Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal
yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala penyakit,
baik fisik, mental, dan sosial. Dari pengertian tersebut, kita memerlukan suatu
kesehatan yang optimal terutama pada saat melakukan aktivitas fungsional seharihari.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan sering menimbulkan berbagai
keluhan. Dan yang paling banyak adalah keluhan pada punggang misalnya saat
mengangkat benda yang berat dengan posisi yang salah atau membungkuk, seperti
kuli bangunan. Jika berlangsung pada jangka panjang waktu yang lama dan
berulang akan menimbulkan keluhan pada punggang bawah yang biasa disebut
nyeri punggang bawah. Nyeri yang dirasakan dapat merupakan nyeri lokal maupun
nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri punggang bawah dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal jenis, uur,
dan jenis kelamin. Sekitar 60-80% dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami
paling tidak satu periode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi
nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia)
melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan
hasil menunjukkan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37% di
seluruh kasus nyeri ditangani.
Semua struktur yang terdapat dibagian belakang bawah tubuh merupakan
struktur yang peka terhadap rangsangan nyeri, sehingga gangguan atau pun iritasi
pada struktur ini dapat menimbulkan gejala nyeri punggung bawah salah satu
diantaranya karna mekanisme gerak hernia nucleus pulposus (HNP).
Fisioterapi berperan penting untuk engatasi permasalahan yang timbul pada
HNP lumbalis, sesuai dengan peran fisioterapi menurut KEPMENKES N0 517 /

MENKES / SK / VI / 2008 tentang standar pelayanan fisioterapi di sarana


kesehatan. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dana tau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, perlatan ( fisik, elektroterapeutik,
mekanik), pelatihan fungsi komunikasi (Sunarto,2009).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian HNP?
b. Apa saja Anatomi dan Fisiologi HNP?
c. Apa etiologi HNP?
d. Bagaimana patofisiologi HNP?
e. Bagaimana pathway HNP?
f. Apa saja tanda dan gejala HNP?
g. Apa saja klasifikasi HNP?
h. Apa saja pemeriksaan penunjang HNP?
i. Apa saja komplikasi HNP?
j. Bagaimana penatalaksanaa HNP?
k. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien Pre Op HNP?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Muskuloskeletal (HNP).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengatahui pengertian HNP, anatomi dan fisiologi HNP, etiologi,
patofiologi,

manifestasi

klinis,

klasifikasi,

pemeriksaan

penunjang,

komplikasi, apa saja penatalaksanaan dari HNP.


b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
system musculoskeletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HNP ( Hernia Nukleus Pulposus )
1. Pengertian
Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut neokleus pulposus. HNP merupakan repturnya neokleus pulposus
(burnner & suddarth,2002).

Hernia neokleus pulposus ( HNP ) adalah suatu keadaan yang diakibatkan


oleh penonjolan nukleus pulposus ke dalam anulus ( cincin vibrosa disekitar
diskus ), yang disertai dengan kompresi dari akar akar syaraf (betticaca,2008).
HNP ( hernia neokleus pulposus ) adalah keadaan dimana neokleus pulposus
keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui
anulus febrosa yang robek (harsono,2007).
Hernia adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan seranganserangan penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode
penyusaian anatomik (Price,2003).
Kesimpulan hernia neokleus pulposus adalah suatu keadaan dimana
terganggunya saraf-saraf tulang belakang khususnya daerah lumbal sehingga
menyebabkan perasaan nyeri daerah punggung yang dapat menjalar ke daerah
ekstremitas.
2. Anatomi dan Fisiologi HNP
Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang disebut
vertebra. Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang rawan.
Panjang rangkaian vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67
cm. seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Vertebra
dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang ditempatinya, tujuh
vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima
vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus (Pearce, 2009). Susunan tulang
vertebra terdiri dari: korpus, arcus, foramen vertebrale, foramen intervertebrale,
processus articularis superior dan inferior, processus transfersus, spina, dan
discus intervertebralis.
Bagian bagian dari ruas tulang belakang teridiri dari :
1. Vertebra Servikalis ( tulang leher )
Terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya
besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat lalunya saraf yang

disebut foramen transversalis ( foramen transversorium ). Ruas


pertama vertebra servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala
mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoid ( aksis ) yang
memungkinkan atlas yang mempunyai kepala berputar ke kiri dan ke
kanan. Ruas ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Promina.
Taju ruasnya agak panjang.
2. Vertebra Thorakalis ( tulang punggung )
Terdiri dari 12 ruas. Pada dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan
kanan membentuk persendian dengan tulang iga
3. Vertebra Lumbalis ( tulang pinggang )
Terdiri dari 5 ruas. Badan ruasnya besar, tebal dan kuat. Bagian ruas
dari kelima agak menonjol disebut promontorium.
4. Vertebra Sakralis ( tulang kelangkang )
Teridiri dari 5 ruas. Ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai
sebuah tulang disamping kiri atau kanannya terdapat lubang kecil 5
buah yang disebut foramen sakralis. Os sacrum menjadi dinding
bagian belakang dari rongga panggul.
5. Vertebra Koksigialis ( tulang ekor )
Terdiri dari 4ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang
yang disebut juga os koksigialis. Dapat bergerak sedikit karena
membuat persendian dengan sacrum (Syaifuddin, 2006).
3. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah
lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agus, 2013).
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus
intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada

kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh
cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam
beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi, 2012).

4. Patofisiologi
Protursi atau rupture nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degenerative yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nucleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang meyebar di annulus melemahkan pertahanan pada herniasi
nucleus. HNP terjadi kebanyakan karena adanya suatu trauma derajat sedang
yang berulang mengenai diskus invertebalis sehingga menibulkan robeknya
annulus fibrosus.
Penonjolan ( herniasi ) nucleus pulposus dapat kearah korpus vertebra diatas
atau dibawahnya. Penonjolan nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nucleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis. Hal ini terjadi kalua tepat penjebolan di sisi lateral. Jika
tempat herniasinya di tengah-tengah, tidak ada radiks yang tertekan. Selain itu,
karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medulla spinalis
lagi, herniasi digaris tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna
anterior. Setelah terjadi hernia nucleus pulposus sisa diskus invertebralis
mengalai lisis, sehinggal dua korpora vertebra bertumpah tindih tanpa ganjalan.
Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung
bawah, bagian-bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan disorsum
pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari berkurang dan reflex patella negative.

Sensabilitias

dermatome yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun

(Muttaqin,2008).

5. Pathway
Proses degenerative
Kehilangan protein polisakarida
Kandungan air menurun
Trauma

stress okupasi

HNP
Nukleus pulposus terdorong
Ujung saraf spinal tertekan

Perubahan
sensasi

Nyeri

Penurunan kerja
refleks

Gangguan
mobilitas
Pathway
Hernia
Nukleus Pulposus (Muttaqin,2008)
6. Manifestasi Klinis
fisik
Manifestasi klinis (Mansjoer,2008):
a. Nyeri punggung bawah
b. Paraparesis
c. Hilangnya tonus sfingter

d. Skiatika atau iskialgia


7. Klasifikasi HNP
HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang.
Menurut tempat terjadinya HNP dibagi atas (Brunner & Suddarth,2002).
a. Hernia Lumbosakralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar,biasanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesunguhnya pada klien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal
posterior dan anulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukan atau
dimanisfestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Gerakan
tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya
dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus
menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nukleus pulposus menonjol sampai pada
celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainya (kadang-kadang ditengah) dimana
mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut saraf. Tonjolan yang besar
dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler.
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleskus servikobrahialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas. Otot-otot leher spastik, refleks bisep yang
menurun atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari
C5 dan C6 dan dikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar
posterorateral mengakibatkan tekanan pada pangkal saraf. Hal ini menghasilkan
nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan
kulit.
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada di garis tengah hernia. Gejalagejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang prastesis. Hernia dapat

menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang


paraparase kadang-kadang seranganya mendadak dengan paraparase. Penonjolan
pada sendi intervertebral trocal masih jarang terjadi. Pada empat thorakal paling
bawah atau tempat yang Paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit
atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
Menurut gradasinya,HNP dibagi atas:
a. Protrusi Diskus Intervertebralis.Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan anulus fibrosus.
b. Proplaps Diskus Intervertebralis.Nukleus berpindah,tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
c. Ekstrusi Diskus Intervertebralis.Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan
berada di bawah ligmentum longitudinalis posterior.
d. Seques Diskus Intervertebralis.Nukleus telah menembus ligmentum
posterior.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut muttaqin (2008).
a. Rontgen Foto Limbosakral
Tidak banyak didapatkan kelainan.Kadang-kadang didapatkan
antrosis,menunjang tanda-tanda deformita vertebra,penyimpatan diskus
Intervertebralis.
b. MRI
Pemeriksaan MRI didapat melokalisasi protusi diskus kecil.jika
secara klinilis tidak didapatkan pada MRI maka pemriksaan CT scan dan
mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan
pada diskus vertebralis.
c. Mielografi
Mielografi merupakan pemerikasaan dengan bahan kontras melalui
tindakan lumbal dan penyinaran dengan sinar .jika diketahui adanya
penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungking disebabkan HNP.
d. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk


menilai komplikasi terhadap orang lain dari cidera tulang belakang.
e. Elektromyografi : dapat menunjukan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf
spinal.
f. Epidural venogram : menunjukan lokasi hernisiasi.
g. Lumbal functur : untuk mengetahui lokasi infeksi dan kondisi cairan
serebro.
9. Kompikasi HNP
Menurut smeltzer (2002) kompikasi dari hernia nukleus pulposus yaitu:
a. Arkohid ( radang pada membran araknoid) dapat terjadi setelah
pembedahan
( radang setelah mielografi ). Keadaan ini merupakan serangan yang
membahayakan bila terjadi pada daerah belakang bagian bawah,yang
menyebar ke daerah bokong
b. Sayatan pada potongan dapat meninggalkan perlekatan dan jaringan
perut diskitar saraf spinal dan dura,yang karena akibat radang berubah
menjadi neurotik kronik dan neurofibrosis.Pembedahan diskus ini dapat
mengurangi tekanan pada saraf spinal,tetapi keadaan ini dapat
menyebabkan cedera saraf,dan jaringan serta terjadi nyeri.
c. Sindrom diskus gagal (pegal berulang pada pinggul setelah disektomi
lumbal) dapat menetap dan biasanya menyembabkan ketidak mampuan.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah :
1. Penatalaksanaan medis.
Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol
kecemasan yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal),
relaksan otot, anti inlamasi atau kortikosteroid untuk mengatasi proses
inflamasi yang biasanya terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf

10

yang terkena, antibiotik diberikan pasca operasi untuk mengurangi resiko


infeksi pada insisi pembedahan (Smeltzer, 2001).
Penatalaksanaan medis menurut batticaca ( 2008 ) mencangkup beberapa
aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Dukungan
1) Istirahat total pada tempat tidur yang datar ( papan atau tripleks
tebal tanpa kasur ).
2) Kompres panas atau dingin pada daerah nyeri.
3) Pemasangan serviksal collar atau traksi servikal.
4) Terapi fisik.
b. Terapi Farmakologi
1) Obat anti-inflamasi seperti ibuprofen dan perdinsolon.
2) Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapirine.
3) Obat analgesik dan narkotika merupakan obat pilihan selama fase
akut
Prosedur pembedahan :
1. Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan
memungkinkan ahli bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi medulla
Pre Op : kebanyakan pasien takut dilakukan pembedahan pada bagian
spinal. Dan dengan demikian membutuhkan keyakinan (bahwa pembedahan tidak
melemahkan bagian belakang tubuh) dan menjelaskan seluruh proses. Bila data
dikumpulkan berupa riwayat kesehatan beberapa keluhan nyeri, parastersia, dan
spasme otot perlu dicatat untuk memberikan dasar sebagai perbandingan setelah
pembedahan. Pengkajian pra operasi harus juga meliputi evaluasi pada gerakan
ekstremitas. Demikian pula fungsi kandung kemih dan usus besar. Untuk
memfasilitasi prosedur membalik pra operasi pasien diajarkan berbalik dengan cara
serempak satu kesatuan ( digelinding) sebagai bagian persiapan pra operasi. Bentuk

11

bentuk lain cara yang harus dilatih sebelum pembedahan adalah nafas dalam, batuk,
dan latihan otot-otot yang akan membantu mempertahankan tonus otot.
2. Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank tulang) yang
digunakan untuk menyatukan dengan prosesus spinosus vertebra ; tujuan peleburan
spinal adalah untuk menjembatani diskus defektif untuk menstabilkan tulang
belakang dan mengurangi angka kekambuhan.
3. Traksi lumbal yang bersifat intermitten. (Smeltzer, 2001).
4. Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang berguna untuk
mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi semula.
c. Fisioterapi

2. Penatalaksanaan keperawatan
Tirah baring (biasanya 2 minggu) pada alas yang keras atau datar.
Imobilisasi dengan menggunakan kolar servikal, traksi servikal, brace atau korset.
Kompres lembab panas (untuk 10 sampai 20 menit diberikan pada daerah belakang
leher beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah ke otak dan menolong

relaksasi otot bagi klien yang mengalami spasme otot).


Anjurkan mempergunakan posisi yang benar dan disiplin terhadap gerakan
punggung yaitu membungkuk dan mengangkat barang. Teknik yang benar adalah
menjaga agar tulang belakang tetap tegak, menekuk lutut dan menjaga berat badan
tetap dekat dengan tubuh untuk menggunakan otot-otot tungkai yang kuat dan

menghindari pemakaian otot-otot punggung.


Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri.
Perawatan luka pada klien pasca operasi untuk mengurangi risiko infeksi. (Smeltzer,
2001).
3. Diit.
Klien dengan HNP dianjurkan untuk makan makanan yang banyak
mengandung serat untuk mencegah konstipasi yang dapat memperberat rasa
nyeri.

12

11. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada klien pre operasi Laminektomi indikasi HNP
menurut Doenges (2000).
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, gangguan nyeri terus
menerus.
2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau informasi.
3. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan agen pencedera fisik; kompresi
saraf, spasme otot.
4. Gangguan mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

nyeri

dan

ketidaknyamanan, spasme otot, kerusakan neuromuskuler.


12. Fokus Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, gangguan nyeri terus menerus.
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...x24 jam diharapkan cemas berkurang
dengan kriteria hasil :
- Tampak rileks dan mengatakan ansitas

INTERVENSI
Kaji tingkat ansietas klien.
Bina hubungan saling percaya.
Berikan informasi yang akurat dan

jawab dengan jujur.


Berikan kesempatan klien untuk

berkurang pada tingkat yang dapat


-

diatasi.
Mendemontrasikan keterampilan
pemecahan masalah.

mengungkapkan masalah yang


-

dihadapi.
Kaji adanya masalah sekunder yang
mungkin merintangi keinginan untuk
sembuh dan mungkin menghalangi
proses penyembuhannya.

2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan atau informasi.
TUJUAN

INTERVENSI

13

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Jelaskan kembali proses penyakit

selama ...x 24jam diharapkan pasien

dan prognosis serta pembatasan

mengerti tentang kondisi penyakitnya dan

kegiatan

tindakan medis yang dilakukan dengan

mengemudikan kendaraan dalam

kriteria hasil :

periode waktu yang cukup lama.


Berikan
informasi
mengenai

Klien mengungkapkan pemahaman

mekanika

tentang kondisi, prognosis dan


-

tindakan.
Melakukan

berdiri,
kembali

perubahan
-

gaya hidup.

seperti

tubuh

menghindari

sendiri

untuk

mengangkat,

dan

menggunakan sepatu penyokong.


Kemukakan keterbatasan atau
kemampuan yang ada.

3. Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan agen pencedera fisik; kompresi saraf,
spasme otot.
TUJUAN

INTERVENSI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama

...x

24jam

diharapkan

nyeri

lokasi, lamanya serangan, faktor

berkurang atau terkontrol dengan kriteria


-

hasil :
-

Melaporkan

nyeri

hilang

terkontrol.
Postur dan wajah rileks .
Mendemonstrasikan keterampilan

perasaan

pencetus, tetapkan skala 1-10.


Pertahankan tirah baring selama
fase akut, letakkan klien pada

atau

posisi semi fowler dengan tulang


spinal, pinggang dan lutut dalam
keadaan flexi, posisi terlentang

relaksasi, modifikasi perilaku untuk


menghilangkan nyeri.
Mengekspresikan

Kaji adanya keluhan nyeri, catat

dengan atau tanpa meninggikan


-

kepala pada posisi lateral.


Bantu pemasangan brace

korset.
Batasi aktivitas selama fase akut

nyaman.

atau

sesuai dengan kebutuhan.

14

Anjurkan klien untuk melakukan

teknik relaksasi.
Anjurkan klien untuk melakukan
mekanika tubuh atau gerakan yang

tepat.
Berikan obat sesuai kebutuhan
seperti relaksan otot, analgetik,

antiinflamasi, antibotik.
Pasang penyokong fisik seperti

brace lumbal.
Konsultasikan dengan ahli terapi
fisik (fisioterapi).

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan,


spasme otot, kerusakan neuromuskuler.
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

INTERVENSI
-

Jadwalkan aktivitas atau tindakan

dengan periode waktu istirahat.


Berikan tindakan pengamanan

selama ...x 24jam diharapkan pasien


mampu menunjukkan tingkat aktivitas

sesuai indikasi dengan situasi yang

dengan kriteria hasil :


-

Klien dapat beraktivitas sesuai

kemampuan.
Klien
dapat

mempertahankan

kekuatan dan fungsi bagian tubuh


yang sakit.

spesifik.
Berikan aktifitas yang disesuaikan

dengan kemampuan klien.


Anjurkan klin untuk melatih kaki
bagian bawah / lutut, nilai adanya
edema, eritema pada ekstremitas
bawah yang disesuaikan dengan
prosedur pembedahan.

15

Bantu

klien

dalam

melakukan

aktivitas ambulasi.

16

Anda mungkin juga menyukai