Anda di halaman 1dari 12

PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP RESPON

PENERIMAAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA


TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRATON
KABUPATEN PEKALONGAN

Manuscript

Oleh
Subkhan
G2A 209083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2011
1

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

Pendampingan Orang Tua Terhadap Respon Penerimaan Anak Usia


Pra Sekolah Pada Tindakan Invasif Pemasangan Infus
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Kabupaten pekalongan

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang,

April 2011

Pembimbing I

Ali Rosidi, SKM. M.Si

Pembimbing II

Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep

PENDAMPINGAN ORANG TUA TERHADAP RESPON PENERIMAAN


ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN
INFUS DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN
Subkhan, Ali Rosidi, SKM. M.Si, Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep
Abstrak
Anak-anak memandang para dokter dan perawat berkaitan dengan tiga tahap
pemahaman progresif anak-anak tentang kesakitan Anak usia pra sekolah
berpendapat staf medis ingin melukai mereka Sehingga timbul perasaan takut,
bermusuhan dan tidak percaya terhadap staf medis yang berakibat anak tidak
kooperatif sehingga seringkali perawat gagal melakukan tindakan invasif
khususnya pemasangan infus.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pendampingan orang tua terhadap
respon penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasngan infus
di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling sebanyak 40
orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan
uji chi square.
Hasil uji chi square diperoleh value sebesar 0,004 < 0,05 berarti ada hubungan
yang signifikan antara pendampingan orang tua dengan respon penerimaan anak
usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus di di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
Petugas kesehatan sebaiknya melibatkan orang tua dalam perawatan anak di
rumah sakit, sehingga anak mendapat dukugan psikologis dan mempercepat
proses penyembuhan

Kata kunci

: Pendampingan Orang Tua, Respon Penerimaan Anak

Correlation between Parents Companionship and Pre-school Childrens


Acceptance Response to Invasive Act of Attaching Infusion at General
Hospital of Kraton Pekalongan Regency

Subkhan, Ali Rosidi, SKM. M.Si, Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep

abstrak
Children considered doctors and nurses in term of three phases of their
progressive understanding concerning sickness. Pre-school children considered
medical staff will hurt them so that it caused the feeling of fear, hostility, and
distrust making them not cooperative that the nurses often failed to do an invasive
act of attaching infusion.
This research aimed at finding out the correlation between parents companionship
and pre-school childrens acceptance response to invasive act of attaching
infusion at the General Hospital of Kraton Pekalongan Regency.
The design of this research was descriptive correlaative with cross sectional
approach. Samples counted to 40 persons were selected through consecutive
sampling. The instrument used was a questionaire. Data analyses used chi square
test.
The result of chi square test showed value 0.004 < 0.05 meaning there was
significant correlation between parents companionship and pre-school children
acceptance response to invasive act of attaching infusion at the General Hospital
of Kraton Pekalongan Regency.
Care provider had better involve parents in nursing children in the hospital so that
children gain psychological support and the recovery process is accelerated.
Key word

: parents companionship, childrens acceptance response

Sakit di rumah sakit merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi anak, hal ini
merupakan suatu stresor karena mereka tidak mengerti mengapa mereka dirawat
(Lower, 1993). Lingkungan yang baru, perpisahan dengan keluarga, teman dan
situasi yang tidak dikenal di mana perawat dan dokter menguasai keadaan,
prosedur tindakan medis yang menimbulkan nyeri, berhadapan dengan anak-anak
lain yang sakit dan hal-hal lain yang menyebabkan perawatan di rumah sakit dan
hal-hal lain yang menyebabkan perawatan di rumah sakit menjadi suatu yang
menyakitkan,

merupakan

pengalaman

sensori

emosional

yang

tidak

menyenangkan (Smert Bart, 1997).


Rumah sakit merupakan tempat di mana anak terluka dan kadang-kadang
mengalami prosedur yang menyakitkan seperti pemasangan infus. Selain itu
rumah sakit bisa sangat membosankan (Eiser, 1990). Anak yang mengalami
prosedur yang menimbulkan nyeri, cenderung memperlihatkan reaksi-reaksi
perilaku negatif di antaranya anak menjadi lebih agresif dan tidak kooperatif atau
bermusuhan dan apabila kondisi ini berlanjut, akan menimbulkan gangguan
tumbuh kembangnya juga mempersulit pelaksanaan prosedur tindakan medis di
antaranya pemasangan infus (Smert Bart, 1997). Anak sebagai satu kepribadian
holistik yang utuh dan unik sesuai proses tumbuh kembangnya telah
merasakannya sebagai suatu pengalaman traumatis. Anak-anak mungkin
mempunyai cara pikir yang lain tetapi apa yang sebenarnya terjadi di rumah sakit,
demikian juga pemahaman perasaan sakit (Bush, 1987; Eiser, 1990; Prit & Elliot,
1990).
Anak-anak memandang para dokter dan perawat berkaitan dengan tiga tahap
pemahaman progresif anak-anak tentang kesakitan (Eiser, 1990). Anak usia pra
sekolah berpendapat staf medis ingin melukai mereka (Smert Bart, 1997).
Sehingga timbul perasaan takut, bermusuhan dan tidak percaya terhadap staf
medis yang berakibat anak tidak kooperatif sehingga seringkali perawat gagal
melakukan tindakan invasif khususnya pemasangan infus. Karena anak anak akan
mengalami prosedur ini cenderung untuk memperlihatkan reaksi negatif seperti,
menyepak,

berteriak-teriak

dan

perlawanan

sampai

tingkat

diperlukan

pengendalian fisik. Perilaku yang bersifat tidak kerjasama itu bahkan dapat
5

mempersulit pelaksanaan prosedur itu sehingga kecelakaan kadang terjadi juga


yang akan menambah ketegangan yang dirasakan oleh staf medis dan orang tua
(Smert, Bart, 1997).
Kondisi-kondisi tersebut di atas yaitu suatu prosedur tindakan pemasangan infus
dan perpisahan dengan orang tua akan menimbulkan suatu pengalaman traumatis
bagi anak, dampaknya akan tidak kooperatif sehingga perawat gagal melakukan
tindakan dengan lebih jauh lagi situasi ini akan memberikan pengaruh bagi
perkembangan anak selanjutnya. Penting mempertimbangkan resiko psikologis
anak pada opname dan prosedur tindakan medis yang belum dikenal sampai
pertengahan tahun 1950-an (Labresa & Stone, 1985). Observasi dilakukan sekitar
tahun 1960 terhadap perilaku anak dengan reaksi emosional dalam menghadapi
opname dan prosedur medis. Para psikolog menekankan pengaruh yang permanen
yang merugikan sebagai dampak dari prosedur tindakan medis dengan kecemasan
anak karena perpisahan dengan orang tua terhadap perkembangan pribadi anak
selanjutnya (Bowlby, 1960).
Anak usia 4-6 tahun peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam
keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu
tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana cara
dilakukan? Anak membutuhkan penjelasan atas pertanyaannya. Perawat perlu
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan memberikan contoh yang
jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya (Supartini, 2004).
Untuk mengoptimalkan respon penerimaan anak terhadap prosedur tindakan
medis yang menimbulkan nyeri khususnya pemasangan infus dan meminimalkan
dampak dari perpisahan terutama pada anak usia pra sekolah, perlu ditumbuhkan
perasaan aman pada anak (Lower, 1993). Hal ini mungkin bisa didapatkan dengan
menghadirkan orang tua dalam tindakan invasif khususnya pemasangan infus,
dengan demikian anak akan menerimanya (Kozier, 1991).
Anak usia pra sekolah sudah terbiasa untuk tidak bersama orang tua mereka,
namun masih membutuhkan kehadiran orang tua jika berada di lingkungan yang
tidak familiar. Umumnya mereka bersikap kooperatif. Mereka dapat menikmati
pemeriksaan neurologis dan senang mendengarkan detak jantung melalui
6

stetoskop. Anak yang merasa takut dapat dialihkan dengan mengajak mereka
mengobrol (Meadow & Newell, 2005).
METODOLOGI
Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian ini adalah pasien anak usia pra sekolah yang mengalami
tindakan invasif pemasangan infus di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pada
bulan Januari 2011 sebanyak 40 anak. Pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011. Alat
pengumpul data menggunakan check list. Analisis data menggunakan uji chi
square.
HASIL
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar (67,5%) responden berusia 4 tahun dan
sebagian kecil (10%) berusia 6 tahun. sebagian besar responden (57,5%) berjenis
kelamin laki-laki dan sebagian kecil (42,5%) berjenis kelamin perempuan.
Diperoleh hasil penelitian terhadap pendampingan orang tua yaitu sebagian besar
(55%) pendampingan orang tua adalah negatif dan sebagian kecil (45%)
pendampingan orang tua positif (tabel 1). Sedangkan respon penerimaan anak
diketahui sebagian besar (50%) respon penerimaan anak adalah kurang dan
sebagian kecil (20%) baik (tabel 2).
Berdasarkan uji chi squre diperoleh value sebesar 0,004 < 0,05, sehingga H 0
ditolak, berarti ada hubungan antara pendampingan orang tua terhadap respon
penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus di
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan (tabel 3).
Tabel 1
Pendampingan Orang Tua pada Saat Tindakan Pemasangan Invasif Pemasangan
Infus di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan Tahun 2011
Pendampingan
Orang Tua
Positif
Negatif
Jumlah
7

Frekuensi

Persentase (%)

18
22
40

45
55
100

Tabel 2
Respon Penerimaan Anak pada Saat Tindakan Pemasangan Invasif
Pemasangan Infus di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
Tahun 2011
Respon Penerimaan
Anak
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi

Persentase (%)

8
12
20
40

20
30
50
100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) respon


penerimaan anak adalah kurang dan sebagian kecil (20%) baik.

Tabel 3
Hubungan Pendampingan Orang Tua Terhadap Respon Penerimaan Anak Usia
Pra Sekolah pada Tindakan Invasif Pemasangan Infus di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan Tahun 2011
Respon Penerimaan Anak
Pendampingan
Baik & Cukup
Kurang
Orang Tua
n
%
n
%
Positif
4
22,2
14
77,8
Negatif
16
72,7
6
27,3
Total
20
100
20
100

Total
n
18
22
40

%
100
100
100

value
0,004

PEMBAHASAN
Peran keluarga terutama orang tua begitu penting dalam perawatan anak di rumah
sakit karena pada dasarnya setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit
memerlukan keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap
anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan
pendidikan kesehatan pada orang tua

yang terpogram secara reguler. Anak

membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi (Supartini, 2004). Kehadiran


orang tua yaitu ayah dan ibu sangatlah besar artinya bagi perkembangan
kepribadian seorang anak. Orang tua cenderung bersikap lebih melindungi pada
anaknya yang terkena penyakit (Gunarsa, 2008).

Anak usia pra sekolah masih mempunyai ketergantungan yang cukup besar
dengan orang tua. Oleh karena itu dukungan orang tua sangat dibutuhkan selama
proses hospitalisasi. Pihak rumah sakit pun memberikan kebebasan waktu
kunjungan bagi orang tua. Kehadiran orang tua sangat berarti bagi anak yang
sedang dalam perawatan. Dukungan orang tua menumbuhkan rasa percaya diri,
sehingga anak dapat mengatasi rasa sakit yang dideritanya.
Anak usia pra sekolah sudah terbiasa untuk tidak bersama orang tua mereka,
namun masih membutuhkan kehadiran orang tua jika berada di lingkungan yang
tidak familiar. Umumnya mereka bersikap kooperatif. Mereka dapat menikmati
pemeriksaan neurologis dan senang mendengarkan detak jantung melalui
stetoskop. Anak yang merasa takut dapat dialihkan dengan mengajak mereka
mengobrol (Meadow & Newell, 2005).
Pendampingan orang tua yang positif dapat dilakukan dengan cara menemani
anak pada saat tindakan invasif pemasangan infus, namun tidak hanya kehadiran
fisik tetapi juga memberikan suport pada anak bahwa tindakan invasif
pemasangan infus perlu dilakukan pada anak sebagai bagian dari proses
perawatan agar anak segera sembuh. Peran orang tua dalam memberikan
pengertian pada anak sangat penting karena anak tidak merasa dirinya disakiti
tetapi rasa sakit tersebut sebagai bagian dari perawatan yang harus dilakukan
terutama di lingkungan rumah sakit yang asing dan tidak familiar bagi dirinya.
Pendampingan orang tua yang negatif bila orang tua tidak hadir menemani anak
saat dilakukan tindakan invasif pemasangan infus. Hal ini dilakukan kemungkinan
pada saat anak dibawa ke rumah sakit orang tua sedang tidak berada di rumah,
sedangkan anak harus segera mendapatkan penanganan segera dan perawatan di
rumah sakit. Kondisi orang tua yang bekerja memungkinan pengasuhan anak
lebih pada pengasuh atau kerabat terdekat dari orang tua sehingga pendampingan
tidak dapat dilakukan saat tindakan invasif pemasangan infus.
Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh
dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan

kalimat yang ucapkan langsung dan non verbal melalui ekspresi wajah atau
gerakan tubuh (Supartini, 2004).
Masa prasekolah (3-6 tahun) seringkali dipersepsikan anak sekolah sebagai
hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif. Bentuk respon tersebut adalah
menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan dan tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.
Berdasarkan distribusi frekuensi diketahui respon penerimaan anak berupa anak
menangis sebesar 50%, anak memukul sebesar 47,5%, anak yang merajuk sebesar
40%. Menangis, memukul dan merajuk merupakan bentuk dari respon
penerimaan anak terhadap tindakan invasif pemasangan infus.
Respon penerimaan anak yang baik kemungkinan disebabkan anak sudah terbiasa
mandiri sehingga walaupun tanpa pendampingan orang tua anak tidak
memberikan respon yang negatif. Sedangkan respon penerimaan anak yang
kurang kemungkinan disebabkan anak mempunyai ketergantungan yang tinggi
terhadap orang tua, sehingga pendampingan orang tua sangat berarti terutama
dalam kondisi anak yang sakit.
Hasil uji uji chi squre diperoleh value sebesar 0,004 < 0,05, sehingga H0 ditolak,
berarti ada hubungan antara pendampingan orang tua terhadap respon penerimaan
anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
Pendampingan orang tua pada saat anak menjalani perawatan di rumah sakit pada
saat tindakan invasif pemasangan infus secara psikologis dapat mengurangi
kecemasan dan anak dapat menjalani perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu
dibutuhkan peran serta orang tua secara aktif dalam perawatan anak di rumah
sakit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Carpenito (2009) yang menyatakan bahwa
terjadinya perpisahan orang tua dan anak karena harus dirawat di rumah sakit
dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami
kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang tua menjadi stres. Selanjutnya
apabila orang tua stress, anak pun menjadi semakin stress.

10

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan


kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama yaitu asuhan
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan terapeutik. Selama
proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi
perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
(Supartini, 2004).

PENUTUP
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar (55%) pendampingan orang tua adalah
negatif dan sebagian kecil (45%) pendampingan orang tua positif. Sedangkan
respon penerimaan anak diperoleh sebagian besar (50%) respon penerimaan anak
adalah kurang dan sebagian kecil (20%) baik. Ada hubungan pendampingan orang
tua terhadap respon penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif
pemasangan infus di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. berdasarkan hasil
penelitian tersebut maka petugas kesehatan sebaiknya melibatkan orang tua dalam
perawatan anak di rumah sakit, sehingga anak mendapat dukugan psikologis dan
mempercepat

proses

penyembuhan.

Petugas

kesehatan

juga

sebaiknya

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan anak di rumah sakit pada


orang tua. Sedangkan orang tua yang mempunyai anak usia pra sekolah yang
sedang menjalani perawatan di rumah sakit perlu memanfaatkan pendidikan
kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan mengaplikasikannya dalam
perawatan anak di rumah sakit untuk membantu proses perawatan anak. Selain itu
juga perlu memberikan dukungan yang baik pada anak, yang sedang menjalani
perawatan di rumah sakit.
1

Subkhan : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas


Muhammadiyah Semarang.
2

Ali Rosidi, SKM. M.Si : Dosen Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang.

Ns. Dera Alfiyanti, S.Kep : Dosen Fikkes Universitas Muhammadiyah


Semarang.

11

KEPUSTAKAAN
Smet Bart, 2000, Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia :
Jakarta
Supartini, 2004, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
Gunarsa, 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. BPK Gunung
Mulia, Jakarta
Meadow & Newell, 2005, Lecture Notes: Pediatrika, PT. Airlangga, Jakarta
Carpenito, 2009:772, Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, EGC;
Jakarta.
Lower, 1993, Belajar Merawat Di bangsal Anak, EGC, Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai