Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Kasus Kepone Hopewell

Karakteristik Kepone
Kepone disebut Chlordecone merupakan kristal putih yang tidak berbau dan berbentuk padat,
dikenal sebagai persistent organic pollutants (POP) dan dilarang secara global melalui
Stockholm Convention di tahun 2011. Kepone adalah pestisida yang digunakan pada buah
buahan, daun, dan bunga. Mirex dapat terdegradasi menjadi Kepone dan senyawa lainnya.
Kepone memiliki sifat yang stabil pada lingkungan.
Dampak Kepone
Dampak Terhadap Lingkungan

Kepone yang terlepas ke udara dapat membentuk partikulat dan tidak mengalami
fotodegradasi, mengalami dekomposisi basah dan berpindah media.

Kepone yang terlepas ke air akan teadsorpsi pada sedimen dan berakumulasi dan dapat juga
berakumulasi pada ikan dan crustacea

Pencemaran pada tanah juga dapat terjadi dengan cara adsorpsi senyawa kepone pada butiran
tanah dan dapat terlindi hingga air tanah

Dampak Terhadap Hewan

Pada tikus ditemukan adanya kanker hati baik pada tikus jantan dan betina, selain itu umur
tikus jantan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan kontrol (karsinogenik).

Perubahan gen struktur gangguan perkembangan, reproduksi (cacat), gangguan sistem saraf,
dan sistem imun.

Pada binatang jika tertelan kurang dari 40 gram dapat menyebabkan kematian atau
menyebabkan bahaya serius pada kesehatan dan individu.

Dampak Terhadap Kesehatan Manusia

Pestisida organoklorin menyebabkan sistem saraf pusat, menyebabkan nafas pendek, batuk,
penyempitan saluran udara dan kejangnya kerongkongan

Meskipun material tidak iritan, kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan
ketidaknyamanan sementara ditandai dengan menangis atau mata merah.

Kontak kulit dengan material dapat menyebabkan efek toksis, efek sistemik jika terabsorpsi.
Dapat menyebabkan peradangan kulit pada beberapa orang. Ditandai dengan bercak putih
hitam, kista keratin, bintik-bintik, perubahan warna yang berlebihan.

Efek sistem saraf pusat dapat terjadi, termasuk hipereksitabilitas otot, yang dapat
menyebabkan kejang.

Material ini diperkirakan tidak menghasilkan iritasi pernapasan (seperti diklasifikasikan


menggunakan model hewan). Namun demikian, menghirup debu, atau asap, terutama untuk
waktu yang lama, dapat menghasilkan ketidaknyamanan pernapasan.

Kasus Pencemaran Kepone di Hopewell

Terjadi di Amerika Serikat terjadi di Hopewell, Virginia pada kisaran tahun 1973-1975.

Kejadian ini melibatkan perusahaan manufaktur dengan nama Life Science Product (LSP),
yang membuat pestisida Kepone untuk perusahaan Allied Chemical Corporation. Sebagian
besar produk ini dikirim ke Afrika dan Amerika Selatan

Pada tahun 1974, LSP diketahui secara illegal membuang kepone ke sungai James yang
bermuara di Chesapeake Bay. Secara periodik limbah dari LSP masuk ke sistem penyaluran
air buangan dan pengolahan limbah kota. Dalam 2 bulan, limbah ini membunuh bakteri di
sistem digester pengolah limbah.

Berdasarkan sampling air minum, udara, tanaman dan limbah kota Hopewell serta sungai,
LSP diketahui telah mengeluarkan efluen kepone melebihi baku mutu yang ditetapkan. Selain
itu, lumpur dari pengolah limbah mengandung kepone 200 - 600 ppm.

Dampak Terhadap Lingkungan di Hopewell

Di sekitar lokasi Hopewell didapati konsentrasi senyawa chlordecone pada debu yang
menutupi tanaman dan tanah sekitar tanaman.

Kepone juga ditemukan pada sungai James River yang berdekatan dengan pabrik penghasil
pestisida tersebut. Namun pada beberapa tahun selanjutnya, konsentrasi pada sungai tersebut
turun secara signifikan melalui proses sedimentasi.

Dampak terhadap kesehatan


Para pekerja di LSP bekerja tanpa sarung tangan atau masker sehingga terpapar kepone secara
langsung. Keluhan-keluhan seperti gemetar, masalah penglihatan dan dan sakit pada sendi sering
dirasakan dan dibicarakan antar pekerja namun ketidakhadiran pemilik perusahaan serta tingkat

pendidikan mereka yang rendah membuat mereka kesulitan mengkomunikasikan keluhankeluhan ini. Puncaknya terjadi pada tahun 1975, ketika 31 pekerja dirawat di rumah sakit hingga
akhirnya pada tahun tersebut pabrik kepone di Hopewell ditutup
Penyelesaian kasus Hopwell
Badan pemerintah terpaksa menutup 161 km Sungai James dan anak sungainya dari
penangkapan ikan dan rekreasi. Saat ini, Sungai James telah dibuka kembali untuk umum setelah
perusahaan tersebut membayar denda 5,25 juta dolar untuk memperbaiki kerusakan yang telah
dilakukan dan membayar 3 juta dolar untuk para pegawai yang kesehatannya terganggu oleh
kepone.
Ringkasan Kasus Teluk Buyat
PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan tambang emas. Jenis bahan galian
yang diijinkan untuk diolah adalah emas dan mineral lain. Beroperasi di Kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara, untuk masa pengolahan selama 30 tahun terhitung mulai 2 Desember 1986.
Tahun 1996 PT. NMR mulai berproduksi. Sejak saat itulah PT. NMR mulai membuang
limbahnya melalui pipa ke perairan laut Teluk Buyat, Kecamatan Kotabunan, Kabupaten
Bolaang Mongondow. Setiap hari, sebanyak 2.000 ton tailing disalurkan PT. NMR ke dasar
perairan Teluk Buyat. Dari lokasi tambang tailing dialirkan melalui pipa baja sepanjang 10 km
menuju perairan Teluk Buyat di kedalaman 82 meter. Mulut pipa pembuangan tersebut berjarak
900 meter dari bibir pantai Buyat.
Penyebab Pencemaran Teluk Buyat
Akhir Juli 1998 warga Buyat Pante dikejutkan dengan bocornya pipa limbah PT NMR.
Manajemen PT NMR hanya menjelaskan bahwa pipa limbah bawah laut yang bocor itu pada
sambungan flens di kedalaman 10 meter. Penyebabnya terjadi penyumbatan saluran pipa pada 25
Juni dan 19 Agustus 1998 adalah kuatnya tekanan air. Agar saluran dapat berfungsi dengan baik
dan bersih pipa limbah di isi dengan air bor dan diberi tekanan udara.
Berdasarkan laporan-laporan penelitian yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait pencemaran
Teluk Buyat tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-logam berat seperti Arsen
(As), Antimon (Sb), Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam
berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont.
konsentrasi arsen di daerah dekat mulut pipa tailing di Teluk Buyat meningkat hingga 5-70
kali lipat

Konsentrasi merkuri meningkat 10 kali lipat di sekitar pipa pembuangan tailing.


Jika dibandingkan dengan Teluk Totok (lokasi penambangan rakyat), konsentrasi arsen dan
antimon jauh lebih tinggi di sekitar pembuangan tailing PT NMR

Dampak Kasus Pencemaran Teluk Buyat


1. Logam Berbahaya pada Ikan
Laporan tim indipenden (1999), kajian kelayakan pembuangan tailing, penelitiian Wali-Dr
Joko Purwanto (2002) dan laporan Pusarpedal KLH 2009, terdapat logam berat khusunya
Arsen (As), Merkuri (Hg) dan sianida (Cn) di dalam organ ikan (daging, hati dan perut)
2. Logam Berbahaya pada Sedimen
Ditemukan konsentrasi beberapa logam berbahaya (As dan Hg) di sedimen Teluk Buyat yang
cukup tinggi. Dari laporan Walhi ditemukan
Ringkasan Kasus Teluk Meksiko
Sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut
merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas,
karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat
signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut.
beberapa daerah yang terdapat terminal bongkar muat minyak di kategorikan oleh pemerintah
sebagai kawasan tingkat pencemaran tinggi, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Lampung dan Sulawesi Selatan.
Beberapa Kasus Tumpahan Minyak di Perairan Indonesia
No

Tahun

Lokasi

Keterangan

Pelabuhan
Lhokseumawe
Pelabuhan Buleleng
Bali

Kandasnya kapal tanker Shown Maru yang menumpahkan


minyak sebesar 1 juta barrel minyak solar
Bocornya kapal tanker Golden Win yang mengangkut 1500
KL minyak tanah
Kecelakaan kapal tanker Choya Maru pada Desember
menumpahkan 300 ton bensin.

Jan 1993

Selat Malaka

Kandasnya Kapal Tanker Maersk Navigator

1996

Natuna

Tenggelamya KM Hatamas II yang memuat MFO

Oktober 1997

Selat Singapura

Juli 2003

Palembang

1975

Feb 1979

Des 1979

Selat Malaka

Kapal Orapin Global bertabrakan dengan kapal tanker


Evoikos
Tabrakan antara tongkang PLTU-1/PLN yang mengangkut
363 KL IDF dengan kapal kargo An Giang menyebabkan
sungai Musi di sekitar Palembang tercemar

No

Tahun

Lokasi

Oktober 2004

Pantai Indramayu

2004

Balikpapan

10

Agustus 2005

Teluk Ambon

Keterangan
Tumpahan minyak mentah dari Pertamina UP VII Balongan.
tumpahan ini merusak tetumbu karang tempat pengasuhan
ikan-ikan milik masyarakat sekitar
Tumpahan minyak dari Perusahaan Total E & P Ind.
membuat nelayan sekitar tidak dapat melaut dalam beberapa
waktu
Meledaknya kapal ikan MV Fu Yuan Fu F66 yang
menyebabkan tumpahan minyak ke perairan

Sumber Tumpahan Minyak di Laut


1. Operasi Kapal Tanker
Selain memuat minyak kargo, kapal pun membawa air ballast (sistem kestabilan kapal
menggunakan mekanisme bongkar-muat air) biasanya ditempatkan dalam tangki slop. Sampai
di pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan minyak dalam tangki dan
juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop. Sebelum kapal berlayar, bagian
air dalam tangki slop harus dikosongkan dengan memompakannya ke tangki penampungan
limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak
dapat dihindari buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan ini akan
berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal tanker (Hartanto B, 2008).
2. Perbaikan dan Perawatan Kapal (Docking)
Pada proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk
mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya semua galangan kapal harus
dilengkapi dengan tangki penampung Iimbah, namun pada kenyataannya banyak galangan
kapal tidak memiliki fasilitas ini, sehingga buangan minyak langsung dipompakan ke laut.
Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses
docking ini (Clark R.B, 2003).
3. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan saja, namun banyak juga
dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak menimbulkan resiko
kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia
(human error).
4. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan
limbah. Aturan internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut

harus masuk terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air namun pada
kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan Internasional
dibuang ke laut.
5. Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini banyak
dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini
banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak yang terbuang ke laut.
Diperkirakan sekitar 1.500 ton/tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang
menyebabkan kerusakan lingkungan setempat.
6. Kecelakaan Tanker
Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran pada lambung, kandas, ledakan,
kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di perairan Selat Malaka adalah karena dangkalnya
perairan, dimana kapal berada pada muatan penuh. Tercatat beberapa kasus kecelakaan besar
di dunia antara lain pada 19 Juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic Empress di perairan
Tobacco yang menumpah-kan minyak sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak kalah besarnya
adalah kasus terbakarnya kapal Haven pada tahun 1991 di perairan Genoa Italia, yang
menumpahkan minyak sebesar 144.000 ton.
Dampak Tumpahan Minyak ke Laut
1. Dampak langsung terhadap organisme
a. Dampak lethal (kematian). Di perairan lepas pantai dampak tumpahan minyak sebagai B3
sering disebabkan oleh kecelakaan kapal tanker, kegiatan off-shore atau oleh rembesan
alami minyak bumi dari dasar laut (oil seep). Permasalahannya, kebanyakan kasus
tumpahan minyak terjadi di perairan pantai ataupun perairan dalam (inshore). Resiko
kematian masal akan lebih besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun di keramba serta
jenis kerang-kerangan yang kemampuan migrasi untuk menghindari spill sangat rendah
(Davis et al., 1984).
b. Dampak sublethal. Dampak sublethal akan lebih akurat jika dibuktikan di laboratorium.
Uji laboratorium menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah laku ikan dan kerangkerangan dipengaruhi oleh konsentrasi minyak di air. Dengan konsentrasi yang relatif
rendah (< 0.1 ppm), kemampuan tetas telur, tingkat kelulusan hidup, jumlah larva cacat,
penutupan cangkang (pada kerang) dipengaruhi secara signifikan. Akibat eksposure

terhadap bahan B3 menyebabkan udang dan kepiting mengalami gangguan didalam


tingkah lakunya seperti kemampuan mencari, memakan, dan kawin (GESAMP, 1993).
c. Dampak terhadap plankton.
d. Dampak terhadap ikan migrasi. Secara umum, ikan akan dapat menghindari bahan
pencemar dan dampak jangka panjang terhadap populasi lokal dapat dihindari. Uniknya
beberapa jenis ikan yang bersifat teritorial, ikan akan harus kembali kedaerah asal untuk
mencari makan dan berkembang biak kendatipun daerah yang dituju adalah daerah yang
terkontaminasi B3. Hal ini akan meningkatkan resiko terhadap ikan migrasi.
2. Dampak Langsung Terhadap Kegiatan Perikanan
a. Tainting (bau lantung). Tainting dapat terjadi pada jenis-jenis ikan keramba dan tambak
serta kerang-kerangan yang tidak memiliki kemampuan bergerak menjauhi bahan
pencemar sehingga menjadi unfit untuk dijual karena organisme yang tercemar oleh B3
jenis minyak akan menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak ataupun perubahan warna
pada jaringannya. Bau dan rasa lantung pada organisme akan hilang melalui proses
metabolisme (depuration) dengan kecepatan yang berbeda untuk setiap jenis limbah,
spesies dan kondisi optimal hidup bagi spesies tersebut (Baker JM et al, 1990).
b. Budidaya. Selain dari organisme yang dibudidayakan akan terkena dampak langsung,
beberapa peralatan terkait dengan kegiatan budidaya seperti jaring dan temali menjadi
tidak dapat digunakan lagi.
c. Ekosistem. Tekanan dari masuknya limbah B3 akan mempengaruhi peruntukan ekosistem
pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuari, padang lamun, dan terumbu karang),
ditambah lagi vulnerabilitas dari ekosistem tersebut sangat tinggi terhadap bahan beracun
berbahaya disamping natural attenuation (dispertion and dilution) pada beberapa
ekosistem seperti mangrove, estuari, padang lamun dan daerah dangkal di pantai relatif
lebih lambat (IUNC, 1993).
Tumpahan Minyak di Teluk Meksiko milik British Petroleum (BP)
British Petroleum adalah perusahaan minyak raksasa dari Inggris yang bermarkas di London dan
menjalankan operasinya di beberapa wilayah termasuk di Teluk Meksiko yang menyediakan
bahan bakar untuk transportasi, energi untuk panas dan cahaya, BP didirikan pada tanggal 14
April 1909 yang merupakan salah satu empat besar perusahaan minyak di Dunia.

