Pertanian....... 39
Gambar 2.33 Geothermal Power Plant ...... 42
Gambar 2.34 Struktur Lapisan Bumi 43

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan baik
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Kebutuhan energi tersebut tentunya
harus diimbangi dengan tersedianya pasokan energi yang cukup. Akan tetapi
semakin berkembangnya proses kehidupan manusia,energi yang dibutuhkan
semakin banyak sementara ketersediaan energi makin berkurang.
Manusia dan semua mahluk hidup yang ada di bumi sangat bergantung
terhadap energi. Energi yang saat ini banyak digunakan adalah energi fosil.
Ketergantungan terhadap energi fosil menjadi bom waktu yang dapat meledak
seketika. Energi fosil, seperti yang sudah kita ketahui sejak duduk di bangku
sekolah dasar, adalah energi yang tidak dapat diperbarui. Artinya suatu saat akan
habis sehingga diperlukan upaya pencarian sumur minyak baru sebagai cadangan
dan mencari alternatif-alternatif lainnya selain fosil yang sifatnya dapat
diperbaharui untuk mencukupi kebutuhan energi masa depan (Andri, 2013).
Indonesia merupakan Negara yang dilalui oleh jalur ring of fire karena
Indonesia terletak di pinggir lempeng yang secara konstan bergerak, berdasarkan
hal tersebut banyak sekali terjadi gempa dan letusan gunung api di Indonesia,
sehingga selain diberkati dengan tanah yang subur tetapi juga kaya akan energi
panas bumi. Melihat besarnya potensi tersebut maka perlu adanya perhatian yang
lebih dalam upaya pengembangannya. Sehingga dengan demikian, pemakaian
energi dalam kehidupan dapat dapat dimaksimalkan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk melulusi
mata kuliah Geothermal. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis jenis Gunung Api berdasarkan dari tipe letusan dan
bentuknya
2. Mengetahui jenis jenis Geothermal
3. Mengetahui hubungan antara Gunung Api dengan Geothermal

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini cakupan ruang lingkup permasalahan dibatasi pada
studi gunung api dan geothermal berdasarkan data dan referensi penelitian dengan
tema yang sama sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gunung Api


2.1.1 Proses Terbentuknya Gunung Api
Teori tektonik Lempeng (Plate Tectonic) menerangkan bahwa bagian dari
kulit bumi (litosfer) merupakan lempeng yang tegar (rigid) bergerak satu terhadap
lainnya di atas suatu massa yang plastis (astenosfer) dengan kecepatan 4-6 cm
setiap tahun. Bila kedua lempeng yang sifatnya berbeda tersebut bertabrakan,
maka salah satu akan menukik ke dalam.
Secara Teori bahwa lempeng benua (continental Plate) mengapung
relative terhadap lempeng samudra (sea Plate). Bila suatu ketika keduanya
bertabrakan, maka lempeng samudra akan menukik karena lebih plastis dan
mempunyai kepadatan yang relative lebih rendah. Daerah tabrakan tersebut
disebut zona tumbukan (subduction zone). Di zona tumbukan tersebut terjadi
pelelehan batuan (melting rock) akibat panas yang terbentuk. Leburan batuan
itulah yang disebut dengan magma yang kemudian mengalami diferensiasi dan
atau asimilasi dengan kerak bumi yang dilaluinya dan keluar melalui rekahan
yang terbentuk ketika tabrakan berlangsung dan akhirnya membentuk rangkaian
gunung api. Batuan yang cair pijar (magma) relative lebih ringan disbanding
batuan yang dingin, akibatnya secara perlahan tetapi meneus dapat menerobos
mencapai permukaan. Dalam perjalanannya menerobos batuan yang padat dan
kokoh adalah upaya yang tidak mudah, terkadang magma kehabisan energy dan
berhenti di suatu tempat membentuk kantong dan diam disana beberapa waktu.
3

Gambar 2.1 : Skema terbentuknya kelurusan gunung api


Bila ada kesempatan, misalnya karena batuan di atasnya retak dan menjadi
lemah karena gempa bumi atau lainnya, perjalanannya keatas dilanjutkan kembali.
Proses tersebut terjadi secara berulang yang diselingi oleh letusan, dan akhirnya
membentuk suatu tumpukan batuan dan terbentuklah cikal bakal gunung api. Hal
ini sangat relevan dengan proses pembentukan suatu gunung api, terutama gunung
api strato (berlapis) seperti pada umumnya dii Indonesia.

Gambar 2.2 : Kepulan asap yang dihembus angina menjauh meninggalkan jejak
Gunung api adalah salah satu fenomena yang misterius di alam raya dan tidak
dapat dipelajari hanya dari satu disiplin ilmu saja. Volcanology, ilmu yang
mempelajari tentang kegunungapian mengadopsi ilmu-ilmu geologi, fisika dan
kimia.

2.1.2 Penyebab Gunung Api Meletus


Secara fisika, apabila suatu benda panas berada pada lingkungan yang
relative lebih dingin dengannya, maka benda tersebut cenderung bergerak secara
vertical. Prinsip ini berlaku pula pada proses letusan suatu gunung api.
Magma yang terbentuk pada kedalaman lebih dari 10.000 meter
mempunyai temperature di atas 1.200oC berupa liquid, antara cair dan padat.
Benda liquid dan panas ini selalu mencari kesempatan untuk bermigrasi ke
permukaan bumi.

Apabila tekanan berkurang di bagian permukaan, maka magma akan


bergerak dan menyebabkan retakan, terjadi gempa vulkanik, dan pada akhirnya
membentuk pipa yang dikenal dengan diatrema (conduit), sering juga disebut
dengan pipa kepundan. Bila tercapai kesetimbangan tekanan, magma akan
berhenti bergerak menanti kesempatan berikutnya dan diam pada suatu tempat
yang dikenal dengan kantung magma (magma pocket), ukurannya antara satu
hingga dua kilometre. Bila ukurannya lebih dari dua kilometre disebut kamar
magma (magma chamber). Bila suatu waktu tekanan magma meningkat,
disebabkan oleh proses geologi atau lainnya, misalnya gempa tektonik, maka akan
Terjadi retakan. Proses selanjutnya magma menerobos batuan penutup dan
menghasilkan letusan.

