Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutarmin dalam tesisnya pada


KPPN Sidikalang dengan judul Analisis Hubungan Pendapatan dan Belanja
Negara dengan Realisasi Anggaran (Study Kasus pada KPPN Sidikalang) ,
hasilnya menunjukan terdapat pengaruh antara Pendapatan dan Belanja Negara
dengan Realiasasi Anggaran pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Sidikalang. Kedua variable bebas tersebut berjalan seiring dengan variable terikat,
artinya makin tinggi Pendapatan Negara yang dibarengi makin rendahnya belanja
negara maka makin tinggi pula Realisasi Anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang.

2.2. Kajian Teoritis


2.2.1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi - transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut Baridwan (2004 : 17) laporan
keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Ikatan Akuntan

Indonesia dalam bukunya yang berjudul

Standard Akuntansi Keuangan (2004 : 2) menyebutkan bahwa laporan keuangan


merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung
jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
b. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa agar dapat memenuhi


kebutuhan seluruh pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan misal
investor, pemilik, pemimpin perusahaan, pemerintahan dan kreditor. Tujuan
laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikiut
1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laporan Keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian
besar pemakainya yang secara umum menggambarkan pengaruh dari kejadian
masa lalu.
3) Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
c. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang


membuat informasi dalam keuangan tersebut berguna bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Terdapat empat karakteristik pokok kualitatif
laporan keuangan menurut IAI (2002, p.9-10)
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, para
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat
dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit
untuk dapat dipahami oleh pemakai tersebut.
2) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan, informasi memiliki kualitas relevan kalau
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau
mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3) Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable), informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material
dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur,
(faithfull representative) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat mempertimbangkan laporan keuangan perusahaan antar


periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbadingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relative, oleh karena itu
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain
yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang berbeda.
d. Ketebatasan laporan Keuangan
Menurut Harahap dalam buku Analisa Kritis atas Laporan Keuangan (2006:17)
keterbatasan laporan keuangan meliputi enam hal yaitu:
1)

Laporan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat,
bukan masa kini

2) proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan
3) Laporan Keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian
4) Laporan

Keuangan

lebih

menekankan

pada

makna

ekonomis

suatu

peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas)


5) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akutansi dan
sifat dari informasi yang dilaporkan
6) informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan,
umunya diabaikan
2.2.2 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

Laporan keuangan bukanlah semata kewajiban dari instansi-intansi swasta


saja, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk membuat laporan keuangannya.
Hal ini untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara. Namun laporan
keuangan pemerintah memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan

laporan keuangan yang berlaku untuk umum. Laporan keuangan pemerintah


disusun berdasarkan standard yang telah ditetapkan dalam Standar Akuntansi
Pemerintah. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Bendahara Umum
Negara menyusun laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan tentang
pelaksanaan APBN secara tepat waktu dan memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dihasilkan melalui proses akuntansi, yang
terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas
(LAK) disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

2. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disajikan sesuai dengan Standar


Akuntansi Pemerintahan (SAP).
3. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang dihasilkan melalui Sistem
Pengendalian Intern yang memadai.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan laporan
konsolidasi dari LKPP tingkat Kuasa BUN dari seluruh KPPN. LKPP
disampaikan kepada DPR sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN oleh pemerintah. Sebelum disampaikan kepada DPR, LKPP tersebut
diaudit terlebih dahulu oleh BPK. Sesuai Pasal 30 UU No. 17/2003, Laporan
Keuangan Pemerintah terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (APBN)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Merupakan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen


laporan keuangan pemerintah yang menyajikan

informasi tentang realisasi dan

anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu. LRA
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan Laporan realisasi
anggaran

mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang

menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran


menyajikan informasi realisasi disandingkan dgn anggaran dalam 1 (satu) periode,
meliputi:
a) pendapatan,
b) belanja,
c) transfer,
d) surplus/defisit dan
e) pembiayaan
Berikut ini merupakan contoh struktur APBN dan realisasinya:

Tabel 2.1. Struktur APBN Dan Realisasinya

APBN

Realisasi APBN

Pendapatan

900,00

950,00

Belanja (Termasuk Transfer)

1.000,00

1.100,00

Surplus/Defisit (A - B)

(100,00)

(150,00)

Penerimaan Pembiayaan

300,00

350,00

Pengeluaran Pembiayaan

(200,00)

(150,00)

Pembiayaan Neto (D - E)

100,00

200,00

SILPA (F - C)

Sumber LKPP KPPN Sidikalang per 31 Desember 2011

2) Neraca

50,00

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan


ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Isi neraca:
1. Aset Lancar
a. Kas dan setara kas
b. Investasi Jangka Pendek
c. Piutang
d. Persediaan
2. Aset Non Lancar
a. Inverstasi Jangka Panjang
b. Aset Tetap
c. Ast lainnya
3. Kewajiban Jangka Pendek
4. Kewajiban Jangka Panjang
5. Ekuitas Dana
a. Ekuitas Dana Lancar
b. Ekuitas Dana Investasi
3) Laporan Arus Kas (LAK)
Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Memuat seluruh penerimaan dan pengeluaran kas baik yang
dianggarkan/tidak dianggarkan. Hanya disajikan unit yang memiliki fungsi
perbendaharaan;
Selain itu Laporan Arus Kas juga memberi informasi tentang:
a) Arus masuk kas (pendapatan, penerimaan pembiayaan, penerimaan PFK);
b) Arus keluar kas (belanja, pengeluaran pembiayaan, pengeluaran PFK);
c) Saldo awal kas;
d) Saldo akhir kas.

Ada beberapa manfaat Laporan Arus Kas yang antara lain:


a) Indikator yang akan datang;
b) Alat menilai kecermatan estimasi penerimaan kas;
c) Alat pertanggungjawaban;
d) Bahan evaluasi aktiva bersih/ekuitas
Struktur Laporan Arus Kas:

Penyajian berdasarkan aktivitas:


a) Aktivitas operasi;
b) investasi aset non keuangan;
c) pembiayaan;
d) nonanggaran.

4) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


a) CaLK disusun untuk menghindari kesalahpahaman pengguna yang beragam
dalam memaknai LRA, Neraca, dan LAK
b) Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat
dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu
ataupun manajemen entitas pelaporan.
c) CaLK tidak terstruktur, tetapi berpotensi menjelaskan LRA, Neraca, dan LAK
sehingga dapat dengan mudah dibaca oleh pengguna umum yang awam akuntansi
tetapi penyusunan CaLK sangat dipengaruhi subjektivitas tentang seberapa
banyak informasi yang dianggap memadai.
a. Manfaat Laporan Keuangan Pemerintah
Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah setiap tahunnya memiliki
manfaat yang sangat krusial. Baik bagi pihak-pihak internal pemerintah maupun pihakpihak eksternal. Dengan adanya laporan keuangan akuntabilitas pemerintah jadi lebih

transparan sehingga jalannya pemerintahan dapat lebih terkontrol oleh masyarakat.


Adapun manfaat Laporan keuangan adalah sebagai berikut:
5) Kebutuhan terhada p Laporan Keuangan;
a) Informasi

keuangan merupakan suatu kebutuhan bagi para pengguna

(stakeholders);
b) Laporan keuangan disajikan kepada stakeholder untuk membantu mereka
dalam mengambil keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan
yang diambil lebih berkualitas dan tepat sasaran;
c) Laporan keuangan merupakan cermin untuk melihat kondisi keuangan
republik tercinta ini;
d) Neraca merupakan cermin utama untuk melihat apa yang ada di republik,
terutama menyangkut hal-hal yang salah urus atau hal-hal yang tidak diurus
maupun yang belum diurus;
6) Laporan Keuangan untuk Akuntabilitas Publik
a)

Laporan keuangan merupakan gambaran adanya akuntabilitas dari para


pemangku kekuasaan.

b) Akuntabilitas adalah amanah berarti pemangku kekuasaan adalah mereka


yang terpercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya publik
yang diberikan kepadanya;
c) Tidakadanya laporan keuangan menunjukkan lemahnya akuntabilitas;
d) Lemahnya akuntabilitas megindikasikan lemahnya sistem, selanjutnya
berimbas pada membudayanya korupsi sistematik;
7) Laporan keuangan untuk transparansi.
a) Era keterbukaan, teknologi informasi & komunikasi sedemikian maju,
masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan berbagai informasi dengan
biaya relatif murah.

b) Setiap rupiah uang publik harus dipertanggung-jawabkan kepada


masyarakat yang telah memberikan uangnya untuk membiayai
pembangunan dan operasional pemerintahan;
c) Dalam hal pengelolaan uang publik, masyarakat semakin cerdas
menuntut adanya transparansi.
d) Transparansi pengelolaan keuangan pemerintah merupakan tuntutan
publik yang harus direspon secara positif.

b. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah


1. Masyarakat;
Tujuan penyelenggaraan pemerintah adalah untuk mensejahterakan
masyarakat, setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah hendaknya bertujuan dan
mengutamakan kepentingan masyarakat. Oleh sebab itulah dengan adanya laporan
keuangan masyarakat dapat dengan mudah menglihat bagaimana proses
pemerintahan yang telah dilakukan oleh pemerintah apakah sudah sesuai dengan
kepentingan masyarakat sehingga hal ini juga dapat berdampak politis bagi
presiden sebagai kepala pemerintahan.
2. Para wakil rakyat;
Wakil

rakyat

sebagai

pihak

legislatif

dan

pengontrol

jalannya

pemerintahan tentunya memiliki kepentingan yang besar terhadap laporan


keuangan pemerintah. Dari laporan keuangan inilah berbagai informasi mengenai
jalannya pemerintahan dapat diperoleh. Sehingga kontrol dari para wakil rakyat
menjadi lebih efisien. Laporan keuangan juga sebagai bentuk tanggungjawab

pelaksanaan anggaran negara yang disampaikan kepada anggota dewan wakil


rakyat.
3. Lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
Agar jalannya pemerintahan dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
lembaga-lembaga pengawas yang bertugas mengontrol dan mengawasi jalannya
pelaksanaan pemerintahan tersebut, terutama dalam hal pelaksanaan anggaran
belanja agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap peraturan
perudang-undangan yang berlaku. Laporan keuangan akan sangat berguna bagi
para lembaga pengawas internal maupun eksternal dalam melaksanakan tugasnya.
4. Pemberi atau yang berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
Laporan keuangan pemerintah berisikan ber bagai informasi tentang
keadaan keuangan negara pada saat tersebut, sedikit banyak laporan keuangan
juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian dinegara tersebut sehingga
laporan keuangan dapat dijadikan sumber informasi mengenai seberapa baik
pengelolaan suatu anggaran disuatau negara. Para donatur dan investor dapat
menggunakan laporan keuangan pemerintah sebagai bahan pertimbangan sebelum
melakukan niatnya
5. Manajemen pemerintah
Dari laporan keuangan yang dihasilkan setiap tahun dapat dijadikan
sebagai informasi manajemen yang penting bagi pemerintah dalam menentukan
kebijakan-kebijakan pemerintah selanjutnya. Laporan keuangan dapat dijadikan
alat evaluasi kinerja sehingga segala kekurangan dan kelebihan yang telah dicapai
dapat teridentifikasi dengan baik.
c. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem terpadu


yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam
pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset,
utang dan ekuitas

seluruh entitas Pemerintah Pusat.