Musibah tumpahnya minyak dari instalasi pengeboran lepas pantai milik British Petroleum
terjadi pada 20 April 2010 yang mencemari perairan Teluk Meksiko, terjadi akibat kebocoran
pada pipa bawah laut yang menyebabkan anjungan pengeboran minyak Deepwater Horizon yang
terletak 66 kilometer lepas pantai Lousiana AS, meledak dan kemudian tenggelam. Titik ledakan
tepat mengenai kepala sumur yang berada di kedalaman 1.500 meter dibawah permukaan laut
sebagian anjungan roboh dan terbakar diperkirakan menewaskan 11 orang pekerjanya. Kejadian
ini sangat meresahkan warga negara bagian secara langsung, sejak saat itu semburan minyak
mentah sekitar 5.000 barel atau 210.000 galon (795.000 liter) semakin menyebar jauh akibat
terbawa arus, saat itu luas area yang tercemar 9.933 km (77 x 129 km).
Reaksi negara bagian yang terkena tumpahan minyak BP ialah Negara Louisiana, Alabama,
Mississipi, Florida, dan Texas yang merasa dirugikan, setiap negara menuntut ganti rugi,
Amerika Serikat sebagai penengah antara negara bagian yang terkena dampak tumpahan minyak
dengan perusahaan BP. Tragedi tumpahan minyak merupakan akibat kelalaian BP dan bukan
yang pertama kalinya.
Kerugian yang Diterima
1. Kerugian Materi

Tumpahan minyak yang menyebabkan 11 pekerja meninggal dunia.

Lousiana, Mississipi, Florida, Alabama, Texas adalah beberapa negara bagian yang terkena
dampak tumpahan minyak.

Para nelayan, pemilik kafe, dan pemilik hotel termasuk orang-orang yang dirugikan dan
mengalami dampak dari tumpahan tersebut serta seluruh kegiatan perekonomian terhenti
serta kehilangan mata pencaharian.

Timbulnya keluhan dari warga sekitar pantai dan para pekerja yang terlibat dalam
pembersihan minyak, umumnya mengalami iritasi kulit, hidung, mata, dan tenggorokan
hingga pernafasan akibat zat-zat kimia yang terkandung di dalam minyak mentah.rasa
mual, sakit kepala dan keresahan emosional bisa terjadi, anak-anak memiliki resiko yang
tinggi sebab anak-anak memiliki laju pernafasan dan metabolisme yang lebih tinggi di
banding orang dewasa sehingga cenderung lebih banyak menghirup udara yang beracun,
anak kecil dan bayi belum memiliki kekebalan tubuh yang belum berkembang sehingga
kurang mampu melawan infeksi.

2. Kerugian Imateril
Timbulnya ketidak nyamanan dan rasa takut serta rasa trauma kepada para masyarakat yang
berada di sekitar pantai akibat dari tumpahan minyak Meksiko yang mencemari air dan
lingkungan dengan minyak yang beracun, parawisata yang terganggu

mengakibatkan

berkurangnya pengunjung, rasa takut yang muncul hingga menyebabkan trauma yang mendalam,
penutupan tempat pemancingan juga dilakukan untuk keamanan, serta pengujian terhadap
seafood perlu diakukan untuk memastikan bahwa keadaan seafood aman untuk di konsumsi.
Bentuk Tuntutan Amerika Serikat kepada British Petroleum
Amerika Serikat mengeluarkan memoratorium agar pengeboran lepas pantai dihentikan dan
menangguhkan pengeboran lepas pantai di alaska dan virginia, serta penghentian pengheboran
33 sumur baru di Teluk Meksiko juga harus dilakukan, memoratorium tersebut mulai
diberlakukan selama 6 bulan mulai memoratorium tersebut diberlakukan oleh pemerintah,
kemudian BP memberi komitmen untuk menempatkan uang sebesar US$ 20 miliar untuk
kompensasi korban tumpahan minyak di Teluk Meksiko serta memberi tambahan uang sebesar
US$ 100 juta untuk kompensasi para pekerja yang menganggur akibat musibah tumpahan
minyak.
Tanggung Jawab British Petroleum Atas Kerugian Kasus Tumpahan Minyak Di Teluk
Meksiko 2010
Berbagai tuntutan hukum yang sedang berlangsung melalui proses litigasi yang akan membahas
kesalahan. 4 juni 2012 BP mendapat klaim yang berdasarkan undang-undang pencemaran
minyak tahun 1990. Program klaim tersebut dapat digunakan untuk menggugat atas kerusakan
properti dan ekonomi yang terkait dengan insiden Deepwater Horizon 20 april 2010. Setiap
klaim yang ditolak atau yang tidak diselesaikan dalam waktu 90 hari setelah tanggal penyerahan
ke BP, memilih untuk memulai tindakan di pengadilan terhadap BP.
Dampak Kasus Deepwater Horizon
Dampak langsung dari kasus Deepwater Horizon
1. Korban tewas akibat ledakan di rig mencapai 11 orang yang seluruhnya merupakan pekerja.
2. Ketika rig Deepwater Horizon tenggelam, pipa sumur bor patah sehingga terjadi kebocoran
minyak mentah yang diperkirakan mencapai lebih dari 7000 barrel per hari.

3. Kebocoran minyak mentah dengan volume yang sangat besar mengakibatkan lautan tercemar.
Pencemaran laut yang terjadi sangat luas hingga mencapai pesisir pantai Teluk Meksiko,
Negara bagian Florida, Lousiana, Alabama dan Mississippi.
4. Pencemaran laut oleh minyak berdampak bagi kehidupan biota laut. Banyak hewan dan
tumbuhan yang ditemukan telah mati dan banyak pula hewan dan tumbuhan yang terancam
punah akibat pencemaran minyak.
5. Nelayan, industri makanan olahan, serta sektor pariwisata juga terkena dampak dari ledakan
rig Deepwater Horizon sehingga ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan serta sumber
penghasilan akibat pencemaran minyak di teluk meksiko.
6. British Petroleum (BP) mengalami kerugian jutaan dollar untuk membayar kerugian pihakpihak lain akibat pencemaran minyak.
7. British Petroleum (BP) juga harus bertanggung jawab untuk menutup kebocoran, menyedot
minyak di lautan akibat kebocoran serta mengembalikan kondisi lingkungan.
Dampak tidak langsung dari kasus Deepwater Horizon
1

Meningkatnya laju erosi hingga 2 kali di pesisir pantai Lousiana. Efek ini berlangsung selama

3 tahun setelah terjadinya tumpahan minyak.


Setelah 5 tahun, masih terjadi kematian mangrove di pesisir pantai akibat akar mangrove

terkontaminasi minyak.
Tingkat kematian lumba-lumba di Barataria Bay meningkat 8% dan tingkat reproduksinya

turun hingga 63%. Bahkan hal ini masih terjadi 6 tahun pasca kejadian
Menurunnya perekonomian daerah pesisir pantai di Teluk Meksiko secara drastis. Masyarakat
yang berprofesi sebagai pencari kerang mengalami kesulitan ekonomi karena mayoritas

kerang yang ada telah mati akibat kontaminasi.


Turunnya kunjungan wisatawan ke pesisir pantai Teluk Meksiko. Akibatnya ekonomi dari

sektor pariwisata juga menurun akibat peristiwa ini.


Pekerja yang bekerja untuk pembersihan minyak mengalami kenaikan tingkat depresi dan
kecemasan. Butuh waktu 10 tahun bagi korban tumpahan minyak untuk bangkit secara fisik

dan psikologis pasca kejadian tersebut.


Sebanyak 50.000 yang terlibat dalam pembersihan tumpahan minyak terpapar bahan kimia

berbahaya dan berdampak pada kerusakan jaringan paru-paru.


Dampak akibat tumpahan minyak terhadap sektor perikanan mencakup kerugian sebesar 8,7
milyar dollar di tahun 2010, dan hilangnya 22.000 lapangan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai