Oleh:
Kelas 9A
Program Diploma IV PKN-STAN STAR-BPKP
Materi:
1. Pengenalan terhadap APIP
2. Organisasi Profesi, Kode Etik, Standard Profesi, dan Telaahan Sejawat
3. Perencanaan Pengawasan
4. Reviu LK-KL dan Reviu LK BUN
5. Reviu LKPD
6. Penilaian Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko
7. Pemantauan Pengendalian Intern
8. Komunikasi Hasil Pengawasan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 1
2. Tugas Pokok
Tugas pokok Auditor sesuai dengan Permen-PAN 220/2008 adalah melaksanakan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan teknis, pengendalian, dan evaluasi pengawasan.
3. Jenjang Jabatan
Dalam Permenpan 220/2008 jenjang jabatan dan pangkat untuk Jabatan Fungsional Auditor adalah :
Dengan demikian, seorang auditor bisa mencapai puncak karier dengan mendapatkan pangkat
Pembina Utama dengan golongan ruang IV/e.
Selain itu permenpan 220/2008 juga mengatur tentang kompetensi, pola karir dan penilaian kinerja
jabatan fungsional auditor.
4. Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor
Permenpan 220/2008 juga mensyaratkan sertifikasi pada setiap jenjang jabatan sebagai bentuk
profesionalisme auditor yang bisa didapatkan setelah auditor menempuh diklat.
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 3
3. Fungsi
a. sebagai pedoman bagi setiap anggota AAIPI tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan
b. sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi pengawasan intern pemerintah
c. mencegah campur tangan pihak di luar organisasi AAIPI tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi pengawasan intern pemerintah
4. APIP
a. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah ( APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah
b. Pengawasan intern merupakan kegiatan memberikan jaminan (assurance) dan konsultasi
(consulting) yang independen dan objektif untuk menambah nilai dan memperbaiki
operasi organisasi
5. Komponen Dasar
a. Prinsip Etika
Integritas
Objektivitas
Kerahasiaan
Kompetensi
Akuntabel
Perilaku Profesional
b. Aturan Perilaku (Integritas)
Jujur, tekun, tanggung jawab
Taat hukum dan peraturan perundangan
Menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan etis
Tidak menerima gratifikasi terkait dengan jabatan dalam bentuk apapun.
c. Aturan Perilaku (Objektivitas)
Menghindari kegiatan/hubungan yang bisa timbulkan konflik
Tidak menerima sesuatu yang dapat mengganggu professional judgment
Ungkap semua fakta maretial yang diketahui
d. Aturan Perilaku (Kerahasiaan)
Hati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi
Tidak gunakan informasi untuk keuntungan pribadi
e. Aturan Perilaku (Kompetensi)
Beri layanan sepanjang memiliki pengetahuan,ketrampilan, dan pengalaman
Melakukan pengawasan sesuai dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
Tingkatkan keahlian, efektivitas, dan kualitas pelaksanaan tugas secara terus menerus
f. Aturan Perilaku (Akuntabel)
menyampaikan pertanggungjawaban atau jawaban dan keterangan atas kinerja dan
tindakannya secara sendiri atau kolektif kepada pihak yang memiliki hak atau
kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban
g. Aturan Perilaku (Perilaku Profesional)
Tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang
menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau organisasi;
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 5
Tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi, dan tanggung jawab manajemen auditan
dalam melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.
h. Aturan Perilaku dalam Organisasi
Mentaati semua peraturan perundang-undangan;
Mendukung visi, misi, tujuan, dan sasaran organisasi;
Menunjukkan kesetiaan dalam segala hal berkaitan dengan profesi dan organisasi
dalam melaksanakan tugas;
Mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan
semua yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan serta etika dan standar
audit yang berlaku;
Melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguhsungguh;
Tidak menjadi bagian dari kegiatan ilegal atau mengikatkan diri pada
tindakantindakan yang mendiskreditkan profesi auditor intern pemerintah atau
organisasi;
Berani dan bertanggung jawab dalam mengungkapkan seluruh fakta yang
diketahuinya berdasarkan bukti audit;
Menghindarkan diri dari kegiatan yang akan membuat kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab menjadi tidak obyektif dan cacat;
Menanamkan rasa percaya diri yang tinggi yang bertumpu pada prinsip-prinsip
perilaku pengawasan;
Bijaksana dalam menggunakan setiap data/informasi yang diperoleh dalam
penugasan;
Menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara, rahasia pihak yang diperiksa, dan hanya
dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang;
Melaksanakan tugas pengawasan sesuai standar audit; dan
Terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, efektivitas, dan kualitas
pengawasan.
6. Hubungan Sesama Auditor dan Hubungan Auditor dengan Auditan
a. Kerjasama
b. Rasa Kebersamaan dan kekeluargaan
c. Ingatkan,bimbing, koreksi perilaku
d. Jaga performance
e. Jalin kerjasama
f. Hargai&dukung pelaksanaan tugas
g. Hindari melanggar hukum & etika profesi
7. Larangan
a. Melakukan pengawasan di luar ruang lingkup yang ditetapkan dalam surat tugas;
b. Menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia untuk kepentingan pribadi atau
golongan yang mungkin akan merusak nama baik organisasi;
c. Menerima suatu pemberian dari auditan yang terkait dengan keputusan maupun
pertimbangan profesionalnya; dan
d. Berafiliasi dengan partai politik/golongan tertentu yang dapat mengganggu integritas,
obyektivitas, dan keharmonisan dalam pelaksanaan tugas.
