Bahan Kuliah Sosiologi Ekonomi Part 1
Bahan Kuliah Sosiologi Ekonomi Part 1
Zakaria
BAB
2
Zakaria
seperti kata batu dapat disebut namanya batu cincin, batu permata, batu koral, batu bata,
batu ginjal, dan sebagainya. Yang termasuk dalam kelompok binatang itu dapat pula
disebutkan namanya seperti kambing, lembu, kucing, tikus, cicak, buaya, dan
sebagainya. Begitu juga pohon dapat pula diberinama pohon kelapa, pohon durian,
pohon mangga, pohon rambutan, dan lainnya. Kemudian benda yang diungkapkan
dalam bentuk kata itu dapat pula diungkapkan dalam bentuk simbol. Dalam bentuk
simbol (tanda-tanda) benda tersebut dijelaskan atau diungkapkan
dengan
menggambarkan ciri atau sifat dari benda itu. Misalnya kambing simbolnya ada jenggot,
tanduk, dan mengembek; ayam jago ada jengger, taji di kaki, dan berkokok; begitu juga
benda lainnya.
Gerakan yang diungkapkan dalam bentuk kata, misalnya menari, berjalan,
olah raga, dan lainnya. Menari yang diungkapkan dalam bentuk nama, misalnya tari
piring, tari kecak, tari seudati, tari tor-tor, tari tandak, tari caka lele, tari balumpa, tari
bosara, dan lain lainnya.
Bila seseorang telah memahami atau mengerti terhadap suatu konsep, berarti
konsep tersebut telah masuk ke dalam pemikirannya. Contoh, kalau seseorang telah
memahami atau mengerti tentang bangku, kursi, rumah, kambing, gajah, perahu,
pesawat terbang, dan sebagainya, maka yang masuk ke dalam pemikiran mereka adalah
ide, gagasan, atau pengertian tentang bangku, kursi, rumah, kambing, gajah, perahu,
atau pesawat terbang, bukan bendanya. Karena yang dimengerti atau dipahami oleh
manusia tentang konsep adalah ide, gagasan, atau pengertiannya, bukan bendanya, atau
gerakannya, atau keadaannya. Dengan demikian konsep itu bersifat absatrak.
Memang semua konsep bersifat abstrak artinya tak dapat diraba, dirasa, atau
dilihat. Konsep itu hanya dapat dipahami atau dimengerti. Walaupun semua konsep itu
dikatakan bersifat abstrak dalam arti tak dapat dilihat, diraba, atau dirasa, namun dalam
konteks ide atau pengertian ada sebagai konsep itu konkrit bagi seseorang dan ada pula
yang abstrak bagi orang yang lain.
Mc. Kinney membedakan konsep menurut abstraksinya ke dalam tiga bentuk,
yaitu : konsep konkreta, abstrakta, dan illata.
1). Konsep konkreta (konkrit) yaitu konsep yang dapat dimengerti dan dipahami serta
diamati secara langsung oleh orang Konsep. konkreta ini disebut juga konsep
observable. Contohnya: Buku Sosiologi Ekonomi, Kambing Kacang, atau Main
Bola Basket. Kalau hal tersebut ditanyakan kepada si penjual Buku, Hewan, atau
peralatan Olah Raga, si penjual langsung menunjukkan tentang apa yang diminta
atau disebutkan. Ini artinya konsep tersebut sudah dipahami atau dimengerti bagi si
penjual, maka disebutlah konsep konkrit.
2). Konsep abstracta (abstrak) yaitu konsep yang lebih umum dari konsep konkrit dan
ditarik dari konsep illata. Konsep abstrac ini sulit dipahami dan dimengerti orang.
Contoh: Buku Bacaan, Binatang yang Berkaki Empat, Main Bola. Dari contoh
tersebut orang tidak langsung dapat mengerti atau menangkap apa yang dimaksud.
Misalnya kalau hal tersebut ditanyakan pada orang yang menjual Buku, menjual
Binatang, atau menjual peralatan Olah Raga, dapat dipastikan si penjual akan
bertanya lagi Bacaan apa, Berkaki Empat yang mana, Bola apa ? Bila si penjual itu
bertanya lagi, dan setelah dijelaskan berkali-kali baru si penjual mengerti atau
memahami apa yang dimaksud, maka itu membuktikan konsep tersebut abstrak
bagi si penjual, tapi bagi yang mencari barang tersebut mungkin sudah konkrit.
3
Zakaria
3). Konsep illata yaitu konsep yang lebih umum dari konsep abstrak sehingga sangat
sulit untuk dipahami atau dimengerti. Contoh: Buku, Binatang, atau Olah Raga.
Bila seseorang datang ke toko buku menanyakan ada Buku, atau ketempat
penjualan binatang menanyakan ada Binatang, atau ke toko olah raga menanyakan
ada olah raga. Sudah dapat dipastikan si penjual Buku, Binatang, atau si penjual
peralatan Olah Raga kebingungan; kemudian si penjual pasti bertanya apa itu ?
Orang yang mencari barang (Buku, Binatang, atau Peralatan Olah Raga)
menjelaskan berulang kali kepada si penjual tentang apa yang Ia cari, namun
sipenjual tidak juga mengerti atau memahami apa yang dimaksud oleh si pencari.
Kemudian si pencari tidak pula dapat menjelaskan sedetil mungkin tentang apa
yang ia cari, karena yang ia cari itu juga belum dipahaminya betul, masih dalam
tahap mencari tau. Bila hal nya demikian, maka konsep tersebut dikatakan illata
Selain Mc. Kinney, ada pendapat yang mengatakan bahwa konsep itu dibagi ke
dalam dua kelompok saja yaitu : konsep observable dan konsep konstruk.
1). Konsep observable sama dengan konsep konkrit adalah konsep yang kelihatan
atau tampak. Artinya konsep itu sudah berbentuk nyata atau sudah mempunyai
wujud sehingga dapat dilihat atau diraba. Misalnya: bangku, meja, papan tulis,
rakit, perahu, piring, gelas, dan lain-lain; kelapa, durian, pepaya; kambing,
kerbau, ayam, air, batu, pasir, dan lain-lainnya.
2) Konsep construk sama dengan konsep abstrak dan illata adalah konsep yang
berupa gagasan atau ide-ide dalam bentuk uraian atau penjelasan saja. Konsep
konstruk itu tak dapat dilihat, tetapi dapat dipahami dan dirasakan oleh manusia.
Misalnya: merdeka, demokrasi, sosiologi ekonomi, agama, gembira, senang,
udara, roh, malaikat, dan lainnya.
A.2. Fungsi Konsep
Konsep berfungsi sebagai alat agar manusia dapat mengetahui, memahami, dan
mengerti tentang sesuatu, sehingga dapat membedakan dan menggunakan serta
membuatnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Barang kali tadaklah
berlebihan bila dikatakan orang yang memahami banyak konsep kehidupannya akan
tampak jauh lebih baik dari pada orang yang sedikit sekali memahami atau tau tentang
konsep. Contoh: orang yang mengetahui dan dapat menjelaskan banyak hal (konsep)
dikatakan orang itu pintar, sedangkan orang yang sedikit tau tentang sesuatu dan tak
dapat menjelaskan sesuatu itu dikatakan bodoh. Orang suka dengan yang pintar dan
tidak suka dengan yang bodoh. Itulah sebabnya konsep menjadi penting bagi kehidupan
manusia, semakin banyak konsep dibuat manusia maka perubahan dalam kehidupan
manusia akan semakin cepat pula.
Robert M.Z. Lawang (1986, 8) mengatakan fungsi konsep itu ada 4 (empat)
macam, yaitu :
4
Zakaria
FUNGSI KONSEP
KOGNITIF
Lebih tau, lebih
mengerti
EVALUATIVE
Membedakan atau
memisahkan
ALAT
PRAGMATIK
Kegunaan praktis
KOMUNIKATIF
Saling pengertian
1. Kesepakatan
umum tentang
arti dan
konsistensi
2. Cakupan arti
3. Dapat diamati
Gambar 1: Fungsi Konsep Menurut Robert M.Z. Lawang
1. Kognitif dalam bahasa Inggrisnya cognition, dimana istilah tersebut berasal dari
bahasa Latin yaitu cognoscere yang artinya menyadari, mengerti, merasakan, atau
menyerap.
Kata M.Z. Lawang kognitif itu ada hubungannya dengan pikiran, pengertian, dan
pemahaman manusia tentang sesuatu.
Suatu konsep dikatakan mempunyai fungsi kognitif apa bila konsep tersebut dapat
membuat orang menjadi tau, mengenal, mengerti atau paham terhadap sesuatu yang
dimaksud oleh konsep tersebut. Contoh: produksi, kursi, atau kambing, apakah
merupakan konsep yang mempunyai fungsi kognitif ? Hal itu tergantung sejauh
mana istilah produksi dapat membuat orang menjadi tau, mengenal, mengerti, atau
paham. Sifat atau ciri apa yang dapat ditunjukan untuk mengatakan produksi atau
kursi itu. Produksi adalah hasil atau penghasilan yang diperoleh seseorang dari
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukannya. Kursi adalah tempat duduk yang punya
kaki dan sandaran.
2.
Evaluatif dalam bahasa Inggrisnya evaluate yang diberi arti menilai atau
menaksir. Dalam menilai itu orang dapat melakukan pembedaan baik atau buruk,
benar atau salah, serupa atau berbeda. Bila suatu konsep dikatakan mempunyai
fungsi evaluatif, maka konsep tersebut dapat menunjukkan bedanya dengan konsep
yang lain atau kesamaan-kesamaannya dengan yang lain. Contoh. Produksi dengan
Distribusi atau Kursi dengan Bangku. Jika konsep itu memiliki fungsi evaluatif,
maka orang dapat menilai apa saja yang termasuk ke dalam produksi dan apa saja
yang termasuk ke dalam kelompok distribusi, atau apa saja yang menjadi kelompok
5
Zakaria
kursi dan kelompok bangku.. Kalau seseorang disuruh membuat contoh tentang
produksi atau bangku, maka dengan pengertian produksi atau bangku yang dia
pahami, ia dapat membuat contoh dari produksi atau bangku itu dengan tepat dan
cepat. Ia dapat membedakan produksi itu dengan distribusi atau bangku dengan
kursi. Itu berarti ia sudah dapat menilai mana yang dikatakan produksi dan mana
yang dikatakan bukan produksi atau mana yang kursi dan bukan kursi. Dengan
demikian konsep memiliki fungsi evaluatif.
3.
Pragmatik adalah menyangkut atau berkenaan dengan syarat-syarat yang
membuat serasi tidaknya penggunaan konsep dengan kenyataan atau bersangkutan
dengan nilai-nilai praktis atau yang bersifat operasional sehingga dapat dikerjakan
dalam wujud nyata. Suatu konsep dapat dikatakan memiliki fungsi pragmatik, apa
bila sesorang dapat menunjukkan atau membuat dengan cepat, tepat, relevan, atau
praktis terhadap benda atau sesuatu yang ditunjuk oleh konsep itu. Contoh: Produksi
atau kursi. Kalau konsep produksi atau kursi sudah mengandung unsur pragmatik,
maka orang tentu dengan mudah dapat melakukan produksi atau membuat kursi.
4.
Komunikatif menurut M.Z. Lawang berasal dari kata communicare yang
berarti memberi tahu, membuat orang lain menjadi tahu. Dalam hal memberitahukan
kepada orang lain itu diharapkan orang lain tersebut dapat memahami atau
mengetahui secara bersama tentang konsep tersebut. Kalau seseorang mengartikan
produksi atau kursi berbeda dengan orang yang lain, kemudian arti hari ini berbeda
dengan arti yang kemaren, maka konsep tersebut pasti sulit untuk dimengerti secara
bersama-sama dengan demikian konsep tersebut tidak mengandung fungsi
komunikatif. Selain itu untuk membuat suatun konsep dapat berfungsi komunikatif,
dituntut pula agar konsep yang dibuat benar-benar memiliki pengertian yang jelas
bagi setiap orang. Dengan demikian pemahaman atau pengertian orang terhadap
suatu konsep akan sama.
A.3
Definisi
Istilah definisi yang kita kenal berasal dari bahasa Inggris yaitu devinition yang
berarti ketentuan atau ketajaman. Secara ethimologis istilah definisi berasal dari bahasa
Latin yang terdiri dari dua suku kata yakni de berarti dengan lengkap dan finere
berati membatasi. Gabungan ke dua kata tersebut definire diartikan membatasi
dengan lengkap atau menentukan batas-batas dari sesuatu (konsep) dengan lengkap.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994, 216) disebutkan definisi merupakan
rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok
pembicaraan atau studi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka definisi memiliki dua elemen yang
berbeda yaitu :
1.
Elemen yang harus dibatasi dengan lengkap, hal ini disebut definiendum.
2.
Elemen yang membatasinya, disebut pula definien.
Contoh: Alienation dalam bahasa Indonesia disebut Alienasi atau Keterasingan.
Produksi adalah hasil atau penghasilan. Apa yang disebutkan pada contoh di atas itu
tidak dapat dikatakan suatu definisi, tetapi itu baru merupakan sinonim dari konsep atau
terjemahan dari konsep Sedeangkan definisi tidak sama dengan sinonim atau
terjemahan.
6
Zakaria
Bila kata alienasi atau keterasingan belum dimengerti orang maka perlu dibuat
definisinya sebagai berikut. Alienasi atau keterasingan adalah keadaan seseorang
dikonfrontasikan oleh miliknya sendiri. Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu
yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, dan termasuk perubahan-perubahan
sosial (Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964).
B.
B.1.
SOSIOLOGI
Bahasa Latin
SOSIOLOGI :
Socio
+
Logos
(kawan atau lawan)
(ilmu)
Masyarakat
(ILMU TENTANG MASYARAKAT)
Auguste Comte : fisika sosial (sosial physics)
Quetelet :fisika sosial utk studi statistic tentang
gejala sosial.
Comte : Sosiologi
Gambar : 3 Penjelasan Dari Sudut Etimologis
B.2.
Roucek dan Warren : Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dalam kelompok-kelompok.
Bruce J. Cohen : Sosiologi adalah studi ilmiah tentang kehidupan kelompokkelompok manusia.
Alvin L. Bertrand : Sosiologi adalah ilmu pengetahuan dan teori umum tentang
sistem-sistem tindakan social (social action systems).
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : Sosiologi atau Ilmu masyarakat
ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial.
7
Zakaria
B.3.
FILSAFAT
NATURAL SCEINCE
SOCIAL SCEINCES
(ILMU ALAM)
(ILMU SOSIAL)
PURE SCEINCE
(ILMU MURNI)
HUMANIORA
(BUDAYA &
AGAMA)
APPLIED SCEINCE
(ILMU TERAPAN)
8
Zakaria
9
Zakaria
10
Zakaria
Kedua
: Sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang
diterapkan pada fenomena ekonomi. Yang dimaksud dengan pendekatan Sosiologis
adalah konsep-konsep, variabel-variabel, teori-teori, dan metode yang digunakan
dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial yang berkaitan dengan aktifitas
ekonomi.
2. Sosiologi Ekonomi merupakan gabungan dari dua disiplin kelompok ilmu sosial
yaitu Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi yang dapat diartikan sebagai berikut. Suatu
konsep yang membahas dan menganalisis ekonomi secara sosiologis, atau sosiologi
yang diterapkan pada ekonomi.
D.3
1. Pengertian Sosial.
Penggunaan istilah sosial selalu dikaitkan
dengan masyarakat. S. Prajudi
Atmosudirdjo mengatakan sosial itu berarti kemasyarakatan.
2. Fenomena Sosial.
Semua ilmu sosial mempelajari suatu fenomena sosial tertentu, kelompok fenomena
sosial tertentu, atau sejenis fenomena sosial tertentu.
Setiap fenomena sosial merupakan hubungan antar orang atau suatu tatahubungan interpersonal (interpersonal relationship).
Fenomena sosial itu mempunyai banyak banyak komposisi, misalnya : orang
kekuasaan orang, orang benda orang, orang agama orang, orang
lembaga orang, orang perdagangan orang, orang ide orang, dan
seterusnya.
Ada beberapa aspek yang terdapat pada setiap fenomena sosial, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
11
Zakaria
kematangan jiwa sosial (social maturity) karena masalah ilmu nsosial sangat
sukar dan kompleks, sebab sifat manusia sangat kompleks.
S. Prajudi Atmosudirjdo (1980,20) mengataan menusia itu merupakan :
1) makhluk biologis, seperti hewan;
2) makhluk beremosi, emosional, dan kadang-kadang irrasional;
3) makhluk yang berperasaan halus, dan mempunyai kepercayaan-kepercayaan
tertentu;
4) makhluk berpikir bertingkat-tingkat, pandai membuat peralatan, sistem, siasat,
muslihat, dan sebagainya.
2.
Untuk menjaga obyektifitas dari suatu pendapat atau pandangan, maka sarjana ilmu
sosial harus :
1) menguasai dan memahami filosofi dan kebudayaan yang cukup;
2) menguasai dan memahami terminologi, dan kemampuan menyusun sendiri
terminologi yang cocok dengan keadaan.
Melakukan Eksplikasi`yaitu memberikan penjelasan tentang sebab musabab
(kausalitas sosial) dari berbagai fenomena sosial beserta sifat-sifatnya.
12
Zakaria
13
Zakaria
BAB II
BARANG dan NILAI
A.
Barang secara umum disamakan dengan benda yaitu segala sesuatu yang
berwujud atau berjasad. Penggunaan konsep barang sangat beragam yaitu dengan
menambah konsep baru di belakang kata barang untuk menunjukkan jenis atau sifat
barang itu. Misalnya barang dagangan, barang makanan, barang pusaka, barang antik,
barang mewah, dan sebagainya. Selain itudalam konteks yang lain ada penggunaan kata
barang, seperti barang kali, barang sedikit, dan yang seumpama dengan itu maka konsep
barang tersebut bukanlah benda dan hal tersebut tidak termasuk ke dalam pengertian
barang yang dimaksud dalam kajian ini.
Andre Bayo Ala (1985, 27) mengatakan barang adalah segala sesuatu baik
berharga maupun tidak berharga bagi manusia. Dalam hal ini Andre Bayo Ala
tidak membatasi barang itu dalam bentuk berwujud/berjasad atau tidak.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dikatakan dengan barang adalah segala sesuatu yang terdapat didunia ini baik
berwujud maupun tidak yang dimanfaatkan oleh manusia untuk pemenuhan atau
kepentingan hidupnya. Dalam bahasan ini barang itu bisa dalam bentuk benda baik
yang sudah ada maupun yang dibuat oleh manusia dan bisa juga dalam bentuk bukan
benda seperti jasa.
Semua hasil dari suatu tindakan manusia yang berkaitan dengan
pemenuhan atau kepentingan hidupnya dapat dikategorikan dengan barang.
Barang ekonomi adalah merupakan hasil atau konsekwensi dari kegiatan
ekonomi dan semua aspek yang dipergunakan untuk kegiatan ekonomi. Barang
ekonomi dapat dikelompokkan dari kegiatan ekonomi yaitu : dari sudut produksi,
distribusi, dan konsumsi. Barang ekonomi dari sudut produksi adalah semua modal
yang digunakan untuk proses produksi dan termasuk hasilnya disebut barang ekonomi.
Barang ekonomi dari sudut distribusi adalah semua modal yang digunakan untuk
kegiatan distribusi dan termasuk semua hasil-hasilnya. Barang ekonomi dari sudut
konsumsi adalah semua modal yang digunakan untuk mendapatkan barang ekonomi
sehingga dapat dimiliki dan dinikmati.
B.
Nilai adalah harga, sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut
Andre Bayo Ala (1985, 27) nilai dalam artian yang umum adalah segala sesuatu
atau barang-barang (obyek-obyek) berharga bagi manusia sekurag-kurangnya
berdasarkan kriteria moral, agama atau estetika.
Wahyudi Kumorotomo (1992, 9) secara sederhana mengatakan nilai dapat
dirumuskan sebagai obyek dari keinginan manusia, nilai menjadi pendorong
utama bagi tindakan manusia dari pelbagai macam nilai yang mempengaruhi
kompleksitas tindakan manusia.
Selain itu dapat juga dikatakan bahwa, nilai adalah segala sesuatu yang berguna
atau bermanfaat bagi manusia. Tinggi rendahnya nilai sesuatu itu sangat bergantung
14
Zakaria
pada tingkat manfaat yang diberikannya dan tingkat kesulitan dalam memperolehnya
atau tingkat ketersediaan dan jumlah yang membutuhkannya.
Sebagai contoh : Udara, dimana udara dapat menentukan hidup matinya
manusia oleh karena itu nilainya sangat tinggi, tetapi karena jumlahnya sangat banyak
dan mudah didapatkan akhirnya memiliki nilai yang rendah. Artinya orang tidak perlu
menyiapkan tenaga, modal, waktu, dan pengetahuan yang banyak untuk mendapatkan
udara itu.
Menurut Soleman B. Taneko (1984, 63) nilai itu mengandung standar
normatif untuk prilaku, baik dalam hubungan dengan kehidupan pribadi maupun
dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Kemudian Maurice Duverger (1982,
13) mengatakan nilai memainkan peranan penting di dalam kehidupan sosial.
Kebanyakan hubungan-hubungan sosial didasarkan bukan saja pada fakta-fakta
positif, akan tetapi juga pada pertimbangaan pertimbangan nilai.
C. Macam-macam Nilai
Menurut kerangka Kluckhohn, semua sistem nilai dalam semua kebudayaan di
dunia ini, sebenarnya menyangkut lima masalah pokok dalam kehidupan manusia.
Kelima masalah pokok itu adalah :
1.
Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH).
2.
Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (disingkat MK).
3.
Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
(MW).
4.
Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(MA).
5.
Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM).
Tabel 1
Kerangka Kluckhohn Mengenai Lima Masalah Dasar Dalam Hidup
Yang Menentukan Orientasi Nilai Manusia
Masalah Dasar
Dalam Hidup
Orientasi Nilai
Hakekat hidu
(MH)
Hakekat Karya
(MK)
Orientasi ke Masa
Kini
Orientasi ke Masa
Lalu
Orientasi ke Masa
Depan
Manusia tunduk
kepada Alam yang
Dahsyat
Orientasi Kolateral
(Horizontal), Rasa
Manusia berusaha
Menjaga Keselarasan
dengan Alam
Orientasi Vertikal,
Rasa ketergantungan
Persepsi Manusia
tentang Waktu
(MW)
Pandangan
Manusia terhadap
Alam (MA)
Hakekat
Hubungan antar
Manusia berhasrat
Menguasai Alam
Individualisme Menilai
Tinggi Usaha atas
15
Zakaria
Ketergantungan
Manusia dengan kepada sesamanya
Sesamanya (MM) (Berjiwa Gotongroyong)
kepada Tokoh-tokoh
Atasan dan Berpangkat
Kekuatan Sendiri
16
Zakaria
Suatu nilai dikatakan negatif bila proposisi yang mendasari suatu keinginan bersifat
negatif. Sebaliknya nilai positif terjadi bila proposisi yang mendasarinya adalah
suatu keinginan yang bersifat positif. Seperti larangan dan anjuran.
Dalam kontek etika/moral kebalikan dari nilai negatif adalah nilai positif. Contoh:
larangan jangan membunuh dapat saja ditafsirkan secara positif sebagai biarkan
semua hidup atau larangan jangan berzina dapat ditransformasikan menjadi
setialah kepada suami/istrimu.
Ranah nilai negatif dan positif ini pemisahannya sangat tipis dan abu-abu.
5. Nilai relatif dan nilai absolut.
Suatu nilai bersifat relatif bila merujuk kepada orang yang memiliki spesifikasi nilai
tersebut. Sebaliknya nilai absolut tidak merujuk kepada orang pribadi, tetapi dianut
secara mutlak.
Contoh: ada seorang yang hanyut disungai, kemudian Si A yang berdiri di pinggir
sungai ingin menyelamatkan orang yang hanyut itu. Kemudian Si B yang bersampan
lewat di sungai tersebut dan menolong orang yang hanyut tadi. Si A yang ingin
menolong orang yang hanyut itu merasa tidak senang kepada Si B karena telah
menolong orang yang hanyut. Menurut Si A hanya dia lah yang patut dan harus
menolong karena yang hanyut adalah teman akrabnya dan sebagainya. Dalam
konteks ini Si A memiliki nilai relatif. Tetapi bila Si A tidak kecewa dengan Si B,
bahkan ia bertetima kasih kepada Si B karena telah menolong orang yang hanyut itu.
Yang penting bagi Si A orang yang hanyut itu harus diselamatkan, dan tidak soal
siapapun yang bisa menyelamatkannya, maka Si A dikatakan memiliki nilai absolut.
6. Nilai Orde pertama, Orde kedua, dan Orde selanjutnya.
Suatu nilai dapat pula dibedakan menurut orde atau urutannya.
Nilai orde pertama (first order values) terjadi jika benar-benar tidak ada nilai yang
lainnya.
Nilai orde kedua (second order values) terjadi jika tidak terdapat nilai lain kecuali
nilai orde pertama. Begitu juga untuk nilai orde berikutnya.
Contoh: Secara ringkas penggolongan nilai yang diuraikan di atas dapat digambarkan
pada tabel berikut.
Tabel 2
Corak Nilai dan Dasar Pembedaannya
Hasrat
Kesungguhan
Lingkup
Positivitas
Relativitas
Primer
Pertama
Riil
Terbuka
Positif
Absolut
Sekunde
Kedua
Ketiga
Semu
Tertier
Orde
Tertutup
Negatif
Relatif
....
Arsitektonik
(Orde Tinggi)
17
Zakaria
18
Zakaria
BAB III
PEMIKIRAN KARL MARX, EMILE DURKHEIM,
dan MAX WEBER
A. Pemikiran Karl Marx tentang Masyarakat.
Marx lahir di trier, Jerman pada tahun 1818. Ayahnya Heinrich dan ibunya
henrietta berasal dari keluarga Rabbi Yahudi.
Karya yang paling penting dihasilkan Karl Marx antara lain adalah :
1.
Economic and Philosophical Manuscripts.
2.
The German Ideology.
3.
Das Kapital.
4.
The Communist Manifesto.
Marx dalam menyusun teorinya melihat pentingnya kondisi material. Menurut
Marx individu harus menyesuaikan diri atas dasar kedudukan ekonomi. Kehidupan
individu dan masyarakat di dasarkan pada asas ekonomi. Ini berarti institusi-institusi
seperti politik, pendidikan, agama, ilmu pengetahuan, seni, keluarga, dan sebagainya
bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi untuk kelangsungan hidup.
Institusi tersebut tidak dapat berkembang dalam cara-cara yang bertentangan dengan
tuntutan-tuntutan sistem ekonomi.
Marx melihat ekonomi sebagai dasar infrastruktur di atas mana suprastruktur
sosial dan budaya yang lainnya dibangun dan harus menyesuaikan diri dengannya.
Marx memusatkan perhatiannya pada cara orang menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan fisiknya. Ia melihat hubungan sosial yang timbul dari penyesuain diri dan
tunduknya aspek-aspek kenyataan sosial dan budaya pada asas ekonomi. Bagi Marx,
kunci untuk memahami kenyataan sosial tidak ditentukan dalam ide-ide abstrak, tetapi
dalam pabrik-pabrik atau dalam tambang batu bara, dimana para pekerja menjalankan
tugas di luar batas kemanusiaan dan berbahaya.
Marx menegaskan bahwa pada kenyataannya pembentukan suatu ekonomi
pertukaran adalah hasil dari suatu proses sejarah dan kapitalisme merupakan suatu
sistem produk yang spesifik secara historis. Kapitalisme hanya merupakan salah satu
sistem produksi diantara sistem-sistem produksi lainnya, yang telah mendahuluinya
dalam sejarah dan hanya merupakan bentuk akhir dari sistem-sistem lain yang
mendahuluinya.
Marx mengatakan, di dalam kapitalisme obyek-obyek material yang diproduksi
disejajarkan dengan buruh itu sendiri. Marx menentang keterasingan yang merupakan
hakekat manusia, Ia melihat keterasingan itu merupakan fenomena sejarah. Marx
menelusuri pertumbuhan dari pembagian tenaga kerja dan munculnya pemilikan
pribadi, yang puncaknya berupa proses pengasingan kaum tani dari penguasaan atas
prasarana produksi mereka serta desintegrasi. Proses terakhir, yakni terciptanya suatu
19
Zakaria
masa luas yang terdiri atas buruh penerima upah yang tidak mempunyai harta milik
(proletar).
Marx menjelaskan perubahan utama kondisi material dan cara produksi pada satu
pihak, dan hubungan-hubungan sosial serta norma-norma pemilikan di pihak lain, mulai
dari komunitas suku bangsa primitif sampai ke kapitalisme modern sebagai berikut:
1. Tahap Komunitas suku bangsa primitif dengan ciri : terdapat hak milik secara
kolektif dan pembagian kerja sangat kecil.
2. Tahap Struktur sosial komunal purba dengan ciri: bentuknya lebih besar dan
pembagian kerja yang semakin tinggi, dan pemilikan pribadi mulai muncul.
3. Tahap Sistem feodal dengan ciri: pembagian kerja berkembang dan pola pemilikan
kekayaan pribadi lebih ketat. Tahap ini memberikan jalan bagi cara-cara produksi
borjuis
4. Tahap Kapitalis dengan ciri : hubungan buruh upah proletar dengan majikan borjuis
sebagai seorang penjual tenaga kerja yang kegiatan produktifnya dipergunakan
untuk menghasilkan produk-produk yang akan dijual dalam sistem pasar yang
bersifat inpersonal.
5. Tahap Komunis dengan ciri : pemilikan pribadi lenyap dan individu-individu dapat
berinteraksi dalam hubungan-hubungan komunal, tidak melalui ekonomi.
Pembagian kerja yang menekan dan merendahkan martabat manusia diganti dengan
sistem yang memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan
manusiawinya.
Menurut Marx, manusia menciptakan sejarahnya sendiri selama mereka berjuang
menghadapi lingkungan materealnya dan terlibat dalam hubungan-hubungan sosial yang
terbatas dalam proses. Tetapi kemampuan manusia untuk membuat sejarahnya sendiri,
dibatasi oleh keadaan lingkungan materal dan sosial yang sudah ada.
Marx mengatakan : Kelangsungan hidup manusia serta pemenuhan kebutuhannya
bergantung pada kegiatan produktif dimana secara aktif orang terlibat dalam mengubah
lingkungan alamnya. Namun kegiatan produktif itu mempunyai akibat yang paradoks
dan ironis, karena pada waktu individu mencurahkan tenaga kreatifnya dalam kegiatan
produktif, maka produk-produk dari kegiatan tersebut memiliki sifat sebagai benda
obyektif yang terlepas dari manusia yang membuatnya. Kata Marx, kegiatan produktif
meliputi penggunaan tenaga manusia dan kemampuan kreatifnya, maka produk-produk
yang diciptakan itu sebebnarnya mewujudkan sebagian dari hakikat manusia. Contoh
yang dibuat Marx; Mesin dibuat oleh manusia dan itu merupakan hasil kegiatan kreatif
manusia. Mesin tersebut mempunyai pengaruh potensial untuk membebaskan manusia
dari kerja keras fisik. Tapi akibat aktualnya (kenyataannya) mesin memperbudak para
pekerja, membatasi kesempatan mereka untuk kegiatan kreatif.
Proses yang sama juga berlaku untuk kebudayaan nonmatereal yang diciptakan
manusia. Misalnya dalam organisasi formal, orang membuat peraturan dan pengaturan
sebagai alat untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.
Tapi akibatnya (kenyataannya) mereka didominasi oleh aturan-aturan dan pengaturan
yang mereka buat, sehingga aturan dan pengaturan tersebut menjadi tujuan dalam
dirinya, bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
B.
Durkheim lahir 15 April tahun 1858 di Epinal Perancis. Ayah Durkheim adalah
seorang rabi Yahudi, dan Durkheim sempat menjadi Rabi, kemudian masuk Katolik, dan
20
Zakaria
meninggalkan Kotolik, akhirnya menjadi orang yang tidak mau tahu dengan agama
(agnostik).
Tulisan Durkheim yang Populer yaitu antara lain :
1.
The Devision of Labour in Society.
2.
Suicide.
3.
The Rulers of Sociologicsl Method.
Pandangan Emil Durkheim.
1. Tentang Fakta Sosial.
Durkheim membangun dua asumsi :
Pertama :gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta
prilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologi, biologis, atau
karakteristik individu lainnya.
Kedua: Gejala-gejala itu dapat dipelajari dengan metoda-metoda empirik.
Karakteristik Fakta Sosial
Durkheim mengemukakan tiga macam karakteristik fakta sosial :
Pertama: Gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu.
Contoh: bahasa, sistem moneter, norma-norma profesional, dan lainnya.
Kata Durkheim hal tersebut dijadikan cara bertindak, berpikir, dan
berperasaan yang memperlihatkan sifat patut dilihat sebagai sesuatu yang
berada di luar kesadaran individu.
Kedua:
21
Zakaria
berkembang, dan secara terus-menerus dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali
untuk komformitas. Namun demikian individu tidak harus merasa tertekan atau
dilumpuhkan, karena kesadaran akan yang lain mungkin juga tidak berkembang. Bagi
Durkheim indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup
dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat menekan (repressive).
Berlawanan dengan itu, solidaritas organik muncul karena pembagian kerja
bertambah besar. Solidaritas organik didasarkan pada tingkat saling ketergantungan
yang tinggi. Saling ketergantungan itu akan bertambah bila spesialisasi dalam
pembagian pekerjaan bertambah
Munculnya perbedaan-perbedaan di tingkat individu merombak kesadaran kolektif,
yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan
sosial. Kata Durkheim, kuatnya solidaritas organik ditandai oleh pentingnya hukum
yang bersifat memulihkan (restitutive) dari pada yang bersifat represif.
Hukum repressive mengungkapkan kemarahan kolektif yang kuat; sedangkan hukum
restitutive berfungsi mempertahankan atau melindungi pola saling ketergantungan yang
kompleks antara pelbagai individu yang berspesialisasi atau kelompok-kelompok
dalam masyarakat.
Tabel 3
Sifat-Sifat Pokok Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
Sifat Solidaritas Mekanik
Pembagian kerja rendah.
Kesadaran kolektif kuat.
Hukum represif dominan.
Individualitas rendah.
Konsesnsus terhadap pola-pola normatif
penting.
Keterlibatan
komunitas
dalam
menghukum orang yang menyimpang.
Secara relatif saling ketergantungan itu
rendah.
Bersifat primitif atau pedesaan.
22
Zakaria
1.
2.
Semangat Kapitalis.
23
Zakaria
Weber dalam bukunya The Protestant Ethic mengemukakan suatu fakta statistik
untuk menjelaskan fakta bahwa di Eropa modern pemimpin-pemimpin niaga dan para
pemilik modal, maupun mereka yang tergolong sebagai buruh terampil tingkat tinggi,
dan karyawan perusahaan-perusahaan modern yang sangat terlatih dalam bidang teknis
dan niaga, kebanyakan memeluk agama Protestan. Diawal abad ke 16 kapitalis sudah
berkembang di Eropa dan itu merupakan pusat yang sangat kuat unsur Protestannya.
Menurut Weber, etika Protestan memperlihatkan suatu orientasi agama yang
bersifat asketik dalam dunia (inner worldly) yang jauh lebih lengkap daripada agama
besar apa pun, termasuk Katolisisme.
Etika Protestan memberi tekanan pada usaha menghindari kemalasan atau
kenikmatan semaunya, dan menekankan kerajinan dalam melaksanakan tugas pada
semua segi kehidupan, khususnya dalam pekerjaan dan kegiatan ekonomi pada
umumnya.
Asketisme dalam dunia menunjuk pada komitmen untuk menolak kesempatan
untuk menuruti keinginan fisik atau indrawi, atau kenikmatan yang bersifat materialistik
untuk mengejar suatu tujuan yang lebih tinggi atau yang bersifat spiritual. Tujuan
spiritual harus dicapai melalui suatu komitmen yang sistematis dan rajin dalam
melaksanakan tugas di dunia ini.
Contoh: Mahasiswa yang tidak mau berkencan atau mengambil bagian dalam
rupa-rupa kegiatan sosial supaya bisa belajar karena perasaan akan kewajiban moral
yang kuat.
Orientasi asketik dalam dunia itu harus dimengerti sebagai sesuatu yang muncul
dari keyakinan agama yang murni. Kata Weber, karena Asketisme berusaha untuk
mengubah dunia dan untuk melaksanakan ideal-idealnya di dunia, benda-benda material
memperoleh kekuasaan yang semakin bertambah dan akhirnya bersifat mutlak terhadap
kehidupan manusia, yang tidak pernah terjadi dalam periode sejarah sebelumnya.
Sekarang semangat asketisme religius mungkin berakhir, siapa tahu ? sudah
hilang. Tetapi kapitalisme jaya, karena dia bergantung pada dasar mekanikal, tidak
membutuhkan dukungan agama lagi. Perkembangan Kapitalisme modern menuntut
untuk membatasi konsumsi supaya uang yang ada itu diinvestasi kembali dan untuk
pertumbuhan modal, menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang
sistematis dalam mencapai tujuan masa datang, bekerja secara teratur, dan sebagainya.
24
Zakaria
BAB IV
KEGIATAN, TINDAKAN dan FENOMENA EKONOMI
A. Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah aktivitas atau usaha ekonomi yang dilakukan oleh
pelaku (aktor) ekonomi baik secara individual maupun secara bersama-sama untuk
memperoleh nilai-nilai ekonomi secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh : Seorang petani mencangkol tanahnya untuk ditanami jagung, kemudian
membeli bibit jagung, lalu ditanam, membeli pupuk dan peptisida di KUD, melakukan
pemupukan dan menyemprot hama, membersihkan rumput sampai jagung berbuah dan
dipanen, akhirnya jagung dijual ke pasar lalu dibeli oleh sipembeli untuk dinikmati. Ini
disebut kegiatan ekonomi.
Kegiatan ekonomi itu dapat dilakukan dalam bentuk produksi, distri busi, dan
konsumsi. Pelaku ekonomi atau aktor ekonomi dapat sekaligus melakukan pekerjaan
sebagai produksi, distri busi, dan konsumsi. Bisa juga hanya sebagai produksi saja atau
produksi dan konsumsi. Bisa juga sebagai produksi dan distri busi, dan lainnya.
B.
Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi adalah sesuatu yang dilakukan oleh aktor ekonomi untuk
mengatasi atau memaksimalkan pemanfaatan modal dan keuntungan dalam suatu
kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, atau konsumsi.
Sama halnya dengan kegiatan ekonomi, dimana tindakan ekonomi itu juga bermacammacam.
Max Weber mengatakan, tindakan ekonomi itu dapat bersifat rasional,
tradisional, dan spekulatif-irrasional.
Contoh 1 : Beberapa orang melihat sebidang tanah yang terbentang luas belum
dikelola dan ingin mengelolanya.
Contoh 2 :
Contoh 3 :
Contoh 4 :
25
Zakaria
Contoh 5 :
Contoh 6 :
C.
Fenomena Ekonomi.
Pasar
Kontrak
Uang
Tabungan
Kelas ekonomi
Ekonomi internasional
Kekuatan ekonomi
26
Zakaria
Skarsitas
Skarsitas atau kelangkaan adalah suatu prinsip bahwa sebagian besar barang yang
diinginkan orang hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas, kecuali barang bebas
seperti udara. Dengan demikian, barang pada umumnya dalam keadaan langka dan
harus dijatah, baik melalui mekanisme harga maupun cara lainnya (Samuelson dan
Nordhaus, 1990, 535). Dalam kaitannya dengan masalah-masalah sosial lainnya,
kelangkaan pun melahirkan teori stratifikasi sosial dalam sejarah perkembangan
manusia. Teori skarsitas (kelangkaan) merupakan temuan pemikiran Michaell Harner
(1970), Morton Fried (1967), dan Rae Lesser Blumberg (1978). Teori ini beranggapan
bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya stratifikasi sosial disebabkan oleh
tekanan jumlah penduduk. Tekanan jumlah penduduk tersebut sangat berpengaruh
terhadap sumber daya yang menyebabkan masyarakat pemburu dan peramu memiliki
pola subsistensi pertanian. Pertanian akhirnya menggantikan pola subsistensi pemburu
dan peramu. Sebut saja, komunisme primitif dalam masyarakat pemburu dan peramu
merupakan cikal bakal pemilikan tanah oleh keluarga besar, namun pemilikannya masih
bersifat komunal daripada pribadi.
Thomas Robert Malthus, mengatakan, kemelaratan disebabkan oleh tidak adanya
keseimbangan antara pertambahan penduduk dan pertambahan bahan makanan. Selain
itu Malthus membuat postulat (pernyataan atau anggapan) sebagai berikut : Apabila
tidak ada hambatan, penduduk akan bertambah menurut deret ukur, sedangkan bahan
makan bertambah menurut menurut deret hitung (Ruslan H. Pranowo, 1983, 25-26).
Sanderson (1995, 161) mengatakan, makin meningkatnya tekanan jumlah
penduduk, mengakibatkan masyarakat holtikutura makin memerhatikan pemilikan tanah
serta makin kokohnya jiwa egoisme pribadi sehingga menghilangkan apa yang disebut
sebagai pemilikan bersama. Di samping itu perbedaan akses terhadap sumber daya
muncul dari suatu individu maupun kelompok, memaksa individu maupun kelompok
lainnya bekerja lebih keras untuk menghasilkan surplus ekonomi melebihi apa yang
dibutuhkan sampai terbentuknya kelompok yang bersenang-senang atau leisure class.
Mengacu pada pendapat Sanderson itu, Supardan (2008, 400) menyimpulkan bahwa
dengan demikian, dalam teori kelangkaan tersebut tertanam kebiasaan persaingan
maupun konflik materealistik.
2.
Produksi
Kata produksi dalam kehidupan masyarakat diartikan bermacam-macam, ada yang
diartikan secara luas dan sempit. Abdullah menjelaskan, dalam artian yang luas, yang
dimaksud dengan produksi adalah segala usaha untuk menambah atau mempertinggi
nilai atau faedah dari sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit, produksi adalah
segala usaha dan aktivitas untuk menciptakan suatu barang atau mengubah bentuk suatu
barang menjadi barang lain (Supardan, 2008, 400).
Misalnya; seorang petani berusaha menghasilkan padi atau beras melalui usaha
bertani. Hal itu dapat diklasifikasikan produksi dalam pengertian luas. Jika jumlah padi
atau beras yang dihasilkan ditempat petani tersebut berlimpah bila dibandingkan dengan
keperluan konsumsinya, maka beras atau padi tersebut nilai atau faedahnya akan
bertambah. Kemudian para pedagang berusaha membawa limpahan beras tersebut ke
tempat baru yang memiliki nilai faedah yang lebih tinggi. Untuk aktivitas yang terakhir
ini dapat digolongkan produksi dalam arti sempit.
27
Zakaria
Suatu aktivitas produksi tidak akan berjalan tanpa melalui proses produksi, sebab
sesuatu produksi tidaklah terjadi dengan tiba-tiba, melainkan melalui tahapan suatu
proses yang cukup panjang. Proses produksi adalah suatu proses atau kegiatan untuk
memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jadi, tujuan pokok dari produksi adalah untuk konsumsi. Bila jarak produsen dengan
konsumen berjauhan maka diperlukan adanya usaha-usaha untuk menyampaikannya
kepada konsumen.Abdullah (1992, 38) mengatakan Usaha-usaha untuk menyampaikan
barang-barang dari produsen ke konsumen tersebut dinamakan proses disgtribusi.
Selanjutnya Abdullah (1992, 41) mengatakan terdapat empat macam faktor
produksi, yakni alam, tenaga kerja, modal, skill atau keterampilan, yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor alam, mencakup tanah dan keadaan iklim, kekayaan hutan, kekayaan
kandungan tanah (mineral) kekayaan air sebagai sumber penggerak transportasi,
dan sumber pengairan dalam pertanian.
b. Faktor tenaga kerja, yaitu peranan manusia dalam proses produksi.
c. Faktor Modal, yaitu semua barang yang dihasilkan dan dipergunakan dalam
produksi untuk masa depan. Barang-barang tersebut terkadang disebut sebgai
barang-barang produksi atau investasi maupun barang modal, seperti mesin,
gedung, dan instalasi pabrik.
d. Faktor skill atau Keterampilan, yaitu beberapa jenis kecakapan atau keterampilan
khusus yang diperlukan dalam proses produksi ekonomi. Adapun cakupan skills
yang dimaksud meliputi managerial skills, technological skills, dan organizational
skills.
3.
Konsumsi
Supardan (2008, 401) mengatakan secara sederhana pengertian konsumsi adalah
segala tindakan manusia yang dapat menimbulkan turun atau hilangnya faedah atau
nilai guna suatu barang. Sedangkan Samuelson dan Nordhaus (1990, 161) menjelaskan
bahwa konsumsi adalah sebagai pengeluaran untuk barang dan jasa, seperti makanan,
pakaian, mobil, pengobatan, dan perumahan.
Secara alamiah, manusia merupakan makhluk pengkonsumsi yang paling banyak
dan beraneka ragam jenis konsumsinya. Untuk memenuhi konsumsinya manusia
melakukan berbagai macam usaha atau kegiatan. Misalnya dengan cara membuat
sendiri, membeli, menukar, meminta, melakukan pilihan, dan lainnya. Artinya untuk
memenuhi kebutuhan itu orang akan bersikap berbeda-beda tergantung pada tingkat
keperluan dan ketersediaan barang atau jasa itu. Abdullah (1992, 35) mengatakan
menurut para ahli ekonomi yang mengembangkan pendekatan dengan fungsi kegunaan
(pendekatan funsional struktural) dalam permintaan konsumen berpendapat bahwa
kegunaan sesuatu barang dapat diukur secara kardinal, yaitu dengan cara
membandingkannya dengaan tingkat kegunaan dari barang-barang yang lainnya.
Umumnya setiap orang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan terhadap
bermacam-macam barang secara seimbang dan sadar atau tidak ia akan menggunakan
prinsip ekonomi. Artinya, ia akan berusaha untuk mencapai tingkat konsumsi yang
paling menguntungkan bagi nya. Idealnya seorang konsumen akan mempertimbangkan
jumdapatannya, daftar preferensi dari jenis barang yang akan dikonsumsi, harga
persatuan tiap jenis barang yang akandikonsumsi; jumlah tiap jenis barang yang akan
dikonsumsi (Abdullah, 1992, 37).
28
Zakaria
4.
Investasi
Mullineux (2000, 522) mengatakan bahwa investasi dapat diartikan sebagai
perubahan stok modal dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Pengertian
investasi tersebut sering dikacaukan dengan investasi keuangan (financial investmen)
yang definisinya adalah pembelian aset-aset keuangan, seperti saham dan obligasi yang
nantinya akan dijual kembali saat harganya meningkat, dan hal itu lebih terkait dengan
analisis jasa.
Penggunaan kata investasi dilakukan untuk hal yang bermacam-macam,
misalnya : Investasi Inventori yaitu penyimpanan atau perubahan stok produk final,
produk setengah jadi, atau bahan-bahan mentah. investasi modal (capital investment
goods) hal ini berbeda dari barang konsumsi, tetapi ia sangat diperlukan untuk produksi
barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen.Kedua bentuk investasi
tersebut (investasi inventori dan investasi modal) agak mirip karena sebagian barang
konsumen, seperti durable goods atau berbagai barang yang dapat dipakai berkali-kali
atau dapat dimanfaatkan dalam waktu lama dapat pula dikategorikan sebagai barang
investasi.
Selain itu ada pula investasi yang didasarkan pada lembaga, yaitu investasi yang
dilakukan atas dasar investasi publik (dilakukan oleh pemerintah) dan investasi yang
dilakukan oleh badan-badan swasta. Kemudian bila dilihat berdasarkan tempatnya
terdapat pula dua macam investasi, yaitu investasi domestik dan investasi asing.
Selanjutnya bila dilihat dari jenis barangnya, maka dikenal pula investasi langsung dan
investasi keuangan atau portofolio. Contoh dari investasi langsung, seperti pengadaan
pabrik, peralatan, dan berbagai sarana produksi. Contoh investasi keuangan atau
portofolio, seperti obligasi dan saham (Mullineux, 2000, 552).
5.
Pasar
Samuelson dan Nordhaus (2003, 29) mengatakan pasar adalah sebuah
mekanisme dimana para pembeli dan penjual berinteraksi untuk menentukan harga dan
melakukan pertukaran barang dan jasa. Supardan (2008, 403) mengatakan pada
hakikatnya pasar merupakan keseluruhan permintaan dan penawaran barang serta jasa.
Selanjutnya Supardan menjelaskan, walaupun sepintas terlihat seperti sebuah
kumpulan penjual dan pembeli yang membingungkan dan mekanisme yang rumit,
namun sistem ini merupakan suatu alat komunikasi untuk meyatukan pengetahuan dan
tindakan-tindakan dari jutaan individu yang berbeda untuk proses pemenuhan
kebutuhan. Kata Supardan, bila pasar ditinjau dari macam atau jenisnya, dapat
dibedakan berdasarkan :
a. Barang-barang yang diperjualbelikan, dapat dibedakan menjadi barang konsumsi
dan pasar faktor produksi;
b. Waktu terjadinya, dapat dibedakan menjadi pasar harian, pasar mingguan, dan
bulanan; untuk pasar tahunan biasanya dilaksanakan dalam bentuk pekan raya;
c. Lingkup aktivitasnya, dapat dibedakan menjadi pasar lokal, nasional, dan
internasional;
d. Strukturnya, dapat dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, pasar monopoli,
pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik.
6.
Uang
John Maynard Keynes mendefinisikan uang sebagai berikut: money is that by
delivery of which debt-contract and price-contractsare discharged, and in the shape
29
Zakaria
of which a store of general purchasing power is held (uang adalah alat penyelesaian
kontraktual dan sebuah nilai warung atau kedai (store of value), sebuah wahana daya
beli (purchasing power) yang bergerak dalam lintasan waktu. Komaruddin (1991,
397-398) mengatakan uang secara umum dilihat dari fungsinya dapat didefinisikan
sebagai alat tukar. Uang pun berfungsi sebagai satuan ukuran (standard for valuing
things) yang memiliki fungsi turunan, seperti sebagai standart perincian utang
(standard deferred payments) dan sebagai alat penyimpanan kekayaan.
Dalam perkembangannya uang menjadi alat tukar untuk menjalankan kekuasaan
ekonomi. Karena uang memberikan hak kekuasan abstrak atas barang dan jasa, maka
pada umumnya manusia ingin memiliki uang. Pada masyarakat yang berlandaskan
individualisme uang diartikan sebagai kekuasaan, dan uang itu menjadi alat kekuasaan
dalam tangan pemiliknya (Winardi, 1987, 35). Max Weber pernah mengatakan bahwa,
uang adalah ayahnya partikelir. Uang akan menjadi cikal bakal milik swasta, setelah
melewati proses pembentukan harga dan pembentukan kekuasaan.
Menurut Winardi (1987, 42) dalam keadaan ekstrem, terlihat suasana yang
memprihatinkan dimana, uang yang semula hanya merupakan alat berubah menjadi
tujuan, dari benda yang harus mengabdi dapat berubah menjadi penguasa. Itu adalah
suatu gambaran yang menakutkan dari fenomena pemujaan uang. Apakah segala hal
tentang uang pasti berdampak negatif ? Ternyata tidak selalu begitu, ada kalanya uang
memiliki sosial ekonomi. Misalnya, uang berperan atas lalu lintas pertukaran dan
perdagangan, serta perindustrian. Uang juga dapat dipinjamkan kepada orang secara
cuma-cuma melalui pinjaman kredit, dan lainnya.
7.
30
Zakaria
Letter of Credit merupakan suatu instrumen yang ditawarkan bank devisa untuk
memudahkan lalu lintas pembiayaan dalam transaksi perdagangan internasional.
8.
Neraca Pembayaran
Thirlwall (2000, 58) mengatakan bahwa neraca pembayaran (balance of
payments) adalah keseluruhan catatan akuntansi dari transaksi-transaksi internasional
suatu negara dengan negara lainnya. Penerimaan valuta asing dari penjualan barang
dan jasa disebut ekspor dan sebagai item kredit dalam negara transaksi berjalan
(current account) yang merupakan salah satu bagian dari neraca pembayaran.
Sedangkan pembayaran valuta asing untuk pembelian barang dan jasa disebut impor
dan muncul sebagai item debet dalam neraca berjalan. Selain itu perlu diketahui bahwa
ada transaksi-transaksi dalam model yang muncul sebagai neraca modal terpisah. Arus
keluar modal (capital outflows) adalah transaksi untuk membiayai aktivitas permodalan
internasional, seperti penanaman modal di luar negeri yang diperlukan sebagai debet,
sedangkan arus masuk modal (capital inflows) diperlukan sebagai kredit.
Selanjutnya Thirlwall mengatakan, dalam hal defisit pada neraca berjalan dapat
diseimbangan atau ditutupi dengan surplus pada neraca modal, demikian pula
sebaliknya. Mengingat nilai tukar valuta asing adalah harga dari mata uang terhadap
mata uang lain, total kredit (suplai valuta asing) dan debet (permintaan valuta asing)
harus sama jika nilai tukar dibiarkan berfluktuasi bebas untuk meyeimbangkan
penawaran dan permintaan valuta asing. Namun demikian, jika nilai tukar tidak bebas
bergerak maka defisit atau surplus akan meningkat. Defisit dapat dibiayai dengan
pinjaman pemerintah dari bank-bank dan lembaga keuangan International Monetary
Fund , atau dengan menarik sebagian cadangan emas devisanya. Surplus dapat
dimanfaatkan dengan memperbesar cadangan atau dipinjamkan ke luar negeri.
Thirlwall (2000, 57) mengatakan ada tiga pendekatan utama dalam penyesuaian
neraca pembayaran yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi, khususnya
berkenaan dengan bagaimana cara memandang defisit.
1.
Pendekatan elastisitas, melihat defisit sebagai hasil distorsi harga relatif, dalam
hal ini disebabkan kurangnya kompetensi pasar. Disini penyesuaian seyogianya
dilakukan melalui depresiasi nilai tukar sesuai dengan nilai elastisitas harga
permintaan untuk kelebihan unit inpor dan ekspor.
2.
Pendekatan absorpsi, melihat defisit sebagai akibat dari kelebihan pembelanjaan
atas output domestik sehingga penyesuaian yang baik adalah menurunkan
pembelanjaan secara relatif terhadap output.
3.
Pendekatan moneter, memandang defisit sebagai suatu kelebihan suplai uang
relatif terhadap permintaan sehinggapenyesuaian hanya dapat berhasil jika
permintaan uang dapat dinaikkan secara relatif terhadap suplainya.
9.
31
Zakaria
keuntungan, kendati dalam hal tertentu tabungaan dan pinjaman dibatasi dalam waktu
relatif pendek maupun menengah. Secara keseluruhan, fungsi utama bank dapat dirinci
sebagai berikut :
1.
Menghimpun dana yang dimiliki masyarakat
2.
Menyalurkan dana yang telah berhasil dihimpun dalam bentuk kredit.
3.
Memperlancar kegiatan perdagangan dan arus lalu lintas uang antara para
pedagang.
Dibalik fungsi tersebut bank melakukan tugas lainnya, seperti menciptakan uang
dan melakukan inkaso. Untuk tugas menciptakan uang, sebenarnya terdapat variasi.
Bank sentral dapat menciptakan uang, baik uang kartal maupun uang giral, sedangkan
di luar bank sentral (bank sekunder) hanya boleh menciptakan uang giral. Untuk tugastugas inkaso, dilakukan mengingat perdagangan dewasa ini semakin kompleks dan
melampaui batas-batas suatu negara. Di sini lah para pedagang besar umumnya memilih
menggunakan jasa bank dalam membayar atau menagih hasil transaksi dagangnya.
Umumnya pedangang yang demikian menggunakan alat pembayaran berupa cek atau
giro yang ditagih dari bank atau dipindahbukukan pada rekening nasabah yang
bersangkutan. Pekerjaan bank yang berkaitan dengan membayar dan menagih atas nama
pihak lain seperti dijelaskan di atas, dinamakan sebagai fungsi bank selaku inkaso.
10.
Koperasi
Choumain dan Prihatin (1994, 364) mengatakan, koperasi adalah sebuah
gerakan ekonomi atau sebagai badan usaha milik bersama. Sebagai gerakan ekonomi,
koperasi mempersatukan sejumlah orang yang memiliki kebutuhan yang sama dan
sepakat bahwa kebutuhan bersama itu akan direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan,
diawasi, serta dipertanggungjawabkan secara bersama berdasarkan asas kekeluargaan
dan kebersamaan. Sedangkan sebagai badan usaha milik bersama, koperasi merupakan
sebuah badan yang bertujuan melakukan usaha pemenuhan kebutuhan bersama seluruh
anggota.
Estrin (2000, 176) mengatakan, bila dilihat sejarah perkembangan koperasi, maka
koperasi yang pertama dibentuk pada tahun 1844 di Toad Lane, Rochdale oleh 28
pekerja Lancashire yang selanjutnya mengembangkan tujuh prinsip koperasi yang
sampai sekarang masih menjadi landasan gerakan koperasi di seluruh dunia, walaupun
tidak sepenuhnya mendapat penekanan yang sama. Ketujuh prinsip terseb adalah :
a. Keanggotaannya bersifat terbuka;
b. Satu anggota satu suara
c. Perputaran modal terbatas;
d. Alokasi surplus produksi disesuaikan atau kontri busi dari masing-masing anggota;
e. Jasa penyediaan uang tunai
f. Penekanan pada aspek pendidikan;
g. Bersifat netral dalam soal agama dan politik.
Di Indonesia, asas koperasi diatur dalam undang-undang perkoperasian dengan
asas kekeluargaan dan gotong-royong. Ini tidak berarti bahwa koperasi meninggalkan
sifat dan syarat-syarat ekonominya yang menghilangkan proefisiensinya. Jenis-jenis
koperasi dapat dibedakan berdasarkan hal berikut :
1. Yang kebutuhan barang-barang untuk anggota dan koperasi produksi yang tan
tangan, pertanian, perindustrian, dan simpan-pinjam.
2. Menurut Lingkungannya, dapat dibedakan menjadi koperasi fungsional yang
sering dibentuk di kantor tempat para anggotanya bekerja dan koperasi unit desa
32
Zakaria
Kebutuhan Dasar
Konsep kebutuhan dasar telah memainkan peranan penting dalam analisis kondisi,
khususnya di negara miskin dan berkembang. Drenowski dan Scott mengemukakan
bahwa istilah kebutuhan dasar memiliki riwayat yang panjang (Supardan, 2008, 408).
Sedangkaan Townsend (2000, 61) mengatakan, istilah kebutuhan dasar mulai dipakai
secara luas sejak Konferensi Tenaga Kerja Dunia (ILO) yang berlangsung di Jenewa
pada tahun 1976, yang mengemukakan bahwa kebutuhan dasar memiliki dua unsur:
1. Kebutuhan dasar meliputi jumlah minimum tertentu yang dibutuhkan oleh suatu
keluarga untuk konsumsi pribadi, meliputi makanan, perumahan, sandang, serta
perabot dan peralatan rumah tangga.
2. Kebutuhan dasar meliputi layanan pokok yang disediakan oleh dan untuk
komunitas secara keseluruhan, seperti kesehatan, pendidikan, air minum yang
aman, sanitasi, angkutan umum, dan fasilitas-fasilitas budaya.
Konsep kebutuhan dasar tersebut, mendapat tempat yang penting dalam
perdebatan yang berlangsung terutama dalam hubungannya antara Dunia Petama
dengan Dunia Ketiga.
Townsend (2000, 62) mengatakan, semakin diakui aspek-aspek sosial dari konsep itju,
semakin perlu pula diakui relativitas kebutuhan atas sumber-sumber daya dunia fisik,
semakin mudah orang berpendapat bahwa yang diperlukan adalah pertumbuhan
ekonomi saja, bukan kombinasi yang kompleks dari pertumbuhan, pemerataan,
penataan perdagangan, dan hubungan-hubungan institusional lainnya.
12.
Kewirausahaan
Konsep kewirausahaan atau entreneurship merujuk kepada suatu sifat keberanian
dan keutamaan mengambil resiko dalam kegiatan inovasi (Samuelson dan Nordhaus
1990, 518; Casson, 2000, 297; Abdullah, 1992, 128). Dari kata enterpreneur tersebut,
muncullah tafsiran yang beragam, seperti pedagang (merchant), pemilik usaha, sampai
petualang. Orang yang mempopulerkan konsep atau istilah tersebut adalah John Stuart
Mill dari Inggris pada tahun 1948.
Menurut Schumpeter, para wirausaha adalah penggerak atau motor ekonomi
karena fungsi inovasi yang mereka jalankan menduduki tempat sentral. Casson (2000,
297) mengatakan ada lima tipe inovasi yang menonjol :
1. Pengenalan barang baru atau barang lama dengan mutu lebih baik;
2. Penemuan metode produksi yang baru;
3. Pembukaan pasar yang baru, khususnya untuk ekspor;
4. Perolehan sumber pasokan bahan baku yang baru;
5. Penciptaan organisasi industri yang baru, misalnya pembentukan jaringan usaha
terpadu yang dapat beroperasi monopoli.
Namun demikian, wirausahawan bukan penemu murni, ia hanya yang pertama
kali memanfaatkan penemua tersebut dan mempertaruhkan sumber dayanya sendiri
untuk mencapai suatu usaha yang tidak terbayangkan oleh orang lain. Akan tetapi bukan
pula seorang wirausahawan menjadi penjudi resiko minimal karena keputusankeputusan yang diambilnya pun penuh perhitungan melalui proses-proses manajerial
yang teruji. Oleh karena itu, seorang wirausaha menurut Casson adalah orang yang
33
Zakaria
memiliki spesialisasi dalam membuat keputusan karena ia memiliki akses khusus dalam
memperoleh informasi.
13.
Perpajakan
Brown (2000, 1082) mengatakan, konsep perpajakan mengacu pada suatu
pembayaran yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran yang dilakukan dalam hal menyelenggarakan jasa-jasa untuk kepentingan
umum, sekaligus sebagai sumber pendapatan negara.
Di kalangan negara-negara maju, rata-rata pajak menduduki seperlima sampai
setengahnya dari GDP. Contohnya di Swedia, sampai setengah dari GDP dan di
Selandia Baru mengalami peningkatan 61 %. Di sini diasumsikan bahwa besarnya
pendapatan pajak bagi negara telah ditentukan sebelumnya. Hal itu memungkinkan
pemerintah menentukan sendiri bagaimana mencapainya. Menurut Brown (2000, 10821083) terdapat tiga peranan pajak dalam masyarakat, yaitu efek alokatif, efek distributif,
dan efek administratif.
a. Efek Alokatif
Maksudnya, bahwa pajak mempengaruhi prilaku warga. Dengan adanya penentuan
besar atau kecilnya seseorang sebagai objek pajak, akan memiliki pengaruh
terhadap prilaku warga masyarakat. Sebagai contoh, seseorang tahu bahwa dalam
setiap pembelian barang pasti dikenakan pajak pembelian barang, maka ia akan
hati-hati dalam membeli barang atau tidak dengan serta merta ia akan membeli
barang.
b. Efek Distribusional
Maksudnya, bahwa pajak memiliki pengaruh terhadap distribusi pendapatan.
Sebagai contoh, buat apa banyak-banyak kerja lembur jika PPh nya cukup tinggi?
c. Efek Adminikstratif
Maksudnya adalah bahwa memungut pajak mengakibatkan munculnya biaya-biaya,
baik pada sektor publik maupun swasta yang bervariasi. Contohnya, di Indonesia
ketika kita akan membayar pajak kenderaan bermotor, ironisnya justru orang-orang
yang bijak sering menjadi korban pemerasan waktu karena terkalahkan oleh
penyelinap yang berpakaian seragam. Inilah satu kendala penentu utama biaya
administratif adalah kompleksitas hukum, ironisnya jika hal ini dibiarkan dapat
mengurangi kesadaran hukum bagi warga untuk bayar pajak kendaraan secara
langsung dan tepat waktu.
14.
Periklanan
Menurut Jhally (2000, 7) istilah periklanan mengacu pada suatu komunikasi
pasar yang dilakukan para penjual barang dan jasa. Pada mulanya, yang paling banyak
memperhatikan bidang ini adalah para ekonom, yang pembahasannya didasarkan pada
konsep kunci informasi dalam konteks struktur pasar, baik ditingkat lokal maupun
nasional.
Sekarang ini telah terjadi pergeseran dimana periklanan tidaklah semata-mata
bernuansa ekonomi, tetapi merambah ke bidang-bidang lainnya.Leiss dan kawankawan, berusaha penempatkan iklan dalam suatu perspektif kelembagaan
(menjembatani hubungan antara bisnis dan media) dimana persoalan peran iklan dalam
penjualan tidak begitu penting dan menarik lag, dibanding perannya sebagai lokomotif
komunikasi sosial. Di sini bagaimana iklan mencoba menarik para konsumen dengan
dimensi-dimensi yang tidak berhubungan langsung dengan barang-barang tersebut,
34
Zakaria
baik dimensi identitas individu, kelompok atau keluarga, kebahagiaan dan kepuasan,
gender seksual, dan sebagainya. Kline mengatakan secara amat pesimis dan negatif
bahwa iklan pemasaran produk mainan anak-anak telah menimbulkan sekian dampak
buruk terhadap jenis permainan yang dimainkan anak-anak, salah satunya membatasi
imajinasi dan kreativitas anak, serta terhadap interaksi antar gender dan interaksi orang
tua dan anak.
15.
Perseroan Terbatas
Reekie (2000, 176) mengatakan, konsep perseroan terbatas merupakan konsep
yang paling populer dalam ekonomi, mendasarkan kepemilikan dan tanggung jawab
pada sejumlah saham yang sepenuhnya diakui sebagai badan hukum. Terdapat tiga
karakteristik dalam perseroan terbatas, yaitu:
a. Setiap utang perusahaan menjadi tanggung jawab perusahaan dan tidak dapat
dikaitkan dengan kekayaan pribadi pemegang saham;
b. Identitas perusahaan tidak akan berubah, sekalipun saham dialihkan ke pihak lain;
c. Hubungan kontraktual dilakukan dan menjadi tanggung jawab dewan direksi.
Karena tiga karakteristik yang dimiliki badan usaha perseroan terbatas tersebut,
maka jenis badan usaha ini merupakan suatu lembaga yang paling mudah berkembang.
Hal itu dapat dipahami karena resiko utang bagi pemilik saham dapat diabaikan
sehingga perseroan dapat berani berekspansi secara maksimal, selama masih ada pihak
yang memberikan pinjaman usaha. Kemudahan jual beli saham pun membuat badan
usaha ini tidak terpengaruh oleh preferensi individual pemiliknya. Status personal
perusahaan memungkinkan dilakukannya pembagian tugas, resiko, dan tanggung jawab
antara pemilik dan pengelola perusahaan.
Beberapa ekonom ternama memberikan komentar yang beragam terhadap
perseroan terbatas tersebut. Schumpeter mengkritik hal itu sebagai suatu hal yang akan
menyulitkan pengelolaannya. Namun Hessen berpendapat justru dengan terbatasnya
tanggung jawab pemilik perusahaan, yaitu hanya sebatas saham yang dimilikinya dan
prinsip kepemilikan bersama adalah suatu kontrak khas swasta, bukan negara atau
pemerintah Penyusunan kontrak secara bebas adalah wahana peningkatan efisiensi yang
sangat diperlukan kalangan swasta, bukan untuk mengelakkan tanggung jawab.
Perlu diketahui bahwa secara historis, terbatasnya tanggung jawab pemilik
perusahaan merupakan keistimewaan yang diberikan pemerintah Inggris pada abad ke15 untuk meransang minat usaha swasta. Kemudian pada abad ke-17 prinsip tersebut
disebar luaskan keberbagai wilayah jajahan Inggris melalui East India Company dan
Hudson Bay Company yang kemudian dibakukan menjadi undang-undang parlemen
pada tahun 1662 (Clapham, 1957). Sejak saat itu, badan usaha ini makin populer karena
merangsang kreativitas dan keberanian para pengusaha dalam menekuni bisnis. Bahkan,
jenis badan usaha ini pula yang kemudian mengembangkan beberapa jalan raya dan
kereta api ternama di Inggris (Supardan, 2008, 399-412).
35
Zakaria
BAB V
STRUKTUR SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL
Masyarakat dapat dikaji dari dua aspek, yaitu aspek struktur yang bersifat statis
dan dari aspek interaksi yang bersifat dinamis merupakan awal dari terjadinya proses
sosial. Kedua aspek tersebut menjadi perhatian dalam pembahasan Sosiologi Ekonomi
ini.
I.
Struktur Sosial
Ting Chew Peh (1985, 124-124) mengatakan, Struktur sosial adalah salah satu
konsep yang paling banyak digunakan dalam sosiologi dan juga paling sukar untuk
diberi definisi yang tepat. Sampai saat ini belum ada kesepakatan para ahli terhadap
penafsiran konsep tersebut.
Soleman B. Taneko (1984, 47) mengatakan, Struktur sosial adalah jalinan antara unsurunsur sosial yang pokok yaitu kaedah-kaedah atau norma-norma sosial, lembagalembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.
A.
A.1.
Pengertian
Sama halnya dengan struktur sosial, dimana tidak terdapat kesepakatan
mengenai pengertian konsep kelompok sosial. Namun demikian untuk mengenal apa itu
kelompok sosial dapat disimak penjelasan dua ahli sosiologi berikut ini.
T.B. Bottomore, mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kelompok individu yang
mempunyai dua ciri utama, yaitu :
1.
wujud hubungan tertentu diantara individu-individu tersebut,
2.
tiap-tiap individu sadar akan kumpulan itu serta simbol-simbolnya. Dalam
perkataan lain satu kelompok sosial mempunyai struktur dan organisasinya yang
asas (termasuk peraturan-peraturan dan upacara) dan satu dasar psikologi
mengenai kesadaran anggota-anggotanya.
Contohnya adalah keluarga, partai politik, kesatuan sekerja, dan negara. (Ting
Chew Peh, 1985, 58).
Soerjono Soekanto (1982, 111) mengatakan bahwa suatu kumpulan
manusia itu dapat disebut sebagai kelompok sosial, apabila memenuhi persyaratan
tertentu, antara lain :
1.
setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa ia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan,
2.
ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya,
dalam kelompok itu,
3.
ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu,
sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan
36
Zakaria
4.
nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang
sama, musuh yang sama,. dan lain-lain,
berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku.
A.2.
37
Zakaria
manusia, akan tetapi juga merupakan pola-pola yang berhubungan dengaan asosiasi
(organisasi) untuk menjalankannya.
B.2. Fungsi Lembaga
Institusi merupakan pola atau blueprint untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, dengan demikian institusi mempunyai fungsi. Fungsi dari institusi
dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang yang disebut fungsionaris. Menurut
Soerjono Soekanto (1981, 74) lembaga sosial mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
1.
Memberikan pedoman kepada para anggota masyarakat, bagaimana mereka
bersikap atau bertingkah-laku di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan yang bersangkutan.
2.
Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
3.
Memberikan pegangan
kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control).
B.3. Bentuk-Bentuk Lembaga Sosial
Menurut Bruce J. Cohen (1983, 147), ada lima pranata atau lembaga sosial
pokok yang terdapat dalam setiap masyarakat. Pranata-pranata tersebut adalah :
1.
Lembaga Keluarga
2.
Lembaga Pendidikan
3.
Lembaga Ekonomi
4.
Lembaga Keagamaan
5.
Lembaga Pemerintahan.
B.4. Terbentuknya Lembaga
Bila pengertian tentang lembaga (institution) yang telah dipaparkan pada bagian
terdahulu dicermati secara lebih mendalam dapat disimpulkan bahwa lembaga (institusi)
terbentuk melalui suatu proses yang berkaitan dengan sistem nilai dan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan. Artinya sistem nilai dan keragaman kebutuhan itu menjadi dasar
terbentuknya lembaga. Persoalannya sistem nilai dan kebutuhan manusia itu sangat
beragam, dengan demikian dapat diasumsikan bahwa lembaga itu akan terbentuk secara
beragam melalui proses yang beragam pula.
Paul B. Horton dan Chaster L. Hunt (1976, 169) mengatakan bahwa institusi itu
sebagian besar muncul dari kehidupan bersama dan ia merupakan hal yang tidak
direncanakan. Para warga masyarakat pada awalnya mencari cara-cara yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian mereka menemukan
beberapa pola yang dapat digunakan dan dalam proses selanjutnya diperkuat melalui
kebiasaan yang dibakukan.
Maurice Duverger (1982,112-114) mengatakan lembaga-lembaga itu muncul
melalui dua cara yaitu ada secara otomatis dan ada pula melalui kesadaran. Menurut
Duverger, lembaga-lembaga yang muncul secara otomatis, bahkan hampir secara
mekanis, dapat dikatakan merupakan permainan antara kekuatan dan peristiwaperistiwa. Akibat dari hal tersebut muncullah kelas-kelas sosial, tingkat pendapatan,
cara hidup, dan seterusnya. Orang-orang yang berada dalam lembaga tersebut bisa saja
tidak menyadari tentang kehadirannya, namun permainan antara kekuatan dan
peristiwa-peristiwa memperkuat dan mengubah kesadaran mereka. Apakah seseorang
pro atau kontra terhadapnya, apakah seseorang menganggapnya baik atau
buruk, benar atau salah, bukanlah alasan dasar bagi kehadirannya, meskipun
38
Zakaria
jenis penilaian semacam itu juga mempunyai pengaruh besar terhadapnya. Lembaga
yang muncul secara otomatis itu disebutnya institutions by pure fact.
Sebaliknya, ada pula lembaga-lembaga dimana kemunculannya didasarkan pada
kesadaran akan kehadirannya dan pada pertimbangan nilai. Artinya lembaga itu
dibentuk secara sengaja, dan disebut institutions by design atau disebut juga
lembaga-lembaga normatif. Lembaga ini berfungsi menurut undang-undang yang
dibuat terdahulu, yang mengatur rule of conduct (aturan prilaku) yang harus dipatuhi
oleh para anggotanya di dalam tingkah lakunya. Duverger mengelompokkan lembagalembaga normative itu ke dalam tiga jenis, yaitu : Pertama, lembaga normatif yang
berdasarkan hukum; kedua, lembaga normatif yang berdasarkan prinsip-prinsip moral;
dan ketiga, lembaga normatif yang didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan sosial (social
customs).
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, bila norma-norma telah
mengalami suatu proses, pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga
kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan institutionalization, yaitu suatu proses yang
dilewati oleh suatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah
satu
lembaga
kemasyarakatan.
Cohen
mengatakan
Institutionalization
(institusionalisasi adalah perkembangan sistem yang teratur dari norma status dan
peranan-peranan yang ditetapkan yang diterima oleh masyarakat. Melalui
institusionalisasi, perilaku yang sepontan dan semaunya diganti dengan perilaku yang
teratur dan direncanakan. Karena terjadinya proses institutionalized itu, maka dalam
proses pembentukannya lembaga kemasyarakatan dapat di kelompokkan menjadi dua.
Pertama, lembaga kemasyarakatan sebagai peraturan (regulative social institutions).
Kedua, lembaga yang sungguh-sungguh berlaku (operative social institutions)
(Soekanto,1981, 77-78).
Soekanto menegaskan, lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan
apabila norma-norma tersebut membatasi serta megatur perikelakuan orang-orang.
Misalnya lembaga perkawinan mengatur hubungan antara wanita dengan pria;lembaga
kekeluargaan mengatur hubungan antara angota-anggota keluarga di dalam suatu
masyarakat; lembaga kewarisan mengatur proses beralihnya harta kekayaan dari satu
generasi pada generasi yang berikutnya dan lain sebagainya. Lembaga kemasyarakatan
yang dianggap sebagai sungguh-sungguh berlaku (operative social institutions), apabila
norma-normanya membantu pelaksanaan pola-pola kemasyarakatan sepenuhnya.
Prikelakuan perseorangan merupakan hal yang sekunder bagi lembaga kemasyarakatan
yang dianggap sebagai peraturan.
Paksaan hukum di dalam pelaksanaan lembaga kemasyarakatan yang berlaku
sebagai peraturan tidak selalu dipergunakan; sebaliknya, tekanan yang diutamakan
terhadap paksaan daripada masyarakat. Pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
berlaku sungguh-sungguh faktor paksaan tergantung daripada pertimbanganpertimbangan kesejahteraan, gotongroyong, kerjasama dan sebagainya. Betapapun
kerasnyausaha-usaha dari suatu fihak untuk mencoba agar suatu norma diterima oleh
masyarakat, akan tetapi norma tadi tidak akan institutionalized (melembaga) apabila
belum melewati proses institutionalizations.
Terbentuknya suatu lembaga erat sekali kaitannya dengan kebutuhan manusia,
sedangkan kebutuhan manusia itu tampak sangat beragam. Untuk memenuhi segala
macam kebutuhan itu mendorong manusia untuk berbuat sesuatu (bertingkahlaku).
Semua tingkahlaku manusia pada hakekatnya mempunyai motif. Motif manusia dapat
bekerja secara sadar dan juga secara tidak sadar bagi dirinya. Motif manusia itu
39
Zakaria
merupakan dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari
dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Menurut Gerungan (1980, 143) motif itu
memberi tujuan dan arah kepada tingkahlaku kita.
W.A.Gerungan (1980, 143-145) mengelompokkan motif itu ke dalam empat
macam yaitu :
1.
Motif tunggal atau motif bergabung.
2.
Motif biogenetis, motif ini berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme manusia
demi kelanjutan hidupnya secara biologis. Motif biogenetis ini bercorak
universaldan kurang terkait kepada lingkungan kebudayaan dimana manusia itu
berada dan berkembang. Motif ini asli di dalam diri manusia dan berkembang
dengan sendirinya. Contohnya, lapar, haus, seksual dan sebagainya.
3.
Motif sosiogenetis, yaitu motif yang muncul melali proses belajar dari
lingkungannya. Motif sosiogenetis ini tidak bisa berkembang sendiri, tetapi harus
melalui interaksi sosial dengan orang atau hasil kebudayaan orang. Motif
sosiogenetis itu sangat beragam. Contohnya dalam bidang makanan, kesenian,
pengetahuan dan sebagainya.
4.
Motif theogenetis, yaitu motif yang berasal dari hubungan dengan Ketuhanan.
Motif ini berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan. Contoh mengabdi
kepada Tuhan, merelisasi norma-norma agama dan sebagainya.
Selain motif yang dikemukakan Gerungan, ada pendapat lain yang menggunakan
konsep hasrat (keinginan yang kuat) yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
manusia. Hasrat ini mendorong manusia untuk bertingkahlaku, hasrat tersebut dapat
mendorong manusia bekerja secara sadar atau tidak sadar. Hasrat atau keinginan itu
muncul bisa berasal dari dalam diri manusia dan bisa juga pengaruh yang berasal dari
luar dirinya (lingkungan). P. J. Bouman (1963, 16-31) mengemukakan ada delapan
macam hasrat manusia sebagai makhluk masyarakat, yaitu :
1.
Hasrat sosial, yaitu merupakan keinginan manusia untuk hidup bersama yang
diwarnai oleh sifat-sifat bawaan diri manusia dan sifat-sifat yang diperoleh
melalui proses yang terjadi di luar diri manusia (yang diperoleh melalui
lingkungan).
2.
Rasa harga diri, adalah keinginan manusia untuk dihargai yang datang dari dalam
diri manusia maupun dari dalam diri manusia lain.
3.
Hasrat untuk patuh, yaitu keinginan untuk menghargai atau menghormati orang
lain.
4.
Hasrat meniru, adalah keinginan untuk menyamakan dirinya, keinginannya atau
perbuatannya dengan orang lain.
5.
Hasrat bergaul, merupakan pernyataan diri atau tindakan seseorang untuk bersama
dengan orang lain.
6.
Hasrat tolong-menolong dan simpati, keinginan untuk turut berbuat atau
merasakan dengan orang lain.
7.
Hasrat berjuang, adalah keinginan untuk mempertahankan dan pembelaan dirinya
terhadap orang lain dan lingkunganya.
8.
Hasrat memberitahukan dan sifat mudah menerima kesan, adalah keinginan untuk
menyatakan perasaan dan mencari hubungan dengan orang lain.
B.5. Ciri-Ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan
40
Zakaria
Bruce J. Cohen (1983, 147-149) mengatakan untuk memahami apa yang disebut
dengan lembaga atau pranata, ia mengemukakan enam karakteristik lembaga yang
penting, yaitu :
1.
Tiap lembaga memiliki tujuan utama yaitu kebutuhan-kebutuhan khusus
masyarakat.
2.
Lembaga mengandung nilai-nilai pokok yang bersumber dari para anggotanya.
3.
Lembaga relatif bersifat permanen, dalam hal pola-pola prilaku yang ditetapkan
dalam lembaga menjadi bagian tradisi kebudayaan yang ada.
4.
Dasar-dasar lembaga-lembaga sosial begitu luas sehingga kegiatan-kegiatan
mereka menempati kedudukan sentral dalam masyarakat; perubahan dramatispada
satu lembaga kemungkinan besar dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga yang lain.
5.
Meskipun semua lembaga memiliki sifat saling ketergantungan dalam masyarakat,
masing-masing lembaga disusun dan diorganisasi secara sempurna di sekitar
rangkaian pola-pola norma, nilai dan prilaku yang diharapkan.
6.
Ide-ide lembaga pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota masyarakat tidak
perduli apakah mereka turut berpartisipasi atau tidak dalam lembaga tersebut.
Selain Cohen, Gillin and Gillin mengemukakan mengemukakan ciri umum
lembaga kemasyarakatan yang tampaknya berbeda dengan karakteristik yang
dikemukakan oleh Cohen, yaitu sebagai berikut :
1.
Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi daripada pola-pola
pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adatistiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-unsur kebudayaan lainnyayang
secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam satu unit yang
fungsional.
2.
Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semau lembaga
kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru
akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melalui waktu yang relatif
lama.
3.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuantertentu.
4.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan,
mesin-mesin dan lain sebagainya.
5.
Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri yang khas dari lembaga
kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan.
6.
Suatu lembaga kemasyarakatan, mempunyai suatu tradisi yang tertulis atau pun
yang tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lainlain. Tradisi tersebut merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok daripada masyarakat, di mana
lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya (Soekanto, 1981, 81-83).
B.6. Macam-macam atau Bentuk-bentuk Lembaga Kemasyarakatan
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, dimana manusia sebagai
makluk sosial memiliki kebutuhan yang sangat beragam. Keragaman kebutuhan itu
berpengaruh terhadap lembaga yang muncul dalam masyarakat. Bila ditelusuri berbagai
macam kebutuhan manusia dan setiap jenis kebutuhan itu memunculkan lembaga maka
41
Zakaria
macam lembaga beraneka ragam pula dan tidak mungkin dituangkan semuanya disini.
Oleh karena itu perlu melihat kebutuhan manusia yang bersifat mendasar dan umum.
Apa saja yang menjadi kebutuhan dasar manusia dan bersifat umum tersebut.
Secara naluriah manusia mempunyai kebutuhan sexsual, keturunan, makanan,
minuman, pakaian, kepercayaan, keyakinan, persembahan, keingintahuan,
pengetahuan, perlindungan atau keamanan. Berdasakan kebutuhan naluriah tersebut
maka muncullah bermacam-macam lembaga kemasyarakatan seperti :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan sexsual, keturunan dibentuklah lembaga
kekeluargaan.
2.
Untuk memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan lainnya dibentuklah
lembaga perekonomian.
3.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap kepercayaan, keyakinan, persembahan dan
lainnya dibentuk pula lembaga keagamaan.
4.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap keingintahuan, pengetahuan, dan lainnya
dibentuk pula lembaga pendidikan.
5.
Untuk memenuhi kebutuhan akan perlindungan, keamanan dan lainnya maka
dibentuklah lembaga pemerintahan.
Setiap bentuk lembaga yang disebutkan di atas mempunyai bermacam-macam
lembaga lagi. Misalnya pada lembaga kekeluargaan ada yang disebut lembaga keluarga,
lembaga perkawinan, dan lainnya. Pada lembaga perekonomian ada yang disebut
lembaga perkreditan, lembaga keuangan, lembaga perdagangan, dan lainnya. Begitu
juga terhadap lembaga lain seperti lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan
lembaga pemerintahan.
Bruce J. Cohen (1983, 147) mengatakan ada lima pranata atau lembaga sosial
pokok yang terdapat dalam setiap masyarakat. Pranata-pranata ini ialah kekeluargaan,
pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan pemerintahan. Selanjutnya Cohen menjelaskan,
karena institusi melibatkan sistem pola dan hubungan masyarakat yang teratur, maka
diperlukan adanya individu-individu yang berinteraksi di dalam lembaga-lembaga.
Individu-individu tersebut menduduki posisi-posisi di dalam struktur lembaga-lembaga
keseluruhan dan menjalankan peranan mereka masing-masing. Dalam lembaga
semacam itu, individu-individu mungkin membentuk suatu asosiasi agar dapat
menjalankan peranan-peranan mereka secara efektif dengan tingkat organisasi yang
perlu.
Pendapat yang lain dikemukakan pula oleh Koentjaraningrat (1980, 25-26) dimana
ia menggolongkan pranata sosial itu ke dalam delamat kelompok, dengan memakai
delapan kebutuhan hidup manusia sebagai prinsip penggolongan, yaitu sebagai berikut :
1.
Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, ialah yang
sering disebut kinship atau dometic institutions. Contoh : penglamaran,
perkawinan, poligami, pengasuhan kanak-kanak, perceraian dan sebagainya.
2.
Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencarian
hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta dan benda, ialah
economic institutions. Contoh : pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme,
industri, barte, koperasi, penjualan dan sebagainya.
3.
Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan
manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, ialah educational
institutions. Contoh : pengasuhan kanak-kanak, pendidikan rakyat, pendidikan
menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keagamaan,
pers, perpustakaan umum dan sebagainya.
42
Zakaria
4.
5.
6.
7.
8.
Lembaga Keluarga
43
Zakaria
Lembaga
Pendidikan
Lembaga
Keagamaan
Lembaga Ekonomi
Lembaga
Pemerintahan
44
Zakaria
45
Zakaria
C.
C.1. Pengertian
Kebanyakan sosiolog bila menjelaskan tentang norma atau kaedah sosial,
tampaknya mereka menggunakan konsep kebudayaan. Seperti yang dikemukakan oleh
beberapa ahli berikut ini.
1.
Menurut Alvin L. Bertrand (1980, 119), norma-norma adalah merupakan suatu
standard tingkahlaku yang terdapat di dalam semua masyarakat, seperti bagaimana
cara berpakaian pada peristiwa-peristiwa tertentu, bagaimana menegur orang lain
dari kelas-kelas yang berlainan.
2.
Menurut Saparinah Sadli (1977, 13-14), Norma-norma itu dapat dianggap
sebagai suatu konsep yang menyangkut semua keteraturan sosial yang berhubungan
dengan evaluasi dari obyek-obyek, individu-individu, tindakan-tindakan, dan
gagasan-gagasan.
3.
Menurut Emile Durkheim (Taneko, 1984, 67), Norma-norma sosial itu adalah
sesuatu yang berada di luar individu. Membatasi mereka dan mengendalikan
tingkahlaku mereka.
46
Zakaria
4.
D.
D.1. Pengertian
Istilah Social Stratification disinonimkan dalam bentuk ketaksamaan sosial atau
disebut juga sebagai lapisan sosial. Secara umum Social Stratification didefinisikan
sebagai bentuk kehidupan yang beraneka ragam baik secara vertikal maupun horizontal
dalam masyarakat. Berikut ini dipaparkan beberapa pendapat ahli tentang ketaksamaan
sosial itu.
1.
Pitirim A. Sorokin, mengatakan sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang
tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.
2.
Menurut Aristoteles, dalam tiap-tiap negara terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu dari
golongan orang-orang kaya, orang-orang miskin, dan golongan orang yang berada
ditengah-tengahnya.
3.
Ter-Haar, mengatakan pembagian anggota-anggota dalam kelas-kelas terdapat di
masyarakat-masyarakat hukum dalam banyak lingkungan hukum, walaupun
patokan untuk menjelaskan itu berbeda-beda.
4.
Menurut Adham Nasution, setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai,
mungkin berupa uang, tanah, benda-benda yang lain yang bernilai ekonomis,
mungkin pula kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama, keturunan
dari keluarga tertentu, pekerjaan, kecakapan, dan faktor-faktor lainnya.
Selanjutnya Ia mengatakan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat dapat terjadi
secara sengaja dan dapat pula terjadi dengan sendirinya.
5.
James C. Scott, mengatakan tiap-tiap stratifikasi melahirkan mitos atau
rasionalnya sendiri untuk menerangkan apa sebabnya orang-orang tertentu harus
dianggap lebih tinggi kedudukannya dari yang lain-lainnya.
D.2. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial
Menurut Bernard Barber ada 6 (enam) dimensi dari stratifikasi sosial, yaitu :
1.
Prestasi jabatan atau pekerjaan (Occupational prestige).
2.
Rangking dalam wewenang atau kekuasaan (Authority or Power rangking).
47
Zakaria
3.
4.
5.
6.
48
Zakaria
Ad.1. Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersamasama dan tango yang artinya menyentuh.Gabungan kedua kata tersebut
secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh.
Walaupun kontak itu secara harfiah diartikan bersama-sama menyentu tapi
bukan dalam arti menyentuh badan fisik. Sepereti yang dikemukakan oleh para ahli di
atas bahwa sama-sama menyentuh itu dalam arti hubungan sosial, yaitu pengertianpengertian.
Menurut Soerjono Soekanto (1981, 195-196), kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu :
a.
antara orang perorangan,
b.
antara orang perorangan dengan suatu kelompok,
c.
antara kelompok dengan kelompok.
Kata Soerjono Soekanto, terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung
dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut.
Ad.2. Secara etimologis atau menurut asal usul kata, istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin communicatio dan perkataan ini bersumber pada kata communis
yang berarti sama. Dengan demikian kata komunikasi dapat diartikan sama
makna.
Secara umum dapat didefinisikan komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial. Menurut Onong Uchjana Effendy (1992, 5), Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun
tak langsung melalui media.
Kata Soerjono Soekanto (1981, 197), Arti yang terpenting dari komunikasi
adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan apa yang
ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Onong Uchjana Effendy (1992, 6) mengatakan, Dalam bahasa komunikasi ada
sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dalam komunikasi, yaitu :
a.
komunikator yaitu orang yang menyampaikan pesan;
b.
pesan yaitu pernyataan yang didukung oleh lambang;
c.
komunikan yaitu orang yang menerima pesan;
d.
media yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh
tempatnya atau banyak jumlahnya;
e.
efek yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan.
A.3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial itu dikemukakan oleh para ahli sosiologi sangat
beragam, seperti Von Wiese membaginya ke dalam 650 bentuk, dan Rose membaginya
dalam 38 bentuk pokok. Tetapi Park dan Burgess mengatakan ada 4 (empat) bentuk
fundamental dari interaksi sosial, yaitu :
a.
kerja sama (co-operation);
b.
persaingan (competition);
c.
pertikaian (conflict);
d.
acomodasi (accommodation) (Adham Nasution, 1979, 102).
49
Zakaria
Bentuk-bentuk Persaingan :
Oposisi
Kontroversial
Antagonis
Perlombaan atau Pertandingan.
50
Zakaria
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan
atau kelompok-kelompok manusia berusaha memenuhi atau mencapai tujuannya dengan
jalan menantang fisik lawan dengan ancaman dan/atau kekerasan.
Ting Chew Peh (1985, 67) mengatakan, Konflik adalah pertentangan secara langsung
dan sadar diantara individu atau kumpulan untuk mencapai matlamat (tujuan) bersama.
Untuk mencapat matlamat bersama ini, pihak lawan yang terlibat dalam sesuatu konflik
itu perlu ditewaskan terlebih dahulu. Dalam situasi konflik , karena timbulnya perasaan
permusuhan yang kuat, kerap kali penewasan lawan dianggap lebih penting dari pada
pencapaian matlamat (tujuan).
1)
2)
3)
4)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
51
Zakaria
3)
4)
5)
6)
7)
8)
52
Zakaria
DAFTAR BACAAN
Ala, Andre Bayo, 1985, Hakekat Politik, Akademika, Yogyakarta.
Bertrand, Alvin L, 1980, Sosiologi, Kerangka Acuan, Metode Penelitian, Teori-Teori
tentang Sosialisasi, Kepribadian dan Kebudayaan, Bina Ilmu, Surabaya.
Berry, David, 1982, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, Rajaali, Jakarta.
Cohen, Bruce. J, 1983, Sosiologi Suatu Pengantar, Bina Aksara, Jakarta.
Duverger, Maurice, 1982, Sosiologi Politik, Rajawali, Jakarta.
Giddens, Anthony, 1986, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, UI-PRESS, Jakarta.
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta.
Kumorotomo, Wahyudi, 1992, Etika Administrasi Negara, Rajawali, Jakarta.
Peh, Ting Chew, 1985, Konsep Asas Sosiologi, Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementriaan Pelajaran Malaysia, Kualalumpur.
Sadli, Saparinah, 1977, Persepsi Sosial Mengenai Prilaku Menyimpang, Bulan Bintang,
Jakarta.
Soekanto, Soerjono, 1981, Sosiologi Suatu Pengantar, UI-Press, Jakarta.
Taneko, Soleman B, 1984, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi
Pembanguna, Rajawali, Jakarta.
Veeger, K.J, 1985, Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan IndividuMasyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, Gramedia, Jakarta.
Warren and Roucek, 1964, Sosiologi, An Introduction, Littlefield, Adams dan Co, New
Jersey.
53
Zakaria
BAB VI
MASYARAKAT MODERN dan SEDANG MEMBANGUN
A. Pengerian
Setelah Perang Dunia II, para ahli ilmu kemasyarakatan (sosial) membuat klasifikasi
tentang masyarakat dalam berbagai aspek dengan indikator yang bermacam-macam.
Ada yang disebut masyarakat industri dan masyarakat aggraris, masyarakat Barat dan
masyarakat Timur, masyarakat maju dan masyarakat tertinggal, masyarakat pramodern
dan masyarakat modern, dan sebagainya. Kesemuanya itu menunjukkan bahwa
masyarakat itu berbeda-beda. Para ahli sosiologi selalu mengelompokkan masyarakat
itu ke dalam dua bentuk yang selalu bertolak belakang, seperti yang dikemukakan oleh
Ferdinand Toennies dan Emile Durkheim.
K.J. Veeger (1985, 128-130) mengungkapkan pandangan Toennies tentang dua tipe
masyarakat. Kata Toennies, masyarakat adalah ciptaan manusia sendiri, bukan
organisme yang dihasilkan oleh proses-proses biologis. Masyarakat adalah usaha
manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi-relasi timbal-balik yang mantap.
Kemauan manusia itulah yang mendasari terbentuknya masyarakat. Berkaitan denga
kemauan itu, Toennies mdembedakan apa yang disebut Triebwille, yaitu dorongan batin
berupa perasaan dengan Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai
suatu tujuan.
Triebwille meliputi sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak bersal dari
perhitungan akal-budi melulu, melainkan dari watak, hati atau jiwa orang yang
bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecendrungan psikis,
kebutuhan biotis, tradisi atau keyakinan orang. Misalnya orang bekerja sama karena
senang dengan keramaian, atau karena ingin belajar, atau mau menolong, atau merasa
diri berguna, kreatif, dan sebagainya. Seorang filsuf Prancis, mengatakan, bahwa hati
manusia mempunyai logikanya sendiri, yang sering tidak mengerti atau mungkin
dipertanggungjawabkan oleh pikiran rasional.
Triebwille paling menonjol pada kaum petani, orang seniman, rakyat sederhana,
khususnya wanita, dan generasi muda. Triebwille disebut juga dengan Gemeinschaft.
Menurut Toennies, prototipe semua persekutuan hidup yang dinamakan Gemenschaft
adalah keluarga. Orang memasuki jaringan relasi-relasi kekeluargaan karena lahir.
Walaupun kemauan bebas dan pertimbangan rasional dapat menentukan apakah
orangnya akan tetap tinggal dalam keluarganya atau tidak, namun relasi itu sendiri tidak
tergantung seluruhnya dari kemauan dan pertimbangan itu.
54
Zakaria
Zweckwille adalah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu menggunakan
tindakan rasional. Menuntun orang dalam merencanakan langkah-langkah tepat untuk
mencapai tujuan. Pertimbangan nonrasional tidak dimasukkan ke dalam perhitungan
mereka. Biasanya dibidang ekonomi orang yang hendak mencari keuntungan atau
memberi jasa-jasa pelayanan didorong oleh Zweckwille. Dalam rangka tujuan tersebut
mereka mendirikan kongsi-kongsi atau mengadakan relasi-relasi dagang, dimana bukan
relasi sendiri menjadi pertimbangan, melainkan tujuan yang akan dicapai melalui relasi
itu. Zweckwille disebut juga Gesellschaft yaitu suatu tipe asosiasi dimana relasi-relasi
bersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor lahiriah, seperti
persetujuan, peraturan, undang-undang, dan sebagainya. Kata Toennies Geselschaft
berhubungan dengan perjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk atas cara buatan
(artificial). Kalau dilihat sepintas-lalu saja, kumpulan itu mirip dengan Gemeinschaft,
yaitu sejauh para anggota individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai,
tetapi dalam Gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu, sekalipun ada faktorfaktor yang memisahkan. Berbeda dengan Gesellschaft dimana pada dasarnya mereka
tetap terpisah satu dari yang lain, sekalipun ada faktor-faktor yang mempersatukan.
Toennies menggunakan istilah hidup yang organis dan nyata (real) untuk relasirelasi yang berlaku di dalam Gemeinschaft, dan istilah struktur yang khayal dan
mekanis untuk relasi-relasi yang berlaku di dalam Gesellschaft. Yang pertama
membentuk suatu kesatun hidup, dimana unsur kesatuan dan kolektivitas lebih
menonjol. Yang kedua menyerupai bagan mekanisme, dimana individu dan
kepentingannya lebih menonjol. Dunia bisnis dan masyarakat dimana kelas menengah
telah memperoleh kedudukan penting (misalnya kota besar), dicirikhaskan oleh relasirelasi persaingan, perlawanan, atau kerja sama atas dasar kepentingan individual
pesertanya. Zweckwille lebih menonjol dikalangan pedagang, ilmuwan, dan pejabatpejabat.
Emile Durkheim mengatakan, bahwa unsur baku dalam masyarakat adalah faktor
solidaritas. Solidaritas itu dikelompokkannya menjadi dua, yaitu solidaritas mekanis
dan solidaritas organis. Pada masyarakat memiliki sifat-sifat dimana warga
masyarakatnya belum mempunyai difrensiasi dan pembagian kerja. Selain itu warga
masyarakatnya mempunyai kepentingan yang sama dan kesadaran yang sama pula.
Masyarakat dengan solidaritas organis memiliki ciri telah mempunyai pembagian kerja
yang ditandai dengan derajat spesialisasi tertentu. Masyarakat solidaritas organis ini
merupakan perkembangan dari masyarakat solidaritas mekanis.
Durkheim menjelaskan latar belakang munculnya masyarakat modern yang
pluralistis yang bersifat sosiologis. Kata Durkheim, masyarakat kuno dicirikhaskan
oleh suatu solidaritas mekanis. Kata mekanis tidak digunakan dalam arti
individualistis atau atomis. Tetapi merupakan kesadaran diri sebagai individu di zaman
purba masih lemah, sedangkan kesadaran kolehtif memerintah atas bagian terbesar
kehidupan orang. Kepercayaan yang sama, perasaan yang sama, dan tingkah laku yang
sama mempersatukan orang menjadi masyarakat. Apa yang dicelah oleh yang satu,
dicelah oleh yang lain juga. Apa yang dianggap baik oleh yang satu, dianggap begitu
juga oleh yang lain. Kesatuan sosial inilah yang disebut mekanis, karena anggotanya
secara sepontan cendrung kepada suatu pola hidup bersama yang sama. Perbedaan
diantara individu-individu dianggap tidak penting, sehingga tiap-tiap orang selalu dapat
digantikan oleh orang lain. Perasaan bersatu antara mereka kuat, sebab mereka
mempunyaisumber kesadaran kolektif yang satu dan sama yang biasanya disebut alam.
55
Zakaria
Tidak adanya pembagian kerja atau fungsi-fungsi yang berbeda diakibatkan oleh
peranan besar masyarakat, yang memukulratakan dan menyeragamkan para anggotanya.
Masyarakat modern disatukan oleh suatu Solidaritas Organis . Dalam bentuk
ini justru perbedaan antara anggota individual membuat mereka bermasyarakat. Mereka
saling membutuhkan dan oleh karenanya menjadi bergantung satu kepada yang lain.
Durkheim menggunakan istilah organis di bawah pengaruh organisme. Sebagaimana
organ-organ yang berlainan fungsinya menyokong dan menjamin seluruh kehidupan
badan, demikian juga pandangan, perasaan, dan tindakan sosial yang berlainan
menyangga masyarakat. Dalam masyarakat modern kebebasan individu dan toleransi
terhadap keyakinan individual dan caranya masing-masing anggota mengatur hidupnya
sendiri, menonjol. Bidang-bidang kehidupan yang dikuasai oleh kesadaran kolektif,
makin menyempit. Masyarakat diandaikan tidak berhak untuk mencampuri urusanurusan pribadi yang makin meluas.
Di samping luasnya, juga kuatnya pengaruh kesadaran kolehtif atas individu
berkurang dalam masyarakat pluralistis. Kalau semua orang menjadi sama dan diikat
oleh solidaritas mekanis, tiap-tiap sikap atau tindakan yang menyimpang dari pola
umum, menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat. Orang tidaksenang melihat bahwa
diantara mereka ada yang hendak memamerkan suatu posisi luar biasa. Setiap
pelanggaran hukum langsung dirasa oleh masyarakat sebagai ancaman terhadap
eksistensinya, dan dibalas dengan hukman berat. Kelakuan yang diharapkan dari tiaptiap orang telah dirumuskan secara terperinci sampai dengan hal-hal kecil, dan
diwajibkan.
Kata Durkheim, dalam masyarakat-masyarakat yang tingkat perkembangannya
masih rendah, hampir seluruh tata hukum bersifat pidana dan tidak berubah. Umumnya
hukum agama selalu bersifat mengekang dan sesuai dengan hakikatnya tampak
konservatif. Berbeda dengan masyarakat dengan tipe pluralistis, dimana relasi-relasi
kolektif terhadap pelanggaran-pelanggaran menjadi lebih lemah.Orangnya merasa diri
lebih bebas karenanya. Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir
individual, itulah yang mendasari struktur masyarakat pluralis. Penghargaan barun itu
tidak timbul dengan sendirinya dalam individu, tetapi berasal dari masyarakat sendiri.
Ahli Antropologi Redfield telah mendorong untuk membuat tipe-tipe masyarakat. Ia
membuat tipe masyarakat di pedesaan di daerah peradaban lama, dan sekaligus ia juga
mengemukakan penyusunan tipologi dari bangsa-bangsa yang butatulis. Dalam hal ini
ia mengikuti ahli-ahli sosiologi klasik seperti Toennies, Durkheim, dan Maine.
Masyarakat-masyarakat yang primitif atau butatulis itu ialah masyarakat yang agak
rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya, sehingga tingkat produksinya
agak rendah dan tidak banyak sisa bahan makanan. Masyarakat-masyarakat tersebut
ialah masyarakat yang organisasi berdasarkan perkembangan teknik ekonomi yang
termasuk dalam mutasi pertama Linton. Pertama-tama yang termasuk di dalamnya ialah
pemburu, penangkap ikan dan pengumpul bahan makanan. Kondisi yang demikian juga
terdapat dalam bangsa-bangsa yang sudah dapat mengadakan produksi makanan atau
memelihara binatang. Tetapi tingkat produksi mereka tidak memungkinkan timbulnya
peradaban atau pergaulan yang lebih kompleks.
Masyarakat primitif atau butatulis itu cukup kecil, antara beberapa puluh sampai
beberapa ratus jiwa. Artinya, suku bangsa atau bangsa kecil-kecil yang kebudayaannya
sedikit banyak memperlihatkan persamaan jumlah anggotanya dapat saja sampai beriburibu, akan tetapi pedukhan atau desa yang kecil-kecil merupakan kelompok pergaulan
yang cukup dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan hanya sedikit sekali tergantung
56
Zakaria
57
Zakaria
Gejala lain dalam kaitan ini ialah sifat hubungan yang berhadapan muka (face to
face). Karena kecilnya skala pergaulan, maka anggota-anggota masyarakat itu saling
mengenal secara pribadi. Tidak banyak terjadi kontak dengan orang-orang yang tidak
dikenal. Maka tidak banyak hubungan yang hanya sebagai sarana atau zakelijk saja.
Yang langsung berkaitan dengan ini ialah, bahwa hubungan-hubungan itu tidak
dimaksudkan untuk mencapai tujuan khusus dengan batas-batas yang tegas dan hanya
terbatas kepada tujuan itu saja. Orang saling berhubungan dalam beraneka ragam ikatan.
Dalam masyarakat yang kompleks ada banyak hubungan antar individu dengan
tujuan-tujuan khusus. Orang saling bertemu dan mengenal hanya sebagai pemegang
peranan tertentu dan selanjutnya tidak tahu apa-apa lagi tentang peranan-peranan orang
lain yang banyak jumlahnya itu. Untuk relasi yang berbeda-beda sifatnya digunakan
bermacam-macam istilah, antara lain: relasi single stranded (jalur tunggal), dan
many stranded (jalur banyak), relasi one role (peranan tunggal) dan multi role
(peranan majemuk), relasi simplex (tunggal) dan multiplex (ganda) serta relasi one
dimensional (satu dimensi) dan multi dimensional (multi dimensi).
Perbedaan-perbedaan sifat mengenai ikatan-ikatan itu juga tampak dalam normanorma yang berlaku untuk relasi-relasi itu. Dalam relasi yang berjalur banyak (many
stranded) terdapat norma kebauran (diffusheid), artinya: dalam pergaulan, meskipun
untuk melaksanakan peranan tertentu, tidak ada tata kelakuan yang dijabarkan dengan
jelas dan tegas. Lawannya kebauran yaitu kespesifikan. Kalau norma ini yang
berlaku , ada penjabaran yang jelas dan tegas mengenai tata kelakuan bagi orang-orang
yang bergaul. Di sini kelakuan itu jelas hubungannya dengan tujuan khusus dengan
pergaulan tertentu dan dibatasi oleh tujuan itu.
Schoorl (1981, 94), menjelaskan kota-kota praindustri merupakan pusat-pusat
masyarakat yang agak kompleks, yang disebut juga peradaban kuno. Sebagai pusat,
kota-kota merupakan satu ikatan masyarakat dengan desa-desa yang termasuk
peradaban itu. Kota-kota seolah-olah merupakan perwujudan yang paling jelas dan
semakin besarnya skala dan diferensiasi masyarakat tipe ini. Kehidupan kota hanya
mungkin kalau didasarkan atas pembagian kerja dan spesialisasi. Pola aktivitas yang
dominan di kota itu bukanlah pola agraria. Berkat sisa produksi makanan di desa-desa,
penduduk kota dapat hidup dan melakukan aktivitas nonagraria.
Gejala yang paling menonjol dalam struktur sosial kota praindustri ialah dichotomi
antara lapisan atas dan lapisan bawah dalam stratifikasi sosial yang oleh Sjoberg disebut
kelas-kelas sosial. Perilaku sosial ditentukan sekali oleh keanggotaan orang di dalam
suatu kelas tertentu. Mobilitas sosial tidak banyak, artinya orang terlahir di dalam suatu
kelastertentu dan tidak banyak kesempatan untuk naik ke kelas lain. Kelas atasan
berpengaruh di dalam masyarakat lokal dan di desa-desa di sekitarnya. Kenikmatan
hidup elit di kota dimungkinkan oleh kelebihan produksi dari kelas bawahan di kota
dan para petani di desa-desa. Anggota-anggota kelas atasan menempati kedudukankedudukan tinggi di dalam struktur hirarki, yang timbul di dalam masyarakat yang
terorganisir dengan skala besar, yaitu di dalam birokrasi pemerintahan, birokrasi militer,
dan birokrasi agama.
Kelas-kelas tersebut yang satu jelas berbeda dari yang lain karena caranya berbicara,
tingkah lakunya, pakaiannya, perhiasannya, dan seterusnya. Banyak masyarakat
diketahui mengadakan pengawasan agar warganya bertindak dan berpakaian menurut
kelasnya masing-masing.
Struktur sosial tercermin dalam pola perkampungan di kota-kota. Pusat kota
terutama adalah tempat tinggal kaum elit dan tempat dimana mereka melakukan
58
Zakaria
59
Zakaria
60
Zakaria
yang skalanya lebih besar. Dalam masyarakat tersebut lebih banyak orang yang dengan
sadar saling berhubungan, kecuali hubungan dengan masyarakat lain dan dengan masa
lampau sangat bertambah besar jumlah dan intensitasnya. Karena ikatan anggota
masyarakat desa dengan dunia luar semakin banyak, tampak adanya gejala, bahwa
ketergantungan dan ikatan diantara mereka sendiri menjadi berkurang. Wilson bersama
isterinya menemukan sejumlah gejala di negara-negara sedang berkembang yang
berkaitan dengan perubahan struktur sosial baru yaitu:
a. apabila loyalitas semakin meluas, patriotisme lokal berkurang;
b. dengan meluasnya lingkup sejarah, pemujaan leluhur dekat menjadi kurang
penting;
c. di dalam masyarakat kota modern kesadaran sebagai warna masyarakat tidak
sebesar di dalam negara kota;
d. di dalam masyarakat modern ukuran dan arti kelompok kerabat tidak sebesar di
dalam masyarakat primitif.
Merupakan sebuah gambaran yang menarik mengenai gejala-gejala yang
dikemukakan dalam pernyataan, bahwa orang yang lebih mengutamakan kepentingan
kota dan kerabatnya sendiri daripada kepentingan negara, akan jatuh harganya dalam
pandangan sesamanya.
C.2. Proses diferensiasi
Aspek lain dalam proses modernisasi ialah proses diferensiasi. Hal tersebut
sebahagian telah tampak dalam uraian di atas. Misalnya integrasi politik dari
masyarakat lokal ke dalam negara nasional, karena terangkat ke dalam sistem hukum
nasional, dapat dikatakan, bahwa masyarakat lokal kehilangan sebagian besar fungsinya
yang berupa pengawasan atau kontrol sosial dan bahwa fungsi itu telah diambil alih
oleh organisasi khusus yang baru, yaitu peradilan nasional.
Difernsiasi struktural di dalam kelompok kerabat juga timbul karena
berkembangnya sistem pemasaran dan perekonomian uang, dengan organisasi masingmasing. Di banyak masyarakat primitif tukar menukar itu terutama terjadi di dalam atau
dengan menggunakan sistem kekerabatan. Fungsi kekerabatan yang demikian kini
hilang, karena timbulnya sistem-sistem yang khusus. Fungsi lain dari kelompok kerabat
yang lambat laun diambil alih oleh organisasi yang spesialis, ialah berpendidikan dan
latihan anak-anak muda di dalam masyarakat. Dengan diadakannya sistem pendidikan
formal di sekolah, sebagian pembudayaan dan sosialisasi terjadi di sekolah.
Sehubungan dengan perkembangan di atas, pembagian posisi di dalam masyarakat
makin jarang terjadi dengan melalui sistem kekerabatan. Ada organisasi-organisasi dan
prosedur baru untuk mengisi posisi yang tersedia. Pengambilalihan itu tidak sempurna,
akan tetapi dalam hubungan dengan jabatan-jabatan umum tidak dibenarkan untuk
mengisinya dengan menggunakan relasi kekerabatan. Jika ini terjadi, disebut nepotisme.
Sudah dikemukakan, bahwa pengawasan atas tingkah laku perorangan di dalam
masyarakat semakin tidak termasuk fungsi kelompok kerabat. Untuk keperluan itu
organisasi-organisasi umum yang spesialis, seperti polisi dan peradilan,semakin
dikembangkan. Masyarakat desa atau masyarakat kesukan sebagai keseluruhan
kehilangan fungsi-fungsi tertentu. Dengan demikian, fungsi politik telah diambil alih
oleh organisasi-organisasi spesialis. Fungsi-fungsi yang khas mengenai pemerintahan
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat atau kegiatan untuk kepentingan
masyarakat kini dijalankan oleh organisasi pemerintahan di tingkat lokal, regional atau
nasional.
61
Zakaria
Dapat diharapkan, bahwa di dunia ketiga proses diferensiasi struktural itu akan
berjalan atas dasar proses semakin bertambahnya pembagian tugas dan spesialisasi
pekerjaan. Proses ini terjadi di segala bidang kehidupan atau dengan kata lain meliputi
semua aspek kebudayaan. Memang di negara-negara sedang berkembang dewasa ini
terdapat bermacam-macam situasi peralihan. Disatu pihak ada masyarakat desa yang
masih sangat terasing, dimana proses diferensiasi belum atau hampir belum mulai, di
lain pihak sudah ada pusat-pusat perkotaan dengan struktur yang sangat besar
diferensiasinya.
62
Zakaria
memang ada, karena anggota masyarakat yang satu menganggap, bahwa anggota yang
lain mempunyai gengsi yang berbeda. Ini hubunganya dengan perbedaan gaya hidup,
cara berpikir, bahasa dan pakain. Karena struktur pekerjaan berpengaruh sekali atas
stratifikasi sosial, maka dapat dipahami, bahwa di dalam sistem intensitasnya sama
terjadi pergeseran-pergeseran besar, sepanjang stratifikasi itu ada.
Mungkin orang-orang yang di dalam masyarakat lama termasuk lapisan atas,
berusaha mempertahankan posisi mereka sedapat mungkin. Ini hanya mungkin, kalau
mereka dapat mengasosiasikan diri dengan kelompok-kelompok baru yang timbul,
misalnya apabila kaum aristokrasi berasosiasi dengan elit industri.
D. Masyarakat Plural
Seperti yang telah dikemukakan terdahulu, bahwa karena adanya modernisasi,
timbullah kelompok-kelompok fungsional baru dan lapisan-lapisan baru di dalam
masyarakat. Dalam paragraf ini akan ditelaah lebih lanjut garis-garis pemisah sosial
yang lain, yang timbul di dalam masyarakat karena terjadinya modernisasi atau oleh
karenanya menjadi menonjol sekali.
Dalam hubungan ini pembahasan terlebih dahulu membicarakan pengertian
masyarakat dualistik. Pengertian ini berasal dari ahli ekonomi Leiden, J. H Boeke, yang
menggunakan pengertian untuk masyarakat kolonial. Dalam menggunakan pengertian ia
sebenarnya tidak berusaha membuat tipologi masyarakat kolonial, akan tetapi tipologi
masyarakat pramodern yang terbawa oleh arus transformasi, meskipun hal itu terjadi
dalam konteks kolonial. Proses transformasi itu bukan proses yang mengubah seluruh
masyarakat sedikit demi sedikit. Terbukti sistem modern itu terdapat bersama-sama dan
berdampingan dengan sistem pramodern dan sering belum banyak terjadi integrasi
diantara kedua sistem itu.
Dalam analisis tentang masyarakat kolonial, Boeke melihat adanya dua sistem
sosial ekonomi atau lebih yang berbeda-beda dan terdapat pada waktu yang sama.
Secara global dapat dikatakan, bahwa disatu pihak ada sistem sosial ekonomi
masyarakat desa dan/atau masyarakat kesukuan, yang sangat berorientasi kepada
kebutuhan sendiri. Di sini kebutuhan akan barang-barang impor ditentukan dan dibatasi
oleh tujuan dan nilai-nilai tradisional, seperti yang telah dikemukakan lebih dahulu
tentang yang disebut masyarakat primitif atau pedesaan (peasant). Di samping itu ada
sistem industri yang kapitalis, yang dimasukkan oleh orang barat atau dari Barat.
Dalam sistem ini yang digunakan sebagai dasar produksi adalah perhitungan
rendabilitas.
Dalam skema kasar, masyarakat seperti dianalisis oleh Boeke dan Erasmus dapat
digambarkan sebagai piramida dengan bagian pucak yang kecil.
Puncak kecil, orientasinya sangat kebarat-baratan (modern).
Di daerah koloni dengan dominasi orang kulit putih, cq
orang asing.
Massa rakyat, kurang pendidikan dan orientasinya sangat
tradisional.
63
Zakaria
64
Zakaria