Sistem Akuntansi

Pemerintah Pusat (SAPP) inilah yang dijadikan sistem atau pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari Sistem Akuntansi

Sumber : Presentasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat oleh direktorat


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Gambar 2.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Bendahara Umum Negara (SA-BUN) yang dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh
Kementerian Negara/Lembaga.
1) Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dilaksanakan oleh
Kementerian Keuangan selaku BUN terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu:
a) Sistem Akuntansi Pusat (SIAP) yang terdiri dari:

1. Sistem

Akuntansi

Kas

Umum

Negara

(SAKUN)

yang

menghasilkan LAK, Neraca KUN dan Laporan Penerimaan dan


Pengeluaran Kas dan Laporan Perubahan Posisi Kas;
2. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan LRA dan
Neraca SAU;
b) Sistem Akuntansi Utang Permerintah dan Hibah (SA-UPH)
c) Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)

d)

Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)

e)

Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)

f)

Sistem Akuntansi Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (SA- BSBL)

g)

Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)

h)

Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

Dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BUN, pengolahan data


dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN yang terdiri dari :
a) Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Unit Akuntansi
Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (UAKBUN-D KPPN);
b) Kantor Wilayah DJPBN selaku Unit Akuntansi Kuasa Koordinator
Bendahara Umum Negara Kantor Wilayah (UAKKBUN-KANWIL);
c) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Unit Akuntansi Kuasa
Bendahara Umum Negara Pusat (UAKBUN-P);
d) Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) dan Unit Akuntansi
Bendahara Umum Negara (UABUN);

e) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku Unit Akuntansi


Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
f) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
g) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi
Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
h) Direktorat Jenderal Anggaran selaku Unit Akuntansi Pembantu
Bendahara Umum Negara (UAPBUN);
i)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Unit Akuntansi


Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN);

j)

Badan Lainnya selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum


Negara (UAPBUN).

2) Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data
untuk

menghasilkan

Laporan

Keuangan.

Dalam

pelaksanaan

SAI,

Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi Keuangan dan


Unit Akuntansi Barang,
Unit akuntansi keuangan terdiri dari:
a) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);
b) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Eselon1 (UAPPAE1);
c) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Wilayah (UAPPAW);

d) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).


Sedangkan Unit akuntansi barang terdiri dari:
a) Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);
b) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon1 (UAPPB-E1);
c) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W);
d) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
3) Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:
a) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui
pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang
konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima
secara umum;
b) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik

secara

nasional

maupun instansi
yang berguna sebagai dasar

penilaian kinerja, untuk menentukan

ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;


c) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan
suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah
secara efisien.
4) Ciri-ciri pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah
sebagai berikut:
a) Basis Akuntansi

Cash Toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan


keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
b) Sistem Pembukuan Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar
akuntasi yaitu:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana.
Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan
mengkredit perkiraan yang terkait.
c) Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada Undang-undang APBN
sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat
dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggung- jawabkan
sebagai kesatuan tunggal.
d) Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan
secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi
maupun di daerah.
e) Bagan Akun Standar
SAPP menggunakan akun standar yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun
akuntansi.

f) Standar akuntansi Pemerintahan (SAP)


SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
melakukan

pengakuan,

pengungkapan

penilaian,

terhadap

pencatatan,

transaksi

keuangan

penyajian,
dalam

dan

rangka

perencanaan, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban, akuntansi


dan pelaporan keuangan.
g) Kerangka Umum SAPP
Kerangaka umum Sistem Akuntasi Pemerintah Pusat (SAPP) disusun
berdasarkan Bagan Akuntansi Standar (BAS).
5) Ruang lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
a) Lembaga Tinggi Negara

b) Lembaga-Lembaga Eksekutif
c) Pemda yang sumber dananya dari APBN
Yang tidak termasuk Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP):
a) Pemerintah Daerah

b) Lembaga Keuangan Negara


c) BUMN/BUMD
6) Prosedur pemrosesan data akuntansi dimulai dari:
a) KPPN memproses dokumen sumber untuk menghasilkan Laporan
Keuangan berupa LAK, Neraca KUN, dan LRA. KPPN melakukan
rekonsiliasi LRA dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya
setiap bulan. KPPN menyusun Laporan Keuangan tingkat KPPN dan
menyampaikannya beserta data akuntansi berupa ADK ke Kanwil
Ditjen Perbendaharaan. Khusus KPPN yang memproses data
pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN) menyampaikan Laporan

Keuangan beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan


Keuangan.
b) Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan penyusunan Laporan
Keuangan berupa LAK, Neraca KUN, dan LRA berdasarkan
konsolidasi Laporan Keuangan dari seluruh KPPN di wilayah
kerjanya. Kanwil Ditjen Perbendaharaan melakukan rekonsiliasi LRA
dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya setiap triwulan. Kanwil Ditjen
Perbendaharaan mengirimkan Laporan Keuangan tingkat Kanwil
beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
c) Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku kuasa Bendahara Umum
Negara (BUN) memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran Kas
Umum Negara melalui BUN, serta menyampaikan laporan beserta
ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
d) Direktorat Pengelolaan Dana Investasi memproses transaksi Investasi
pemerintah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
e) Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman memproses transaksi
piutang jangka pendek maupun piutang jangka panjang yang berasal
dari pinjaman yang diteruspinjamkan baik kepada BUMN maupun
perusahaan daerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
f) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang memproses transaksi yang
berhubungan dengan Utang Negara , Penerimaan dan Pengeluran

Pembiayaan serta hibah selanjutnya menyampaikan laporan beserta


ADK kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
g) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara memproses transaksi Barang
Milik Negara, Penyertaan Modal Negara dan Investasi Permanen serta
investasi pemerintah lainnya serta menyampaikan laporan dan ADK
kepada Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
h) Direktorat Jenderal Anggaran memproses transaksi Belanja Subsidi
dan

Belanja

Lain-lain

yang

dilaksanakan

oleh

Kementerian

Negara/Lembaga serta menyampaikan laporan dan ADK kepada


Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
i)

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memproses transaksi


Transfer ke Daerah serta menyampaikan laporan dan ADK kepada
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

j)

Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan melakukan konsolidasi


seluruh laporan keuangan yang diterima dari Kanwil, laporan
keuangan dari KPPN pengelola transaksi pengeluaran BLN, dan
transaksi penerimaan dan pengeluaran melalui BUN.

