Anda di halaman 1dari 7

[ FUPM-EJIP ] SOLUSI TOTAL

MASALAH IRAK
gunawan
Thu, 30 Nov 2006 17:11:49 -0800
SOLUSI TOTAL
MASALAH IRAK
Buletin Edisi 331
Ada yang masih tersisa dari kunjungan Presiden AS George W Bush ke
Indonesia
beberapa waktu lalu. Justru yang menarik adalah pernyataan Presiden
Susilo
Bambang Yudhoyono, dalam joint statement (konferensi pers bersama) di
Istana
Bogor kala itu. Dalam pernyataannya, SBY menawarkan tiga solusi untuk
menyelesaikan masalah Irak (20/11).
"Komunitas global harus bertanggungjawab untuk mencarikan solusi di Irak,
tak
hanya AS." kata SBY. Kedua, AS juga harus melibatkan lembaga lain,
seperti
pasukan keamanan PBB, yang kedatangannya disesuaikan dengan jadwal
penarikan
pasukan AS dan pasukan lain dari wilayah Irak. Ketiga, masyarakat
internasional
juga harus disertakan dalam melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi di
Irak.
Sementara dalam rekonsiliasi nasional di Irak itu, harus mengikutsertakan
pemerintahan yang ada. "Ketiga solusi itu harus diputuskan sebelum AS
keluar
dari Irak." tegas SBY (Republika, 21/11).
Sementara itu, Menlu Hassan Wirajuda mengatakan, Indonesia telah
mengajukan
konsep dan secara aktif berusaha supaya exit strategy itu dapat disetujui
oleh
semua pihak yang bersangkutan (VOA, 21/11/2006).
Bahkan, sehari kemudian, Rabu (22/11), Hasan Wirajuda mengatakan,
pemerintah
siap menanggung segala resiko yang mungkin muncul, jika Indonesia benarbenar

memutuskan terlibat aktif dalam penyelesaian konflik di Irak (Kompas,


23/11).
Yang menarik, Dubes AS untuk Indonesia, Lynn Pascoe (Rabu, 22/11)
menegaskan,
bahwa pernyataan SBY itu sesuai dengan upaya AS, yang sejak dua-tiga
tahun
terakhir berusaha keras mencari dukungan dari sebanyak mungkin negara
untuk
membantu menangani krisis di Irak.
Anehnya, tak satupun di antara pejabat tinggi negara tersebut mendesak AS
agar
segera keluar dari Irak sebagai solusi. Bukankah pendudukan AS di Irak
jelas-jelas ilegal, dan ditentang oleh masyarakat internasional. Bahkan,
sekedar legalitas PBB pun diabaikan. Naifnya lagi, ketika itu dengan
ponggahnya
AS mengatakan kepada dunia, dengan atau tanpa dukungan PBB, AS akan tetap
menyerang Irak. Lalu, mengapa tiba-tiba sekarang AS berusaha menyeret
dunia
internasional dalam kubangan konflik yang dibikinnya sendiri? Ada apa
sebenarnya di balik semuanya ini?
Kekalahan AS di Irak
Di balik semuanya itu, AS sebenarnya telah kalah di Irak. AS juga telah
terjebak di Irak, sebagaimana yang dikatakan Kofi Anan (21/11). Bahkan,
AS
tidak akan mungkin menang di Irak, kata mantan Menlu AS, Henry Kissinger
(20/11). Karena itu, AS kini tengah menghadapi jalan buntu.
Untuk itulah, maka AS perlu bantuan negara-negara lain, agar AS bisa
keluar
dari Irak tanpa kehilangan muka, dengan predikat kalah perang. Tragisnya,
justru terjadi setelah Bush mengumumkan kemenangannya (1/5/2003).
AS bukan hanya kehilangan tentaranya, yang kini hampir mencapai 3000
personil.
Di dalam negerinya sendiri, Bush harus menghadapi kekalahan partainya
dalam
Pemilu sela di Kongres dan Senat awal Nopember 2006, yang diikuti
mundurnya
arsitek Perang Irak, Donald Rumsfeld (8/11), dan retaknya hubungan
pemerintahan
Bush dengan kubu Neo-Konservatif.
Sementara di Irak, keberhasilan AS hanya satu, yaitu mendudukkan antekanteknya
dalam pemerintahan, baik dari kalangan Syiah maupun Kurdi. Demokratisasi
yang

dipropagandakan AS di sana ternyata hanya omong kosong.


Untuk meredakan perlawanan rakyat Irak terhadap AS, sekutu dan anteknya
di
sana, politik devide et impera pun dijalankan, dengan modus serangan bom
bunuh
diri yang diarahkan kepada sasaran sipil, seperti masjid, pasar, halte
dan
sebagainya. Targetnya, mengadu domba Syiah dan Sunni. Awalnya upaya itu
tidak
berhasil, namun lama kelamaan mulai menuai hasil. Kasus terakhir di Sadr
City
yang menewaskan 215 orang adalah bukti keberhasilan skenario mereka
(Republika,
28/11).
Akar Masalah Krisis Irak
Jadi, akar masalah Krisis Irak sebenarnya adalah pendudukan ilegal AS dan
sekutunya di Irak. Karena itu, solusinya tak ada lain adalah dengan
kembali
kepada akar masalahnya, yaitu pendudukan (penjajahan) AS dan sekutunya.
Maka, sangat aneh menyelesaikan Krisis Irak tanpa memaksa AS dan
sekutunya
untuk keluar dari Irak, baik suka maupun terpaksa. Juga tanpa menganggap
AS,
pemerintahan Bush dan sekutunya sebagai penjahat perang yang harus
bertanggungjawab penuh terhadap semua kerugian yang diderita rakyat Irak
akibat
perang yang dikobarkan oleh negara-negara Kafir penjajah itu; baik
menyangkut
jiwa, harta, harga diri, kehormatan dll. Tanpa semuanya itu, solusi
apapun yang
disodorkan mustahil akan bisa menyelesaikan Krisis Irak, termasuk korban
dan
dampaknya.
Bahkan, PBB dan dunia internasional pun tidak berkutik dan tidak bisa
berbuat
apa-apa ketika AS dan sekutunya benar-benar menyerang Irak. Artinya,
kalau pun
PBB dan dunia internasional terlibat atau dilibatkan dalam penyelesaian
Krisis
Irak, tak lebih hanya menjudi alat AS dan sekutunya untuk kepentingan
mereka.
Karena itu, tawaran 'tiga solusi' dari SBY dan para pembantunya tak lebih
hanya

mewakili kepentingan AS daripada kepentingan rakyat Irak dan kaum Muslim.


Hanya Propaganda AS
Di sisi lain, apa yang dilakukan oleh AS di Irak adalah bagian dari war
on
terorime (perang melawan terorisme) yang bertujuan untuk melemahkan Islam
dan
kaum Muslim. Ini dapat dilihat dari point-point pernyataan Presiden Bush
dalam
joint statement dengan SBY di Istana Bogor (20/11):
Pertama, Bush belum memutuskan untuk menarik pasukannya dari wilayah
Irak.
Hingga kini, pemerintahannya masih melakukan evaluasi atas saran dan
rekomendasi yang disampaikan kepadanya. (http://www.waspada.co.id).
Artinya, AS
telah menyatakan tidak berkeinginan untuk hengkang dari Irak selama
kepentingannya belum tercapai. AS tidak peduli berapapun banyak korban
yang
berjatuhan demi mempertahankan pendudukannya. AS tidak peduli apakah
rakyat
Irak sengsara ataupun mati kelaparan.
Kedua: Bush juga menegaskan, kebijakan yang diambilnya dalam konflik di
Irak
merupakan bagian dari upaya AS untuk mewujudkan demokratisasi yang
merupakan
hak asasi setiap manusia. Dia mengaku, tidak terkejut dengan banyaknya
protes
terhadap kebijakannya itu. Dia yakin, setiap manusia menginginkan
kehidupan
yang bebas dan tidak terbelenggu dengan prinsip tertentu dari pihak
mayoritas,
seperti yang terjadi di Irak. "Kebijakan saya adalah untuk mengedepankan
sistem
pemerintahan yang menghormati kebebasan... Karena kebebasan itu
universal,"
kata Bush. (http://www.waspada.co.id).
Sebenarnya Bush ingin mengatakan, bahwa AS ingin memaksakan kehendaknya
dengan
memaksakan demokrasi dan HAM Amerika kepada masyarakat Irak. Atas dasar
itulah,
AS berusaha mengganti rezim yang ada (Saddam) dengan rezim yang pro-AS
agar
semua kepentingannya di Irak, dan Timur Tengah umumnya dapat berjalan
dengan

aman. Ini tampak dengan dibiarkannya kekacauan yang terjadi di tengahtengah


masyarakat, dan bahkan sengaja diciptakan untuk mempertahankan
kepentingannya.
Seperti tragedi Sadr City, dan sejumlah tragedi bom bunuh diri lainnya.
Solusi Permasalahan Irak
Karena itu, solusi yang seharusnya diwujudkan oleh kaum Muslim untuk
menyelesaikan Krisis Irak, selain harus berpijak pada akar masalah di
atas,
juga fakta bahwa AS dan sekutunya jelas-jelas tidak menginginkan kebaikan
bagi
kaum Muslim dan dunia Islam, termasuk Irak. Penglibatan dunia Islam di
bawah
payung PBB sekalipun, terbukti hanyalah menjadi alat untuk memuluskan
skenario
AS dan sekutunya demi meraih kepentingan mereka sendiri.
Karena itu, setidaknya ada lima langkah yang harus dilakukan secara
berkesinambungan:
Pertama: AS harus dipaksa keluar dari Irak. Ini adalah langkah pertama,
dan
terpenting. Tanpa itu, upaya penyelesaian apapun akan sia-sia, dan hanya
isapan
jempol semata. Sebab, AS-lah biang kekacauan dan sumber masalah di Irak.
Kedua: mengadili AS, khususnya pemerintahan Bush dan para sekutunya.
Mengapa?
Karena, AS-lah yang menjadi komando pasukan Sekutu dalam menghancurkan
Irak.
Para sekutu AS juga harus diadili, karena mereka juga terlibat dalam
perang
tersebut. Pembantaian massal yang telah dilakukan oleh AS dan sekutunya
di Irak
sejak tahun 2003 telah menelan korban jiwa hingga 650 ribu orang. Ratusan
ribu
nyawa anak-anak, wanita, orang tua dan penduduk sipil yang tidak bersalah
melayang. Ribuan anak-anak lahir cacat akibat radiasi senjata pemusnah
massal
yang dilakukan oleh tentara AS. Mereka tidak dapat sekolah, apalagi
bermain.
Ribuan bangunan hancur dan porak-poranda. Kesucian al-Quran dan masjid di
injak-injak. Kehormatan wanita dicabuli. Bukankah kondisi di atas
menunjukkan
pelanggaran HAM paling brutal?

Ketiga: menuntut AS dan sekutunya untuk membayar ganti rugi bagi rakyat
Irak,
yang telah kehilangan ratusan ribu nyawa serta kehilangan harta, rumah,
dll.
Keempat: membangun persatuan kaum Muslim, khususnya di Irak. Konflik
berkepanjangan antar faksi (partai) yang berbasis mazhab sebenarnya
merupakan
racun ashabiyah yang dihembuskan oleh kaum Kafir penjajah, yang harus
segera
dihentikan. Saling bunuh dan saling menghancurkan masjid antara Sunni dan
Syiah
adalah akibat fitnah yang terus-menerus ditiupkan oleh mereka demi
mempertahankan cengkraman mereka di Irak. Karena itu, upaya penyadaran
antar
sesama Muslim sebagai sesama saudara, satu tubuh dan haram hukumnya
saling
menumpahkan darah harus terus-menerus dilakukan.
Sebaliknya, mereka harus disadarkan bahwa musuh mereka dan musuh seluruh
umat
Islam yang sebenarnya adalah AS dan sekutunya. AS-lah biang kekacauan dan
sumber kesengsaraan umat Islam, khususnya di Irak. Tanpa itu, umat Islam
di
Irak dan di berbagai belahan dunia akan terus-menerus terperosok di
lubang yang
sama.
Kelima: segara menegakkan Khilafah Islam. Di samping kewajiban syariah
bagi
kaum Muslim, menegakkan Khilafah Islam adalah penting secara politis.
Hanya
Khilafah Islam-lah yang dapat mempersatukan seluruh potensi politik,
ekonomi,
militer, SDM, SDA, dll dan menghukum kejahatan dan kebiadaban AS dan
sekutunya
terhadap umat Islam. Hanya Khilafah-lah yang ---dengan izin Allah akan
segera
berdiri--- pantas membuat perhitungan atas berbagai kejahatan dan
kebrutalan
yang telah dilakukan oleh AS dan sekutunya.
Maka, seluruh umat Islam di Irak (Syiah dan Sunni) dan di seluruh
harus
berupaya sekuat tenaga untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Hanya
Khilafah inilah, mereka akan digdaya, dihormati dan ditakuti oleh
dan
lawan. Dengannya, AS dan sekutunya akan bisa dipaksa meninggalkan
dan

dunia
dengan
kawan
Irak,

terusir dari sana dengan menanggung kekalahan dan rasa malu. Hanya
Khilafah
yang bisa memaksa AS dan sekutunya untuk membayar seluruh ganti rugi
akibat
kejahatan perang yang mereka kobarkan di Irak, dan negeri-negeri kaum
Muslim
yang lain.
Inilah fakta yang telah dicatat dalam sejarah, dan dengan izin Allah akan
kembali menjadi kenyataan, tidak lama lagi. Allah berfirman:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
(Q.s.
an-Nur [24]: 55)
Karena itu, Allah mengingatkan:

Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah seruan Allah dan Rasul jika
Rasul
menyeru kalian pada sesuatu yang menghidupkan kalian. (QS al-Anfal [8]:
24).
Wallhu a'lam bi ash-shawb. []

------------------------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai