Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Melena diambil dari bahasa Yunani, melas = hitam. Seperti tar
dengan karakteristik peubahan bau darah yang khas (Murray et all., 2007).
Selain itu, melena diartikan sebagai tinja yang berwarna hitam
dengan bau yang khas. Melena timbul bilamana hemogoblin dikonversi
menjadi hematin atau hemokhrom lainnya oleh bakteri setelah 14jam,
Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas
atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari
perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. Tidak
semua kotoran hitam ini melena karena bismuth, sarcol, licorice, obatobatan yang mengandung besi (obat tambah darah) dapat menyebabkan
feses menjadi hitam (Sudoyo et all., 2007)
Melena adalah tinjau hitam atau muntah hitam karena darah dalam
saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida
lambung, lalu dikeluarkan pada hajat besar atau dimuntahkan (Diktat
Askep Pasien dengan Masalah Pencernaan Makanan, 2000).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan kehitaman, yang
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya
padausus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb
menjadi Hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya berasal dari saluran pencernaan atas (Sylvia A. Price, 2005).
B. Etiologi
Hematemesis Melena terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan
melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan
segera di rumah sakit. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996)
Etiologi dari Hematemesis melena adalah :

1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.


2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia,

DIC

(disseminated

intravascular

coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.


4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan

salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.


Selain itu, penyebab Melena tersering disebabkan oleh: (a)
oesophagitis, (b) varises esophagus, (c) ulkus peptik, (d) gastritis
erosive, (e) dudenitis, (f) keganasan, (g) obat-obatan sepert NSAID,
aspirin, steroid, thrombolitik, antikoagulan (Murray et all., 2007).
C. Patofisiologi
Pada anamnesis penting untuk ditanyakan riwayat ada tidaknya
riwayat perdarahan saluran cerna seperti dyspepsia tanpa sebab yang jelas,
penyakit hepar atau varises esophagus, riwayat konsumsi obat dan alkohol.
Hipertensi portal menjadi penyebab melena pada varises esophagus,
dimana vena (varises) kolateral berdilatasi sesuai anastomosisnya. Varises
paling sering terletak di esophagus bagian bawah. Varises merupakan
akibat dari perkembangan dari sirosis hepatis atau pada peradangan hati
kronik (Murray et all., 2007).
Hipertensi portal paling sering disebabkan oleh varises esophagus,
jarang disebabkan dari lambung atau duodenum. Perdarahan akut yang
berkembang hanya sekitar 1/3 pasien dengan hipertensi portas dan varises
esophagus. Meskipun demikian, kemungkinan terjadi lesi sekitar 10-20%
dari perdarahan gastrointestinal. Jika tidak diterapi, 50% kasus varises
esophagus akan menyebabkan perdarahan berulang selama perawatan.
Akibatnya, mortalitas meningkat lebih dari 20 tahun sekitar 40%.
Mortalitas meningkat menjadi 60-80% jika disertai komplikasi penyakit
kronis pada hepar (Stephen, 2007).
D. Manifestasi klinis

Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan


beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala
dan tanda sebagai berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
muntah dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edemo.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan.
5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis.
Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites,
dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis
dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya
prekoma dan koma hepatikum.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding,
koput medusa, wasir dan varises esofagus.
E. Komplikasi
1. Syok Hemoragic
2. Asites
3. Serosis Hepatis
4. Anemia
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a) Darah : Hb menurun / rendah
b) SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk
kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.
c) Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan
d)

cerminan kemampuan sel hati yang kurang.


Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE

akan turun.
e) Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan
diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
f) Peninggian kadar gula darah.
g) Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti
HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
2. Radiologi

a) USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan


splenomegali, acites
b) Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c) Angiografi untuk pengukuran vena portal
d) Endoskopi
G. Penatalaksanaan
1. Istirahat cukup ditempat tidur
2. Diet rendah protein, rendah garam, diit tinggi kalori
3. Antibiotik
4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam
amino esensial berantai cabang dan glukosa.
5. Robansia vitamin B kompleks

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas pasien (Nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama,
suku, pendidikan, alamat, diagnose medis dll)
b) Identitas penanggung jawab (Nama, jenis kelamin, umur,
alamaat, hubungan dengan pasien, pekerjaan dll.)
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan saat ini
c) Riwayat kesehatan Lalu
d) Riwayat kesehatan keluarga
e) Genogram
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum, kesadaran dan GCS.
b) Antopometri (BB, TB dan IMT)
c) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan)
d) Pemeriksaan per system
1) Pemeriksaan system gastrointestinal
Inspeksi : kesimetrisan, ada luka, jejas, benjolan dll
Auskultasi : bising usus atau peristaltic usus
Palpasi
: adanya nyeri tekan
Perkusi : tymphani, redup, pekak dll
2) Pemeriksaan tambahan

Subyektif : anamnesa frekuensi BAB dan BAK,


konsistensi, Bau, adanya konstipasi, warna BAB, Pola
makan, Adanya mual muntah, dll
Obyektif : pemeriksaan status nutrisi Antopomeatri,
Biokimia, Clinical assessment, Diit (ABCD) dan
adanya kelainan pada system gastrointestinal dan lainlain.

Anda mungkin juga menyukai