Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN REVIEW JOURNAL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


COMPARISON OF SUGAR AND HONEY DRESSINGS IN
HEALING OF CHRONIC WOUNDS

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka adalah rusaknya struktur dan anatomis kulit normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal dan eksternal yang mengenai organ tertentu (Potter Perry, 2006).
. Klasifikasi luka berdasarkan waktu terjadi dapat dibagi menjadi luka kontaminasi
dan luka infeksi. Pembagian luka ini berdasarkan waktu kontaminasi (golden periode)
yaitu 6-8 jam dimana setelah waktu 6-8 jam setelah terjadi luka maka bakteri yang ada
telah mencapai koloni tertentu dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau
pembuluh darah. Pada kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi. Menurut Cohen
(2007) luka akut akan mencapai penyembuhan normal melalui proses penyembuhan yang
diharapkan dalam waktu tertentu untuk mencapai pemulihan integritas anatomi dan fungsi.
Pada luka kronik maka terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan yang diharapkan
dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan integritas anatomi dan fungsi.
Proses penyembuhan luka terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun
beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan.
Sebagai contoh dalam proses perawatan dengan melindungi area yang luka bebas dari
kotoran dengan menjaga kebersihan dan melakukan perawatan luka selama dirawat
dirumah sakit yang dapat membantu meningkatkan penyembuhan jaringan yang telah
rusak atau mengalami luka.
Diruang Dahlia terdapat angka kejadian pasien yang dikatakan mengalami
luka kronis sebesar
Upaya untuk mengatasi proses penyembuhan luka kronis bisa dilakukan dengan cara
perawatan luka yang benar dan sesuai dengan standart operasional yang tepat dengan
memanfaatkan madu dan gula pasir yang memiliki kandungan yang bermanfaat untuk
mempercepat proses penyembuhan jaringan yang telah rusak.

1.2 TUJUAN PRESENTASI JURNAL


1. Untuk menjelaskan perawatan luka kronis dengan menggunakan sugar dressing
2. Untuk menjelaskan perawatan luka kronis dengan menggunakan honey dressing
3. Untuk membandingkan efektifitas antara perawatan luka dengan menggunakan
sugar dressing dan honey dressing
1.3 MANFAAT PENULISAN
1 Manfaat Praktis
Jurnal ini dapat memberikan intervensi tentang efektifitas antara perawatan luka
dengan menggunakan sugar dressing dan honey dressing
2.

Manfaat Teoritis
Dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada perawat tentang tentang
efektifitas antara perawatan luka dengan menggunakan sugar dressing dan honey
dressing

BAB II
ANALISA JURNAL

Judul

: COMPARISON OF SUGAR AND HONEY DRESSINGS IN


HEALING OF CHRONIC WOUNDS

Pengarang

: Dr Rahul R Bhat1 , Dr Manohar V Pai 2 , Dr Shankar Ram Hs 3 ,


Dr Sandeep Reddy4, Dr Shivaprasad Rai5 , Dr Poornachandra
Thejeswi6, Dr Shivananda Prabhu7

Nomor Jurnal

: IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS) eISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861. Volume 13, Issue 5 Ver. III.
(May. 2014), PP 82-88 www.iosrjournals.org

Abstract : Healing of ulcers is a serious problem but preventing recurrence is a


greater challenge. For this, patients stay longer duration in the hospital which is costly
and financial burden for the family. But with the study intended we are looking for a
better treatment and to look for the faster healing rates and thereby reduce longer stay
and more cost effective with better results.
Honey is one of the oldest foods in existence and was an ancient remedy for wound
healing. Honey has a number of properties that make it effective against bacterial
growth, including its high sugar content, low moisture content, gluconic acid which
creates an acidic environment and hydrogen peroxide. Researchers have also reported
that applying honey can be used to reduce amputation rates among diabetes patients1.
Dunfard and Hanano studied the acceptability of honey dressing in patients with non
healing leg ulcers, particularly in terms of pain reduction, odour control and general
patient satisfaction. Amongst the 40 patients recruited, 20 (50%) reported a decrease
in pain levels, 20 out of 21 patients also reported decrease in odour due to use of
honey2. He has shown scientifically that most honey have a varying degrees of
healing properties due to a naturally occurring hydrogen peroxide agent. He found
that when honey comes into contact with body moisture the glucose oxidase enzyme
introduced to the honey by the bee, slowly releases the antiseptic hydrogen peroxide3.
This is released at sufficient levels to be effective against bacteria but not tissue
damaging.
Keywords: Sugar dressing ,Honey dressing ,chronic surgical Wounds.

ANALISA JURNAL
Problem/Populasi :

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas pemberian dressing gula


dan madu terhadap penyembuhan luka bedahkronis. Populasi dalam penelitian ini
yaitu pasien dengan kasus luka kronis. Sampel dalam penelitian ini yaitu 25 pasien
dalam kelompok pemberian dressing gula dan madu.
Adapun Kriteria inkulusi dalam penelitian ini :

Pasien dengan luka kronis yaitu ulkus diabetes, ulkus vena, ulkus tekanan ( adanya
slough, kontaminasi, edema dan bau busuk )

Kriterieksklusi :
Pasien dengan luka acut seperti lukabakar, lukalecet, lukabersih, bisul dan penyakit
pembuluh darah perifer

Intervensi

: Dalam penelitian ini ada 2 kelompok intervensiyaitu 25

kelompokdengan pemberian intervensi dressing guladan 25 kelompok dengan


pemberian dressing madu. Pada kelompok pemberian madu, madu yang digunakan
adalah madu lebah sedangkan untuk kelompok pemberian dressing gula ada
beberapa komposisi dalam pembuatan dressing gula sendiri antara lain caster sugar
1200gm, icing sugar 1800 gm, polyethylene glycol 1416 ml, hydrogen peroxide
30% 23,1ml. Pada kelompok pada kelompok pemberian dressing gula dan madu
dalam penelitian ini dilakukan setiap 3 hari sekali. Setelah diberikan dressing gula
dan madu kemudian dievaluasi untuk nilai atau kriteria penilaian luka yang terdiri
dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kebersihan atau bebas dari slough


Tidak ada tau bebas dari microba.
Durasi penyembuhan luka (luasluka 100cm di rumahsakit).
Lama penutupan luka atau penyembuhan luka
Rata rata luas atau ukuranluka
Rasio biaya dressing
Pengukuran HbAIC awal
Pengukuran HbAIC akhir
Evaluasi tingkat nyeri

Compare : Komparasi dari penelitian ini yaitu perbandiangan efektivitas


pemberian dressing gula dan madu

KETERANGAN : Perbandingan antara pemberian dressing gula dan madu yaitu


jika dilihat dari table diatas lebih efektif pemberian dressing Gula dari pada
pemberian dressing madu.

Outcome :

KETERANGAN :
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa penyembuhan luka venous ulcer, luka necrosis
disertai slought, luka pada kaki, jarinagn necrosis pada tangan, luka debridement, ulkus
pada tumit, luka pada pinggang, dan luka diabetes lebih efektif pemberian dressing gula
daripada pemberian dressing madu meskipun dari kedua dressing ini yaitu gula dan madu
sama-sama dapat digunakan untuk dressing penyembuhan luka.

KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Luka didefinisikan sebagai suatu kerusakan integritas epithel dari kulit

(1)

atau

terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu
trauma (Enouch S, 2007).

B. FASE PENYEMBUHAN LUKA


1. Fase inflamasi
Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sig: Rubor, calor, tumor,
dolor serta function laesa. Proses ini terjadi segera setelah trauma. Secara
simultan cascade pembekuan,arachidonic pathways dan pembentukan growth
factors serta sitokin bekerjasama memulai dan mempertahankan fase ini.
Setelah cedera jaringan pembuluh darah segera mengalami vasikonstriksi,
produk tromboplastik jaringan menjadi terpapar dan dimulailah cascade
komplemen dan koagulasi. Pletelet yang terpeangkap dalam luka mengalami
degranulasi, melepaskan substansi biologis yang penting untuk penyembuhan
luka. Setidaknya ada tiga jenis substansi yang dilepaskan : a) Alpha granules
yang mengandung growth factors seperi TGFbeta, PDGF, dan Insuline Like
Growth Factors-1 ( IGF-1), b) Dense bodies yang mengandung amine
vasoaktif seperti serotonin yang berfungsi meningkatkan permeabilitas
mikrovaskuler dan c) Lisosom yang mengandung hidrolase dan protease. (10)
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi penyembuhan luka dimulai kira-kira 2-3 hari setelah terjadinya
luka, ditandai dengan munculnya fibroblast. Fibroblast bermigrasi dari tepi
luka menggunakan matrix fibrin-based provisional yang dibentuk selama fase
inflamasi Pada fase ini fibroblast merupakan tipe sel dominan, dan mencapai
puncaknya pada hari ke 7-14. Setelah sekresi kolgen fibroblast kemudian
bergabung membentuk fibro-kolagen. Peningkatan jumlah jaringan kolagen
pada luka berbanding lurus dengan kekuatan regangan luka. Pada fase ini juga
terjadi stimulasi jumlah keratinosit dan populasi sel endotel. Secara simultan
dengan proliferasi seluler terjadi perkembangan angiogenesis yang diawali
dari pembuluh darah dari tepi luka, selanjutnya disebut neovaskularisasi.

3. Fase Maturasi
Produksi kolagen baru masih merupakan proses dominan penyembuhan luka
dari minggu pertama sampai keenam. Kolagen ditempatkan secara random

pada jaringan granulasi luka akut. Remodeling kolagen menjadi struktur yang
lebih terorganisasi terjadi selam proses maturasi, meningkatkan kekuatan
regangan luka. Selama pembentukan parut, kolagen tipe III jaringan granulasi
digantikan oleh kolagen tipe I sampai perbandingannya 4:1. Luka akhirnya
ditutup oleh migrasi sel-sel epitel yang berasal dari tepi luka, mengisi defek
sampai terjadi kontak dengan epitel dari sisi berlawanan dan menghentikan
proses migrasi ketika kontak terjadi. Proses epitelisasi ini tidak memberikan
kontribusi pada kekuatan penyembuhan luka,karena proses remodeling terjadi
dibawahnya.

C. PENYEMBUHAN LUKA HONEY DRESSING


Madu dapat digunakan sebagai topikal terapi untuk luka bakar, infeksi dan luka
ulkus. Sampai saat ini telah banyak hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu
efektif untuk perawatan luka baik secara klinis maupun laboratorium. Penelitian
lain membandingkan madu dengan dressing modern dan hasilnya madu lebih
efektif pada penyembuhan luka baik waktu penyembuhan dengan peningkatan
granulasi dan ephitelisasi lebih cepat sehingga pengurangan ukuran luka menjadi
lebih cepat. Hal ini terkait dengan kandungan dan sifat dari madu
1. Osmolalitas yang tinggi: Madu merupakan larutan yang supersaturasi dari
gula yang mempunyai interaksi kuat dengan molekul air. Hasilnya akan dapat
menghambat pertumbuhan
2. Hidrogen Peroksida: Bila madu dilarutkan dengan eksudat luka, Hidrogen
peroksida akann dihasilkan akibat reaksi enzim glukose oksidase. Hal ini
bersifat antibakteri tapi tidak menyebabkan keruskakan pada jaringan
3. Aktifitas limfosit dan pagsit: Dari kandungan madu, dapat mengstimulus
aktivitas limfosit dan phagosit yang merupakan respon imun tubuh terhadap
infeksi

Keistimewaan madu dalam mengobati luka menurut Enouch S (2007):


1. Madu mampu mengurangi terjadinya peradangan ditandai dengan berkurangnya
nyeri dan bengkak dan luka mengering hal ini disebabkan karena madu memiliki
osmolaritas yang tinggi (kadar air kurang dari 17%) sehingga mampu menyerap
cairan luka dan memperbaiki sirkulasi dan pertukaran udara disekitar luka

2. Madu memiliki efek membersihkan terbukti dengan terangkatnya jaringan mati


pada balutan yang oleskan madu.
3. Madu memiliki efek anti bakteri dan anti oksidan sehingga mampu menghambat
efek radikal bebas, akan mengurangi kerusakan jaringan . Juga terdapatnya zat lain
yaitu hydrogen peroksida yang mampu membunuh bakteri. Konsentrasi hydrogen
peroksida yang terdapat pada madu hanya mengandung 1mmol/l, yang berarti
hanya 1/1000 dari cairan yang biasa digunakan untuk membasmi kuman, namun
efek yang dapat merusak jaringan dari hydrogen peroksida dapt diatasi oleh sifat
anti oksidan dari madu dan enzim2 lain yang terkandung dalam madu
4. Merangsang sel darah putih sehingga mempercepat proses penyembuhan luka
5. Madu menciptakan lingkungan luka menjadi lembab (moist), lingkungan lembab
akan mendukung proses penyembuhan luka dan tumbuhnya jaringan baru.
6. Sifat asam madu.Madu memiliki pH 3,2-4,5 cukup rendah untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang rata-rata berkembang pada pH 7,2-7,4
7. Madu dapat lebih cepat menstimulus pembuluh darah baru

D. PENYEMBUHAN LUKA SUGAR DRESSING


Di dalam gula alami terkandung antibakteri yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme serta mampu menyerap kelembaban dan mengurangi
pembengkakan akibat luka Ilmuwan asal Argentina di Universitas Buenos Aires
mengembangkan
penemuan
ini,
Sekitar
99
persen
dari 120 pasien penderita infeksi bakteri berhasil disembuhkan dengan pengobatan
gula dalam jangka waktu 9 17 hari. Di Amerika, dokter di Delta
Medical Center Greenvile juga melaporkan Studi yang dilakukan selama lima tahun ini
berhasil menyembuhkan pasien yang menderita luka bakar, borok dan luka. Dalam
studinya ia menggunakan terapi gula dan menurutnya terapi ini cukup baik dibanding
pengobatan dengan obat luka lainnya

BAB III

REKOMENDASI UNTUK LAHAN


Kejadian Luka Kronis di ruang Dahlia terbilang
Upaya untuk mengatasi proses penyembuhan luka kronis bisa dilakukan
dengan cara perawatan luka yang benar dan sesuai dengan standart operasional
yang tepat salah satu alternative yang bias digunakan dengan memanfaatkan madu
dan gula pasir yang memiliki kandungan yang bermanfaat untuk mempercepat
proses penyembuhan jaringan yang telah rusak.
Pada Jurnal ini sudah dijelaskan manfaat perawatan luka dengan
menggunakan madu dan gula pada pasien dengan luka kronis, dimana intervensi
ini dapat memberikan pengetahuan bagi perawat dan wawasan perawatan luka
dengan aternatif baru yang mungkin selama ini belum diterapkan dirumah sakit
Dari hasil peneitian tentang efektifitas pemberian madu dan gula pada perawatan
luka didapatkan pasien yang memiiki luka venous ulcer, luka necrosis disertai
slought, luka pada kaki, jarinagn necrosis pada tangan, luka debridement, ulkus
pada tumit, luka pada pinggang, dan luka diabetes lebih efektif pemberian dressing
gula tetapi pasien yang diberikan intervensi menggunakan madu juga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka dengan memperhatikan cara merawat luka
yang sesuai prosedur
Menurut Molan (2006), cara merawat luka dengan madu yaitu:
1. Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar
dari luka.
2. Frekuensi penggantian balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut dengan
eksudat luka.Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat diganti dua kali
seminggu supaya komponenantibakteri yang terkandung di dalam madu dapat
terserap ke dalam jaringan luka.
3. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, gunakan second dressing yang bersifat
absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu akan meleleh
sehingga keluar area luka. Hal initidak akan efektif untuk merangsang proses
penyembuhan luka.
4. Gunakan balutan yang bersifat oklusif, yaitu menutup semua permukaan
luka untukmencegah madu meleleh keluar dari area luka.
5. Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparent film sebagai
second dressing.

6. Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong), perlu lebih banyak
madu untukmencapai jaringan di dalamnya. Dasar luka harus diisi dengan
madu sebelum ditutup dengan second dressing seperti kasa atau dressing pad
lainnya.
Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan untuk perawatanuka
menggunakan madu yaitu frekuensi penggantian balutan luka lebih sering ( bisa 12 hari sekali) apalagi jika kondisi luka sangat kering (warna dasar luka kuning atau
bahkan hitam) diperlukan jumlah madu yang cukup banyak agar mampu membuat
lingkungan luka menjadi lembab
Berikut gambaran dari luka yang sebelum diberikan sugar dan honey
dressing dan yang sudah diberikan sugar dan honey dressing

Loin Ulcer healed with sugar dressing

Diabetic foot infected with Aspergillus niger. Patient received intravenous Amphotericin and
serial sugar dressing.

Application of Honey and sugar paste on Wounds which is later padded.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


1.1 KESIMPULAN
Penyembuhan luka kronis memang perlu waktu yang cukup lama untuk
mengembalikan jaringan pada bagian yang mengalami luka, tetapi dengan
perawatan luka yang benar serta dengan menggunakan sugar ataupun honey
dressing sebagai aternatif dapat mempercepat proses penyembuhan luka selain
kandungan pada masing-masing bahan tersebut yang berguna untuk proses
penyembuhan aplikasinya juga sederhana dan dapat meminimalkan biaya.

1.2 SARAN
Sugar dressing dan Honey dressing sangat bermanfaat untuk proses
penyembuhan luka kronis seperti ullkus vena, luka diabetes, maupun dekubitus
diharapkan agar kemudian hari salah satu intervensi ini dapat diterapkan dirumah
sakit untuk tindakan perawatan luka pada pasien, serta dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan luka kronis pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Molan PC.Clinical Usage of Honey as wound Dressing.J Wound Care


356

2004;13(9):353-

Dunford C,Hanano R .Acceptability of Honey dressing for non healing Venous leg ulcers.J
Wound Care 2004;13 (5):193-7.

Enoch S, Price P. Cellular, molecular, and biochemical differences in the pathophysiology


of healing between acute wounds, chronic wounds and wounds in the aged. World Web
Wound (serial online) 2007 (cited April 8, 2007)
Torre JDL, Sholar A. Wound Healing, Chronic Wounds. e-Medicine from WebMD (serial
online) 2006 (cited 2006 May 26);1(477)
Shetty R ,Sreekar H,Lamba S,Gupta AK.A Novel and accurate technique of photographic
wound measurement.Indian J Plast Surg 2012;45:425-9
Skinner I. The Principles of Wound Management. In: Basic Surgical Skills Manual. 7 th ed.
Australia: Mc-Graw Hill; 2004.p.1-3

Anda mungkin juga menyukai