Bedah-Iskandar Japardi25 PDF
Bedah-Iskandar Japardi25 PDF
VI)
Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara
parese N.VI. Bila ruptur aneurisma ke dalam sinus akan terjadi eksopthalmus pulsatif
yang unilateral. Ini disebut Fistula Karotico kavernosa. Dapat juga terjadi pada
frkatur basis kranii yang merobek karotis ditingkat sinus kavernosa. Hipertensi,
Diabetes Melitus, Giant Cell Arteritis, migren dapat menyebabkan parese N.VI
dengan lokalisasi yang tidak jelas, diduga kelainan di tingkat subarakhnoid atau
sinus kavernosus.
Lesi di Fisura Orbitalis Superior dan Orbita
Lesi N.VI di orbita yang terisolasi sangat jarang terjadi. Telah dilaporkan
paralysis N.VI orbita setelah anestesi dental. Parese N.VI bersama N.III, IV, V1
difisura orbitalis superior dapat disebabkan oleh infiltrasi karsinoma nasofaring,
tumor benigna di orbita dengan visual loss, proptosis, diplopia yang kronik progresif.
Lesi di fisura orbitalis superior atau intrakranial tepat belakang fisura jarang
menyebabkan kelumpuhan saraf tanpa atau dengan proptosis ringan. Lesi di orbita
cenderung menyebabkan proptosis sebagai gejala utama.
PENALATAKSANAAN
Penatalaksanaan parese N.VI tergantung pada etiologi, penanganan parese
N.VI terisolasi berbeda dengan parese N.VI non isolasi (bersamaan dengan gejala
neurologis lain)
Parese N.VI terisolasi
Penatalaksanaan kasus parese N.VI yang terisolasi (isolated) adalah sebagai
berikut:
1. Bila pasen <14 tahun dengan parese N.VI unilateral, tidak dibutuhkan
pemeriksaan khusus lain kecuali bila berkembang gejala neurologi lain.
Kemungkinan diagnosa adalah Parese N.VI beingna. Anamnesa episode
infeksi atau imunisasi dapat membantu diagnosa. Pasien harus dikontrol tiap
2 minggu untuk menilai progresifitas penyakit. Gejala biasanya menetap
dalam 10-16 minggu setelah onset. Bila gejala tidak membaik dalam 6 bulan,
CT Scan perlu dilakukan. Tindakan operatif untuk memaksimalkan lapangan
pandang binokuler tunggal.
2. Parese N.VI terisolasi pada umur 15-40 tahun masih kontraversi. Walaupun
sebagian besar kasus adalah benigna, pemeriksaan neurologik menyeluruh
untuk mengesampingkan kemungkinan hipertensi, penyakit kolagen vaskuler
dan multiple sclerosis. Pasien dikontrol 2 minggu, kemudian tiap 1 bulan. Bila
gejala parese bertambah atau timbul gejala neurologi lain CT/MRI, myelografi
harus dilakukan. Bila penyembuhan tidak komplit, tindakan operatif perlu
dipikirkan setelah 6 bulam stabil gejala.
3. Pasien berumur > 40 tahun, kemungkinan milroinfark vaskuler harus
dipikirkan. Biasanya pasien mengeluh nyeri periokuler atau retrobulber
selama 5-7 hari sebelum terjadinya parese. Pemeriksaan ke arah hipertensi
dan DM adalah penting. Pasien berusia > 55 tahun, BSE perlu dilakukan
untuk mencari kemungkinan Giant Cell Arteitis (12%). Bila terdapat riwayat
karsinoma (mamae atau prostat) pemeriksaan neuroimaging harus dilakukan
4. Parese N.VI akut dengan nyeri fasial dan retroaurikuler pada semua umur
harus di CT Scan os. Petrosus dan mastoid untuk melihat kemungkinan
tumor/inflamasi dipuncak petrosus
5. Parese N.VI bilateral pada anak maupun dewasa harus dianggap sebagai
peninggian intrakranial sampai dibuktikan tidak. Begitu juga dengan kasus
trauma
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. Basic of clinical science course 19941995. Neuroophthalmology. San Fransisco, 1994: 97-103
Burde RM. Clinical decisions in neuroophthalmology. Missouri : Mosby, 1985:187193
Nancy JN. Third, Fourth, Sixth-nerves lession and the cavernous sinsu, in Principles
and Practice of Ophthalmology. Jakobiec (ed). Philadelphia : WB
Saunders,1994:2244-2462
Patten J. Neurological differential diagnosis. 2nd ed. New York:Springer, 1996:47-60