Sumber : Presentasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat oleh Direktorat


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Gambar 2.1 Alur Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat

2.2.3. Pendapatan Negara

Berikut ini beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari


pendapatan, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam bukunya yang
Standar Akuntansi Keuangan (2002: 23)

berjudul

mendifinisikan pendapatan sebagai

berikut:
Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk ini
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
Menurut

Baridwan (2004: 29) mengemukakan bahwa:

Pendapatan

adalah Aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan

utangnya (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari
penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama badan usaha..
Sementara itu pengertian pendapatan menurut PP 24 tahun 2005 tentang
Standar Akuntasi Pemerintah, pendapatan adalah semua penerimaan Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.
Adapun Sumber-sumber pendapatan Negara terdiri dari:
1. Penerimaan dalam negeri
a. Penerimaan Perpajakan
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

2. Penerimaan hibah
A.Penerimaan Pajak
1) Pengertian Pajak
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat

Selain pendapat diatas ada beberapa pengertian yang telah diberikan oleh
para pakar perpajakan dari buku definisi pajak mengenai apa sebenarnya pajak
tresebut, berikut beberapa diantaranya :

a) Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5) dalam bukunya DasarDasar Hukum Pajak dan Pendapatan mendefenisikan , Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluran umum. Lebih lanjut Rachmat
Soemitro menjelaskan bahwa kata dapat dipaksa berarti bahwa bila hutang
pajak itu tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan
seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan, terhadap pembayaran pajak
itu tidak dapat ditunjukan adanya jasa timbal tertentu seperti halnya didalam
restribusi.

b) Andriani, yang pernah menjabat Guru Besar Hukum Pajak pada Universitas
Amsterdam (Belanda), menyatakan bahwa pajak adalah Iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Dari definisi Andriani ini terlihat bahwa pajak dianggap sebagai
pengertian yang merupakan bagian dari suatu yang berupa pungutan. Dengan
demikian pungutan lingkupnya lebih luas daripada pajak itu sendiri. Didalam
definisi tersebut bahwa Andriani menekankan fungsi budgetair (keuangan) dari
pajak.
c) Smeets dalam bukunya De Economisch Betekenis Der Belastingen yang telah
diterjemahkan mengatakan : Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terhutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, maksudnya
adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Definisi pajak yang

dikemukan Smeet tersebut terlihat menonjolkan adanya fungsi budgeter dari


pajak, yakni untuk memaksukan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara.
d) Soeparman
Berdasarkan

Soemahamidjaja,
asas

Gotong

dalam

disertasinya

Royong,

Universitas

yang

berjudul

Padjajaran

Pajak

Bandung,

memberikan definisi pajak sebagai berikut : Pajak adalah iuran wajib, berupa
uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum

pajak negara dalam arti luas yang meliputi :


a) Pajak penghasilan;
b) Pajak pertambahan nilai barang dan jasa
c) Pajak bumi dan bangunan
d) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
e) Cukai
f)

Bea masuk

g) Bea materai
2) Karakteristik Pajak

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan beberapa ciri atau
karakteristik dari pajak, adalah sebagai berikut :
a) Pajak

dipungut

berdasarkan

adanya

undang-undang

ataupun

peraturan

pelaksanaannya;
b) Terhadap pembayaran pajak tidak ada kontraprestasi yang dapat ditunjukkan
secara langsung;

c) Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun


pemerintah daerah, yang oleh karenanya kemudian muncul istilah pajak
pusat dan pajak daerah;

d) Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan;
e) Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari
rakyat ke dalam kas negara (fungsi budgeter), pajak juga mempunyai
fungsi lain, yaitu fungsi mengatur.
Apa yang dikemukakan sebagai karakteristik pajak diatas terutama
ditujukan untuk membedakan dengan pungutan-pungutan lain selain pajak.
Karena pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak
ke pihak lain, yakni dari rakyat selaku wajib pajak kepada pemerintah, maka
dengan sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pungutan atau menerima
peralihan kekayaan itu, yang dalam hal ini adalah pemerintah. Pemerintah sebagai
penyelenggara kepentingan umum, yang sekaligus juga sebagai penguasa,
pemerintah pulalah yang melakukan pemungutan.
3) Jenis-Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis, dengan mempergunakan


kriteria-kriteria tertentu berdasarkan kewenangan pemungutannya, yaitu sebagai
berikut:
h) Jenis Pajak dari Segi Administratif Yuridis

Penggolongan pajak dengan melihat dari sisi administratif yuridis akan


menghasilkan apa yang sering dikenal dengan pajak langsung maupun pajak
tidak langsung.
i)

Jenis pajak berdasarkan titik tolak pemungutannya

Pembedaan pajak berdasarkan titik tolak pungutannya ini menghasilkan dua


jenis pajak, yaitu pajak subyektif dan pajak obyektif. Pajak Subyektif adalah

pajak (wajib pajak). Sedangkan pajak obyektif adlah pajak yang


pengenaannya berpangkal pada obyek yang dikenai pajak, dan untuk
mengenakan pajaknya harus dicari subyeknya.
j)

Jenis pajak berdasarkan sifatnya

Pembagian pajak berdasarkan sifatnya akan memunculkan apa yang disebut


pajak pribadi dan pajak kebendaan. Pajak pribadi adalah pajak yang dalam
penetapannya memperhatikan keadaan diri serta keluarga wajib pajak.
Sedangkan pajak kebendaan adalah pajak yang pungutannya tanpa
memperhatikan diri dan keadaan wajib pajak, pajak kebendaan ini umumnya
merupakan pajak tidak langsung.
k) Jenis pajak berdasarkan kewenangan pemungutannya

Dengan berdasarkan pada kewenangan pemungutannya, pajak dapat


digolongkan menjadi dua, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
(pajak pusat) dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah).
Berdasarkan Bagan Akuntansi Standart (BA) pengelompokan penerimaan
perpajakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Kelompok Penerimaan Perpajakan
No.

