Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum dan hal yang tabu untuk
dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual
dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan,
apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas ataupun para orang dewasa
yang tidak mau dibebani tanggung jawab dan tidak menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia
ini. Kelahiran anak yang seharusnya dianggap sebagai suatu anugerah yang tidak terhingga dari
Allah SWT sebagai Sang Pencipta justru dianggap sebagai suatu beban yang kehadirannya tidak
diinginkan. Ironis sekali, karena di satu sisi sekian banyak pasangan suami isteri yang
mendambakan kehadiran seorang anak selama bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi
lain ada pasangan yang membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa
pertimbangan nurani kemanusiaan.
Dalam memandang bagaimana kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat
kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini, persoalan aborsi
pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana. Namun, dalam
hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan
apabila merupakan abortus provokatus medicialis. Sedangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi
suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortus provokatus criminalis. Terlepas dari persoalan
apakah pelaku aborsi melakukannya atas dasar pertimbangan kesehatan (abortus provokatus
medicialis) atau memang melakukannya atas dasar alasan lain yang kadang kala tidak dapat
diterima oleh akal sehat, seperti kehamilan yang tidak dikehendaki (hamil diluar nikah) atau
takut melahirkan ataupun karena takut tidak mampu membesarkan anak karena minimnya
kondisi perekonomian keluarga, tetap saja angka kematian akibat aborsi begitu mencengangkan
dan sangat memprihatinkan. Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 1550% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta
pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan
meninggal dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia akibat aborsi yang tidak aman.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka
aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin
per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat
kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang
melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup
sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan
penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis.
Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini

aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap
ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian
aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat
kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan
obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Dalam Pasal 28 (a) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: Setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
M e n g i s ya r a t k a n b a h w a k o n s t i t u s i n e g e r i i n i m e l i n d u n g i h a k h i d u p w a r g a
n e g a r a , Dengan hak hidup itu Negara akan menjaga dan melindungi hak hidup setiap
warganya, sehingga Negara melalui alat negara penegak hukum akan bertindak apabila ada
dan diketahui terjadi penghilangan hak hidup manusia.
Berbanding lurus dengan hal tersebut, seperti yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Al
Maidah ayat 32:
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah
Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.
Selanjutnya mengenai pembunuhan terhadap janin dalam kandungan, Al Quran menjelaskan
pada surat Al Isra ayat 31:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.
Di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Indonesia pun dikenal adanya
ancaman untuk pelaku tindakan penghilangan hak hidup manusia, dalam hal ini seperti
pembunuhan berencana yang dapat diancam hukuman mati, selain itu ada juga penganiayaan
yang menyebabkan kematian orang lain, termasuk didalamnya pembunuhan yang dilakukan
terhadap bayi yang masih dalam kandungan yang dikenal dengan tindak pidana aborsi.
Di dalam KUHP, pasal-pasal yang membicarakan tindak pidana aborsi antara lain adalah
pasal 299, 346, 347, 348, dan 349, yang berbicara tentang aborsi yang dilakukan oleh seorang
wanita, dokter, ahli, atau pihak lain yang tanpa ataupun dengan disengaja menggugurkan
kandungan seorang wanita baik melalui persetujuan ataupun tidak dengan persetujuan wanita
yang mengandung tersebut.
Aborsi bukanlah semata masalah medis atau kesehatan masyarakat, melainkan juga problem
sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang dianut suatu masyarakat.
Aborsi juga muncul sebagai sebuah fenomena baik dari kalangan agamawan maupun penegak
hukum. Agamawan memandang sebagai tindakan pelanggaran moral karena merenggut hak
hidup manusia. Sementara menurut hukum di Indonesia aborsi dipandang sebagai tindakan

pidana, karena aborsi memang fenomena nyata meskipun kasus yang terjadi lebih banyak
ditutupi daripada dilaporkan. Tindakan aborsi juga merupakan tindakan dilematis, karena tidak
sedikit dari praktik yang ada justru banyak para ibu yang terenggut nyawanya karena menjalani
aborsi. Yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana hukum aborsi secara jelas, apakah benarbenar dilarang atau diperbolehkan. Untuk membahas permasalahan tersebut, ada baiknya kita
menelusuri kembali bagaimana sebenarnya kedudukan aborsi dalam pandangan Islam dan
hukum positif di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan dalam rangka mempermudah pencapaian
tujuan yang diharapkan dalam pembahasan makalah ini, maka penulis membatasi pada masalah
yang dapat dirumuskan yaitu bagaimanakah hukum aborsi menurut pandangan hukum islam dan
hukum positif Indonesia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Sejarah Aborsi dan Perkembangannya


Aborsi merupakan hasil dari propaganda pembatasan jumlah penduduk dan pertumbuhan

populasi manusia. Propaganda ini telah lama muncul yaitu diakhir abad ke-18 Masehi. Orang
yang pertama kali mempropagandakan ide ini yaitu ide untuk membatasi jumlah penduduk dan
pertumbuhan populasi manusia adalah Malthus. Ide ini muncul ketika ia beranggapan bahwa
banyaknya jumlah penduduk akan mengakibatkan dampak yang berbahaya bagi sumber daya
alam, dimana jumlah penduduk akan terus bertambah secara teknis dan berkesinambungan.
Padahal, pada mulanya timbul banyak pertentangan mengenai aborsi baik dari masyarakat
maupun pemerintah.
Teori malicus ini diikuti oleh masa berikutnya akan tetapi dengan menggunakan alat-alat
pembatasan keturunan. Gerakan ini terus berkembang di Amerika dan disambut hangat dari
kalangan penduduk dan negara, sehingga hal ini menjadi tradisi umum sampai terjadi perang
dunia pertama th 1914 -1918 H. lalu berubahlah persepsi masyarakat disebabkan masuknya
wanita ke lapangan-lapangan kerja dan buruh, berangkat dari sinilah berkembang beraneka
ragam pencegah kehamilan.
Adapun bangsa arab maka merekalah yang paling banyak melakukukan aborsi, sehingga
sebagian kabilah mereka membunuh anak mereka karena takut miskin. Lalu tinggallah para
wanita yang mereka biarkan hidup dalam keadaan terabaikan atau kemiskinan. Hal ini
disebutkan dalam surat An nakhl : 59.
ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan
menguburkanya ke dalam tanah (hidup-hidup )? Ketahuilah alangkah buruk apa yang mereka
tetapkan itu.

Ibnu Sina dalam kitab Al Qanun : terkadang pada kondisi tertentu dibutuhkan untuk
melakukan aborsi di antaranya ketika wanita yang hamil masih terlalu belia sehingga ditakutkan
akan membahayakan apabila ia melahirkan. Juga ketika terdapat penyakit dalam rahim seperti
penyakit kangker rahim sehingga menyusahkan keluarnya jabang bayi.
B.

Pengertian Aborsi
Abortus secara bahasa berasal dari bahasa inggris abortion, yang berarti keguguran
kandungan. Sedangkan menurut istilah abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum
kehamilan berumur 16 minggu. Abortus merupakan suatu perbuatan untuk mengakhiri masa
kehamilan dengan mengeluarkan janin dari kandungan, sebelum janin itu dapat hidup diluar
kandungan seorang ibu.
Secara harfiah menstruasi regulation artinya adalah pengaturan menstruasi / haid. Tetapi
dalam prakteknya menstruasi regulation dilakukan terhadap wanita yang terlambat waktu
menstruasi dan berdasarkan pemeriksaan laboratorium ternyata positif mengandung, yagn
disengaja. Pada hakikatnya menstruasi regulation sama denga abortus provocatus criminalis.
Islam melarang menstruasi regulation karena pada hakikatnya sama dengan abortus, merusak /
menghancurkan jiwa yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Menurut istilah kedokteran yaitu, Aborsi adalah megeluarkan isi rahim sebelum mencapai
28 minggu, yang menjadikanya tidak dapat hidup. Maka bila lahir setelah waktu tersebut tidak
dinamakan sebagai aborsi menurut kedokteran, tetapi ia dinamakan dengan kelahiran sebelum
waktunya.
Menurut istilah undang-undang yaitu, Aborsi adalah mengeluarkan janin dengan unsur
kesengajaan sebelum waktu tabiat kelahiran, dan dilakukan dengan segala cara yang tidak
dihalalkan oleh undang-undang. Maka ditegakkan padanya hukum bila terdapat tiga rukun;
adanya kehamilan, adanya praktek-praktek yang mengacu kepada tindakan aborsi dan adanya
maksud perbuatan kriminal.
Menurut istilah ulama syari yaitu, mereka mengistilahkan aborsi sebagaimana yang di
istilahkan ahli bahasa, hanya saja kalangan syafiiyah, jumhur dan hanafiyah memasukan aborsi
dalam bab jinayat (pidana).
Aborsi adalah Berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat akibat tertentu ) sebelum
buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan / kehamilan yang tidak
dikehendaki atau diinginkan. Aborsi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu aborsi spontan dan
aborsi buatan. Aborsi spontan adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa adanya upaya upaya dari luar ( buatan ) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Sedangkan aborsi buatan adalah
aborsi yang terjadi akibat adanya upaya - upaya tertentu untuk mengakhiri proses kehamilan.
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterusembrio, atau fetus
yang belum dapat hidup (Dorland, 2002). Dengan kata lain, aborsi adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami, tanpa
intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan melalui tindakan
medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan
lewat vagina (aborsi provokatus).
Aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran janin;
melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan
bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran
kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak.
Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alami, berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi Buatan / Sengaja, adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3.

C.

Aborsi Terapeutik / Medis, adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medic. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah
tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
Sebab-Sebab Aborsi

karena takut miskin atau pengahasilan yang tidak memadai, aborsi ini dilarang
berdasarkan firman Allah Stw : Dan janganlah kamu membunnuh anak - anakmu
karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezeki kepada meraka dan juga
kepadamu. sesungguhnya mmembunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Qs. Al
Israa (17): 31)

karena ibu khawatir anak yang tengah disusuinya terhenti mendapatkan asi

takut janin tertular penyakit yang diderita ibu atau ayahnya

kekhawatiran akan kelangsungan hidup ibu apabila kehamilan menbahayakan


kesehatannya

niat menggugurkan janin pada kanndungan kehamilan yang tidak di syariatkan akibat
perzinahan

Aborsi tidak terlepas dari kondisi sebelum ditiupkannya ruh ke janin, yaitu sebelum
empat bulan peratama kehamilan, atau sesudahnya. karena aborsi setelah peniupkan ruh menjadi
kesepakatan diantara ahli fikih. jadi, sebaiknya memulai dengan penjelasan hukumnya,
dilanjutkan dengan penjelasan tentang aborsi sebelum ditiupkannya ruh kedalam jannin.
Tidak ada perselisihan diantara ahli fikih seputar pengharaman aborsi setelah
ditiupkannya ruh ke janin, dan bahwa unsur sengaja dalam aborsi dianggap sebagai tindak
kejahatan yang mengakibatkan hukuman, karena aborsi ini menghilangkan nyawa anak Adam
yang hidup. ada banyak dalil tentang haramnya menghilangkan nyawa anak Adam di dalam
Kitab, sunnah dan Ijma ulama.

Dalil tentang al-Quran, antara lain :


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (Alasan) yang benar. dan barang siapa dibunuh secara zhalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. seungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Qs. Al Israa (17) :33)

D.

Resiko dan Dampak dari Aborsi


1) Resiko aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan
aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang . Resiko kesehatan terhadap
wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan
psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat
melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;

Kematian mendadak karena pendarahan hebat.

Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.

Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.

Rahim yang sobek (Uterine Perforation).

Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.

Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).

Kanker indung telur (Ovarian Cancer).

Kanker leher rahim (Cervical Cancer).

Kanker hati (Liver Cancer).

Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada kehamilan berikutnya.

Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).

Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).

Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

1) Dampak Aborsi

E.

Timbul luka-luka dan infeksi-infeksi pada dinding alat kelamin dan merusak organ-organ
didekatnya seperti kandung kencing atau usus.

Robek mulut rahim sebelah dalam (satu otot lingkar). Hal ini dapat terjadi karena mulut
rahim sebelah dalam bukan saja sempit dan perasa sifatnya, tetapi juga kalau tersentuh,
maka ia menguncup kuat-kuat. Kalau dicoba untuk memasukinya dengan kekerasan
maka otot tersebut akan menjadi robek.

Dinding rahim bisa tembus, karena alat-alat yang dimasukkan ke dalam rahim.

Terjadi pendarahan. Biasanya pendarahan itu berhenti sebentar, tetapi beberapa hari
kemudian/ beberapa minggu timbul kembali. Menstruasi tidak normal lagi selama sisa
produk kehamilan belum dikeluarkan dan bahkan sisa itu dapat berubah menjadi kanker.

Aborsi Sebagai Problematika Masyarakat


Ketika hak asasi manusia untuk hidup dan menikmati kehidupan, maka pada saat itulah
terjadi sebuah kekejaman yang teramat keji. Terlebih lagi ketika yang dibunuh adalah sesosok
bayi mungil dalam kandingan ibundanya yang beberapa waktu ke depan akan tumbuh menjadi
bayi yang normal. Aborsi merupakan tindakan yang nyata dan menjadi problematika karena
frekuensi aborsi di Indonesia agak sulit dihitung secara akurat karena memang sangat jarang
yang pada akhirnya dilaporkan.
Memang yang ada hanya angka-angka yang berupa data statistik, namun kita seharusnya
dapat menganalisa secara lebih mendalam bahwa dari angka yang teramat besar itulah nyawanyawa bayi-bayi mungil yang tidak berdosa dipaksa untuk mati dengan dibunuh secara keji.
Sungguh tingkat pembunuhan yang sangat terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan peristiwa
peperangan ataupun peristiwa kematian akibat penyakit di suatu negara yang bahkan tidak
sampai setengahnya dibandingkan dengan tingkat aborsi. Secara total dalam sejarah dunia pun,
jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua perang
jika digabung sekaligus. Selain dari keselamatan bayi, keselamatan wanita hamil yang
melakukan aborsi juga sangat mengkhawatirkan dan memiliki risiko kematian cukup besar.
Bagaimana pula dengan petugas medis yang tampak tidak merasa bersalah ketika
membantu proses aborsi berlangsung bahkan menjadikannya sebagai komoditi jasa yang
menjanjikan pendapatan yang cukup besar. Sampai saat ini memang cukup banyak praktik aborsi
yang bahkan sebagian besar ilegal. Beberapa hal di atas merupakan problematika aborsi dalam
masyarakat, mengingat alasan melakukan aborsi ada beragam, diantara ketidaksiapan
mempunyai anak karena khawatir mengganggu karir atau kesibukan, keterbatasan ekonomi atau
bahkan karena ingin menutupi aib karena hamil di luar nikah. Alasan tersebut kesemuanya tidak
bisa dibenarkan, untuk lebih jauh pembahasannya akan doterangkan pada bab selanjutnya
mengenai hukum aborsi dipandang dari berbagai sumber

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Aborsi Menurut Pandangan Hukum Islam


Abortus (al-ijhdh) merupakan salah satu problem masyarakat Dunia Barat, yang muncul
akibat kebejatan moral masyarakatnya, banyaknya kelahiran ilegal karena perbuatan zina yang
tak terhitung lagi, serta membudayanya pergaulan bebas di luar nikah. Prosentase kelahiran
ilegal tersebut menurut media massa barat bahkan telah mencapai 45% dari seluruh kelahiran.
Prosentase ini terkadang naik dan terkadang turun. Di berberapa negara Barat prosentasenya
bahkan telah mencapai 70%. Lantas apa hukum aborsi dalam pandangan Islam?
Aborsi merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia dan
merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat-ayat Al-Quran yaitu pada Surat Al Maidah
ayat 32, setiap muslim meyakini bahwa siapapun membunuh manusia, hal ini merupakan
membunuh semua umat manusia. Selanjutnya Allah juga memperingatkan bahwa janganlah
kamu membunuh anakmu karena takut akan kemiskinan atau tidak mampu membesarkannya
secara layak.
Aborsi dalam istilah medis adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Sedangkan dalam
istilah syariat, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna; walaupun janin
belum mencapai usia enam bulan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syariat tidak
melihat kepada usia kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.
Ijhadh (aborsi) menurut bahasa berarti menggugurkan kandungan yang kurang
masanya atau kurang kejadiannya, tidak ada perbedaan antara kehamilan anak permpuan atau
laki laki, baik aborsi ini dilakukan dengan sengaja atau tidak. Lafazh ijhadh memiliki
beberapa sinonim seperti isqath (menjatuhkan), ilqa (membuang), tharah (melempar), dan
imlash (menyingkirkan).
Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi Adakah Dalam Islam
halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa)
ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa
kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para
ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian
memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya.
Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w.
1596 M) dalam kitabnya An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa.
Ada pula yang memandangnya makruh, dengan alasan karena janin sedang mengalami
pertumbuhan.
Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M)
dalam kitabnya At Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan Mahmud
Syaltut, mantan Rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel
sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada

kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru
yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan
makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih
besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh
(Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan,
1995, Masail Fiqhiyah Al Hadisah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, halaman
57; Cholil Uman, 1994, Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern, halaman
91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini, halaman 77-79).
Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi
setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi
setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Masud berkata bahwa Rasulullah s.a.w
telah bersabda:



Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam
bentuk nuthfah, kemudian dalam bentuk alaqah selama itu pula, kemudian dalam bentuk
mudghah selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. [HR al-Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Ahmad, dan at-Tirmidzi dari Abdullah bin Masud].
Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti
membunuh makhluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang
keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syari berikut. Firman Allah SWT:



Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (QS al-Anm [6]: 151)

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar. (QS al-Isr` [17]: 31).

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (Qs. AlIsraa` [17]: 33).
()( 8)
Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh.
(QS at-Takwr [81]: 8-9).
Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa
atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak
kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.
Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para
fuqoha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum
(1998) dan Abdurrahman Al-Baghdadi (1998), hukum syara yang lebih rajih (kuat) adalah
sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua)
hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram.
Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam
janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem
Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung,
Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, halaman 45-56; Abdurrahman AlBaghdadi,
1998,
Emansipasi
Adakah
Dalam
Islam,
halaman
129
).
Dalil syari yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam atau
lebih adalah hadis Nabi s.a.w berikut:
.



...
Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka Allah mengutus
seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,
penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada
Allah),'Ya Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan?'
Maka Allah kemudian memberi keputusan... [HR Muslim dari Ibnu Masud r.a.].
Dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam...
Hadis di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggotaanggota tubuhnya, adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan

terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda
sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma'shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut
merupakan pembunuhan terhadapnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter,
diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.
Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat
dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang
gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna
(10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut.
Rasulullah s.a.w bersabda:
...

Rasulullah s.a.w memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan Bani Lihyan
yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau
perempuan... [HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.]
Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya
boleh (ja'iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi
janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai
pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.
Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat
disamakan dengan 'azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. 'Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan
yang digaulinya, sebab 'azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan.
Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan
matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur
yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.
Rasulullah s.a.w telah membolehkan 'azl kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada
beliau mengenai tindakannya menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak menginginkan budak perempuannya hamil. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya:
.
: ) (

.
Dari Said bin al-Musayyab (isteri-isterimu adalah lading bagimu, maka datangilah ladangmu
dari menurut kehendakmu), Rasulullah s.a.w. bersabda: Lakukanlah 'azl padanya jika kamu suka,
jika kamu (tak) menghendaki jangan kamu lalukan! [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud]
Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin,
ataupun setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa
keberadaan janin dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus.

Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan
kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai
firman Allah SWT:






Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasulrasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara
mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.
(QS al-Midah [5]: 32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan
Rasulullah s.a.w telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah s.a.w bersabda:


Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram! [HR.
Ahmad].
Kaedah fikih dalam masalah ini menyebutkan:



Jika berkumpul dua mafsadat (keburukan), maka harus dipertimbangkan yang lebih besar
madharatnya dan dipilih yang lebih ringan (madharatnya). (Abdul Hamid Hakim, 1927,
Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaedah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh janinnya.
Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang
ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak syak lagi bahwa
menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa
ibunya, atau membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut
(Abdurrahman Al-Baghdadi, 1998).
Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak pertemuan sel telur dengan sel
sperma dengan alasan karena sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang tidak
kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud setelah pertemuan sel telur dengan sel
sperma, tetapi bahkan dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula dalam sel

telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan (al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam
kitabnya Naqdh Al Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah sesuatu yang ada pada
organisme hidup. (asy syai` al qa`im fi al ka`in al hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan adalah
adanya pertumbuhan, gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan
sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel telur dan sel sperma (yang masih
baik, belum rusak) sebenarnya sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel
telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma.
Jadi, kehidupan (al hayah) sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum terjadinya
pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.
Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel
telur dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang lemah, sebab
tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat akan pengertian kehidupan (al hayah).
Pendapat tersebut secara implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel telur dan
sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur dan sel sperma. Padahal faktanya tidak
demikian. Andaikata katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas yang
menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk azl. Sebab dalam aktivitas azl terdapat
upaya untuk mencegah terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel sperma dan
sel telur (sebelum bertemu). Padahal azl telah dibolehkan oleh Rasulullah s.a.w. Dengan kata
lain, pendapat yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma
dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan bertentangan dengan hadis-hadis yang
membolehkan azl.
1) Hukum Abortus
Bahwa kehidupan janin (anak dalam kandungan) menurut pandangan syariat Islam
merupakan kehidupan yang harus dihormati, dengan menganggapnya sebagai suatu wujud yang
hidup yang wajib dijaga. Sehingga Islam memperbolehkan seorang wanita hamil untuk buka
puasa (tidak puasa) pada bulan ramadhan. Bahkan kadang diwajibkan berbuka jika ia khawatir
akan kesehatan kandungannya. Karena itu syariat Islam mengharamkan tindakan yang
melampaui batas terhadapnya. Meskipun yang melakukan ayah atau ibunya sendiri yang telah
mengandungnya dengan susah payah. Bahkan terhadap kehamilan yang haram, yang dilakukan
dengan jalan perzinahan, janinnya tetap tidak boleh digugurkan, karena ia merupakan manusia
hidup yang tidak berdosa.
Firman Allah dalam Q.S Al-isra yang artinya:
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain. (Al-Isra:15)
Allah berfirman dalam QS. Al-Israa : 31
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.

Ada perbedaan pendapat para ulama tentang abortus yang dilakukan sebelum ditupkan roh
pada janin itu yaitu sebelum berumrur 4 Bulan :
1)

Muhammad Ramli dalam kitab Al-Nihayah, membolehkan karena belum ada makhluk yang
bernyawa.
2) Sebagian Ulama memandang makruh dengan alasan janin sedang mengalami pertumbuhan.
3) Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
mengharamkan abortus.
4) Mahmud Syaitut eks Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, menyatakan haram hukumnya
sekalipun janin belum diberi nyawa sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang
mengalami pertumbuhan untuk menjadi manusia. Tetapi apabila aborsi dilakukan karena benarbenar terpaksa demi menyelamatkan nyawa Ibu maka Islam membolehkan
2) Klasifikasi dan Syariat Abortus
Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:
1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang dilakukan
rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya.
Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang menimpanya karena akibat sakitnya sang
ibu yang terkena penyakit beragam seperti diabetes atau lainnya.
2. Al-Ijhdh al-Ilji (Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus) adalah abortus
(keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu yang
dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.
3. Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi (Abortus Provokatus
Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal).
Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutupi aib
dan sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk
dengan alat-alat atau obat-obat tertentu.
Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak masuk dalam
kemampuan dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Azza wa Jalla

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.[al-Baqarah/2:168]
Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :

Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa dan keterpaksaan


[HR al-Baihaqidalam Sunannya dan dishahhkan Syaikh al-Albni dalam Shahhul-Jmi no.
13066]
Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa
sang ibu, sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan
sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam
keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu dan janinnya bersama-sama.
Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para medis spesialis kebidanan mengedepankan
nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa sang ibu dalam
kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali dengan
kematian salah satunya maka hal ini masuk dalam kaedah Melanggar yang lebih ringan dari dua
madharat untuk menolak yang lebih berat lagi (Irtikbul khaffi ad-Dhararain Lidafi Alahuma).
Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan daripada
kehidupan sang janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Azza wa
Jalla ia bisa melahirkan berulang kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.
Syaikh Ahmad al-Ghazli seorang Ulama Indonesia menyatakan: Adapun ulama
Indonesia berpendapat keharaman aborsi kecuali apabila ada dengan sebab terpaksa yang harus
dilakukan dan menyebabkan kematian sang ibu. Hal ini karena syariat Islam dalam keadaan
seperti itu memerintahkan untuk melanggar salah satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada
di sana solusi lain selain menggugurkan janin untuk menjaga hidup sang ibu.
Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi jenis ketiga yaitu
Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi (Abortus Provokatus
Kriminalis).
Telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin
yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat para ahli fikih
yang berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut.
Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua:
a. Aborsi Sebelum Ditiupkan Ruh
Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat disimpulkan bahwa pendapat
mereka dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat minoritas
Ulama madzhab Syfiiyah, Hambaliyah dan Hanafiyah.
2. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu
sebelum empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhhab Hanafiyah, Syfi;iyah dan
Hambaliyah. Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.

3. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini pendapat
yang rajih dalam madzhab Mlikiyah, pendapat imam al-Ghazli, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
Ibnu Rajab al-Hambali dan Ibnu al-Jauzi. Inilah pendapat madzhab Zhahiriyah.
Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya
pelanggaran terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili
menjelaskan hal ini dengan menyatakan bahwa para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa
udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan
kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap ini sebagai kejahatan yang mengharuskan adanya
diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya sendiri merajihkan larangan
aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin;
kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau
kanker. Saya sendiri condong sepakat dengan pendapat al-Ghazli yang menganggap aborsi,
walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti membunuh janin hidup-hidup (alWa`du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada.
Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnuun seorang Ulama dari Maroko menyatakan: Aborsi
adalah perbuatan tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa
kemanusian dan jiwa-jiwa yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang
Allah Azza wa Jalla haramkan, perubahan ciptaan Allah Azza wa Jalla dan menentang
takdir/kehendak Allah Azza wa Jalla . Islam telah melarang membunuh jiwa seperti dalam
firman Allah Azza wa Jalla :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. (Qs al-Isra`/17:33) sebagaimana juga melarang sikap
merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya:

Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya.
[an-Nisaa`/4:119]
Aborsi mirip dengan al-Wa`du (membunuh anak hidup-hidup) yang dahulu pernah
dilakukan di zaman Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari
hal ini sebagaimana firman-Nya:

Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya [at-Takwr/81: 8]
Baik aborsi dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua

fase pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan
dan pembentukannya. Hal ini menyelisihi orang-orang yang membolehkan aborsi sebelum ruh
ditiupkan. Mereka beranggapan bahwa sebelum adanya ruh maka tidak ada kehidupan padanya,
sehingga tidak ada kejahatan dan keharaman. Mereka dengan membolehkan hal itu berarti telah
membuka pintu yang sulit dibendung dan memberikan senjata kepada tangan lawan dan musuh
Islam untuk mencela Islam. Juga melegalkan semua yang terjadi di luar negara Islam yang
berupa perbuatan nista dan tercela; yang membuat pusing para intelektual dan menggoyangkan
tatanan gereja dan para pendetanya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki
bahaya bagi kesehatan dan kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan,
karena menghilangkan madharat lebih didahulukan dari mengambil kemaslahatan.
Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: Diharamkan aborsi karena merupakan
pembunuhan jiwa yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada
bahaya yang banyak hingga bahaya kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.
Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghnim penulis kitab Ahkmul-Jann
dalam pernyataan beliau : Sudah pasti pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak
pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam
yang memerintahkan untuk melindungi dan menjaga keturunan; juga menghalangi kesempatan
pengekor hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan untuk merealisasikan
tujuan dan keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin. Demikian juga
fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzarat yang sangat bersesuaian dengan ruh syariat
Islam yang mulia.
b. Aborsi Setelah Ditiupkan Ruh Pada Janin (Setelah Empat Bulan)
.
Telah dijelaskan bahwa ada perbendaan pendapat di antara para Ulama dalam hukum aborsi saat
sebelum peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa
janin telah menjadi manusia dan bernyawa yang memiliki kehormatan dan kemuliaan,
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla :


Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [al-Isr`/17 : 70]
dan firman Allah Azza wa Jalla :



Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain

atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya.[al-Midah/5:32]
Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi, DR. Wahbah az-Zuhaili dan
DR. Muhammad Ali al-Br
Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin adalah
kejahatan yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan sangat darurat yang dipastikan.
Caranya dengan mengambil keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut;
yaitu bahwa adanya janin itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya
kemajuan sarana kedokteran modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua keperluan
tentang hal itu, maka aborsi untuk penyelamatan nyawa ibu adalah peristiwa yang sangat jarang
terjadi.
B.

Aborsi Menurut Hukum Positif Indonesia


1)

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP BAB XIX).


Dalam kitab UU hukum pidana (KUHP) indonesia melarang aborsi dan sanksi hukumnya
cukup berat. Hukumannya tidak hanya ditujukan kepada wanita yang bersangkutan tetapi semua
pihak yang terlibat dalam kejahatan itu.
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia
dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa.
Beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang
Aborsi (Abortus Provocatus):
Pasal 229 (1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah. (2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. (3) Jika yang bersalah, melakukan
kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan
pencarian itu.
Pasal 314 Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam,
karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 342 Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan
rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343 Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347 (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348 (1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan. (2)Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349 Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Pasal 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai
bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama
tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Seorang perempuan hamil yang dengan sengaja melakukan aborsi atau ia menyuruh orang
lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
b. Seseorang yang dengan sengaja melakukan aborsi terhadap ibu hamil dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, & jika ibu hamil
tersebut mati, diancam penjara 15 tahun penjara.
c. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara & bila ibu
hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.
d. Jika yang melakukan & atau membantu melakukan aborsi tersebut seorang dokter, bidan
atau juru obat ancaman hukumannya ditambah sepertiganya & hak untuk berpraktik
dapat dicabut.
e. Setiap janin yang dikandung sampai akhirnya nanti dilahirkan berhak untuk hidup serta
mempertahankan hidupnya.
C.

Aborsi Menurut UU No. 36 Tahun 2009 Tentanng Kesehatan


Pengaturan mengenai praktik aborsi diatur di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan KUHP. Pada prinsipnya, setiap orang dilarang
melakukan aborsi, sebagaimana dimaksud di dalam pasal 75 ayat (1) UU Kesehatan berikut ini :

a. Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (Namun, menurut pasal 75 ayat 2)


b. UU Kesehatan, larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam
nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

c.

a.
b.
c.
d.
e.

Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling
dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan
oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
Menurut Pasal 76 UU Kesehatan menyatakan syarat-syarat boleh dilakukannya aborsi.
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis;
Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat
yang ditetapkan oleh menteri;
Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Adapun ancaman pidana untuk pelanggar pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan di atas terdapat di
dalam pasal 194 UU Kesehatan berikut ini :
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sanksi pidana di dalam KUHP untuk praktik aborsi pun dinyatakan secara tegas untuk bidan
atau dokter yang membantu melakukan kejahatan ini.( Pasal 346, 347, 348, dan 349) Pidana
yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai