Anda di halaman 1dari 2

Fraktur

Definisi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai
stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner, 1997). Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2003).
Sedangkan fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
(Mansjoer, 2000). Kemudian menurut Sjamsuhidajat (2004) fraktur femur adalah fraktur pada
tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur
femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan
lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012)

Etiologi
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis.
Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu,
misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat
terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah
melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah
bila seorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain
tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha
dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga,
dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah tulang
akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat tarikan otot

adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak
berkontraksi.
Peristiwa Patologis
a) Kelelahan atau stres fraktur
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang ulang pada suatu
daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang
akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang
sama, atau peningkatan beban secara tiba tiba pada suatu daerah tulang maka akan
terjadi retak tulang.
b) Kelemahan Tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat
penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada
tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang beresiko tinggi untuk terjadinya fraktur
adalah orang yang lanjut usia, orang yang bekerja yang membutuhkan kesimbangan, masalah
gerakan, pekerjaan-pekerjaan yang beresiko tinggi (tukang besi, supir, pembalap mobil, orang
dengan penyakit degeneratif atau neoplasma) (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya trauma rata rata setiap
penduduk. Penduduk Amerika Serikat juga mengalami trauma dan 50% memerlukan tindakan
medis, 3.6 juta (12%) membutuhkan perawatan tumah sakit didapatkan 300 juta orang
diantaranya menderita kecacatan yang menetap (1%) dan 8.7 juta orang menderita kecacatan
sementara (30%). Sedangkan di Indonesia tercatat kurang lebih 12.000 orang pertahunnya
mengalami kecelakaan lalu lintas. Dilihat dari banyaknya kecelakaan sebagai akibatnya selain
kematian adalah kondisi patah tulang atau fraktur.(Brinker, 2001)

Referensi:
Brinker.2001. Review of orthopaedic trauma. Pennsylvannia: Saunders Company
Helmi, 2012. Buku ajar gangguan muskulus skeletal. Banjarmasin: Salemba.
Oswari, 2000. Bedah dan Perawatannya. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Price, Sylvia Anderson, 2005. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Suratun. 2008. Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai