Anda di halaman 1dari 3

MEDAN MAGNET BUMI

Magnet bumi adalah harga kemagnetan dalam bumi, yang dihasilkan dari arus listrik yang mengalir dalam inti besi cair bumi.
Kerapatan fluks magnet (B) sekitar 0,62 x 10-4Wb/m2 (0,062mT) di kutub utara magnet dan sekitar 0,5 x 10-4 Wb/m2 (0,05mT) di garis
lintang 40o.
Medan magnet dari dalam bumi (internal field) merupakan bagian yang terbesar (90%), maka medan ini sering juga disebut medan utama
(main field) yang dihasilkan oleh adanya aktifitas di inti bumi bagian luar (outer core). Sisanya berasal dari kerak dan bagian luar bumi
(external field)
Setiap 250.000 tahun, kutub magnet akan berbalik, yang disebabkan karena inti bumi merupakan generator atau dinamo listrik yang
kontinyu. Aliran besi cair melalui medan magnet yang lemah menimbulkan energi elektromagnetik yang menghasilkan medan magnet yang
jauh lebih besar dan kuat.
Bumi merupakan magnet raksasa yang memiliki dua kutub sehingga kompas dapat selalu menunjuk arah utara dan selatan. Meskipun
demikian letak kutub-kutubnya tidak selalu tetap. Menurut para ilmuwan, kutub utara magnet Bumi bergerak dari Kanada ke Siberia secara
signifikan. Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa kutub magnet Bumi bergerak ke lokasi yang berbeda.
Untuk mengetahui pergerakan kutub magnet Bumi, Stoner dan para ilmuwan lainnya mempelajari endapan yang direkam dari beberapa
danau d Arktik. Endapan-endapan tersebut merekam medan magnetik Bumi pada waktu tertentu. Para ilmuwan menggunakan detektor
karbon untuk melacak perubahan medan magnetnya

Medan magnet bumi teragi menjadi 3 bagian :


MEDAN UTAMA (MU) : berasal dari arus listrik yang mengalir berputar di dalam inti bumi, bersifat tidak konstan terhadap perubahan
waktu (perubahannya sangat lambat), penyebabnya : perubahan arus konveksi inti bumi dan perputaran bumi.
MEDAN LUAR (ML) : merupakan bagian kecil dari MU, berasal dari arus listrik yangmengalir di permukaan bumi atau dari lapisan
atmosfer yang terionisasi. Sifat perubahan ML lebih cepat dibandingkan MU. Periode perubahan bisa 11 tahun (berkorelasi dengan aktivitas
matahari dan distribusi garis lintang), 24-25 jam (berkorelasi dengan variasi harian, aksi matahari pada arus ionisasi), perubahan acak
(akibat badai magnetic).
MEDAN ANOMALI LOKAL (MAL)/ANOMALI RESIDUAL/ANOMALI LOKAL : sifatnya relative konstan terhadap waktu dan
tempat. Letaknya dekat permukaan kerak bumi dan tidak luas. Penyebabnya adanya kandungan mineral magnetic dan batuan. Medan
anomaly local merupakan sasaran untuk eksplorasi. MAL ini yang menyebabkan timbulnya MAGNETISASI RESIDUAL atau biasa disebut
MAGNETISASI REMANEN NORMAL (NORMAL REMANENT MAGNETIZATION / NRM).
Beberapa penyebab timbulnya NRM :
Magnetisai Remanen Kimia (Chemical Remanent Magnetization CRM), terjadi bila butir magnetic berubah dari satu bentuk ke bentuk lain
akibat dari reaksi kimia pada temperature moderat (di bawah titik CURIE), misalnya pada batuan malihan
Magnetisasi Remanen Detrial (Detrial Remanent Magnetization - DRM), terjadi akibat proses pemadatan/kompaksi yang sangat lambat dari
partikel-partikel berukuran halus, missal : batulempung
Magnetisasi Remanen Thermo (TRM), terjadi bila material magnetic didinginkan dari titik CURIE dalam medan magnet luar, sifatnya
stabil, misalnya magnetisasi pada batuan beku.
Magnetisasi Remanen Viskos (kental) VRM, terjadi bila ada proses eksplosif yang lama pada medan magnet luar , dijumpai sangat khas
pada batuan beku yang bersifat halus.
MAGNETISASI
Studi mengenai magnetisasi telah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu. Penelitian magnetisasi bumi yang pertama kali menunjukkan bahwa
medan magnet bumi ekivalen dengan arah utaraselatan sumbu rotasi bumi. Penemuan tersebut kemudian diperdalam untuk melokalisir
endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil penelitianitu kemudian dibukukan dalam the examination
of iron ore deposite by magnetic measurement yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (geomagnet).
Metode Magnetik
Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali)
benda termagnetisasi di bawahpermukaan bumi, perbedaan distribusi mineral ferromagnetic, paramagnetic, diamagnetic, perbedaan kontras
suseptibilitas, atau permeabilitas magnetic tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya.
Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah permukaan,
kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin teramati. Pengukuran intensitas medan dilakukan di darat, laut
maupun udara.
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan
pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi
Susceptibilitas magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya dengan
kandungan mineral dan oksida besi. Sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Semakin besar kandungan
mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya.
Anomali medan magnet bumi adalah perbedaan nilai medan magnet antara hasil pengamatan dan medan magnet teoritis (IGRF).
Berdasarkan sifat medan magnet bumi dan sifat kemagnetan bahan pembentuk batuan, maka bentuk medan magnetik anomaly yang
ditimbulkan oleh benda penyebabnya tergantung pada:
Inklinasi medan magnet bumi disekitar benda penyebab
Geometri benda penyebab

Kecenderungan arah dipoldipol magnet didalam bendapenyebab


Orientasi arah dipoledipole magnet benda penyebab terhadap arah medan bumi
Anomali magnetik diperoleh dari persamaan:
T =Tobs+ TIGRT TVH
T = anomali magnetik
Tobs = medan magnetik pengukuran pada stasiun tertentu
TIGRF= medan magnet teoritis berdasarkan IGRF pada stasiun Tobs
TVH = koreksi medan magnetik akibat variasi harian
Intensitas Magnetisasi :
Gaya magnet (F) adalah gaya tarik menarik / tolak-menolak dari dua kutub magnet (m1,m2) yang berjarak r.
Hukum Coloumb (gaya antara dua kutub magnet m1 dan m2 yang berjarak r dirumuskan dengan) :
F = m1.m2/(.r2) dalam satuan dyne
= konstanta permeabilitas magnet
Suatu medan magnetik yang ditempatkan pada suatu medan magnet akan mengalami magnetisasi oleh imbas magnetik yang didefinisikan
sebagai :
I= M /V
M = momen magnetik dikutub (dipole)
I = jarak antara kutub +m dan m
V = volum benda
Momen magnet (M) adalah besaran vektor yang memanjang dari kutub negatif ke kutub positif. Intensitas magnetik (I) adalah momen
magnet persatuan volume. Intensitas magnet ini sebanding dengan kuat medan magnet dan arahnya searah dengan medan magnet yang
menginduksi, sehingga :
I = k. H
I = intensitas magnetic (polarisasi magnetic, dalam satuan Orstad), dalam eksplorasi geofisika satuan intensitas magnetic dipakai satuan
gamma () dimana 1 = 10-5 Orstad.
H = kuat medan magnet (sebagai gaya pada satu-satuan kutub magnet).
k = susceptibilitas (derajat suatu benda untuk termagnetisasi), besar kecilnya k tergantung dari :
Ukuran dan bentuk butir dari mineral penyusun batuan
Tekanan
Suhu
Sifat asli dan karaktreristik dari tipe mineral-mineral penyusun batuan sebagai parameter dasar dalam prospeksi magnetic atu dikenal dengan
remanent magnetization.
Dari ke-4 faktor tersebut, maka yang paling besar pengaruhnya adalah suhu (temperature). Dalam proses magnetisasi dikenal adanya suhu
CURIE, yaitu batas suhu dimana sifat kemagnetan mulai terbentuk, sangat tergantung pada kandungan mineral magnetic dalam batuan.
Kisarannya antara 400oC sampai 700oC. Misal titanomagnetik terbentuk pada suhu 580 oC. Kebalikan dari hal di atas adalah proses
demagnetisasi : proses perubahan mineral-mineral primer yang bersifat magnet menjadi mineral non magnetic. Faktor penyebabnya juga
suhu pemanasan), misalnya larutan hidrotermal, intrusi, sesar. Contoh pirotit, magnetic, titanomagntik berubah menjadi pirit, hematite,
sphene.
Sifat magnetik batuan:
1. Diamagnetik : atom atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron berpasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit,
elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi. Mempunyai
Susceptibilitas k negatif dan kecil serta tidak tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa,
garam.
2. Paramagnetisme : terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan. Jika terdapat
medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut sehingga
memperkuatnya. Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, sehingga Susceptibilitas k positif dan > 1
serta bergantung pada temperatur. Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
3. Ferromagnetic : terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh satu electron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar. Keadaan
ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipol magnet (domain) mempunyai arah
sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Susceptibilitas k positif dan >> 1. serta bergantung dari temperature. Contoh : besi, nikel,
kobalt.
4.Antiferromagnetik : domain-domain menghasilkan dipole magnetic yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetic secara
keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan magnet kecil dan suseptibilitasnya
seperti pada bahan paramagnetic, suseptibilitas k seperti paramagnetic, tetapi harganya naik sampai dengan titik curie kemudian turun lagi
menurut hokum curie-weiss. Contoh : hematit ( Fe2O3 ).
5.Ferrimagnetik : domain-domain juga saling antiparalel tetapi jumlah dipol pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan tergantungt emperatur.Contoh : magnetit ( Fe3O4 ), ilmenit
( FeTiO3 ), pirhotit ( FeS ).
Secara umum berdasarkan nilai k, batuan dibagi menjadi :
1. Paramagnetik : Mempunyai nilai k yang bernilai positif Contoh : olivine, biotit.
2. Feromagnetik : Mempunyai nilai k yang sangat besar dan positif Contoh: besi dan nikel.
3. Diamagnetik : Mempunyai nilai k yang negatif Contoh: grafit, gysum, quartz
Berdasarkan proses terjadinya maka ada dua macam magnet :
Magnet induksi (bergantung pada suseptibilitasnya menyebabkan anomaly pada medan magnet bumi)
Magnet permanen : bergantung pada sejarah pembentukan batuan tadi.
METODE MAGNETIK DAN GRAVITASI
Metode magnetik mirip dengan metode gravitasi, karena sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehIngga keduanya sering disebut
sebagai metoda potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi
besar vektor percepatan gravitasi.
Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap
waktu jauh lebih besar. Sehingga peta yang dihasilkan (ISOGAMMA) akan bersifat lebih kompleks (anomaly lebih banyak) dan tidak
teratur (karena dipengaruhi oleh remanen magnetisasi dari benda magnet dan sifat dwi kutub).

Kelebihan metode magnetik


1. Metode ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal
yang kaya akanmineral ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetic
(Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya. KHUSUS PADA INTRUSI (DIKE) AKAN MUNCUL ISTILAH
KUTUB YANG TERISOLASI (ISOLATED POLE) : artinya kutub magnet seolah-olah hanya ada satu, hal ini disebabkan karena posisi
benda intrusi tersebut mempunyai dip besar (mendekati 90o), sehingga kutub yang satunya diabaikan.
2. Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie, oleh karena itu efektif
digunakan untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal
3. Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metoda gayaberat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk
memisahkan anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomaly magnetic yang ingin diselidiki.
4. Pengambilan data dapat dilakukan di darat (ground magnetic) dan bisa dari udara (aero magnetic).
PENGAMBILAN DATA LAPANGAN
Digunakan bersamaan dengan m. gravitasi dengan tujuan recognaisance sebelum daerah tersebut disurvey dengan metode yang lain.
Mengingat batuan sedimen mempunyai nilai susceptibilitas relative kecil, maka respon utama dari alat adalah batuan beku.
Dalam pengambilan data dihindari benda-benda magnet buatan (rel kereta, listrik tegangan tinggi, pipa, dsb)
Pengenalan lapangan (data singkapan, geologi regional, test kemagnitan suatu bijih, dbs).
Penentuan arah lintasan (tegak lurus terhadap jurus)
Digunakan system grid untuk bisa mengcover daerah, baru ditentukan lokasi yang punya anomaly tinggi untuk bisa didetailkan.
Penentuan stasiun dasar
Pengecekan alat, penyiapan blangko.
Pengukuran dengan system looping (alat dipergunakan max 2 jam)
INTERPRETASI MAGNETIK
Sifat peta isogamma : kacau, kompleks
Sebelum melakukan interpretasi perlu bekal : pemahaman dasar stratigrafi, petrologi, struktur geologi, model, pengalaman, bentukan
topografi, dsb.
Interpretasi sifatnya kwalitatif (kasar) sehingga perlu didekati dengan pemodelan bawah permukaan (bola, silinder, tabung, prisma, lapisan
tegak, lapisan, hirsontal, dsb).
Survei magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin). Dalam eksplorasi migas
metoda gravity dan magnetic memang hanya dipergunakan untuk tahap awal, terutama guna tujuan regional untuk mengetahui konfigurasi
basement (batuan dasar). Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui ketebalan sedimen, makin tebal makin bagus dan potensial untuk
source rock. Untuk penentuan struktur geologinya digunakan metoda seismik.
Eksplorasi Panas Bumi, Metode Magnetik dapat menggambarkan keadaan reservoir panas bumi, yaitu dengan menafsir secara
kuantitatif terhadap tubuh intrusi. Biasanya panasbumi terletak di daerah vulkanik. Kerentanan magnet panas bumi sangat bergantung pada
variasi batuan di lapangan yang telah terpengaruh panas. Dengan mengetahui kerentanan (k) magnetik batuan, dapat dikettahui informasi
tentang panasbumi.
Eksplorasi Bijih Besi (iron ore) yang berasosiasi dengan granit. Besar anomali magnetik dipengaruhi sangat kuat oleh induksi ferromagnetik
bijih besi yang terkandung pada granit. Batuan granit yang mengandung bijih besi (iron ore) berasosiasi dengan anomali magnet besar (+).
Metoda magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung potensi bijih besi dibawah permukaan. Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk
menggambarkan bentuk tubuh iron ore di bawah permukaan berdasarkan anomali magnetic dan geologi.

Anda mungkin juga menyukai