Tim Pengajar
Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Djakti (DKJ)
Prof. M. Arsjad Anwar (MAA)
Prof. Suahasil Nazara (SN)
Lana Soelistianingsih (LS)
Fauziah Zen (FZ)
Maddaremmeng A. Panennungi (MAP)
Tim Asisten Perekonomian Indonesia
Kerjakanlah semua soal yang ada di bawah ini. Jika anda bisa mengerjakan
semuanya dengan benar total nilainya 110!
Sebanyak 5 provinsi masih memiliki rasio elektrifikasi 20-40%. Kelima provinsi tersebut yaitu
NTB (32,51%), NTT (24,55%), Sultra (38,09%), serta Papua dan Irian Jaya Barat (32,35%).
(http://finance.detik.com/read/2009/08/06/102213/1178357/4/5-provinsi-masih-memiliki-rasioelektrifikasi-rendah)
Pembiayaan Pembangunan Masih Andalkan Utang Luar Negeri
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
Lukita Dinarsyah Tuwo menuturkan, pembiayaan pembangunan ke depan kemungkinan masih
mengandalkan utang luar negeri, meski sangat tergantung arah kebijakan Presiden terpilih.
Dia mengatakan, dalam kurun waktu 5 tahun ke depan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) masih dirancang defisit. Ini karena pembangunan infrastruktur membutuhkan pembiayaan
yang amat besar.
Pada 2019 diperkirakan dibutuhkan Rp 1.080 triliun guna membangun sumber energi listrik, Rp
1.274 triliun untuk jalan raya, Rp 666 triliun untuk sanitasi, dan Rp 535 triliun untuk infrastruktur
energi dan gas.
"Tapi itu belum lihat hitung-hitungan riilnya. Memang ada opsi defisit APBN-nya apakah medium,
atau high. Diskusi dengan Kemenkeu masih dilakukan, dan itu baru estimasi, berapa sumber daya
yang ada," ungkapnya di Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta, Selasa
(8/4/2014).
Lukita mengatakan, jika pemerintah baru ambisius ingin mencapai target RPJMN pada 2020, maka
rasio utang terhadap PDB pasti minimal 30 persen. Sebagai konsekuensi agar tak menjebol APBN,
salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan proyek berskema public private
partnership.
Sementara itu, jika pemerintah baru ingin mencapai 75 persen target RPJMN pada 2020, maka rasio
utang terhadap PDB sama dengan saat ini yakni di kisaran 22,5 persen. Dalam pilihan ini, kerjasama
pemerintah swasta juga layak diperbanyak.
Terakhir, jika pemerintah baru hanya ingin mencapai 50 persen target RPJMN pada 2020,
diperkirakan seluruh infrastruktur dasar baru terbangun pada 2030. "Ini lebih cocok untuk pemimpin
yang bervisi mengurangi utang," ujar Lukita.
Dari tiga skenario di atas, Lukita menegaskan, sikap politik anggaran Presiden terpilih dan visimisinya akan sangat mempengaruhi utang negara. Artinya juga, jika ada agenda politik untuk
mengurangi defisit APBN, tentu saja butuh sumber pembiayaan pembangunan yang lain.
"Kalau pemerintah mau mengambil defisit, ada opsinya. Misalnya, bagaimana kebijakan terhadap
subsidi, pada penerimaan pajak. Ini semua jadi skenario. Bappenas siap menawarkan skenarioskenario itu," pungkasnya.
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/08/2012475/Pembiayaan.Pembangunan.Masih.And
alkan.Utang.Luar.Negeri)
Pertanyaan:
Pertanyaan berikut berkaitan dengan sisi kemungkinan realisasi janji-janji tersebut. (Fokus pada
penyediaan listrik dan faktor-faktor terkaitnya: subsidi energi, pembangunan daerah industri,
pembiayaan infrastruktur pembangkit dan transmisi, kinerja BUMN terkait, dsb). Berdasarkan
data/info di atas (+ info relevan lain yang anda ketahui), jelaskan (i) tantangannya, (ii) faktor pro dan
kontranya, (iii) langkah yang harus diambil untuk memenuhi janji tersebut.
b. Belakangan ini Pemerintah berusaha menarik minat swasta untuk ikut serta berperan dalam
membangun infrastruktur melalui skema Public Private Partnership (PPP). Hal ini juga
disinggung dalam visi-misi kedua capres tsb.
i. Dari sudut pandang penyediaan barang publik/semi-publik, bagaimana posisi proyek PPP
ini? Untuk jenis infrastruktur seperti apa PPP ini cocok diterapkan? Mengapa?
ii. Mengapa sampai saat ini penerapan PPP di Indonesia masih tersendat dan lambat? Apakah
yang harus dilakukan oleh Presiden baru untuk mempercepatnya?
c. Dengan menggunakan neraca bank komersial, jelaskan perkembangan penempatan asset bank di
SBI dan SUN pada tabel diatas terkait dengan kinerja LDR (loan to deposit ratio) . Jelaskan
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan LDR tersebut.
d. Seiring dengan globalisasi di sektor keuangan termasuk sektor perbankan, perbankan Indonesia
dituntut untuk menerapkan standar yang dapat diterima secara global. Ada 12 poin agenda
reformasi keuangan global yang disepakati dalam G20. Sebutkan 10 dari 12 agenda reformasi
tersebut.
e. Dengan menggunakan persamaan quantity theory of money seperti yang pernah anda pelajari
pada mata ajar Makroekonomi 1, yaitu:
dimana M mewakili uang beredar, V mewakili velocity of money, P mewakili tingkat harga
umum, dan Y mewakili besarnya transaksi dalam perekonomian atau dengan kata lain bisa
mewakili PDB.
(i)
Jika diasumsikan V dan P konstan dalam jangka panjang, jelaskan hubungan antara
kebijakan moneter dengan perekonomian.
(ii)
f.
Dengan menggunakan siklus bisnis (business cycles), jelaskan apa yang dilakukan oleh
kebijakan moneter dari setiap siklus.
Kebijakan moneter BI sejak 5 Juni 2005 beralih dari pendekatan berbasis kuantitas menjadi
berbasis harga dengan menggunakan suku bunga acuan yang disebut sebagai BI rate. Jelaskan:
(i)
Mekanisme kebijakan moneter berbasis harga tersebut.
(ii)
(iii)
Apa dampak dari perubahan BI rate terhadap suku bunga perbankan. Jelaskan dengan
menggunakan komposisi pembentukan suku bunga perbankan.
maturity sementara Jepang hanya 70 tahun. Jelaskan hal tersebut dan apa relevansinya buat
Indonesia menuju menjadi negara industri modern.