Penda Hulu An

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRANSMISI DAYA LISTRIK JARAK JAUH


----------------------------------

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas dari


Mapel Ilmu Pengetahuan Alam Tahun Pelajaran 2015/2016
Disusun oleh :
Rendy Agus Setiawan
IX-I / 31

Kementrian Agama
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kudus
Prambatan Kidul Telp: (0291) 431777
Email : mts_negeri_kudus@yahoo.co.id

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul TRANSMISI DAYA LISTRIK JARAK JAUH ini dengan baik tanpa ada
halangan.
Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1) Bapak Sutrisno, S.Pd.. selaku wali kelas IX-I dan guru bidang Studi IPA yang telah
membantu dan memberikan bimbingan kepada kami.
2) Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas Mapel Ilmu Pengetahuan Alam untuk membuat
tulisan tentang transmisi daya listrik jarak jauh Selain itu, kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi.Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan
maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Demak, 9 Januari 2017

Penyusun

BAB 1
-PENDAHULUAN1.1

Latar Belakang
Transmisi listrik jarak jauh dapat diartikan pemindahan energi listrik dari pusat

pembangkit tenaga listrik (biasanya terletak jauh dari pemukiman atau pelanggan) ke
rumah dan gedung dikota dan didesa. Sistem ini dibuat berdasarkan kebutuhan
masyarakat akan listrik yang semakin meningkat, apalagi di daerah pedesaan
meskipun bukan selalu tujuan utama dibuat pembangkit listrik. Alasan lainnya
mungkin dari segi ekonomi karena dilakukan dengan menggunakan tegangan besar
dan arus yang kecil, dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu
energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang
diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih murah.
1.2 Ruang lingkup
Makalah ini mencakup tentang system Transmisi Listrik Jarak Jauh, Pemasangan
Transmisi Listrik Jarak Jauh dan hal-hal lain yang menyangkut system Transmisi
Listrik Jarak Jauh

BAB 2
-ISI1.1 Definisi / Landasan Teori

Secara etimologis yang dimaksud transmisi adalah pengiriman; jaringan atau penyaluran.
Sedangkan penyaluran dapat diartikan : proses; perbuatan; cara menyalurkan.

Dalam sistem tenaga listrik, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi
listrik, yaitu : proses/ cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya,
misalnya :
Dari pembangkit listrik ke gardu induk.
Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi.
Dari jaring distribusi tegangan menengah ke jaring tegangan rendah dan instalasi
pemanfaatan.

Lebih spesisifik lagi dalam sistem tenaga listrik yang dimaksud dengan Transmisi adalah
Transmisi Tegangan Tinggi yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Transmisi Listrik Jarak Jauh
Pusat pembangkit listrik biasanya terletak jauh dari pemukiman atau pelanggan sehingga
listrik yang dihasilkan pusat pembangkit listrik perlu ditransmisikan dengan jarak yang cukup
jauh.
Beda potensial keluaran dari pembangkit yakni sebesar 16 KV. Jika beda potensial yang hanya
sebesar 16KV langsung ditransmisikan, daya dan energi yang dihasilkan pembangkit akan
berkurang bahkan hilang di sepanjang jaringan transmisi. Dengan tujuan agar tidak kehilangan
daya dan energi, maka voltase pada jaringan transmisi harus jauh lebih besar dari voltase
keluaran pembangkit (dengan tegangan tinggi). Transmisi listrik jarak jauh dilakukan dengan
menggunakan tegangan tinggi, dengan alasan sebagai berikut:
o Kuat arus yang dihasilkan adalah kecil
Karena kuat arus berbanding terbalik dengan tegangan (bila dilihat dengan rumus hubungan
P.V dan I) maka penyaluran daya dengan menggunakan tegangan tinggi akan menghasilkan kuat
arus yang kecil. Bila tegangan dibuat tinggi maka arus listriknya menjadi kecil. Dengan arus
listrik yang kecil maka energi yang hilang pada kawat transmisi (energy disipasi) juga kecil.
o Ekonomis atau hemat biaya

Karena kawat yang diperlukan lebih kecil dan harganya lebih murah agar kuat arus yang
dihasilkan kecil dengan yang tetap maka tegangan harus dibuat besar selama pentransmisian
tersebut. Cara memperbesar tegangan adalah dengan menggunakan trafo step up. Tegangan yang
dihasilkan oleh pembangkit yang hanya berkisaran puluhan kilo volt diperbesar oleh trafo step
up hingga mencapai ratusan kilovolt.
Alasan di atas sesuai dengan persamaan berikut:
W = energi listrik (joule)
I = kuat arus listrik (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu
P = daya listrik (watt)
Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka tegangan di pembangkit terlebih dahulu
dinaikkan menggunakan transformator (trafo) step up. Tegangan listrik pembangkit yang semula
sebesar 16 KV dinaikkan menggunakan trafo step up menjadi 500 KV. Itulah mengapa kabelkabel listrik di atas rumah kita bertegangan tinggi. Listrik yang telah sampai di transformator
(trafo) step down akan mengalami penurunan tegangan dengan tujuan agar listrik tersebut dapat
digunakan oleh peralatan elektronik tanpa merusak komponennya akibat tegangan tinggi.

1.3

Ulasan Materi
Jenis saluran transmisi
Sebenarnya secara umum transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu
tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah mulai dari tegangan ultra tinggi
(TUT), tegangan ekstra tinggi (TET), tegangan tinggi (TT), tegangan menengah (TM), dan
tegangan rendah (TR).
Namun di Indonesia untuk TET dan TT disebut saluran transmisi, sedangkan untuk TM
& TR disebut saluran distribusi
Konstruksi jenis saluran transmisi terdiri dari :

saluran udara tegangan tinggi (SUTT) atau saluran udara tegangan ekstra tinggi

(SUTET)
Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT)
Saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET)
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal
Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah :
konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas,
memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial yang
akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain :
Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET.
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi.
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dll.
Berbagai macam kekhawatiran muncul akan dampak SUTET terhadap kesehatan bagi
penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati jalur SUTET.
Pembangunan SUTET ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
Di Indonesia tegangan operasi antara 70 KV dan 150 KV.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri
dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. 1 kawat sebagai penghantar netral.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa berupa berkas konduktor yang terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau
Qudrapole) dan berkas konduktor biasa disebut Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara radial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100
km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar,
sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka system transmisi dihubungkan secara ring atau interkoneksi.

SKTT dipasang di kota kota kota-besar, dengan beberapa pertimbangan :


Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower.
Untuk ROW juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat
bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT)


Jenis kabel yang digunakan :
Kabel yang berisolasi (berbahan) poly etheline atau kabel jenis Cross Link Poly
Etheline (XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan :
Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi, dan pemasangan di lapangan.
Kelemahan SKTT :
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Untuk transmisi antar pulau digunakan sub marine cable ini ternyata rawan
timbul gangguan. (arus laut, jangkar kapal, dll)
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang
kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota
(Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas
Perhubungan, Kepolisian, dll.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan
pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai
kebutuhan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan
tegangan operasi 150 KV, yaitu :
Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura). SKTT 150 KV yang
dipasang di bawah laut dan di samping Jembatan Suramadu.
Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali).
Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa Sumatera
Pertimbangan pembangunan SUTT
Adanya pertambahan dan pertumbuhan beban sistem tenaga listrik.
Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi
tegangan tinggi.
Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
Biaya investasi (biaya pembangunan) jauh lebih murah jika dibanding
transmisi SKTT.
Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan
lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya.
Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, lebih mudah, dan tidak
melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT.
Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya.
Route SUTT bisa melewati berbagai kondisi geografis, misal : dataran
rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan lainlain.
Di Pulau Jawa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara system interkoneksi.
Sedangkan di Pulau-pulau besar lainnya sedang dikembangkan menjadi sistem
interkoneksi.
Ketentuan jarak aman/ ruang bebas (ROW)
Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT),
memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama
menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang
ditimbulkannya.
Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi tegangan tinggi.
Dengan terpenuhinya jarak/ aman / ruang bebas (ROW) di sepanjang jalur transmisi
tegangan tinggi, maka :
Keamanan dan kesehatan lingkungan dapat terpenuhi dengan baik.