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 6
8. Pelanggaran
a. Jenis Pelanggaran
Pelanggaran ringan,
Pelanggaran sedang, dan
Pelanggaran berat.
b. Sanksi atas Pelanggaran
teguran tertulis
usulan pemberhentian dari tim pengawasan
tidak diberi penugasan pengawasan selama jangka waktu tertentu
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
C. Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI)
AAIPI menggunakan 4 (empat) landasan peraturan perundang-undangan yaitu:
UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 220/M.PAN/7/2008
tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya
Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga AAIPI.
Pasal 53 ayat 3 PP 60/2008 menyatakan bahwa dalam penyusunan standar audit, organisasi
profesi auditor harus mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam penjelasan
pasal tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pedoman yang ditetapkan pemerintah
adalah Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Atas dasar ketentuan tersebut, AAPI menggunakan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal
31 Mei 2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah sebagai acuan untuk
menyusun Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia.
Dalam penjelasan pasal 53 ayat (1) PP 60/2008 bahwa yang dimaksud dengan standar audit
adalah kriteria atau ukuran mutu untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
Sistematika standar audit intern yang dibuat oleh AAIPI adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, definisi, tujuan dan fungsi standar, ruang lingkup, landasan
dan referensi, interpretasi dan perubahan, dan sistematika.
b. Standar Atribut (Attribute Standards)
mengatur mengenai karakteristik umum yang meliputi tanggung jawab, sikap, dan tindakan dari
penugasan audit intern serta organisasi dan pihak-pihak yang melakukan kegiatan audit intern,
dan berlaku umum untuk semua penugasan audit intern.
Standar atribut terdiri dari:
1) Prinsip-prinsip Dasar, terdiri dari:
1000 Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab APIP (Audit
Charter)
1100 Independensi dan Objektivitas
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 7
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 8
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 9
Pada akhir penilaian ditarik simpulan berdasarkan nilai rata-rata dari 4 kelompok standar yang
merupakan simpulan pemenuhan keseluruhan. Simpulan ini kemudian dikelompokkan dalam 4
skala penilaian yaitu:
a. Sangat Baik (SB)
b. Baik (B)
c. Cukup Baik (CB)
d. Kurang Baik (KB)
C. Pelaporan
Pada tahap akhir pelaksanaan penilaian, Penelaah menyampaikan hasil penilaian kepada
pimpinan APIP Yang Ditelaah berupa Draft Laporan Telaah Sejawat. Pada Bagian I dan Bagian II draft
laporan, APIP Yang Ditelaah diberi kesempatan untuk menanggapi dan melakukan pembahasan
dengan Penelaah. Draft Laporan cukup ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Tim Penelaah. APIP
Yang Ditelaah menanggapi hasil pengamatan dan saran perbaikan yang disampaikan.
Setelah menerima tanggapan dari APIP Yang Ditelaah, Tim Penelaah menyelesaikan Laporan Hasil
Telaah Sejawat. Laporan ini ditandatangani oleh Penanggungjawab Tim Telaah Sejawat yaitu pimpinan
tertinggi APIP Penelaah. Laporan hasil telaah sejawat disampaikan kepada APIP Yang Ditelaah dan
Komite Telaah Sejawat.
D. Tindak Lanjut
APIP Yang Ditelaah mengirimkan tindak lanjut sesuai dengan saran penelaah kepada APIP penelaah
dan AAIPI.
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 10
3. Perencanaan Pengawasan
Perencanaan pengawasan tematik adalah serangkaian tahapan atau proses perencanaan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tema-tema pengawasan yang akan dilaksanakan melalui kegiatan
pengawasan bersifat penjaminan (assurance) dan/atau konsultasi dalam rangka memberi nilai tambah
bagi auditi meliputi proses tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian internal
TAHAPAN PERENCANAAN PENGAWASAN TEMATIK
Secara garis besar tahapan perencanaan pengawasan tematik sebagai herikut:
1. Pemahaman Proses Bisnis Auditi.
2. Identifikasi Symptoms.
3. Pemilihan Tema Pengawasan Potensial (TPP).
4. Pemilihan Tema Pengawasan Unggulan (TPU).
5. Penyusunan Proposal TPU.
6. Komunikasi TPU dengan Auditi.
7. Penyusunan Ketentuan Tentang Kebijakan Pengawasan.
1. PEMAHAMAN PROSES BISNIS AUDITI
Pemahaman proses bisnis auditi diperlukan karena mempunyai pengaruh yang besar pada
pertimbangan auditor mengenai management measures atau pada saat auditor membuat laporan
audit. Pemahaman tersebut meliputi:
1. Peraturan dan kebijakan.
2. Program dan tujuan kinerja.
3. Struktur organisasi dan hubungan akuntabilitasnya.
4. Tujuan, misi, dan hasil yang diharapkan.
5. Lingkungan internal dan eksternal dimana entitas beroperasi, termasuk sistem pengendalian
utama dan stakeholders.
6. Hambatan eksternal yang mempengaruhi implementasi program.
7. Investigasi awal atau problem yang telah diketahui.
8. Manajemen proses dan sumber daya termasuk orang penting.
9. Tingkat pengeluaran dan pendapatan.
10. Isu-isu penting yang diusulkan oleh auditi.
Proses pemahaman dilakukan secara terus-menerus dan akumulasi penyatuan dan penilaian
informasi yang menghasilkan pengetahuan untuk bukti audit pada setiap tingkatan audit.
Metode/ cara yang dilakukan untuk mendapat informasi mengenai auditi antara lain:
1. mempelajari peraturan, kebijakan, dan renstra dan roadmap, profil risiko, balance scorecard,
yang dimiliki oleh auditi;
2. wawancara dengan manajemen dan pejabat lain yang terkait;
3. wawancara dengan eksternal auditor;
4. melakukan penelitian sepintas (walkthrough investigation) ke tempat kerja (auditi);
5. melakukan analisis atas anggaran serta realisasi belanja dan pendapatan;
6. melakukan riset mengenai praktik manajemen yang baik (good management practices),
misalnya melalui internet; dan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 11
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 14
15. Inspektur bersama dengan para Pengendali Mutu/Koordinator Kelompok JFA/ Pengendali
Teknis memperbaiki Proposal TPU sesuai dengan arahan/komentar/masukan Inspektur
Jenderal.
16. Proposal TPU hasil revisi sesuai arahan/komentar/masukan dari Inspektur Jenderal,
dikirimkan kepada Sekretariat TPTP dengan tembusan ke Inspektorat VII, dan Sekretariat Itjen
(khususnya Bagian Organisasi dan Tatalaksana, Bagian Perencanaan Keuangan, dan Bagian
Kepegawaian).
6. KOMUNIKASI TPU DENGAN AUDITI
Setelah TPU disetujui oleh Inspektur Jenderal, TPU dikomunikasikan oleh masing-masing Inspektur
beserta Tim kepada auditi dan dapat dibahas mengenai Tim Pencapaian Tema Pengawasan Unggulan
Inspektorat Jenderal (Steering Commitee).
Komunikasi kepada auditi ditujukan sebagai pemberitahuan TPU tahun berikutnya, bukan
dalam rangka meminta persetujuan dari auditi. Apabila auditi keberatan dengan TPU yang
diajukan Itjen, perlu dimintakan pendapat kepada Inspektur Jenderal.
7. PENYUSUNAN KEfENTUAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN
Arah kebijakan pengawasan intern selama 3 sampai dengan 5 tahun dituangkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) tentang Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Keuangan.
Tahap selanjutnya, berdasarkan KMK tersebut, disusun Keputusan Inspektur Jenderal mengenai
Program Kerja Pengawasan Tahunan secara tahunan yang merupakan rincian Tema Pengawasan
Unggulan yang menjadi fokus pengawasan berikut Tim Pencapaian Tema Pengawasan Unggulan
Inspektorat Jenderal (Steering Commitee).
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 15
4. Keyakinan Terbatas
Keyakinan terbatas yang dihasilkan dalam reviu meliputi keyakinan terbatas mengenai
akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi dalam LK K/L serta pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi sesuai dengan SAP.
Keyakinan Terbatas atas akurasi informasi antara lain diperoleh dengan:
membandingkan saldo akun LK K/L terhadap buku besar; dan
membandingkan saldo akun LK K/L terhadap laporan pendukung
Keyakinan terbatas atas keandalan informasi antara lain diperoleh dengan:
menilai proses rekonsiliasi internal antara data transaksi keuangan dengan data
transaksi BMN;
menilai proses rekonsiliasi eksternal antara data dari SAI dengan data dari Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
menilai proses rekonsiliasi eksternal antara data dari SIMAK-BMN dengan data dari
KPKNL; dan
menilai proses inventarisasi BMN oleh unit akuntansi.
Keyakinan terbatas atas keabsahan informasi antara lain diperoleh dengan:
menilai proses verifikasi dokumen sumber transaksi keuangan atau transaksi BMN;
menilai proses otorisasi dokumen transaksi keuangan atau transaksi BMN.
Keyakinan terbatas atas pengakuan, pengukuran, dan pelaporan antara lain diperoleh
dengan: menilai penyajian akun-akun dalam LK K/L berdasarkan SAP
5. Tahapan Reviu
Tahapan reviu meliputi:
1 Perencanaan Reviu
Tahap perencanaan reviu pada pokoknya meliputi kegiatan untuk menyeleksi dan
menentukan obyek reviu, proses penyelenggaraan akuntansi dan akun LK K/L yang akan
direviu, dan pemilihan langkah-langkah reviu.
2 Pelaksanaan Reviu
Tahap pelaksanaan reviu mencakup kegiatan penelaahan atas penyelenggaraan
akuntansi dan LK K/L pada unit reviu, sertapenyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR).
3 Pelaporan Reviu.
Tahap pelaporan reviu mencakup kegiatan penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR),
Ikhtisar Hasil Reviu (IHR), dan Laporan Hasil Reviu (LHR), yang dilakukan secara
berjenjang mulai dari tingkat UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran) sampai
dengan tingkat UAPA (Unit Akuntansi Pengguna Anggaran).
Sebagai dukungan atas pelaksanaan reviu, pereviu dapat melakukan pendampingan terhadap
unit akuntansi Kementerian Negara/Lembaga selama pelaksanaan pemeriksaan LK K/L oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 17
REVIU LK BUN
Reviu atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) bertujuan untuk meyakinkan
keandalan informasi yang disajikan dalam LK BUN Semesteran dan Tahunan, namun mengingat
keterbatasan waktu antara batas akhir penyusunan LK BUN dengan pelaksanaan audit oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) maka reviu dimaksud perlu
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan anggaran. Selain itu, mengingat peran dan fungsi
pengawasan intern pemerintah dalam rangka membantu dan mendorong penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik, maka reviu atas LK BUN juga bertujuan untuk membantu
Menteri Keuangan selaku BUN dalam menghasilkan LK BUN yang berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, untuk menjaga mutu pelaksanaan reviu, maka perlu disusun suatu standar
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 57 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
1. Standar Reviu
Ada Standar Umum dan Standar Pelaksanaan. Standar Umum,
karakteristik yang berlaku umum untuk semua penugasan reviu, yang meliputi:
a. Pelaksana Reviu (Pereviu);
b. Kompetensi Pereviu; dan
c. Objektivitas Pereviu.
mengatur
Kompetensi Pereviu :
b. menguasai SABUN, serta subsistemnya yang terkait;
c. memahami proses bisnis atau kegiatan pokok unit akuntansi yang direviu;
d. menguasai dasar-dasar audit;
e. menguasai teknik komunikasi; dan
f. memahami analisis basis data.
g. Pereviu juga harus objektif dalam melaksanakan kegiatan reviu.
Standar Pelaksanaan menggambarkan sifat khusus kegiatan reviu dan menyediakan
kriteria untuk menilai kinerja reviu yang meliputi:
a. Tujuan Reviu;
b. Ruang Lingkup Reviu;
c. Pengelolaan Reviu;
d. Waktu Pelaksanaan Reviu;
e. Kertas Kerja Reviu; dan
f. Pelaporan Reviu.
2. Tujuan Reviu
Tujuan reviu adalah untuk:
a. membantu terlaksananya penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LK BUN; dan
b. memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi
3. Ruang Lingkup Reviu
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 18
e. mendampingi unit akuntansi dalam pertemuan akhir dengan BPK RI untuk membahas hasil
pemeriksaan atas LK BUN; dan
f. mendorong unit akuntansi untuk segera memperbaiki LK BUN berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK RI.
Pelaporan kegiatan pendampingan pemeriksaan BPK RI dikategorikan sebagai laporan intern
untuk kepentingan manajerial. Laporan dapat dibuat dalam bentuk surat, laporan singkat,
atau nota dinas kepada pemberi tugas. Dalam hal diperlukan laporan dapat disampaikan ke
Menteri Keuangan (tergantung pada substansi masalah yang dihadapi).
5. Perencanaan Reviu
Tahapan perencanaan reviu diawali dengan pembangunan komitmen pada tingkat pimpinan
untuk menghasilkan LK BUN yang berkualitas, yang diantaranya melalui penetapan target
opini LK BUN yang akan dicapai. Selanjutnya, apabila diperlukan maka APIP menetapkan fungsi
yang membidangi dukungan peningkatan kualitas LK BUN. Dalam menjalankan tugasnya, fungsi
tersebut melakukan koordinasi secara intensif dengan unit/lembaga terkait, seperti penyusun
LK BUN pada unit-unit di lingkup BUN dan lembaga pemeriksa BPK RI. Koordinasi diperlukan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan LK BUN, termasuk didalamnya
pendalaman temuan beserta tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI atas LK BUN periode
sebelumnya. Melalui koordinasi tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan perencanaan
reviu yang efektif untuk menentukan unit akuntansi dan akun-akun signifikan yang akan direviu.
Penyeleksian dan penentuan unit objek reviu dilakukan dengan menggunakan kriteriakriteria antara lain sebagai berikut :
a. Materialitas. Unit akuntansi yang mempunyai saldo akun Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL), Neraca,
Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
yang relatif besar, yang tercermin dalam data LK BUN periode pelaporan sebelumnya
(diutamakan berasal dari data LK BUN yang sudah diaudit oleh BPK RI).
b. Kepatuhan Penyampaian LK BUN dan Kualitas LK BUN. Unit akuntansi yang tidak
mematuhi batas waktu penyampaian LK BUN dan/atau unit akuntansi yang LK BUN-nya
tidak disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SABUN) dan tidak
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), meski memenuhi batas
waktu penyampaian LK BUN.
c. Signifikansi. Unit akuntansi yang menghadapi permasalahan LK BUN yang signifikan, yang
antara lain tercermin dari hasil audit BPK RI dan/atau hasil reviu atas LK BUN
sebelumnya.
d. Ketersediaan Sumber Daya. Penentuan jumlah unit akuntansi yang akan direviu
disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya pereviu.
Tahapan perencanaan reviu selanjutnya merupakan aktivitas perencanaan reviu
individual yang meliputi penyusunan tim reviu, pemahaman objek reviu, dan pemilihan
prosedur reviu berbasis risiko. Penyusunan
tim
reviu
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan persyaratan kompetensi yang secara kolektif harus terpenuhi. Tim reviu
sekurangkurangnya terdiri dari 2 (dua) orang, yaitu Anggota Tim (AT) dan Ketua Tim (KT), serta
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 20
apabila diperlukan dilengkapi dengan Pengendali Teknis (PT) dan Pengendali Mutu (PM)
untuk lebih dapat menjamin pengendalian mutu atas reviu LK BUN. Sebagai dasar
pelaksanaan penugasan reviu atas LK BUN maka pimpinan APIP membuat Surat Tugas
Reviu. Surat Tugas Reviu sekurang-kurangnya menjelaskan mengenai pemberi tugas, susunan
tim reviu, tujuan, ruang lingkup, lokasi, serta jangka waktu pelaksanaan reviu.
6. Pelaksanaan Reviu
Rangkaian kegiatan dalam tahap pelaksanaan reviu dilakukan melalui koordinasi
dengan penyusun LK BUN pada tingkat UAPBUN atau UABUN. Koordinasi tersebut
diperlukan terkait dengan pembahasan mengenai rencana pelaksanaan reviu kepada unit-unit
vertikal, pembahasan hasil reviu, dan penyelesaian masalah pada tingkat kebijakan. Tahap
pelaksanaan reviu meliputi identifikasi permasalahan pada proses penyelenggaraan akuntansi
dan penyajian LK BUN serta pemberian saran perbaikan dan bantuan kepada unit akuntansi
agar segera dapat memperbaiki kesalahan dan kelemahan yang terjadi. Apabila diperlukan,
pada tahap ini APIP dapat melakukan koordinasi dengan BPK RI.
Kegiatan yang tercakup pada tahap ini meliputi :
a. pengumpulan data dan/atau informasi,
b. penelaahan kegiatan penyelenggaraan akuntansi dan
c. penyajian laporan keuangan, serta penyusunan KKR.
7. Pelaporan Reviu
Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada pertanggungjawaban
pelaksanaan reviu yang pada pokoknya mengungkapkan prosedur reviu yang dilakukan,
kesalahan atau kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang disepakati, langkah
perbaikan yang telah dilakukan, dan saran perbaikan yang tidak atau belum dilaksanakan.
Laporan tersebut merupakan dasar penyusunan Pernyataan Telah Direviu (PTD).
Pelaporan reviu dibuat pada setiap tingkatan unit akuntansi yang disajikan dalam
bentuk Catatan Hasil Reviu (CHR) dan bila memungkinkan Ikhtisar Hasil Reviu (IHR). Adapun
pada tingkat unit akuntansi tertentu dapat disusun Laporan Hasil Reviu (LHR) yang merupakan
kompilasi dari CHR dan IHR pada seluruh unit akuntansi di bawahnya.
Penyusunan Catatan Hasil Reviu (CHR). Dalam hal pereviu menyimpulkan terdapat
penyusunan LK BUN yang belum diselenggarakan berdasarkan SABUN dan/atau penyajian LK
BUN belum sesuai dengan SAP, maka pereviu harus membuat CHR kepada unit akuntansi
yang terkait.
Penyusunan Ikhtisar Hasil Reviu (IHR). Untuk memudahkan pengguna hasil reviu
dalam memahami hasil reviu yang berkaitan dengan penyajian LK BUN, pereviu (bila
memungkinkan) menyusun IHR yang berisi tabulasi tiap akun yang menggambarkan nilai akun
sebelum koreksi, usulan koreksi dan nilai sesudah koreksi. Usulan koreksi dalam IHR mencakup
seluruh usulan koreksi, baik yang ditemukan pada unit akuntansi bersangkutan maupun unit
akuntansi di bawahnya.
Penyusunan Laporan Hasil Reviu (LHR). Laporan ini dapat disusun pada tingkatan unit
akuntansi tertentu (misalnya UAPBUN atau UABUN) sebagai gabungan dari CHR dan IHR unit
akuntansi di bawahnya. Tujuan penyusunan LHR adalah untuk memberikan gambaran
menyeluruh terhadap hasil reviu yang dilakukan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 21
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 22
5. Reviu LKPD
Dasar Hukum
Pasal 33 ayat 3 PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
Mengatur bahwa Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan dan
kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
PERMENDAGRI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH.
Pp Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 48: APIP salah satunya melakukan reviu.
Peraturan Menteri Keuangan No 8 Tahun 2015 tentang Standar Reviu atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Pengertian
Reviu atas LKPD adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan dan
analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan
terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan
atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
REVIU lkpd meliputi:
1. penilaian terbatas keandalan spI
2. kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan
Ruang Lingkup
Ruang lingkup reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LKPD,
termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokumen sumber yang diperlukan.
Reviu dilaksanakan dengan kegiatan yang meliputi:
penelusuran angka;
permintaan keterangan; dan
prosedur analitis.
Tujuan
Tujuan reviu hanya sebatas memberikan keyakinan mengenai akurasi, keandalan, keabsahan
informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan
Reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI, catatan akuntansi, dan pengujian atas respon
terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur lainnya
seperti yang dilaksanakan dalam suatu audit
Kompetensi Pereviu
Tim Reviu secara kolektif harus memenuhi kompetensi sebagai berikut:
memahami SAP;
memahami SAPD;
memahami proses bisnis atau kegiatan pokok entitas yang direviu;
memahami dasar-dasar audit;
memahami teknik komunikasi; dan
memahami analisis basis data.
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 23
Perencanaan Reviu
Perencanaan reviu terdiri atas 3 (tiga) proses, yaitu:
Pemahaman Atas Entitas
Latar belakang dan sifat dari lingkungan operasional
Proses transaksi yang signifikan
Prinsip dan metode akuntansi
Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern
Memahami sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
Observasi dan/atau wawancara dengan pihak terkait di setiap prosedur yang ada
Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi tentang kemungkinan
terjadinya salah saji yang material
Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi tentang arah pelaksanaan
reviu
Program Kerja Reviu harus memuat:
Langkah kerja reviu
Teknik reviu
wawancara, pengisian kuesioner, prosedur analitis, dan teknik reviu lainnya yang
dianggap perlu
Sumber data
Pelaksana
Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan Reviu
PERSIAPAN
PENELUSURAN ANGKA
Menentukan langkah kerja reviu apa saja yang memerlukan teknik reviu
berupa penelusuran angka
Menelusuri angka laporan keuangan konsolidasi yang telah disajikan
menurut SAP pada laporan keuangan konsolidasi yang belum dikonversi
Melakukan pencocokan saldo antara angka di neraca saldo konsolidasi dan
neraca saldo SKPD dan PPKD
Menelusuri angka-angka neraca saldo pada buku besar yang ada di masingmasing entitas akuntansi
PERMINTAAN KETERANGAN
Dalam menentukan permintaan keterangan, tim reviu dapat mempertimbangkan:
Sifat dan materialitas suatu pos;
Kemungkinan salah saji;
Pengetahuan yang diperoleh selama persiapan reviu;
Pernyataan tentang kualifikasi para personel bagian akuntansi entitas
tersebut;
Seberapa jauh pos tertentu dipengaruhi oleh pertimbangan manajemen;
Ketidakcukupan data keuangan entitas yang mendasar;
Ketidaklengkapan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Permintaan keterangan meliputi antara lain:
1. Kesesuaian antara sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang
diterapkan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 24
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 26
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 27
dilakukan untuk pengambilan keputusan mengenai perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih
lanjut serta prioritas penanganannya.
5. Penanganan risiko
dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan
opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko.
6. Monitoring dan reviu
dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem
manajemen risiko.
7. Komunikas dan konsultasi
dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi kepada stakeholder internal maupun eksternal
Setiap unit eselon I di Kemenkeu dapat meminta konsultasi dan pembimbingan dalam penerapan MR
kepada Compliance Office for Risk Management(Inspektorat Jenderal yang bertugas melaksanakan
audit terhadap penerapan Manajemen Risiko pada Unit Eselon I di lingkungan Departemen Keuangan)
PENILAIAN TINGKAT KEMATANGAN PENERAPAN MR KEMENKEU PERIRJEN 12/IJ/2014
Komponen Penilaian
1. Kepemimpinan
mengukur komitmen pimpinan dan pemahaman pimpinan terhadap MR dalam rangka meningkatkan
efektifitas dan keberlanjutan MR
2. Proses Manajemen Risiko (7 tahapan yang sebelumnya)
menilai kualitas seluruh tahapan proses MR pada UPR
3. Aktifitas Penanganan Risiko
menilai tingkat realisasi penanganan risiko yang dijalani dan efektifitasnya dalam menurunkan level
risiko
4. Hasil Penerapan Manajemen Risiko
menilai efektifitas MR dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi
Proses Penilaian
Dilakukan dalam tiga bentuk
1. Evaluasi dokumentasi
2. Wawancara
3. Tes tertulis
Perhitungan nilai akhir dengan cara
1. Menilai setiap bagian terinci pada tiap komponen penilaian
2. Menentukan nilai tertimbang pada komponen penilaian
3. Menghitung nilai akhir (total nilai tertimbang pada setiap komponen)
Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko
Nilai akhir dikonversikan ke dalam lima tingkatan
Level 1 : 0 29,99 Risk Naive: Kondisi bahwa organisasi memiliki sistem pengendalian yang masih
cukup terbatas / bahkan tidak ada sama sekali, shg tidak diketahui keterkaitan antara sistem
pengendalian yg ada thdp risiko-risiko yg relevan
Level 2 : 30 54,99 Risk Aware : Kondisi bahwa organisasi sudah memiliki sistem pengendalian yg
cukup, namun belum seuruhnya dapat dikaitkan dengan risiko-risiko relevan shg kecil kemungkinan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 28
dilakukan pemantauan yg tepat atas keterkaitan risiko dengan sistem pengendalian yg ada dalam
organisasi.
Level 3 : 55 74,99 Risk Defined : Kondisi bahwa organisasi sudah mampu mengidentifikasi dan
menetapkan risiko-risiko kunci, melakukan reviu secara berkala dan menempatkan langkah
penanganan atas risiko-risiko kunci dalam organisasi. Namun upaya pemantauan atas langkah
penanganan risiko yang dijalankan tersebut hanya dilakukan oleh beberapa pihak terttentu dalam
organisasi.
Level 4 : 75 89,99 Risk Managed : Kondisi bahwa organisasi sudah mampu mengidentifikasi dan
menetapkan keseluruhan risiko, melakukan reviu berkala dan menempatkan langkah penanganan
atas keseluruhan risiko. Upaya pemantauan atas langkah penanganan risiko yang dijalankan,
dilakukan oleh seluruh pihak dlm organisasi, namun hanya pihak yg paling bertanggung jawab secara
langsung terhadap risiko yang mampu memberikan jaminan atas keefektifan proses man risk yang
telah ditetapkan dalam organisasi.
Level 5 : 90 100 Risk Enabled : Kondisi bahwa organisasi sudah mampu mengidentifikasi dan
menetapkan keseluruhan risiko, melakukan reviu berkala, menempatkan langkah penanganan atas
keseluruhan risiko serta melakukan pemantauan atas langkah penanganan risiko relevan. Upaya
pemantauan atas langkah penanganan risiko yang dijalankan, dilakukan oleh seluruh pihak dlm
organisasi dan seluruh pihak dalam organisasi mampu memberikan jaminan atas keefektifan proses
man risk dalam organisasi.
PENERAPAN PENGENDALIAN INTERNAL DI KEMENKEU
Lingkup Penerapan
Fokus utama penerapan pengendalian intern di Kementerian Keuangan adalah pada pembangunan
lingkungan pengendalian yang kondusif serta pelaksanaan kegiatan pengendalian untuk mendukung
pencapaian tujuan/sasaran operasional, pelaporan, dan ketaatan.
Unsur Pengendalian Internal
1. Lingkungan Pengendalian, adalah lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan
perilaku positif dan kondusif untuk penerapan pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
2. Penilaian risiko, dilakukan melalui identifikasi dan analisis atas risiko (apa yang bisa salah) pada
tahapan-tahapan kegiatan (transaksional). Risiko yang telah teridentifikasi kemudian dianalisis
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pendekatan ini akan menghasilkan
kegiatan pengendalian yang sifatnya rutin atau berjalan terus-menerus.
3. Kegiatan pengendalian, Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk merespon
risiko.
4. Komunikasi dan informasi, adalah proses yang berkelanjutan dan berulang antara organisasi dan
para pemangku kepentingan dalam rangka saling memberikan, berbagi, dan memperoleh
informasi serta melakukan dialog terkait dengan pengendalian intern.
5. Pemantauan, Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu kinerja sistem
pengendalian intern dari waktu ke waktu. Pemantauan dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya.
Konsep tiga lini pertahanan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 29
Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai yang melaksanakan proses bisnis.
Merupakan lini pertahanan terpenting dalam mencegah kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta
mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan pengendalian.
Peran dan tanggung jawab manajemen di Kemenkeu sebagai berikut
1. Pemimpin unit Es I menetapkan kebijakan penerapan pengendalian intern
2. Pimpinan unit Es I melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern kepada Menkeu
3. Tiap level pimpinan unit Es I sampai dengn Es IV berperan aktif dalam menciptakan dan
memelihara lingkungan pengendalian yang kondusif
4. Tiap pegawai berperan aktif dalam melaksanakan unsur-unsur pengendalian intern.
Lini pertahanan kedua adalah merupakan fungsi pemantauan. Dijalankan oleh Unit Kepatuhan
Internal (UKI) yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap tingkat manajemen. Peran dan
tanggung jawab UKI adalah sebagai berikut
1. Mendorong pengembangan dan penerapan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung
jawabnya;
2. Melakukan pemantauan pengendalian intern sesuai tugas dan tanggung jawabnya; dan
3. Melaporkan hasil pemantauan pengendalian intern kepada pimpinan dan Inspektur Jenderal.
Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal yaitu dijalankan oleh Itjen di lingkup Kemenkeu.
Peran dan tanggungjawab itjen :
1. Memberikan konsultasi penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Memberikan asurans (assurance) secara independen dan objektif bahwa pengendalian intern
telah dilaksanakan secara efektif dan efisien, antara lain melalui audit atas lini pertahanan
pertama dan kedua untuk memastikan bahwa mereka melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Melaporkan kecurangan atau kekeliruan yang terjadi dan kelemahan pengendalian yang
membahayakan organisasi.
Keterkaitan Pengendalian internal dengan Manajemen Risiko
Pengendalian intern dan manajemen risiko adalah praktik yang saling melengkapi satu dengan lainnya.
Secara prinsip, pengendalian intern dan manajemen risiko mengacu pada proses yang ekuivalen.
Keduanya merupakan proses terintegrasi yang dipengaruhi oleh seluruh pejabat/pegawai dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan organisasi. Manajemen risiko memastikan bahwa risiko yang
dihadapi telah dikendalikan dengan baik sedangkan pengendalian intern memastikan arahan
manajemen telah dilaksanakan.
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 30
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 32
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 33
2.
3.
4.
paragraf isi memuat simpulan hasil pengawasan yang dapat menjawab secara langsung tujuan
pengawasan dan rekomendasi.
paragraf penjelas memuat penjelasan tambahan (explanatory paragraph) jika diperlukan.
paragraf penutup berisi himbauan kepada auditi agar rekomendasi segera ditindaklanjuti (jika
ada) dan menginformasikan hasil tersebut kepada satker yang terkait.
Jenis pemantauan
3. Pemantauan berkelanjutan(on going monitoring), adalah pemantauan atas pengendalian intern
yang melekat dalam aktivitas operasi normal suatu entitas, yaitu meliputi aktivitas pengelolaan
dan pengawasan rutin, dan tindakan lainnya . dilaksanakan melalui kegiatan
pengawasan/supervisi oleh manajemen yang melekat dalam operasi normal suatu entitas.
4. Evaluasi terpisah(separate evaluation), adalah penilaian atas mutu kinerja pengendalian intern
dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas
prosedur pemantauan berkelanjutan.
Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh orang yang terlatih dan terpisah dari operasi (auditor
internal) atau orang dalam organisasi yang sebagai bagian dari tugas rutinnya bertanggung jawab
untuk mengawasi proses atau memantau operasi pengendalian tertentu (Pelaksana
Pemantauan). Terdiri dari :
c. Pemantauan pengendalian utama, yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa pengendalian
utama yang ditetapkan dalam suatu kegiatan telah berjalan dengan menggunakan perangkat
pemantauan yang telah disusun.
d. Pemantauan efektivitas implementasi, yaitu kegiatan untuk memastikan efektivitas
pelaksanaan dan kecukupan rancangan pengendalian dalam mendukung pencapaian tujuan
kegiatan.
Perencanaan Pemantauan
6. Pemilihan kegiatan yang dipantau
7. Pemetaan rancangan pengendalian, Dalam rangka memahami rancangan pengendalian suatu
kegiatan perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
f. Pemahaman proses bisnis
g. Identifikasi apa yang bisa salah
h. Identifikasi pengendalian
i. Penentuan pengendalian utama
j. Penyusunan Tabel Rancangan Pengendalian(TRP)
8. Penyusunan perangkat pemantauan. Perangkat pemantauan yang harus disiapkan adalah
sebagai berikut:
d. Tabel Pemantauan Pengendalian Utama(TPPU)
e. Daftar Uji Pengendalian Utama(DUPU)
f. Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU)
9. Penyusunan rencana pemantauan tahunan
10. Penyusunan jadwal dan sumber daya
Pemantauan Pengendalian Utama
Waktu pelaksanaan dapat dilaksanakan secara harian, mingguan, dua mingguan, atau bulanan.
Pemantauan harus direncanakan dan dilaksanakan dengan baik agar tidak mengganggu kegiatan
operasional. Pemantauan yang dilaksanakan dengan baik memungkinkan manajemen memberikan
umpan balik yang lebih cepat sehingga temuan yang ada dapat dikoreksi dengan segera.
Tahapan Pemantauan Pengendalian Utama
4. Persiapan pengujian
5. Pelaksanaan pengujian
c. Pengujian Atribut Pengendalian
d. Observasi Pelaksanaan Pengendalian
6. Pelaporan
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 35
d. Temuan
e. Tindak lanjut
f. Jenis Laporan Pemantauan Pengendalian Utama
5) Laporan Hasil Pengujian Pengendalian Utama(LHPPU)
6) Laporan Temuan Segera
7) Laporan Temuan berindikasi Fraud
8) Laporan Akhir Triwulanan
Pemantauan Efektivitas Implementasi dan Kecukupan rancangan pengendalian intern
Tahapan :
6. Evaluasi pengendalian intern tingkat entitas
7. Pemantauan efektivitas implementasi
8. Evaluasi kecukupan rancangan
9. Penyusunan kesimpulan mengenai efektivitas pengendalian intern secara keseluruhan
10. Pernyataan efektivitas Pengendalian Intern oleh Manajemen
BAB IX KOMUNIKASI HASIL PENGAWASAN
Komunikasi hasil pengawasan itjen kepada pihak internal Kemenkeu
Pengawasan itjen berupa : Kegiatan audit, reviu, evaluasi, , dan pemantauan/ monitoring oleh Itjen
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Kemenkeu dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan
Pihak internal kemenkeu antara lain: Menkeu, Sekjen /Dirjen /Kep.Badan /SekDitjen /Kep.Biro
/Kep.pus /Sek.Badan /Direktur /Kep.Kantor Auditi
Waktu Komunikasi
3. Telah selesai pelaksanaan penugasan pengawasan lapangan> saat exit meeting
4. Telah selesai pelaksanaan penugasan pengawasan > melalui penyampaian laporan hasil
pengawasan
Bentuk Laporan Hasil Pengawasan
3. Bab
e. Laporan Hasil Audit
f. Laporan Hasil Reviu
g. Laporan Hasil Evaluasi
h. Laporan Hasil Pemantauan/Monitoring
4. Surat > Surat Hasil Pengawasan (Ikhtisar dari LHA/LHR/LHE/LHM)
Matriks Komunikasi Itjen
Matrik komunikasi itjen adalah peta proses komunikasi yang ada dalam pelaksanaan program
dan/atau kegiatan di lingkungan Inspektorat Jenderal.
Tujuannya untuk menghindari :
8. Informasi salah
9. Informasi gagal disampaikan
10. Informasi sampai ke penerima yang salah
11. Informasi sampai sebelum siap untuk disampaikan
12. Informasi telat sampai
13. Komunikasi sulit dipahami
14. Komunikasi menyebabkan hasil yang tidak diinginkan
Pelaporan Hasil Pengawasan Itjen
Persyaratan kualitatif pelaporan :
Resume Materi Audit Internal Pemerintah Kelas 9A DIV STAN STAR BPKP | 36
8. Tepat waktu;
9. Lengkap;
10. Akurat;
11. Obyektif;
12. Meyakinkan;
13. Jelas;
14. Ringkas.
Laporan hasil pengawasan berupa bab dan surat, sudah ada di bagian sebelumnya
Laporan bentuk surat berisi ikhtisar, sedangkan bentuk bab dituangkan dalam beberapa paragraf
yaitu :
5.
6.