b.
c.
Pada awal produksi di setiap Pit, tanah penutup akan diangkut dan dibuang di lokasi
pembuangan yang berada di luar areal penggalian (outside dump). Selanjutnya penimbunan, apabila
kegiatan penambangan sudah selesai pada suatu area, maka bekas areal penggalian (mined out)
tersebut akan dijadikan lokasi pembuangan untuk menimbun lubang-lubang yang ada. Cara
penimbunan seperti ini dapat mengurangi dampak-dampak negatif pada lingkungan karena lubanglubang bekas tambang tertutup kembali dan selanjutnya diselimuti dengan tanah pucuk sebelum
ditanami kembali. Bentuk dari bekas tambang yang siap ditanami kembali ada dua macam, yaitu :
a.
Berbentuk jenjang (trap) dengan ketinggian jenjang relatif rendah yaitu sekitar 1 m dan lebar
sekitar 6 m. Selain sulit melakukan penimbunan tanah pucuk, bentuk seperti ini memerlukan
biaya mahal untuk membentuk jenjang - jenjang tersebut. Selain itu, juga mengakibatkan
tingkat erosi tanah pucuk yang cukup tinggi.
b.
Bentuk kedua adalah dibuat rata, dimana cara ini relatif lebih murah dan mudah dalam
penimbunan kembali serta menyebarkan tanah pucuk, tingkat erosi juga relatif rendah.
Dengan memperhatikan pertimbangan tersebut, maka penimbunan tanah penutup akan dilakukan
dengan membuat bentuk rata.
d.
e.
f.
g.
yang telah ditimbun kembali menggunakan tumbuh-tumbuhan setempat yang mudah dan cepat
beradaptasi dengan lingkungan di bekas areal penambangan tersebut.
b. Penutupan Tambang
Dilakukan revegetasi terhadap lokasi-lokasi yang telah ditimbun kembali menggunakan
tumbuh-tumbuhan setempat yang mudah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan di bekas areal
penambangan tersebut.
Pada umumnya proses pembukaan lahan tambang dimulai dengan pembersihan lahan (land clearing) yaitu menyingkirkan dan
menghilangkan penutup lahan berupa vegetasi kemudian dilanjutkan dengan penggalian dan pengupasan tanah bagian atas (top soil)
atau dikenal sebagai tanah pucuk. Setelah itu dilanjutkan kemudian dengan pengupasan batuan penutup (overburden), tergantung pada
kedalaman bahan tambang berada. Proses tersebut secara nyata akan merubah bentuk topografi dari suatu lahan, baik dari lahan yg
berbukit menjadi datar maupun membentuk lubang besar dan dalam pada permukaan lahan khususnya terjadi pada jenis surface
mining.
Setelah didapatkan bahan tambang maka dilakukanlah proses pengolahan. Proses pengolahan dilakukan untuk memisahkan bahan
tambang utama dengan berbagai metode hingga didapatkan hasil yang berkualitas. Pada proses pemisahan ini kemudian menghasilkan
limbah yang disebut tailing. Tailing adalah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia
pertambangan tidak bisa dihindari. Sebagai limbah sisa pengolahan batuan-batuan yang mengandung mineral, tailing umumnya masih
mengandung mineral-mineral berharga. Kandungan mineral pada tailing tersebut disebabkan karena pengolahan bijih untuk
memperoleh mineral yang dapat dimanfaatkan pada industri pertambangan tidak akan mencapai perolehan (recovery) 100% (Pohan,
dkk, 2007).
Proses akhir dari aktivitas pertambangan adalah kegiatan pascatambang yang terdiri dari reklamasi dan penutupan tambang (mining
closure). Setiap perusahaan tambang wajib melakukan hal tersebut sebagaimana telah diatur oleh pemerintah (Peraturan Menteri Energi
dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008).