Dampak secara teknik, keamanan, kesehatan dan sosial, dapat diterima oleh
masyarakat.
Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan bangunan,
dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW) dipenuhi, maka
keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
Tegangan Transmisi
Untuk daya yang sama, apabila tegangan transmisi ditinggikan, maka daya guna penyaluran
akan naik oleh karena rugi-rugi transmisi turun.
Rugi-rugi tansmisi berbanding lurus dengan kuadrat arus saluran.
P rugi rugi = I 2 x R (watt)
Namun demikian peninggian tegangan transmisi berarti juga penaikan tingkat dan biaya
isolasi peralatan dan gardu induk.
Oleh karena itu Pemilihan Tegangan Transmisi dilakukan dengan memperhitungkan:
Daya yang disalurkan
Jumlah rangkaian
Jarak penyaluran
Keandalan (reliability)
Biaya peralatan dan standarisasi peralatan
Tegangan Transmisi yang dipakai di Indonesia : 70, 150, 275, 500 KV
Komponen utama SUTT
1. Menara transmisi/tiang transmisi
2. Isolator-isolator
3. Kawat penghantar (conductor)

4. Kawat tanah (ground wires)


A. Menara / tiang Transmisi
Menara/tiang Transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi, yang
bisa berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu.
Tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan pada saluran dengan tegangan
kerja relatif rendah (dibawah 70 KV) Sedangkan untuk saluran transmisi tegangan
tinggi dan ekstra tinggi digunakan menara baja
Menara baja dibagi sesuai fungsinya : menara dukung, menara sudut, menara ujung,
menara pencabangan.

B. ISOLATOR
Fungsi :
a. Fungsi isolator dari aspek listrik
-Mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah.
-Mengisolasi antara kawat fasa dengan kawat fasa
b. Fungsi isolator dari aspek mekanik

-Menahan berat dari kawat penghantar


-Mengatur jarak dan sudut antara kawat dan kawat
-Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperature dan angin.
Jenis-jenis :
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas.

Menurut konstruksinya dikenal tiga jenis isolator:


1. Isolator jenis Pin (pasak)
2. Isolator Jenis Line-post
3. Isolator jenis Suspension (gantung)
Isolator Pin dan pos-saluran, digunakan pada saluran transmisi tegangan menengah
(SUTM)
Isolator Suspension dan Strain dapat digandeng menjadi suatu rentengan isolator
untuk tegangan tinggi (SUTT) dan ekstra tinggi (SUTET). Jumlah rentengannya
tergantung kebutuhan.
C. Kawat Penghantar (Konduktor)
Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.

Jenis kawat yang digunakan :


Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang mahal.

Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) : Jenis inilah yang saat ini
banyak diginakan di Indonesia.
Saat ini dikembangkan penggunaan T-ACSR (Thermal-Alluminium Steel
Reinforce),
yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7 kali KHA ACSR.
Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi ketentuan
standard teknik, juga memiliki kemampuan (kekuatan) mekanik yang lebih baik jika
dibanding konduktor lain, misal : AAC, AAAC.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika arus listrik mengalir pada penghantar, maka akan menimbulkan panas pada
penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada penghantar, yang
pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan andongan (lendutan).
Konsdisi tersebut perlu adanya ketentuan standard suhu operasi maksimum
penghantar yang diijinkan. PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum
penghantar SUTT sebesar 750 C.

Jenis-jenis kawat penghantar yang bisa digunakan pada saluran

transmisi, antara lain : tembaga (Cu) dan Aluminium (Al).


Kawat penghantar aluminum terdiri dari berbagai jenis, sbb :
AAC (All-Aluminium Conductor), kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
aluminium.
AAAC (All-Aluminium Alloy Conductor), kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran aluminium.

ACSR(aluminium Conductor Steel Reinforced), kawat penghantar aluminium


berinti kawat baja
ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced), kawat
penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
D. KAWAT TANAH
Kawat tanah yaitu kawat yang dipasang pada puncak tiang fortal atau tiang
menara tanpa isolator sepanjang Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM).
Kawat tanah berada diatas kawat konduktor phasa sepanjang saluran dan
ditanahkan pada setiap tiang.
Melindungi kawat konduktor phasa dari sambaran petir langsung
Mengurangi tegangan tinggi sepanjang isolator sewaktu terjadinya sambaran langsung
Design criterion:
Sudut perlindungan
25-30 s/d 220 KV
20 untuk 400 KV keatas
Kawat tanah harus mampu tahan terhadap

surja petir singkat hingga 100 kA tanpa


mengakibatkan pemanasan berlebih
Kawat Tanah tipe OPGW
Optical Ground Wire (OPGW)
Keuntungan :
Dapat melayani dua tujuan, sebagai kawat tanah dan menyediakan media jalur
komunikasi.

arus

Transmisi data melalui serat optik memiliki kecepatan transfer data yang tinggi.

Jenis-Jenis Gangguan

1. Gangguan korona
gejala korona dapat ditemukan pada Jaringan

Tegangan Tinggi

yang ditempatkan pada daerah pesisir pantai dan yang ditempatkan


pada daerah industri
2.

Gangguan satu fasa ke tanah serta fasa to fasa


Gangguan satu fasa ke tanah itu disebabkan karena terjadinya
ketidak seimbangan besaran arus yang mengalir pada ketiga fasa,
BAB 3

Cara Mengurangi Dampak Negatif SUTET

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa menurut standar WHO dan pemerintah maka
SUTET dinyatakan aman. Namun hak tersebut masih sangat meragukan, berhubung
banyak kasus yang telah dialami warga yang tinggal di areal SUTET apalagi standar akan
batas minimal medan listrik dan medan magnetik belum dapat diketahui secara pasti.
Untuk itu upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan akan dampak SUTET terhadap
kesehatan sangat disarankan.
Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat medan listrik di halaman/luar
rumah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah, hal tersebut disebabkan karena
pada halaman rumah media penghalang gelombang elektromagnetik lebih sedikit jika
dibandingkan dengan di dalam rumah. Dari sana dapat diketahui upaya-upaya apa saja
yang dapat dilakukan dalam menanggulangi dampak medan listrik dan medan magnetik
yang dihasilkan oleh SUTET berikut diantaranya:

Mengusahakan agar rumah berlangit-langit.

Menanam pepohonan sebanyak mungkin di sekitar rumah pada lahan yang kosong.

Bagian atap rumah yang terbuat dari atap logam sebaiknya ditanahkan (digroundkan).

Penduduk disarankan tidak berada di luar rumah terutama pada malam hari terutama
antara jam 17-22 karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat penghantar berada
pada titik puncak beban puncak.

Sesering mungkin melakukan pengukuran tegangan pada peralatan rumah yang terbuat
dari logam jika ternyata tegangannya cukup tinggi maka diusahakan peralatan tersebut
dijauhkan dari rumah atau lebih jarang dipakai.

Penduduk disarankan untuk tidak memasuki daerah sekitar pertanahan kaki menara yang
telah diberi pagar oleh PLN.
Yang dimaksud dengan pentanahan adalah menghubungkan benda-benda yang terbuat
dari logam seperti atap seng, kawat jemuran mobil, motor, dengan tanah dengan
menggunakan kabel. Tujuan dari pentanahan tersebut adalah untuk menetralkan serta
mencegah terjadinya pengkutuban muatan yang dapat terjadi pada objek-objek tersebut.
Dalam penanaman pohon disarankan agar puncak pohon berjarak minimum 15 M dari
kabel SUTET terbawah. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari bersentuhnya bagian
pohon dengan kabel SUTET yang dapat berakibat putusnya kabel SUTET. Walaupun
demikian bahaya putusnya kawat SUTET belum pernah dijumpai, yang dijumpai adalah
pecahnya isolator, oleh sebab itu PLN mulai menggunakan isolator ganda.

Anda mungkin juga menyukai