Gunung/Kawah Parasit

Kawah Utama

Gambar 2.3 : Kawah utama, gunung/kawah parasite dan leleran lava gunung
Batur Bali yang mengekspresikan pembentukan gunung api seperti pada sketsa.
Bila batuan cair (magma) dan atau gas mendesak keluar serta batuan penutup
tidak sanggup menahannya, maka akan terjadi letusan. Prinsip fisika mengatakan,
bila tekanan pada satu sisi lebih besar daripada sisi lainnya, maka akan terjadi
pendobrakan dan penghancuran.

Gambar 2.4 : Sketsa Pembentukan Gunung Api

2.1.3 Gunung Api Indonesia


Gunung api Indonesia terbentang dari pulau Sumatra, menyusuri pulau
Jawa kemudian menyeberang ke Bali, Nusa Tenggara hingga bagian timur
Maluku dan berbelok ke utara Pulau Sulawesi. Bila digambarkan seolah-olah
melingkari kepulauan Indonesia. Itulah sebabnya sering disebut Lingkaran Api
(The Ring of Fire) Indonesia atau Jalur Tektonik Indonesia. Jumlah gunung api di
Indonesia sebanyak 129 atau 13% dari seluruh gunung api yang ada di dunia
sehingga menempatkan negeri ini sebagai peringkat pertama dunia.

G
ambar 2.5 : Sebaran gempa bumi tektonik sejak tahun 1900. Simbol ungu adalah
gempa dangkal, kurang dari 40 km, biru kedalaman 40-80 km, hijau kedalaman
80-160 km, kuning kedalaman 160-300 km, jingga kedalaman 300-500 km dan
merah adalah gempa dalam lebih dari 500 km
Berdasarkan catatan sejarah, sesungguhnya gunung api sebanyak itu tidak
semua pernah meletus, tetapi berdasarkan kriteria (kenampakan permukaan, jenis
batuan yang menyusun, dan sebagainya) pantas disebut sebagai gunung api.
Untuk menghindari kesimpang-siuran dan memudahkan mengamatinya, maka
gunung api Indonesia dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan sejarah kegiatannya,
yaitu gunung api tipe A, tipe B, tipe C.
Gunung api Tipe A adalah gunung api yang pernah meletus atau
meningkat kegiatannya sejak tahun 1600 sampai sekarang. Mengapa tahun 1600
diambil sebagai patokan tidak ada penjelasan, mungkin karna mulai masa itu
sudah mulai dilakukan pencatatan, jumahnya sebanyak 78 gunung. Gunung api

Tipe B adalah gunung api yang tidak memiliki sejarah letusan sejak tahun 1600
atau sebelumnya, tetapi ada lubang bekas letusan (kawah tidak aktif) di
tubuh/puncaknya, jumlahnya 30 gunung. Gunung api tipe C adalah gunung api
yang hanya memiliki manifestasi panas bumi (solfatara, fumarola) di permukaan
tubuhnya, tetapi tidak ada sejarah letusan sejak tahun 1600 atau sebelumnya
maupun lubang bekas letusan di tubuh/ puncaknya, jumlahnya 21 gunung.

Gambar 2.6 : Kepulauan Indonesia di antara lempeng tektonik dunia. Dua


lempeng besar, yaitu Lempeng Pasifik menekan dari arah timur dan lempeng
Indo-Australia menekan dari arah selatan-barat. Keduanya mengitari Nusantara.
Di bagian utara ada lempeng Eurasia yang relative diam dan menahan laju
himpitan tersebut sehingga kepulauan Indonesia berada dalam pertarungan tiga
lempeng besar dunia. Itulah sebabnya Indonesia kaya dengan gunung api.
Berdasarkan kenyataan selama ini, gunung api yang berpeluang meletus adalah
gunung api tipe A. sepanjang sejarah kegunungapian di Indonesia, untuk pertama
kalinya gunung api tipe B meletus, yaitu Gunung Sinabung, Sumatera Utara pada
Oktober 2010. Gunung tipe C belum pernah ada yang tercatat meletus. Meskipun
10

Demikian, tidak tertutup kemungkinan dapat juga meletus.

Gambar 2.7 : Peta Sebaran Gunung Api Indonesia

2.1.4 Kekayaan Gunung Api Indonesia


Kawasan ini menjadi arena benturan antara Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke utara terhadap lempeng Pasifik yang relative bergerak kea rah barat.
Dengan kecepatan antara 4-6 cm per tahun, lempeng yang berbenturan tersebut
menunjam tepat di bawah kepulauan Indonesia dan memberi peluang kepada
magma merayap naiik persis diatas Nusantara dan mencabik-cabiknya menjadi
banyak pulau. Jalur gunung api Sumatera-Jawa dan berlanjut hingga Nusa
Tenggara yang memanjang dari barat ke timur. Kemudian di bagian timur,
rangkaian gunung api memutar ke arah utara dari laut Banda di Maluku berputar
ke utara memotong Sulawesi bagian utara. Di bagian utara ada lempeng yang
ketiga, Lempeng Eurasia yang menahan himpitan tersebut sehingga kepulauan
Indonesia berada dalam lingkaran pertarungan tiga lempeng besar dunia.

11

Akibat benturan ketiga lempeng tersebut menyebabkan retaknya beberapa


Bagian kerak bumi, selain menimbulkan panas yang memproduksi batuan cair
(magma). Melalui retakan-retakan yang terbentuk sekaligus sebagai bidang lemah,
magma terdorong naik dan membentuk kerucut-kerucut gunung api. Itu sebabnya
Indonesia kaya dengan gunung api.

2.1.5 Jenis Letusan


Jenis letusan gunung api di Indonesia yang biasa terjadi ada tiga macam,
masing-masing letusan freatik (letusan gas/letusan abu), letusan magmatik dan
yang ketiga perpaduan antara letusan gas dan letusan magmatic yang dikenal
dengan letusan freatomagnetik.
1. Letusan Freatik
Letusan freatik dipicu oleh tekanan gas atau uap air yang berada di bawah
permukaan. Adakalanya gas mengikis dinding kawah kemudian terbentuk
abu dan terlontar bersama berupa letusan abu.