Jenis Pendapatan Pajak

Pendapatan PPh Migas

2.

Pendapatan PPh Non-Migas

Kode
Akun
411111
411112
411113
411119
411121
411122
411123
411124
411125
411126
411127
411128

Keterangan
Pendapatan PPh Minyak Bumi
Pendapatan PPh Gas Alam
Pendapatan PPh Lainnya dari Minyak
Bumi
Pendapatan PPh Migas Lainnya
Pendapatan PPh Pasal 21
Pendapatan PPh Pasal 22
Pendapatan PPh Pasal 22 Impor
Pendapatan PPh Pasal 23
Pendapatan PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi
Pendapatan PPh Pasal 25/29 Badan
Pendapatan PPh Pasal 26
Pendapatan PPh Final dan Fiskal Luar

3.

Pendapatan PPN

4.

Pendapatan PPnBM

5.

Pendapatan Pajak Bumi dan


Bangunan

6.
7.

Pendapatan BPHTB
Pendapatan Cukai

8.

Pendapatan Pajak Lainnya

9.

Pendapatan Bunga
Penagihan Pajak

10.

Pendapatan Bea Masuk

411129
411211
411212
411219
411221
411222
411229
411311
411312
411313
411314
411315
411319
411411
411511
411512
411513
411514
411519
411611
411612
411619
411621
411622
411623
411624
412111
412112
412113
412114

412119
Pendapatan Pajak/pungutan
412211
ekspor
Sumber : Tabel Bagan Akuntansi Standar (BAS)
11.

Negeri
Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya
Pendapatan PPN Dalam Negeri
Pendapatan PPN Impor
Pendapatan PPN Lainnya
Pendapatan PPnBM dalam Negeri
Pendapatan PPnBM Impor
Pendapatan PPnBM Lainnya
Pendapatan PBB Pedesaan
Pendapatan PBB Perkotaan
Pendapatan PBB Perkebunan
Pendapatan PBB Kehutanan
Pendapatan PBB Pertambangan
Pendapatan PBB Lainnya
Pendapatan BPHTB
Pendapatan Cukai Hasil Tembakau
Pendapatan Cukai Ethyl Alkohol
Pendapatan Cukai Minuman mengandung
Ethyl Alkohol
Pendapatan Denda Administrasi Cukai
Pendapatan Cukai Lainnya
Pendapatan Bea Meterai
Pendapatan dari Penjualan Benda Materai
Pendapatan Pajak Tidak Langsung Lainnya
Pendapatan Bunga Penagihan PPh
Pendapatan Bunga Penagihan PPN
Pendapatan Bunga Penagihan PPnBM
Pendapatan Bunga Penagihan PTLL
Pendapatan Bea Masuk
Pendapatan Bea Masuk ditanggung
Pemerintah atas Hibah (SPM Nihil)
Pendapatan Denda Administrasi Pabean
Pendapatan Bea Masuk dalam rangka
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)
Pendapatan Pabean Lainnya
Pendapatan Pajak/pungutan ekspor

4) Fungsi Pajak

Pada umumnya dikenal dua fungsi utama dari pajak , yaitu:


a.

Fungsi Anggaran

Pajak mempunyai fungsi sebagai alat atau instrumen yang digunakan


memasukkan dana yang sebasar-besarnya ke dalam kas negara.
b.

Fungsi Mengatur

Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat
ke arah yang yang dikehendaki pemerintah. Pajak digunakan untuk mendorong
dan mengendalikan kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana dan
keinginan pemerintah.
B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
1) Pengertian PNBP
Penerimaan negara bukan pajak sabagai salah satu bentuk penerimaan
negara telah diatur dengan Undang-undang No. 20 tahun 1997, pengertian
penerimaan negara bukan pajak menurut pasal 1 angka 1 adalah seluruh
penerimaan pemerintah pusat tidak berasal dari penerimaan pajak.
Penerimaan negara bukan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan
negara yang pemungutannya dilakukan berdasarkan peraturan dibawah undang
undang, seperti

peraturan pemerintah maupun keputusan menteri yang berlaku

pada departemen atau lembaga non departemen yang bersangkutan. Pemberlakuan


bersifat sektoral karena berdasarkan kebijakan pimpinan departemen atau lembaga
non departemen masing-masing. Kebijakan itu bergantung pada kepentingan
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan pemanfaatan sumber daya
alam.
Sedangkan Penerimaan Negera Bukan Pajak menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1997 pasal 1 angka 1, yaitu seluruh penerimaan pemerintah pusat yang
tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
2)

Klasifikasi PNBP
Sesuai dengan PP no. 22 tahun 1997, PNBP dibagi menjadi dua bagian:

a) PNBP Umum

PNBP ini merupakan PNBP yang pelaksanaan pemungutannya ada di


seluruh Kementerian Negara/Lembaga. PNBP ini terdiri dari:
1. Penyelesaian pekerjaan pemerintah.
2. Penerimaan dari hasil Penerimaan kembali belanja TAYL.
Penerimaan kembali belanja yang diterima pada periode berikutnya
dengan mata anggaran 423911 (pendapatan Lain-lain).
a. Penerimaan hasil penjualan barang /kekayaan negara.
b. Penerimaan hasil penyewaan barang /kekayaan negara.
c. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).
d. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan Ganti Rugi
dan Tuntutan Perbendaharaan).
e. Penerimaan denda keterlambatan penjualan dokumen lelang.
b) PNBP Khusus
PNBP khusus adalah PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya
dilakukan oleh satu kementerian negara/lembaga tertentu yang mengacu
kepada tugas pokok dan fungsi masing-masing kementerian negara/
lembaga yang bersangkutan. Untuk melakukan telaah terhadap Laporan
Realisasi Anggaran Pendapatan perlu diperhatikan PNBP khusus, karena
tidak boleh PNBP khusus ini diterima oleh kementerian negara/lembaga
yang tidak berhak. Sebagian dari PNBP khusus yang terdapat pada
Kementerian Negara/Lembaga dapat dicontohkan sebagai berikut, antara
lain:
1.

Departemen Keuangan (015.06) yaitu MAP 421111 Pendapatan minyak


bumi, 421211 Pendapatan bagian pemerintah dan penjualan gas alam,

422111 Pendapatan laba BUMN perbankan, 422121 Pendapatan laba


BUMN non perbankan.
2.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (020) yaitu MAP 421211
Pendapatan Iuran Tetap, 421312 Pendapatan royalti batubara, 423113
Pendapatan penjualan hasil tambang.

3.

Departemen Kehutanan (029) yaitu Pendapatan Kehutanan (mata anggaran


4214XXX) dan MAP 423142 Pendapatan Tempat Hiburan/Taman/
Museum dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA).

4.

Departemen Kelautan dan Perikanan (032) yaitu Pendapatan perikanan


(mata anggaran 4215XX).

5.

Departemen Pertanian (018) yaitu MAP 423112 Pendapatan Penjualan


Hasil Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, 423112 Pendapatan
Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan; Pendapatan dari Pendaftaran
Pestisida, Royalti Hasil Penelitian dan Pembuatan Label Obat-obtan
pertanian/Peternakan;nMAP423145nPendapatannSensor/karantina,npenga
wasan/periksaannuntuknpendapatannsensor/karantina,npengawasan,npeme
riksaan.

6.

Kejaksaan Agung (006) yaitu MAP 423114 Pendapatan penjualan hasil


sitaan/rampasan dan harta peninggalan.

7.

Departemen Pekerjaan Umum (033) yaitu MAP 423123 Pendapatan


penjualan sewa beli.

8.

Departemen Pendidikan Nasional (023) yaitu MAP 423142 Pendapatan


tempat hiburan/taman/museum dan pungutan usaha pariwisata alam
(PUPA); MAP 423145 Pendapatan sensor/karantina, pengawasan atau

pemeriksaan untuk pendapatan sensor atau juga karantina, pengawasan,


pemeriksaan.
9.

LIPI (079) yaitu MAP 423142 Pendapatan tempat hiburan /taman/museum


dan pungutan usaha pariwisata alam (PUPA).

10. Departemen Hukum dan HAM (013) yaitu MAP 423143 Pendapatan surat
keterangan, visa, paspor, SIM, STNK, dam BPKB; MAP 423144
Pendapatan hak dan perijinan untuk pendapatan dari permintaan hak paten,
hak cipta maupun perpanjangan merek; MAP 423156 Pendapatan uang
pewarganegaraan.
11. Departemen

Perindustrian/Perdagangan

(019

dan/atau

090)

yaitu

Pendapatan wajib daftar perusahaan, pengujian mutu barang dan sertifikasi


mutu barang; MAP 423145 Pendapatan sensor/karantina, pengawasan
/pemeriksaan

untuk

pendapatan

sensor/karantina,

pengawasan,

pemeriksaan.
12. Departemen Perhubungan (022) yaitu biaya hak penggunaan frekuensi
radio, biaya ijin amatir radio, MAP 423148 Pendapatan jasa bandar udara,
kepelabuhan, dan kenavigasian, 423152 Pendapatan jasa telekomunikasi.
13. Departemen Tenaga Kerja (026) yaitu Pendapatan hak dan perijinan
tenaga kerja.
14. BPN (056) yaitu Pendapatan hak dan perijinan pertanahan.
15. Departemen

Kesehatan

(024)

yaitu

sensor/karantina, pengawasan/pemeriksaan

MAP
untuk

423145

Pendapatan

pendapatan sensor/

karantina, pengawasan, pemeriksaan di berbagai departemen (018, 019,


023, 024).

16. Pendapatan sesuai dengan tugas dan fungsi di seluruh departemen yaitu
MAP 423146 Pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, informasi,pelatihan,
teknologi, pendapatan BPN, pendapatan DJBC. Pendapatan tersebut
meliputi pendapatan jasa teknologi sesuai dengan tugas dan fungsi di
seluruh departemen. Pendapatan BPN (pelayanan pendaftaran tanah yang
meliputi:

pengukuran

dan

pemetaan

tanah

untuk

pertama

kali,

pemeliharaan data pendaftaran tanah, pelayanan konsulidasi tanah secara


swadaya, pelayanan redistribusi tanah, pelayanan periksaan tanah,
pelayanan informasi pertanahan); jasa pekerjaan yang berasal dari cukai
dan kepabeanan.
17. Departemen Agama (025) yaitu MAP 423147 Pendapatan jasa Kantor
Urusan Agama .
18. Departemen Sosial (027) yaitu MAP 423153 Pendapatan iuran lelang
untuk fakir miskin.
19. Departemen Dalam Negeri (011) yaitu Map 4223154 Pendapatan jasa
catatan sipil.
20. Departemen Keuangan (015) yaitu map 423155 Pendapatan biaya
penagihan pajak negara dengan surat paksa, MAP 423157 Pendapatan bea
lelang, MAP 423158 Pendapatan biaya pengurusan piutang dan lelang
negara.
21. Departemen Luar Negeri (011) yaitu Map 423161 Pendapatan dari
pemberian surat perjalanan RI, 423162 Pendapatan dari jasa pengurusan
dokumen konsuler.

2.2.4. Belanja Negara


a. Pengertian Belanja Negara
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara pasal1
angka 14 : Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah Pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih .
Berdasarkan PP No 24 Tahun 2005 tentang Standar Akutansi Pemerintah:
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara /Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancer dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pemebayarannya kemabali oleh
pemerintah
Pasal 11 ayat 4 UU No.17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: Belanja
Negara dalam APBN digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
peemrintah pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Pengeluaran Negara merupakan belanja yang masih harus dibayar dalam
pedoman ini mencakup:
1) Kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima
kementerian negara/lembaga, namun sampai pada akhir periode pelaporan
belum dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai
dan/atau pihak ketiga selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini
adalah kewajiban kepada pegawai dan barang dalam perjalanan yang telah
menjadi haknya.

2) Kewajiban yang timbul akibat perjanjian/komitmen yang dilakukan oleh


pemerintah berdasarkan peraturan yang ada, seperti belanja subsidi, bantuan
sosial dan hibah, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum
dilakukan realisasi atas perjanjian/komitmen tersebut kepada pihak ketiga.
Dalam hal ini mengatur kewajiban satu arah dari pemerintah tanpa ada hak
atas barang/jasa yang diterima.
Belanja Yang Masih Harus Dibayar diakui jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan, dan mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal dan dibukukan sebesar nilai
nominal. Belanja Yang Masih Harus Dibayar dalam valuta asing dikonversikan ke
rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.
Transaksi ini pada umumnya muncul di satuan kerja pengguna anggaran
dan satuan kerja BUN. Satker kerja pengguna anggaran dan satuan kerja BUN
melaksanakan kegiatan inventarisasi atas seluruh utang yang ada pada tanggal
neraca, sehingga perkiraan-perkiraan belanja yang masih harus dibayar dapat
disajikan pada neraca tahunan dan semester satuan kerja kementerian
negara/lembaga/BUN. Selain itu. utang kementerian negara/lembaga/BUN harus
diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan
informasi

yang

lebih

baik

mengenai

kewajiban

kementerian

negara/

lembaga/BUN. Pengakuan Belanja Yang Masih Harus Dibayar hanya dapat


dilakukan selama belanja telah dianggarkan.
b. Jenis-Jenis Belanja Yang Masih Harus Dibayar
Sesuai dengan bagan perkiraan standar, Belanja Yang Masih Harus Dibayar
dapat dibagi menjadi:

1) Belanja Pemerintah Pusat Yang Masih Harus Dibayar (MA 21122); dan
2) Belanja Daerah Yang Masih Harus Dibayar (MA 21123).
Belanja Pemerintah Pusat Yang Masih Harus Dibayar dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Belanja Pegawai Yang Masih Harus Dibayar.
Belanja Pegawai Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul
akibat hak atas pegawai, baik dalam bentuk uang maupun barang yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada
pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai dengan saat penyusunan laporan
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal, namun sampai
pada

akhir

periode

pelaporan

belum

dilakukan

pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut.

pembayaran/
Sesuai dengan

BPS, yang termasuk kelompok belanja pegawai adalah kode perkiraan 511,
512, dan 513.
Contoh belanja :
1) SK Kenaikan pangkat pegawai sudah ada, tetapi belum dicantumkan
dalam Daftar Gaji/Tunjangan sampai dengan bulan Desember.
2) Honorarium Tim bulan Desember yang dibayar pada bulan Januari.
3) Lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan
pegawai bulan Desember yang dibayar pada bulan Januari.
2) Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar.

Belanja Barang/Jasa Yang Masih Harus Dibayar yaitu

kewajiban yang

timbul akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh


kementerian negara/lembaga/pemerintah untuk membiayai keperluan kantor
sehari-hari, pengadaan barang yang habis pakai seperti alat tulis kantor,
pengadaan/penggantian inventaris kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain
pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang sifatnya non fisik dan secara
langsung menunjang tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga,
pengadaan inventaris kantor yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai
kapitalisasi minimum yang diatur oleh pemerintah pusat/daerah dan
pengeluaran jasa non fisik seperti pengeluaran untuk biaya pelatihan dan
penelitian, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/ pelunasan/realisasi atas

hak /perjanjian/komitmen tersebut.

Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja barang/jasa adalah


kode perkiraan 521, 522.
Contoh:
a) Tagihan atas pemakaian telepon, listrik, yang belum dibayar sampai
dengan tanggal penyusunan laporan. (refer ke SE)
b) Tagihan atas pemberian makanan bagi para tahanan/narapidana.
3) Belanja Pemeliharaan Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul
akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh kementerian
negara/lembaga/pemerintah yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset
tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa
memperhatikan besar kecilnya, namun sampai pada akhir periode pelaporan

belum dilakukan pembayaran/ pelunasan/realisasi atas hak / perjanjian/ komitmen tersebut.


Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja pemeliharaan adalah
kode perkiraan 523.
Contoh:
Tagihan biaya pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan
kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan
sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan lain-lain sarana
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang belum
dibayar sampai dengan tanggal penyusunan laporan.
Belanja Perjalanan Dinas Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang
timbul akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh
kementerian negara/lembaga/pemerintah yang dilakukan untuk membiayai
perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi,

dan

jabatan,

namun sampai pada akhir periode


pelaporan belum dilakukan pembayaran/ pelunasan/realisasi atas hak
/perjanjian/komitmen tersebut.
Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja perjalanan dinas adalah
kode perkiraan 524.
8) Belanja Modal Yang Masih Harus Dibayar.
Belanja Modal Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul
akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh kementerian
negara/ lembaga/pemerintah untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum


dilakukan pembayaran/ pelunasan/realisasi atas

hak/perjanjian/komitmen

tersebut.
Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja modal adalah kode
perkiraan 531, 532, 533, 534, dan 535.
Contoh:
a. Pihak ketiga/kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan
spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, atas
fasilitas/peralatan tersebut yang telah dilakukan serah terima tetapi belum
dibayar penuh oleh pemerintah sampai tanggal pelaporan. Nilai yang
dicantumkan dalam neraca sebagai Utang kepada Pihak Ketiga adalah
sebesar jumlah yang belum dibayar untuk barang tersebut pada tanggal
neraca.
b. Pembayaran atas kontrak pengadaan barang/jasa ditunda sampai dengan
masa penjaminan pekerjaan selesai (Retensi).
9) Belanja Subsidi Yang Masih Harus Dibayar.
Belanja Subsidi Yang Masih Harus Dibayar yaitu kewajiban yang timbul
akibat

hak

atas

pengeluaran

pemerintah

untuk

diberikan

kepada

perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan membantu biaya produksi agar


harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat,
namun

sampai

pada

akhir

periode

pelaporan

belum

dilakukan

pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut


Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja subsidi adalah kode
perkiraan 551,dan 552.

10) Belanja Hibah Yang Masih Harus Dibayar.


Belanja Hibah Yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban yang timbul
akibat hak atas pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh kementerian
negara/lembaga/pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan
organisasi

kemasyarakatan,

yang

secara

spesifik

telah

ditetapkan

peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara
terus menerus, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/ pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut
Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja hibah adalah kode
perkiraan 561, 562, dan 563.
11) Belanja Bantuan Sosial Yang Masih Harus Dibayar.
Belanja Bantuan Sosial Yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban yang
timbul akibat hak atas

pengeluaran

anggaran

yang dilakukan

oleh

kementerian
negara/lembaga/ pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada
masyarakatyang diberikan kepada lembaga sosial dan kompensasi sosial
kepada penduduk guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko,
namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/
pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut.
Belanja bantuan sosial dapat berupa: belanja bantuan konpensasi sosial,
belanja bantuan sosial lembaga pendidikan peribadatan dan belanja lembaga
sosial lainnya.

Sesuai dengan BPS, yang termasuk kelompok belanja bantuan sosial adalah
kode perkiraan 571, 572, dan 573.
12) Belanja Lain-lain Yang Masih Harus Dibayar.
Belanja Lain-Lain Yang Masih Harus Dibayar adalah kewajiban yang timbul
akibat hak atas pengeluaran/belanja yang dilakukan oleh pemerintah pusat
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang serta
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
pusat, namun sampai pada akhir periode pelaporan belum dilakukan
pembayaran/pelunasan/realisasi atas hak/perjanjian/komitmen tersebut.
Contoh:
pengeluaran untuk penanggulangan bencana alam, belanja pemilu, belanja
tanggap darurat
Sedangkan Belanja Daerah Yang Masih Harus Dibayar dapat diklasifikasikan
menjadi:
a.

Belanja Dana Perimbangan.


Belanja Dana Perimbangan adalah semua pengeluaran yang dialokasikan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi yang terdiri dari atas dana bagi hasil, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.

b.

Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.


Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian adalah pengeluaran pemerintah
dalam rangka pembiayaan pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah,

sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001


tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua serta untuk penyesuaian
kekurangan dana alokasi umum untuk beberapa daerah.

2.3. Kerangka Konseptual

Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara


eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan
kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan
belanja atau pembiayaan yang diperlukan. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas
belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan
pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu yang biasanya
mencakup periode tahunan. Dengan demikian fungsi anggaran dilingkungan
pemerintah

mempunyai

hubungan penting dalam akuntansi dan pelaporan

keuangan, antara lain karena :


1. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
2. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan
antara belanja, pendapatan dan pembiayaan yang diinginkan.
3. Anggaran menjadi landasan yang memiliki konsekuensi hukum.
4. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai syarat pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

Oleh sebab itu pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan pajak
dan penerimaan negara bukan pajak harus dapat tersaji dalam suatu bentuk
laporan yang sepat, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membiayai
belanja negara yang semakin kompleks yaitu untuk belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial.
Dengan demikian realisasi anggaran dari sisi pendapatan dan pengeluaran
dapat segera terlihat dan dapat dijadikan acuan dalam menentukan atau sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan oleh pemerintah. Realisasi
anggaran akan akan mengahasilkan surplus anggaran atau defisit anggaran yang
sangat

mempengaruhi

posisi

dan

kemampuan

pemerintah

dalam

menyelenggarakan pemerintahan dalam satu periode.


Hubungan pendapatan dan belanja negara dengan

realiasasi anggaran

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang dapat dilihat pada bagan


berikut ini.
Realisasi Anggaran

Pendapatan Negara:
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP)

SURPLUS/
DEFISIT

Belanja Negara :

1.
2.
3.
4.
5.

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bantuan
Sosial
Belanja Lain-lain

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Realisasi Anggaran


Berdasarkan Bagan diatas dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut :

1. Pengaruh pendapatan negara dan anggaran belanja negara terhadap realisasi


anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang.
2. Pengaruh pendapatan terhadap realisasi anggaran Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Sidikalang.
3. Pengaruh anggaran belanja negara secara bersama-sama terhadap realisasi
anggaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Sidikalang.
Dari penjabaran kerangka berfikir diatas menunjukan bahwa pendapatan
negara dan belanja negara mempunyai pengaruh

terhadap realisasi anggaran

dalam menghasilkan surplus/defisit anggaran. penulisan ini penulis hanya


membatasi pada kajian realisasi anggaran dilihat dari pengaruh pendapatan dan
belanja negara serta signifikasi perubahan per tahun anggaran periode tahun 2006
sampai dengan 2011

PENDAPATAN
NEGARA
ANGGARAN
BELANJA
NEGARA

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian

2.4. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

REALISASI
ANGGARAN

1. Pendapatan Negara secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap


realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Sidikalang
2. Belanja Negara secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Sidikalang.
3. Pendapatan dan belanja Negara secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap realisasi anggaran pada satuan kerja Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Sidikalang.

Anda mungkin juga menyukai