Anda di halaman 1dari 11

110

4.2 Pembahasan
Berdasarkan asuhan keperawatan keluarga pada kedua klien yaitu Ny. M
dan Ny. S dengan hipertensi dengan masalah keperawatan ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik di wilayah kerja puskesmas rogotrunan tahun
2016, maka pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang
ditemukan pada pasien Ny. M dan Ny. S di Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan
di Lumajang.
Namun, sebelum saya membahas kesenjangan terlebih dahulu saya akan
menjelaskan kesamaan yang ditemukan pada pasien Ny. M dan Ny. S Wilayah
Kerja Puskesmas Rogotrunan di Lumajang.
Pembahasan asuhan keperawatan keluarga pada kedua klien meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
4.2.1

Pengkajian Keperawatan Keluarga


Kedua penderita hipertensi ini termasuk penderita hipertensi ringan karena

pada Ny. M dengan tekanan darah 150/100 mmHg dan pada Ny. S dengan tekanan
darahnya 150/90 mmHg (Wikipedia, 2007)
Pada Ny. M dan Ny. S terjadi pada perempuan usia menopause di atas 40
tahun, di jelaskan di teori bahwa hipertensi lebih jarang ditemukan pada
perempuan pra-menopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh
hormone (Wikipedia, 2007).
Dari pernyataan Ny. M dan Ny. S yang mengatakan bahwa keduanya
mengatakan kesulitan dengan program terapi yaitu kesulitan untuk menjaga pola
makan apalagi makanan yang asin dan berlemak, kesulitan untuk teratur minum
obat. Sedangkan faktor resiko yang lain seperti merokok tidak ditemukan pada

111

Ny. M dan Ny. S. Di teori dijelaskan mengkonsumsi banyak garam dapur mudah
terkena hipertensi (Wikipedia, 2007).
Pada kasus hipertensi Ny. M memiliki turunan riwayat penyakit hipertensi
dari ibu sedangkan Ny. S tidak memiliki turunan riwayat penyakit hipertensi,
sebelumya sementara pada teori menyatakan bahwa salah satu penyebab/ faktor
resiko hipertensi adalah genetik atau turunan (Wikipedia, 2007). Menurut saya
akibat genetik atau keturunan lebih sering mengalami hipertensi karena dibanding
orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita
hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya
maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan
perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Oleh karena itu
sebaiknya didalam keluarga tidak ada riwayat keturunan hipertensi.
Hipertensi yang terjadi pada Ny. M dengan usia 55 tahun dan pada Ny. S
dengan usia 54 tahun. Sebelumnya dijelaskan pada teori kebanyakan orang
berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi (Wikipedia, 2007). Ternyata
dengan usia di bawah 60 tahun juga sering mengalami hipertensi. Menurut saya
hipertensi bisa saja terjadi pada usia dibawah 60 tahun mungkin karena salah
dalam menjaga pola dan asupan hidup atau makan. Oleh karena itu sebaiknya
selagi masih muda harus bisa menjalankan pola dan asupan hidup atau makan
dengan baik dan benar supaya pada saat tua nanti tidak mudah sakit.

112

Pada Ny. M terdapat gejala pusing (sakit kepala), pandangan mata kabur
sedangkan pada Ny. S terdapat gejala pusing (sakit kepala) dan ada yang tidak di
temukan di teori yaitu dengan gejala rasa berat ditengkuk. Salah satu tanda gejala
yang sering muncul dijelaskan di teori adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan
palpitasi (detak jantung cepat), sesak nafas, pandangan mata kabur, berdebardebar, telinga berdengung, sulit tidur (mengganggu tidur) (Wikipedia, 2007).
Menurut saya gejala rasa berat di tengkuk juga merupakan gejala hipertensi
mungkin karena sesuatu yang menyebabkan ketegangan pikiran, perasaan,
sehingga otot menjadi tegang, terutama pada otot tengkuk. Oleh karena itu
sebaiknya jauhkan dari stress, atau kurangi banyak pikiran.
4.2.2

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul pada tinjauan kasus yang

sesuai dengan teori adalah sebagai berikut: Sesuai dengan tipologi asuhan
keperawatan

keluarga

didapatkan

diagnosa

aktual

ketidakefektifan

penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Sedangkan diagnosa
keperawatan yang tidak muncul pada tinjauan kasus adalah gangguan
pemeliharaan kesehatan anggota keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah tentang hipertensi, gangguan rasa nyaman
nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya yang sakit, resiko terjadi komplikasi dari hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi,
resiko tinggi cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

113

memodifikasi lingkungan, dan diagnosa potensial kesiapan untuk meningkatkan


penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan deficit dukungan sosial.
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, diagnosa
ini muncul pada kedua pasien yaitu Ny. M dan Ny. S karena pada kedua penderita
hipertensi ini kesulitan untuk menjaga pola makan apalagi makanan yang asin dan
berlemak, kesulitan untuk teratur minum obat dan ingin sekali menjaga pola
makannya apalagi makanan yang asin dan berlemak, juga ingin agar minum obat
secara teratur, agar penyakitnya cepat sembuh.
Sebelumnya di jelaskan di teori diagnosa keperawatan yang mncul
gangguan pemeliharaan kesehatan anggota keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan

keluarga

dalam

mengenal

masalah

tentang

hipertensi,

ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, pengobatan, dan
faktor resiko, gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit, resiko
terjadi komplikasi dari hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah hipertensi, resiko tinggi cidera berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan, potensial kesiapan
untuk meningkatkan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
deficit dukungan sosial (Zaidin Ali, 2009).
Sedangkan untuk diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus ini
yaitu gangguan pemeliharaan kesehatan anggota keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah tentang hipertensi, gangguan

114

rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam


merawat anggota keluarganya yang sakit, resiko terjadi komplikasi dari hipertensi
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi,
resiko tinggi cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan, dan diagnosa potensial kesiapan untuk meningkatkan
penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan deficit dukungan sosial
dikarenakan kurangnya data-data yang mendukung untuk menunjang dalam
pengangkatan semua diagnosa tersebut serta keadaan klien dan keluarga yang
sudah lama dengan kondisiya sekarang sehingga sudah bisa beradaptasi dengan
keadaan yang berhubungan dengan semua masalah yang tidak muncul tetapi
dengan kondisi yang berbeda masalah yang tidak muncul bisa terjadi sesuai
dengan kondisi pasien.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk
mendapatkan data-data yang mendukung untuk menunjang dalam pengangkatan
diagnose yang belum muncul.
4.2.2.1 Skoring/prioritas diagnosa keperawatan keluarga
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit pada Ny. M sifat masalah aktual dan di beri nilai 3
karena Ny. M menderita hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Ny. M kesulitan
dengan program terapi yaitu kesulitan untuk menjaga pola makan apalagi
makanan yang asin dan berlemak, kesulitan untuk teratur minum obat, dan sering
pusing karena stress, kemungkinan masalah untuk diubah sebagian dan di beri
nilai 2 karena masalah masih dapat diubah karena dalam hal ini dengan
pendekatan yang baik dari petugas bisa mengubah kebiasaan diet makanannya,

115

potensial untuk dicegah cukup dan di beri nilai 2 karena masalah belum berat,
tetapi apabila tidak mendapatkan tindakan akan membahayakan, dan menonjolnya
masalahnya masalah berat harus segera di tangani dan di beri nilai 2 karena Ny. M
sudah menderita hipertensi sudah 3 tahun dan mengeluh pusing, pandangan kabur
sehingga perlu ditangani.
Sedangkan pada Ny. S sifat masalah sifat masalah aktual dan di beri nilai 3
karena Ny. S kesulitan dengan program terapi yaitu kesulitan untuk menjaga pola
makan apalagi makanan yang asin dan berlemak, kesulitan untuk teratur minum
obat, dan sering pusing, terasa berat pada tengkuk akibat kecelakaan lalu lintas,
kemungkinan masalah untuk diubah sebagian dan di beri nilai 2 karena masalah
masih dapat diubah karena dalam hal ini dengan pendekatan yang baik dari
petugas bisa mengubah kebiasaan diet makanannya, potensial untuk dicegah
cukup dan di beri nilai 2 karena masalah belum berat, tetapi apabila tidak
mendapatkan tindakan akan membahayakan, dan menonjolnya masalahnya
masalah berat harus segera di tangani dan di beri nilai 2 karena Ny. S masih
menderita hipertensi sejak 3 minggu yang lalu dan mengeluh pusing, terasa berat
pada tengkuk sehingga perlu ditangani.

4.2.3

Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada Ny. M dan Ny. S adalah Kaji tingkat

pemahaman pasien/keluarga tentang penyakit, komplikasi dan program terapi


untuk

menentukan

defisit

pengetahuan;

lakukan

wawancara

dengan

116

pasien/keluarga untuk menentukan area masalah dalam mengintegrasikan program


terapi kedalam gaya hidup; identifikasi terapi yang penting; beri informasi tentang
puskesmas/posyandu secara detail pada klien/ keluarga dalam mencapai tujuan
kesehatan

klien;

bantu

pasien

mengidentifikasi

penyebab/stressor

yang

menghambat keefektifan terhadap program terapeutik; beri informasi tentang


penyakit, komplikasi dan program terapi; kolaborasi dengan penyedia layanan
kesehatan lain bagaimana memodifikasi (merubah dalam memperbaiki) program
terapeutik tanpa membahayakan kesehatan pasien; beri arahan dan dukungan
untuk memotifasi kepatuhan kontinu pasien terhadap terapi; hargai alasan pasien
untuk menginginkan perubahan; hargai pengetahuan pasien dan tingkat
keterampilan pasien saat ini terkait keinginan untuk berubah; anjurkan pasien
tentang cara berpindah dari respon yang terus menerus/negatif ke respon yang
terputus-putus (berkurang)/positif; bantu pasien menyusun rencana yang realistic
untuk mencapai kepatuhan terhadap program terapeutik. Rencana tersebut harus
mencakup : identifikasi modifikasi atau adaptasi

dalam aktifitas kehidupan

sehari-hari, identifikasi sistem dukungan untuk mencapai tujuan terapeutik,


identifikasi langkah yang akan di ambil oleh pasien (misalnya perubahan diet,
modifikasi latihan fisik, perubahan pola tidur, jadwal obat dan terapi, modifikasi
aktivitas seksual, perubahan peran); bantu pasien mengidentifikasi tujuan khusus
untuk berubah, bantu pasien mengidentifikasi perilaku sasaran yang perlu di ubah
untuk mencapai hasil yang di harapkan; bali bersama pasien potensi kendala
terhadap perilaku berubah; bdentifikasi bersama pasien strategi yang palin efektif
untuk perubahan perilaku; dorong pasien mengidentifikasi penguatan dan
penghargaan yang tepat dan bermakna; bantu pasien untuk terus maju sehingga

117

memiliki kepercayaan diri melalui penguatan dari dalam diri dan perawat; dan
jelaskan pada pasien pentingnya pemantauan diri dalam mengupayakan perubahan
perilaku.
Diteori dijelaskan intervensi yang dilakukan adalah dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhan tentang hospitalisasi serta hubungan
dengan pemberi layanan kesehatan; berikan dukungan emosi kepada anggota
keluarga untuk membantu mereka mempertahankan hubungan positif dengan
pasien; berikan penguatan positif terhadap kepatuhan untuk mendukung perilaku
positif yang terus-menerus; dukung pasien untuk mengkaji keyakinan dan nilai
pribadi serta kepuasan terhadap hal tersebut; gali bersama pasien kemungkinan
kendala untuk mengubah perilaku; identifikasi bersama pasien strategi yang
paling efektif untuk mengubah perilaku; bantu pasien dalam

merumuskan

rencana yang sistematik untuk mengubah perilaku; bantu pasien dalam


mengidentifikasi keberhasilan sekecil apapun (Ali. 2009)
Menurut saya pada prinsipnya antara teori-teori yang ada dengan kasus
nyata dalam merencanakan asuhan keperawatan keluarga pada kasus hipertensi
dengan

masalah

keperawatan

ketidakefektifan

penatalaksanaan

program

terapeutik tidak jauh beda, hanya saja disesuaikan dengan kondisi klinis klien.
Intervensi kasus secara nyata lebih banyak dari teori yang ada atau ada sebagian
intervensi yang dilakukan secara nyata tidak ada diteori, menurut pendapat saya
intervensi yang tidak ada di teori yang dilakukan di kasus nyata tidaka apa-apa
dilakukan selagi masih baik dan tepat dilakukan untuk penderita penyakit
hipertensi. Selain itu meskipun intervensi secara nyata sebagian tidak ada di teori
Ali 2009 namun intervensi tersebut ada pada teori Wilkinson, Judith M, 2013.

118

4.2.4

Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji tingkat pemahaman pasien

tentang penyakit, komplikasi dan program terapi untuk menentukan defisit


pengetahuan; melakukan wawancara dengan pasien untuk menentukan area
masalah dalam mengintegrasikan program terapi kedalam gaya hidup;
mengidentifikasi

terapi

yang

penting;

memberi

informasi

tentang

puskesmas/posyandu secara detail pada klien/ keluarga dalam mencapai tujuan


kesehatan klien; membantu pasien mengidentifikasi penyebab/stressor yang
menghambat keefektifan terhadap program terapeutik; memberi informasi tentang
penyakit, komplikasi dan program terapi; berkolaborasi dengan penyedia layanan
kesehatan lain bagaimana memodifikasi (merubah dalam memperbaiki) program
terapeutik tanpa membahayakan kesehatan pasien; memberi arahan dan dukungan
untuk memotifasi kepatuhan kontinu pasien terhadap terapi; menghargai alasan
pasien untuk menginginkan perubahan; menghargai pengetahuan pasien dan
tingkat keterampilan pasien saat ini terkait keinginan untuk berubah; mengnjurkan
pasien tentang cara berpindah dari respon yang terus menerus/negatif ke respon
yang terputus-putus (berkurang)/positif; membantu pasien menyusun rencana
yang realistik untuk mencapai kepatuhan terhadap program terapeutik. Rencana
tersebut harus mencakup :mengidentifikasi modifikasi atau adaptasi

dalam

aktifitas kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi sistem dukungan untuk mencapai


tujuan terapeutik, mengidentifikasi langkah yang akan di ambil oleh pasien (yaitu
perubahan diet, modifikasi latihan fisik, perubahan pola tidur, jadwal obat dan
terapi); membantu pasien mengidentifikasi tujuan khusus untuk berubah:

119

membantu pasien mengidentifikasi perilaku sasaran yang perlu di ubah untuk


mencapai hasil yang di harapkan; menggali bersama pasien potensi kendala
terhadap perilaku berubah; mengidentifikasi bersama pasien strategi yang paling
efektif untuk perubahan perilaku; mendorong pasien mengidentifikasi penguatan
dan penghargaan yang tepat dan bermakna; membantu pasien untuk terus maju
sehingga memiliki kepercayaan diri melalui penguatan dari dalam diri dan
perawat; dan menjelaskan pada pasien pentingnya pemantauan diri dalam
mengupayakan perubahan perilaku
Diteori dijelaskan bahwa implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah ditentukan sebelumnya (Ali.2009). Tidak semua implementasi secara
nyata yang dilakukan ada pada teori Ali 2009 tetapi ada pada teori Wilkinson,
Judith M. 2013.
Menurut saya pada prinsipnya semua tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien masih mengacu pada perencanaan yang dibuat,
meskipun tidak semua perencanaan yang lakukan ada pada teori Ali 2009,
semuanya dapat disesuaikan dengan kondisi/keadaan klien pada saat itu.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Pada evaluasi ke tiga masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik pada Ny. M menunjukkan adanya perbaikan
yaitu Ny. M sudah tahu dengan program tentang menjaga pola makan apalagi

120

makanan yang asin dan berlemak, dan tentang minum obat, tekanan darahnya
menjadi 150/90 mmHg, sehingga tujuan terpenuhi dan menghentikan semua
intervensi. Begitupun pada Ny. S yang sudah tahu dengan program tentang
menjaga pola makan apalagi makanan yang asin dan berlemak, dan tentang
minum obat, tekanan darahnya menjadi 140/80 mmHg sehingga tujuan terpenuhi
dan menghentikan semua intervensi.
Diteori dijelaskan metode dan sumber data evaluasi antara lain observasi
langsung, memeriksa laporan/catatan, wawancara atau kuesioner, dan latihan
simulasi (S. G. Bailon dalam ali, 2009).
Menurut pendapat saya metode dan sumber data evaluasi yang dilakukan
pada Ny. M dan Ny. S adalah observasi langsung karena klien dapat
mengungkapkan secara subjektif dan didukung data objektif. Dari evaluasi dapat
disimpulkan bahwa pada kunjungan ketiga masalah keperawatan ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik pada Ny. M

dapat teratasi dan masalah

keperawatan ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik pada Ny. S


dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai