Presentasi klinis tergantung pada jumlah dan superioritas dari aksi berbagai
antibody yang terdapat pada TSH, baik menstimulasi atau memblok.
Secara histologis, tiroiditis Hashimoto menunjukkan hyperplasia seluler, disrupsi
sel folikuler, dan infiltrasi kelenjar dengan limfisit, monosit dan sel plasma.
Limfadenopati servikal dapat juga ditemukan. Beberapa sel epithelial membesar
dan menunjukkan perubahan oksifilik pada sitoplasma (sel Askanazy atau sel
Hurthle, yang tidak spesifik pada kelainan ini). Sel interstisial menunjukkan
fibrosis dan infiltrasi limfositik. Penyakit Graves dan tiroiditis Hashimoto dapat
menyebabkan penemuan histologis yang sangat mirip da dimanifestasikan
dengan mechanisme aksi serupa. Sebagain besar pasien dengan tiroiditis
Hashimoto dan sekitar 2/3 pasien penyakit Graves memiliki sera menunjukkan
sitotoksisitas yang dimediasi sel dan bergantung pada antibody. Positivitas
antibody tiroid juga dideteksi pada 16,8% dari populasi perempuan Amerika
Serikat dan pada 10,2% laki-laki. Dalam klasifikasi hipotiroidisme, overt
hipotiroidisme, didefinisikan dengan naiknya TSH dan T4 yang rendah,
ditemukan pada 0,3-0,5% populasi. Hipotiroidisme subklinis, yang didefinisikan
dengan TSH yang meningkat dan T4 yang normal ditemukan pada 2-3%
populasi. Perlu diingat bahwa wanita dengan diagnosis tiroiditis Hashimoto yang
sedang atau akan berencana hamil harus mendapatkan dosis tiroksin yang
disesuaikan untuk mempertahankan TSH <2,5mU/ml.
Karakteristik Klinis dan Diagnosis Tiroiditis Hashimoto
Sebagian besar pasien dengan tiroiditis Hashimoto biasanya asimptomatik
secara relative dengan goiter tidak nyeri dan hipotiroidisme. Goiter dapat
termasuk lobus pyramidal. Seirign dengan kondisi yang berevolusi dari tiroiditis
ke kematian sel dan atrofi, hipotiroidisme dapat ditemukan tanpa goiter.
Manifestasi yang penting hipotiroidisme termasuk intoleransi terhadap dingin,
konstipasi, deposisi karoten pada region periorbital, sindroma karpal tunnel, kulit
kering, lemas, rontok rambut. Letargi, dan naiknya berat badan. Hashitoksikosis,
manifestasi hipertiroid pada awal tiroiditis Hashimoto, dapat menunjukkan varian
dari penyakit Graves. Bentuk ini diperkirakan terjadi pada 4-8% pasien dengan
tiroiditis Hashimoto. Pasien-pasien ini seringkali menjadi hipotiroid.
Pada banyak kasus, kenaikan TSH serum dicatat pada skrining rutin. Kenaikan
serum antitiroglobulin dan naiknya antibody antimikrosomal mengkorfirmasi
diagnosis. Nilai sedimentasi dapat naik, terfantung pada waktu rekognisi.
Penyebab lain hipotiroidisme dapat dilihat pada bagan di bawah ini
Wanita dengan TSH serum yang meningkat dan positif tes antibody tiroid
memiliki resiko per tahun 5% untuk hipotiroidisme overt. Jika serum TSH saja
yang meningkat tanpa titer antibody positif resiko per tahun turun hingga kurang
dari 3%. Pada wanita yang menginginkan kehamilan, ketentuan baru
menganjutkan perawatan untuk mempertahankan tingkat TSH <2,5 mIU/ml.
Penataksanaan
Penggantuan tiroksin dimulai pada pasien dengan hipotiroidisme simptomatik,
pasien dengan goiter yang mengganggu secara kosmetik atau fisik dan secara
subklinis hipotroid, dan pasin yang secara overt atau subklinis hipotiroid dan
mencoba hamil. Regresi ukuran kelenjat biasanya tidak terjadi, namun
penatalaksanaan mencefah hipertrofi lebih lanjut. Semua pasien hamil dengan
TSH yang meningkat harus diberikan levothyroxine. Penatalaksanaan tidak
memperlambar progresi penyakit. Terapi penggantian dimonitor melalui
penentuan TSH sekitar 6 minggu setelah perubahan dosis. Aluminium hidroksida
(antacid), kolestiramin, besi dan sukralfat dapat menganggu dengan absorbs.
Waktu paruh levothyroxine hampir 7 hari sehingga seitar 6 minggu setelah
perawatan pdiperlukan sebelum efek sebuah dosis dapat dievaluasi.
Hipotiroidisme terlihat berhubungan dengan penurunan fertilitas disebabkan dari
kesulitan ovulatori dan kemungkinan abortus spontan. Sebuah meta-analisis
kasus control dan studi longitudinal yang dilakukan sejak 1990 menunjukkan
mungkin adanya hubungan antara kegugutan dan antibody tiroid dengan rasio
kemungkinan 2,73 (2,20-3,40, 95% interval konfidens). Hubungan ini dapat
dijelaskan oleh keadaan autoimun yang meninggi mempengaruhi allograft janin,
atau wanita pada usia yang sedikit lebih tua dengan antibody ketika
dibandingkan dengan wanita tanpa antibody (0,7 kurang lebih 1 tahun,