12

Gambar 2.8 : Letusan Freatik, G. Lokon, Sulawesi Utara, Indonesia


2. Letusan Magmatik
Letusan magmatic adalah letusan gunung api yang dimotori langsung oleh
desakan fluida magma. Magma yang mendesak mempunyai tekanan yang
sangat besar sehingga mampu membongkar batuan penutup. Dampaknya
sangat berbahaya karena melontarkan material (lava) pijar, awan panas dan
sebagainya. Letusan jenis ini menghasilkan berbagai tipe letusan.

Gambar 2.9 : Letusan Magmatik G. Merapi, Indonesia


3. Letusan Freatomagmatik
Letusan Freatomagmatik adalah letusan gunung api yang dipicu oleh
interaksi antara air dan magma (pada kantong magma yang dangkal).
Awalnya letusan berupa freatik. Letusan ini menyebabkan ketidakstabilan
pada kantong magma dan memicu magma migrasi ke permukaan menyeba
Bkan letusan susulan yang menghasilkan lontaran lava (bom dan pasir)
bercampur dengan uap air.

13

Gamb
ar 2.10 : Letusan Freatomagnetik, Tokyo Volcano, Jepang
2.1.6 Tipe Letusan
Letusan magmatic menghasilkan berbagai tipe letusan . adanya perbedaan
tipe letusan disebabkan oleh antara lain ; proses kimia, fisika, termodinamika,
kekentalan (jenis) magma dan struktur geologi pada tubuh gunung api.
Penamaan setiap tipe letusan gunung api diambil dari ciri khas suatu
gunung api yang pertama kali dipelajari atau nama seseorang yang pertama kali
menelitinya. Berbagai tipe letusan gunung api yang lazim terjadi di Indonesia
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Letusan Tipe Vulkano


Letusan Tipe Plinian
Letusan Tipe Saint Vincent
Letusan Tipe Strombolian
Letusan Tipe Merapi
Letusan Tipe Karangetan

Untuk mengetaehui tipe letusan suatu gunung api dilakukan dengan cara
mengamati secara visual.
1. Letusan Tipe Vulkano

14

Tipe ini adalah ciri khas dari Gunung Volcano di Italia. Material letusannya
terdorong ke atas dan di ujung asap letusan mengembang seperti paying.
Biasanya gunung api yang memamerkan tipe ini pipa kawahnya sudah terbuka.
Ancaman tipe ini adalah hujan abu lebat. Hujan abu yang akan jatuh tergantung
arah angina

Gambar 2.11 : Letusan Tipe Vulkano, G Vesuvius, Italia


2. Letusan Tipe Plinian
Tipe ini bertekanan gas kuat sehingga menghasilkan awan panas letusan dan lontaran material lepas (pijar) dalam skala besar. Asap letusan sejak awal
berkembang sangat besar dan diujungnya membentuk cendawan raksasa,
sehingga adakalanya tipe ini sering juga disebut dengan super vulkanian.
Letusan tipe Plinian akan menghasilkan kawah yang besar atau dalam.
Ancaman tipe ini selain hujan abu lebat dan aliran awan panas letusan ke
segala arah.

15

Gambar 2.12 : Letusan Tipe Plinian, G. Krakatau, Indonesia


3. Letusan Tipe Saint Vincent
Letusan Saint Vincent umumnya terjadi pada gunung api yang kawahnya
terbuka atau berisi air (danau kawah). Letusan ini bertekanan gas yang sedang
melontarkan air kawah (lahar primer) dan material rombakan di dasar kawah.
Setelah air kawah habis, letusan berlanjut dengan melontarkan rempah-rempah
lepas dan awan panas yang terarah sesuai dengan arah bukaan kawah.

Ga
mbar 2.13 : Letusan Tipe St. Vincent, G. St. Vincent
4. Letusan Tipe Strombolian

16

Tipe ini pertama kali dipamerkan di Gunung Stromboli, Italia. Ciri khasnya
adalah menyemburkan lava pijar ke segala arah terus menerus dalam selang
waktu beberapa menit secara berkala. Bila malam hari terlihat bagaikan
kembang api. Letusan tipe ini biasanya bertekanan gas lemah sehingga hanya
melontarkan lava pijar disekitar puncak atau lereng bagian atas.

Gambar 2.14 : Letusan Tipe Strombolian, G. Anak Krakatau, Indonesia


5. Letusan Tipe Merapi
Tipe ini adalah ciri khas Gunung Merapi, Yogyakarta-Jawa Tengah. Yang
menonjol dari tipe ini adalah leleran lava dan awan panas guguran yang terjadi
akibat longsornya kubah lava. Kubah lava yang sedang tumbuh cenderung
tidak stabil. Selain karena masih terdesak oleh pasokan fluida magma,
materialnya masih ringkih, antara membeku dan liquid yang menyebabkan
mudah retak. Ketika volume kubah mencapai besaran tertentu dan batuan
dasarnya tidak mampu menopangnya, maka akan runtuh, kesempatan itulah
yang dimanfaatkan oleh magma ikut terdorong dan tercipta awan panas
guguran (rock avalanche atau nuee ardante davalanche). Ancaman yang

17

utama dari tipe ini adalah aliran awan panas guguran. Arah ancaman tergantung
aliran awan panas guguran.

Gambar 2.15 : Letusan Tipe Merapi, G. Merapi, Indonesia


6. Letusan Tipe Karangetan
Tipe letusan ini sangat spesifik terjadi di gunung Karangetan, pulau Siau, Sulawesi Utara. Tipe ini mirip dengan tipe Merapi, bedanya adalah awan panas
guguran terjadi bukan dari puncak kubah tetapi dari ujung leleran lava. Pada
saat terjadi efusif (leleran lava), lava di permukaan relative lebih cepat
membeku, sedangkan di bagian dalam masih liquid sehingga seolah-olah
bergerak dalam terowongan (tunnel). Ketika ujung tunnel tersebut tersumbat
oleh lava yang membeku, lama kelamaan akan membesar dan membentuk
gundukan di bagian ujung. Karena masih adanya lava yang masih liquid, akan
mendorong kemudian membongkar gundukan dan menyebabkan awan panas
guguran. Perbedaan prinsip ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SR.
Wittiri (1994).

18

Gambar 2.16 : Tipe Letusan Karangetan, G. Karangetan, Indonesia


2.1.7 Bentuk Gunung Api
Gunung api merupakan bentukan alam yang terbentuk karena aktivitas
magma yang keluar dari perut bumi. Di bumi ini terdapat beranekaragam bentuk
gunung api. Berikut ini beberapa bentuk api yang ada di muka bumi:
1. Stratovolcano/Kerucut
Gunung api ini berbentuk seperti kerucut. Puncak gunung api ini semakin lama
semakin tinggi karena endapan erupsi lava dan bahan piroklastik dari kawah
gunung. Pembentukan stratovolcano ini terjadi di zona subduksi. Di Indonesia
gunung api strato paling banyak dijumpai.

19

Gambar 2.17 : Bentuk Gunung Api Strato/Kerucut, G. Merapi, Indonesia


2. Cinder Volcano
Gunung api ini memiliki karakteristik lubang kepundannya yang berbentuk
seperti corong/kubah dengan kemiringan lereng yang curam. Gunung api ini
memiliki letusan yang sangat besar

20

Gam
bar 2.18 : Bentuk Gunung Api Cinder Volcano, G. Vesuvius, Italia
3. Perisai
Gunung api ini berbentuk seperti perisai atau tameng. Bentuk gunung api ini
relatif datar dan landai karena jenis lava yang dierupsikan merupakan lava cair
bersifat basalt. Shield volcano banyak terbentuk pada zona hot spot di tengah
samudera.

Gambar 2.19 : Bentuk Gunung Api Perisai, G. Mauna Kea, Hawaii


21

4. Maar
Gunung api ini terbentuk dari erupsi eksplosif dan dikendalikan oleh dapur
magma yang dangkal. Ketinggian gunung api ini rendah dan pasca letusan
biasanya akan terbentuk danau yang dasarnya relatif kedap air.

Gambar 2.20 : Pincate maar


5. Caldera
Adalah gunung api yang terbentuk karena runtuhan puncak gunung api
sebelumnya. Kaldera merupakan kawah gunung api yang sangat luas dan di
dalam kompleks kawah tersebut sering muncul gunung api baru seperti Kaldera
Bromo dan Yellowstone.

22

Gambar 2.21 : Bentuk Gunung Api Caldera, G. Bromo, Indonesia


2.2 Geothermal
2.2.1 Pengertian Geothermal
Geothermal berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu geo
yang berarti bumi dan thermal yang artinya panas, berarti geothermal adalah
panas yang berasal dari dalam bumi. Proses terbentuknya energi panas bumi
sangat berkaitan dengan teori tektonik lempeng yaitu teori yang menjelaskan
mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi seperti gempa bumi,
terbentuknya pegunungan, lipatan, palung, dan juga proses vulkanisme yaitu
proses yang berkaitan langsung dengan geothermal. Berdasarkan penelitian
gelombang seismik, para peneliti kebumian dapat mengetahui struktur bumi dari
luar sampai ke dalam, yaitu kerak pada bagian luar, mantel, dan inti pada bagian
paling dalam. Semakin ke dalam bumi (inti bumi), tekanan dan temperature akan
meningkat. Untuk kita ketahui, Temperature pada inti bumi berkisar 4200 C.
Panas yang terdapat pada inti bumi akan ditransfer ke batuan yang berada di
bagian mantel dan kerak bumi. Batuan yang memiliki titik lebur lebih rendah dari

23

temperature yang diterima dari inti bumi akan meleleh dan lelehan dari batuan
tersebutlah yang kita kenal dengan magma. Magma memiliki densitas yang lebih
rendah dari batuan, otomatis batuan yang telah menjadi magma tadi akan mengalir
ke permukaan bumi. Jika magma sampai ke permukaan maka magma tersebut
berubah nama dengan sebutan lava (contoh lava yang sering kita lihat jika terjadi
erupsi (letusan) gunung api.

2.2.2 Proses Pembentukan


Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan
untuk pemanfataannya diperlukan proses penambangan . Panas bumi adalah
sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta sebagai salah satu
sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. Panas Bumi merupakan
sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi.
Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsurunsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di dalam kerak bumi.
Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi peluruhan
unsurunsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama
saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad raya.
Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Pada kedalaman
10.000 meter atau 33.000 feet, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai 50.000

24

kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam yang masih
tersedia.
Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang
terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang
diserap oleh permukaan bumi. Selain itu sumber energi panas bumi ini diduga
berasal dari beberapa fenomena:
1.

Peluruhan elemen radioaktif di bawah permukaan bumi.

2.

Panas yang dilepaskan oleh logam-logam berat karena tenggelam ke dalam


pusat bumi.

3.

Efek elektromagnetik yang dipengaruhi oleh medan magnet bumi


(wikipedia.org).
Terbentuknya panas bumi, sama halnya dengan prinsip memanaskan air

(erat hubungan dengan arus konveksi). Air yang terdapat pada teko yang dimasak
di atas kompor, setelah panas, air akan berubah menjadi uap air . Hal serupa juga
terjadi pada pembentukan energi panas bumi. Air tanah yang terjebak di dalam
batuan yang kedap dan terletak di atas dapur magma atau batuan yang panas
karena kontak langsung dengan magma, otomatis akan memanaskan air tanah
yang terletak diatasnya sampai suhu yang cukup tinggi ( 100 250 C). Sehingga
air tanah yang terpanaskan akan mengalami proses penguapan. Apabila terdapat
rekahan atau sesar yang menghubungkan tempat terjebaknya air tanah yang
dipanaskan tadi dengan permukaan maka pada permukaan kita akan melihat
manifestasi thermal. Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah mata air

25

panas, selain solfatara, fumarola, geyser yang merupakan contoh manifestasi


thermal yang lain.
Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap
tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap
dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi
dan apabila pada daerah tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke
permukaan, maka uap tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan
cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk
memutar turbin sehingga dihasilkanlah energi listrik (tentunya ada proses-proses
lain sebelum uap memutar turbin) (Maryadi, 2012).

Gambar 2.22 : Proses Pembentukan Geothermal

26

2.2.3 Jenis-Jenis Geothermal


Energi panas bumi atau energi geothermal yang terdapat dibumi terdapat
dalam berbagai bentuk. Sumber daya Panas Bumi terdiri dari 4 jenis yaitu,
hidrothermal, Hot dry rocks, Geopressured dan magma. Energi panas bumi yang
umum dimanfaatkan adalah sistem hirothermal karena pada sistem hidrothermal
pori-pori bataun mengandung air, uap, atau keduanya dan reservoir umumnya
terletak tidak terlalu jauh sehingga masih ekonomis untuk diusahakan.
Energi panas bumi yang terdapat di Indonesia dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Energi Panas Bumi Uap Basah
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang
keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung
untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian
ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar
berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih
dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan turbin. Jenis sumber energi panas
bumi dalam bentuk uap basah agar dapat dimanfaatkan maka terlebih dahulu
harus dilakukan pemisahan terhadap kandungan airnya sebelum digunakan untuk
menggerakan turbin. Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya
berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi
terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat
memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara

27

uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk
menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam
bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.

Ga
mbar 2.23 : Energi Panas Bumi Uap Basah
2. Energi Panas Bumi Air Panas
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin
panas yang disebut "brine" dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya
kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab
dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik.
Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner
(dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan
sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan
menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas bumi uap panas

28

bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan


dengan energi panas bumi jenis lainnya.

Gamba
r 2.24 : Energi Panas Bumi Air Panas, Suoh, Lampung Barat, Indonesia
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas
Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada dalam perut
bumi terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas
bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan
panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat
diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan
panas

pada

umumnya

terletak

jauh

di

dalam perut

bumi,

sehingga

untukmemanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya


cukup tinggi.

29

Gambar 2.25 : Energi Panas Bumi Batu Panas.

2.2.4 Karakteristik Geothermal


Langkah awal dalam rangka penyiapan konservasi energi panas bumi
adalah studi sistem panas bumi itu sendiri terutama melalui pemahaman terhadap
karakteristik sumber panas bumi sebagai bagian penting dalam sistem,
diantaranya berkaitan dengan :
1. Dapur magma sebagai sumber panas bumi
2. Kondisi hidrologi
3. Manifestasi panas bumi
4. Reservoir
5. Umur (lifetime) sumber panas bumi.

1. Dapur magma sebagai sumber panas bumi


Pada dasarnya energi panas yang dihasilkan oleh suatu wilayah gunungapi
mempunyai kaitan erat dengan sistem magmatik yang mendasarinya, dan salah
satu karakteristik penunjang potensi panas bumi adalah letak dapur magmanya di

30

bawah permukaan sebagai sumber panas (heat source). Terutama di daerah-daerah


yang terletak di jalur vulkanik-magmatik, ukuran dapur magma itu sendiri
berhubungan erat dengan kegiatan vulkanisma. Dalam perjalanannya menuju
permukaan, magma akan mengalami proses diferensiasi dan berevolusi
menghasilkan susunan kimiawi yang berbeda sesuai kedalaman. Dapur magma
yang terbentuk pada kedalaman menengah kemungkinan terkontaminasi oleh
bahan-bahan kerak bumi yang kaya akan silika dan gas, sehingga bersifat lebih
eksplosif. Volumenya dapat diperkirakan dari kenampakan-kenampakan fisik
berupa ukuran kaldera, distribusi lubang kepundan, pola rekahan, pengangkatan
topografi dan hasil erupsi gunungapi; atau melalui cara identifikasi dengan
metoda geofisika (bayangan seismik atau anomali geofisika lainnya.
Magma akan mengalirkan sejumlah panas yang signifikan ke dalam
batuan-batuan pembentuk kerak bumi; makin besar ukuran dapur magma maka
semakin besar pula sumber daya panasnya, dimana secara ekonomis menjadi
ukuran jumlah energi yang dapat dimanfaatkan dari suatu sumber panas bumi.

2. Kondisi Hidrologi
Pada busur kepulauan dengan kegiatan vulkanisma/magmatisma masih
berjalan, dimana magma di bawah permukaan berinteraksi dengan lokasi-lokasi
bersiklus basah atau cukup persediaan air; akan terjadi pendinginan magma dan
proses

hidrotermal

untuk

menciptakan

lingkungan

fasa

uap-air

bersuhu/bertekanan tertentu, yang memberikan peluang terjadinya sistem panas


bumi

aktif.

Demikian pentingnya

peranan

31

air

dalam mempertahankan

kelangsungan sistem panas bumi sehingga sangat dipengaruhi oleh siklus


hidrologi, yang diyakini dapat terjaga keseimbangannya apabila pasokan dari
lingkungan tidak terhenti. Keberadaan sumber-sumber air lainnya seperti air
tanah, air connate, air laut/danau, es atau air hujan akan sangat dibutuhkan sebagai
pemasok kembali (recharge) air yang hilang mengingat kandungan air dalam
magma

(juvenile)

tidak

mencukupi

jumlah

yang

dibutuhkan

dalam

mempertahankan proses interaksi air magma. Kondisi hidrologi pada suatu


sistem panas bumi sangat dipengaruhi oleh bentang alam lingkungan dimana
terjadiya, dan berperan terutama dalam membentuk manifestasi-manifestasi
permukaan yang dapat memberikan petunjuk tentang keberadaan sumber panas
bumi di bawah permukaan. Pada daerah berelief (topografi) rendah, manifestasimanifestasi panas bumi dapat berbentuk mulai dari kolam air panas dengan pH
mendekati netral, pengendapan sinter silika hingga zona-zona uap mengandung
H2S yang berpeluang menghasilkan fluida bersifat asam; menandakan bahwa
sumber fluida hidrotermal/panas bumi berada relatif tidak jauh dari permukaan.
Sementara pada daerah dengan topografi tingi (vulkanik andesitik) dimana
kenampakan manifestasi berupa fumarol atau solfatara, menggambarkan bahwa
sumber panas bumi berada pada kondisi relatif dalam; yang memerlukan waktu
dan jarak panjang untuk mencapai permukaan.

3. Manifestasi panas bumi


Bukti kegiatan panas bumi dinyatakan oleh manifestasi-manifestasi di
permukaan, menandakan bahwa fluida hidrotermal yang berasal dari reservoir

32

telah keluar melalui bukaan-bukaan struktur atau satuan-satuan batuan


berpermeabilitas. Beberapa manifestasi menjadi penting untuk diketahui karena
dapat digunakan sebagai indikator dalam penentuan suhu reservoir panas bumi,
diantaranya :
a.

Mata air panas, dapat terbentuk dalam beberapa tingkatan mulai dari
rembesan hingga menghasilkan air dan uap panas yang dapat
dimanfaatkan secara langsung (pemanas ruangan/rumah pertanian atau air
mandi) atau penggerak turbin listrik; dan yang paling penting adalah
bahwa dengan menghitung/mengukur suhunya dapat diperkirakan besaran
keluaran energi panas (thermal energy output) dari reservoir di bawah
permukaan.

Gambar 2.26 : Mata Air Panas


b. Sinter silika, berasal dari fluida hidrotermal bersusunan alkalin dengan
kandungan cukup silika; diendapkan ketika fluida yang jenuh silika amorf
mengalami pendinginan dari 100o ke 50oC. Endapan ini dapat digunakan
sebagai indikator yang baik bagi keberadaan reservoir bersuhu >175oC.

33

Gambar 2.27 : Silika Sinter, Oroakei Korako, Selandia Baru


c. Travertin, adalah jenis karbonat yang diendapkan di dekat atau permukaan;
ketika air meteorik yang sedang bersirkulasi sepanjang bukaan-bukaan
struktur mengalami pemanasan oleh magma dan bereaksi dengan batuan
karbonat. Biasanya terbentuk sebagai timbunan/gundukan di sekitar mata
air panas bersuhu sekitar 30o 100oC, dapat digunakan sebagai indikator
suhu reservoir panas bumi berkapasitas energi kecil yang terlalu lemah
untuk menggerakkan turbin listrik tetapi dapat dimanfaatkan secara
langsung.

Gambar 2.28 : Travertin, Denizli, Turki

34

d. Kawah dan endapan hidrotermal. Kedua jenis manifestasi ini erat


hubungannya dengan kegiatan erupsi hidrotermal dan merupakan indikator
kuat dari keberadaan reservoir hidrotermal aktif. Kawah dihasilkan oleh
erupsi berkekuatan supersonik karena tekanan uap panas yang berasal dari
reservoir hidrotermal dalam (kedalaman 400 m, suhu 230oC) melampaui
tekanan litostatik, ketika aliran uap tersebut terhambat oleh lapisan batuan
tidak permeabel (caprock). Sedangkan endapan hidrotermal (jatuhan)
dihasilkan oleh erupsi berkekuatan balistik dari reservoir hidrotermal
dangkal (kedalaman 200 m, suhu 195oC), ketika transmisi tekanan uap
panas melebihi tekanan litostatik karena tertutupnya bukaan-bukaan
batuan yang dilaluinya.

Gam
bar 2.29 : Kawah Ijen, Indonesia

4. Reservoir
Reservoir adalah suatu volume batuan di bawah permukaan bumi yang
mempunyai cukup porositas dan permeabilitas untuk meloloskan fluida (sumber

35

energi panas bumi) yang terperangkap didalamnya; diklasifikasikan menjadi 3


(tiga) yaitu :
1. Entalpi rendah, mempunyai batas suhu <125oC dengan rapat daya spekulatif 10
MW/km2 dan konversi energi 10%.
2. Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 ? 225oC dengan rapat daya
spekulatif 12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
3. Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15
MW/km2 dan konversi energi 15%.

5. Potensi Panas Bumi


Potensi panas bumi Indonesia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu :
sumber daya dan cadangan; yang masing-masing dibagi lagi menjadi subkelassubkelas.
Kriteria sumber daya terdiri dari :
a. Spekulatif, dicirikan oleh terdapatnya manifestasi panas bumi aktif dimana
luas reservoir dihitung dari data geologi yang tersedia dan rapat dayanya
berdasarkan asumsi.
b. Hipotesis, dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif dengan data dasar
hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas daerah prospek
ditentukan berdasarkan penyebaran manifestasi dan batasan geologi,
sementara penentuan suhu berdasarkan geotermometer.
Kriteria cadangan terdiri dari :
a. Terduga, dibuktikan oleh data pemboran landaian suhu dimana estimasi
luas dan ketebalan reservoir serta parameter fisika batuan dan fluida

36

dilakukan berdasarkan data ilmu kebumian terpadu, yang digambarkan


dalam bentuk model tentatif.
b. Mungkin, dibuktikan oleh sebuah sumur eksplorasi yang berhasil dimana
estimasi luas dan ketebalan reservoir didasarkan pada data sumur dan hasil
penyelidikan ilmu kebumian rinci terpadu. Parameter batuan, fluida dan
suhu reservoir diperoleh dari pengukuran langsung dalam sumur.
c. Terbukti, dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil
mengeluarkan uap/air panas, dimana estimasi luas dan ketebalan reservoir
didasarkan kepada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian rinci
terpadu. Parameter batuan dan fluida serta suhu reservoir didapatkan dari
data pengukuran langsung dalam sumur dan atau laboratorium.

6. Umur Kegiatan (lifetime) dan Metoda estimasi Potensi Panas Bumi


Walaupun sistem panas bumi menghasilkan sumber daya energi yang
selalu terbarukan, tidak berarti akan berumur tanpa batas; dengan demikian harus
ada upaya untuk mengetahui umur (lifetime) kegiatan suatu sumber panas bumi.
Penggunaan metoda K/Ar dan Rb/Sr adalah salah satu teknik paling popular
dikenal untuk penentuan umur (age dating), yang diterapkan terhadap mineralmineral hidrotermal tertentu dari inti (core) bor batuan-batuan terubah
hidrotermal, dapat dilakukan dengan cara :
a. Tidak langsung dari suatu sistem panas bumi aktif. Penentuan umur
dengan cara ini dilakukan melalui studi banding umur relatif mineralmineral ubahan tertentu hasil proses hidrotermal terhadap umur batuan
reservoir.

37

b. Analogi pengukuran atau perkiraan lamanya kegiatan dalam suatu sistem


fosil panas bumi, terutama yang berkaitan dengan cebakan bijih
hidrotermal. Dilakukan melalui studi tentang peran bukaan struktur dalam
proses hidrotermal dan pembentukan cebakan mineral, serta perbedaan
episoda pengendapan mineral-mineral ubahan/bijih, penutupan bukaanbukaan struktur dan pembentukan kembali bukaan/rekahan.

2.2.5 Pemanfaatan Geothermal


Secara umum pemanfaatan energi panas bumi dapat dibagi menjadi 3
yaitu, untuk menghasilkan energy listrik, penggunaan geothermal secara langsung,
dan pemanfaatan geothermal untuk pompa panas. Air dan uap panas yang keluar
ke permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai pemanas. Selain
bermanfaat sebagai pemanas, panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
pembangkit listrik. Air panas alami bila bercampur dengan udara akan
menimbulkan uap panas (steam). Berikut adalah beberapa pemanfaatan energi
panas bumi bagi kehidupan manusia:
1. Menempatkan panas untuk bekerja
Maksudnya adalah sumber air panas geothermal dekat permukaan, air
panas itu dapat langsung dipipakan ke tempat yang membutuhkan panas. Ini
adalah salah satu cara geothermal digunakan untuk air panas, menghangatkan
rumah, untuk menghangatkan rumah kaca dan bahkan mencairkan salju di jalan.
Bahkan di tempat dimana penyimpanan panas bumi tidak mudah diakses, pompa
pemanas tanah dapat membahwa kehangatan ke permukaan dan kedalam gedung.

38

Cara ini bekerja dimana saja karena temparatur di bawah tanah tetap konstan
selama tahunan. Sistem yang sama dapat digunakan untuk menghangatkan gedung
di musim dingin dan mendinginkan gedung di musim panas

Gam
bar 2.30 : Rumah kaca
2. Pemanfaatan Di Sektor Pariwisata
Di sektor pariwisata, energi panas bumi dapat dimanfaatkan karena
menjadi daya tarik tersendiri buat para wisatawan untuk menikmati energi panas
dari dalam bumi seperti air panas maupun uap panas menjadi tempat wisata yang
banyak dikunjungi wisatawan.

39

Ga
mbar 2.31 : Pemandian Air Panas
3. Pemanfaatan Secara Langsung Di Sektor Pertanian
Energi panas bumi dapat digunakan secara langsung (teknologi sederhana)
untuk proses pengeringan terhadap hasil pertanian, perkebunan dan perikanan
dengan proses yang tidak terlalu sulit. Air panas yang berasal dari mata air panas
atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi dialirkan melalui
suatu heat exchanger, yang kemudian memanaskan ruangan pengering yang
dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian.

40

Gam
bar 2.32 : Pemanfaatan Geotermal dalam Sektor Pertanian
4. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Berdasarkan data kementerian ESDM, potensi panas bumi di dunia yang
bisa dimanfaatkan untuk sumber listrik mencapai 113 Giga Watt (GW), dimana
40%-nya dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebesar 28 GW. Akan tetapi enenrgi panas
bumi yang dimanfaatkan di Indonesia baru hanya 4% dari total yang tersedia.
Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar
dilakukan dengan cara melihat resource dari panas bumi tersebut. Apabila suatu
daerah memiliki panas bumi yang mengeluarkan uap air (steam), maka steam
tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut secara langsung diarahkan
menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik. Setelah
selesai steam tersebut diarahkan menuju kondenser sehingga steam tersebut
terkondensasi menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi
secara alami. Namun, bila panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka

41

air panas tersebut harus di ubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses
perubahan ini membutuhkan peralatan yang disebut dengan heat exchanger,
dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga terbentuk uap air.
Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal
menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama
dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari
generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan
sebagainya. Saat ini terdapat tiga teknologi panas bumi yang digunakan untuk
mengkonversi panas bumi menjadi energi listrik, yaitu :
a.

Dry Steam Power Plants


Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas

(steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja


menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan
kembali ke dalam reservoirmelalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini pertama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih
berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan
seperti yang ada di Geysers, California Utara.
b.

Flash Steam Power Plants


Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di

atas suhu 1750oC dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam
Power Plants. Fluida panas tersebut dialirkan kedalam tangki flash yang
tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang
disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan

42

generator yang kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai
masuk kembali ke reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam
Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso
Geothermal field, California, USA.
c.

Binary Cycle Power Plants (BCPP)


Binary Cycle Power Plants menggunakan teknologi yang berbeda dengan

kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air
panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak
pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang
disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian
menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan
di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya
menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang
dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid.
Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak
ada yang dilepas ke atmosfer. Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan
pada suhu rendah yaitu 90-1750C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada
di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo geothermal
field, USA.

43

Gambar 2.33 : Geothermal Power Plant

2.3 Hubungan Gunung Api dengan Geothermal


Energi panas bumi adalah energi yang diekstraksi dari panas yang
tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di
dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari
panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Energi ini telah dipergunakan
untuk memanaskan (ruangan ketika musim dingin atau air) sejak peradaban
Romawi, namun sekarang lebih populer untuk menghasilkan energi listrik. Sekitar
10 Giga Watt pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dipasang di seluruh
dunia pada tahun 2007, dan menyumbang sekitar 0.3% total energi listrik dunia.
Secara singkat geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari
dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh
panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan
berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat
ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa
kilometer di bawah permukaan.Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber
panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap
panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada

44

sumur produksi minyakbumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang


terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan
dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan
kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk
menimbulkan lagi sumber uap. Menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003
tentang panas bumi, geothermal adalah sumber energi panas yang terkandung di
dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang
secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi
dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir
secara kontinyu dari dalam bumi menuju kepermukaan yang manifestasinya dapat
berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

Gambar 2.34 : Struktur Lapisan Bumi

45

Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kerak bumi
(crush), selimut (mantle), dan inti bumi (core). Suhu di bagian bawah kerak bumi
mencapai 1.100oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga
kedalaman 100 km dinamakan litosfer. Selimut bumi memiliki tebal mencapai
2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut
bumi mencapai 3.000 oC. Inti bumi terdiri dari material cair yang terdapat pada
kedalaman 2900-5200 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya
mencapai 4.500 oC. Secara universal, setiap penurunan 1 km kedalaman ke perut
bumi temperatur naik sebesar 25 30C. Atau setiap kedalaman bertambah 100
meter temperatur naik sekitar 2,5 sampai 3C. Jadi semakin jauh ke dalam perut
bumi suhu batuan akan makin tinggi.Bila suhu di permukaan bumi adalah 27C
maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 29,5C.
Pertambahan panas ini disebut gradien geothermal.
Di dalam kulit bumi, ada kalanya aliran air berada dekat dengan batubatuan panas yang temperaturnya bisa mencapai 148C. Air tersebut tidak
menjadi uap (steam) karena tidak ada kontak dengan udara. Bila air panas tersebut
keluar ke permukaan bumi melalui celah atau retakan di kulit bumi, maka akan
timbul air panas yang biasa disebut dengan hot spring. Air panas alam (hot spring)
ini biasa dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak pula yang sekaligus
dijadikan tempat wisata.
Apabila air panas alam mengalami kontak dengan udara karena fraktur
atau retakan, maka semburan akan keluar melalui retakan tersebut dalam bentuk
air panas dan uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian

46

dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar energi geotermal


dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya diperlukan sebuah sistem
pembangkitan listrik (power plants). Apabila air panas alam mengalami kontak
dengan udara karena fraktur atau retakan, maka semburan akan keluar melalui
retakan tersebut dalam bentuk air panas dan uap panas (steam). Air panas dan
steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga
listrik. Agar energi geotermal dapat dikonversi menjadi energi listrik, tentunya
diperlukan sebuah sistem pembangkitan listrik (power plants). Teknologi yang
digunakan dalam pembangkit listrik ini adalah Dry Steam Power plant, Flash
Steam Power plant, dan Bynary-cycle Power Plant.

BAB III
PENUTUP
47

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa paparan diatas antara lain :
1. Jenis Gunung Api
a. Berdasarkan Bentuk :
- Stratovolcano/Kerucut
- Cinder Volcano
- Perisai
- Maar
- Kaldera
b. Berdasarkan Letusan :
- Letusan Tipe Vulkano
- Letusan Tipe Plinian
- Letusan Tipe Saint Vincent
- Letusan Tipe Strombolian
- Letusan Tipe Merapi
- Letusan Tipe Karangetan
2. Jenis Geothermal :
a. Energi Panas Bumi Uap Basah
b. Energi Panas Bumi Air Panas
c. Energi Panas Bumi Batuan Panas
3. Hubungan antara Gunung Api dan Geothermal adalah
Energi panas bumi/ Geothermal adalah energi yang diekstraksi dari panas yang
tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi ini berasal dari aktivitas tektonik di
dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan sehingga keberadaan Gunung
api dan Geothermal adalah berbanding lurus, dimana terdapat gunung api
kemungkinan besar juga terdapat sumber energi panas bumi.

48

SENARAI KATA

Abu adalah batuan berukuran halus (<1 mm) yang dihasilkan oleh letusan
Gunung Api.
Awan Panas adalah campuran antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong
ke bawah akibat kepadatannya yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh
menggulung secara turbulensi bagaikan gulungan awan yang menyusuri lereng.
Selain suhunya sangat tinggi, antara 300o-700oC, kecepatan luncurnya pun sangat
tinggi, >70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).

49

Bom adalah material letusan Gunung Api berukuran lebih besar dari kepalan
tangan.
Efusif adalah salah satu jenis letusan gunung api yang menghasilkan leleran lava.
Eksplosif adalah salah satu jenis letusan gunung api yang sifatnya magmatis
menghasilkan lontaran material kea rah vertical, biasanya disertai suara
letusan/dentuman yang kuat.
Freatik adalah salah satu jenis letusan gunung api yang hanya menghasilkan abu
dan atau gas. Biasa juga disebut letusan gas.
Fumarola adalah manifestasi panas bumi di tubuh utama gunung api yang unsur
utamanya uap air.
Kawah adalah pusat kegiatan suatu gunung api, biasanya berupa lubang di
puncak. Bila muncul di lereng disebut kawah parasite. Garis tengah kawah
bervariasi, antara puluhan meter hingga ratusan meter. Bila ukuran garis
tengahnya melebihi dua kilometre disebut kaldera.
Kubah Lava adalah magma yang mencapai permukaan kemudian membeku dan
membentuk tonjolan seperti kubah.
Lahar adalah adonan material letusan gunung api dari berbagai ukuran, abu serta
bongkah terbawa air dan mengalir dalam bentuk banjir. Bila penyebabnya adalah
air kawah (dari danau kawah), terjadi bersamaan dengan letusan, disebut lahar
letusan atau lahar primer. Bila penyebabnya adalah air hujan disebut lahar hujan
atau lahar sekunder, lazimnya disebut lahar saja.

50

Lapilli adalah bahan lepas (klastik) dari material letusan gunung api berukuran
sebesar kacang hijau hingga biji salak (4-32 mm).
Lava adalah magma yang mencapai permukaan bumi, dapat berwujud cairan
kental. Bila sudah dingin akan mengeras dan membatu.
Maar adalah lubang bekas letusan yang tidak aktif lagi, biasanya berupa danau
atau laguna.
Magma adalah lelehan batuan pijar bersuhu lebih dari 1000oC yang terdapat di
dalam lapisan kulit bumi, mempunyai sifat fisika dan kimia tertentu yang terdiri
dari unsur-unsur pembentuk batuan.
Mofet adalah lubang yang berada di tubuh gunung api yang mengeluarkan gas
racun. Konsentrasi gas beracun ini akan meningkat ketika cuaca mendung, hujan
atau keadaan angina tenang.
Peta Kawasan Rawan Bencana adalah peta yang berisi petunjuk tingkat
kerawanan bencana pada suatu daerah apabila terjadi letusan gunung api.
Pos Pengamatan Gunung Api adalah gedung yang dibangun sebagai tempat
untuk memantau segala aktivitas gunung api, baik secara visual maupun dengan
instrumentasi.
Seismograf adalah peralatan yang dipergunakan untuk merekam getaran gempa
bumi, hasil rekamannya disebut seismogram.

51

Solfatara adalah manifestasi panas bumi di tubuh gunung api yang unsur
utamanya gas belerang.
Tefra adalah material lepas hasil letusan gunung api dari berbagai ukuran mulai
debu hingga bom.

52

DAFTAR PUSTAKA
Wittiri.SR.2014.Mengenal Gunung Api Indonesia. Badan Geologi.Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
Muzil Alzwar,dkk., 1981, Vulkanologi. Laboratorium Vulkanologi, Fakultas
Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Patria.C.2007.Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Api,2015
Sumintadireja.Prihadi.2000. GL331 Vulkanologi, Program Studi Teknik Geologi
Bandung. 2012.
Bagusnet. Bagusnet Internet Service Provider. April 15, 2011. September 25,
2011.

Anda mungkin juga menyukai