Anda di halaman 1dari 9

63

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Responden Sebelum Intervensi Dilakukan


Diketahui rata-rata skor pengetahuan responden yang berjumlah 25
orang sebelum dilakukan intervensi adalah 65,33 dengan standar deviasi 15,71
serta skor terendah adalah 33,33 dan skor tertinggi adalah 83,33. Pada hasil
estimasi interval dapat disimpulkan 95% dapat diyakini bahwa rata-rata skor
pengetahuan responden antara 58,84-71,81.
Dari hasil tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor pengetahuan
sebelum intervensi dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
responden belum mencapai kategori baik tentang risiko cedera kepala.
Penelitian ini menggambarkan bahwa remaja yang menyadari pentingnya
menggunakan helm sepeda motor masih sangat kurang dikarenakan oleh
beberapa faktor penyebab yang diantaranya adalah kurangnya pengetahuan
tentang bahaya dari risiko cedera kepala akibat kecelakan kendaraan
bermotor.
Menurut Notoatmodjo (2012) sebelum seseorang mengadopsi
perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat
perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shocker (2008) dengan judul

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan Cedera Kepala

63

64

(Sedang-Berat) Di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang menyatakan


bahwa sebelum (pre test) diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok
kontrol data pre test diperoleh bahwa tingkat pengetahuan dengan kriteria
tidak baik sebanyak 4 orang 26,7%, kurang sebanyak 6 orang (40,0 %), cukup
sebanyak 4 orang 26,7%, baik sebanyak 1 orang 6,7%.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) dalam Budiman dan
Riyanto (2014) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari
dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia,
serta keadaan sosial budaya.
Kurang baiknya pengetahuan tentang Risiko Cedera Kepala pada
siswa-siswi kelas XI SMAN 1 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman
disebabkan karena kurangnya perhatian siswa-siswi terhadap pentingnya
menggunakan helm sepeda motor dan minimnya sumber informasi yang
diperoleh oleh siswa-siswi tentang KLL dan bahaya Risiko Cedera Kepala.
Dari analisa kuesioner didapat hanya 56% responden yang mengenal jenis
helm yang memberikan perlindungan maksimal saat berkendaraan sepeda
motor. Selain itu hanya 40% responden yang mengetahui jenis komplikasi
bedah dan hanya 36% responden yang mengetahui jenis komplikasi non
bedah yang mungkin dialami oleh pasien cedera kepala. Hal ini
menggambarkan bahwa masih banyak responden yang tidak memahami
betapa bahayanya kejadian cedera kepala yang bisa didapatkan akibatnya
KLL. Oleh karena itu sangat penting dilakukan promosi kesehatan untuk

65

menyampaikan

informasi

sehingga

dapat

meningkatkan

pengetahuan

responden tentang Risiko Cedera Kepala.


B. Sikap Responden Sebelum Intervensi Dilakukan
Diketahui rata-rata skor sikap responden yang berjumlah 25 orang
sebelum dilakukan intervensi adalah 31,64 dengan standar deviasi 3,1 serta
skor terendah adalah 24 dan skor tertinggi adalah 36. Pada hasil estimasi
interval dapat disimpulkan 95% dapat diyakini bahwa rata-rata skor sikap
responden antara 30,36-32,92.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui selain terdapat skor sikap yang
cukup tinggi yaitu 36 akan tetapi terdapat juga responden yang memiliki skor
sikap cukup rendah yaitu 24. Namun, sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas. Tetapi merupakan
predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup
dan bukan sebuah reaksi terbuka. Oleh karena itu responden yang memiliki
skor sikap tinggi belum tentu mampu melakukan praktik aman berkendaran
sepeda motor.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadhillah dkk (2014)
tentang Mengubah Pandangan Mahasiswa Dalam Mengenakan Helm Saat
Berkendara Roda Dua Di Lingkungan Kampus Universitas Jenderal
Soedirman Fakultas Peternakan ditemukan tak kurang dari 66,67% responden
tak menggunakan helm sepeda motor dengan alasan bahwa rumah mereka
dekat.
Kurangnya

respon

positif

yang

ditunjukkan

oleh

responden

disebabkan minimnya sumber informasi yang diperoleh oleh responden

66

terhadap pentingnya menggunakan helm sepeda motor dalam meminimalisir


risiko cedera kepala jika terjadi KLL serta dalam menekan angka kematian
remaja akibat KLL. Hal ini ditunjukkan pada analisa kuesioner bahwa 44%
responden masih menyikapi bahwa meggunakan helm sepeda motor dalam
perjalanan jarak dekat itu tidaklah penting. Padahal terjadinya KLL
merupakan hal yang tidak terduga serta dapat terjadi kapan saja baik itu saat
dalam perjalanan jarak jauh maupun jarak dekat. Oleh sebab itu sangat
penting dilakukan promosi kesehatan untuk menyampaikan informasi
sehingga dapat meningkatkan sikap responden dalam menggunakan helm
sepeda motor.
C. Pengetahuan Responden Setelah Intervensi Dilakukan
Dalam penelitian ini telah diberikan intervensi kepada responden
berupa promosi kesehatan tentang Risiko Cedera Kepala sebagai upaya untuk
meningkatkan pengetahuan responden tentang Risiko Cedera Kepala. Dan
setelah diberikan intervensi dilakukan kembali uji pengetahuan dari uji
tersebut diketahui rata-rata skor pengetahuan dari uji tersebut diketahui ratarata skor pengetahuan responden yang berjumlah 25 orang setelah dilakukan
intervensi adalah 86,42 dengan standar deviasi 8,29, skor terendah adalah
66,66 dan skor tertinggi adalah 100. Pada hasil estimasi interval dapat
disimpulkan 95% dapat diyakini bahwa rata-rata skor pengetahuan responden
antara 82,9-89,75.
Dari gambaran hasil uji pengetahuan responden tentang risiko cedera
kepala diketahui rata-rata skor pengetahuan setelah intervensi terjadi

67

peningkatan

pengetahuan

responden

tentang

Risiko

Cedera

Kepala

dibandingkan dengan skor pengetahuan sebelum intervensi.


Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan dapat memberikan
pengetahuan baru atau menambah pengetahuan, walaupun intensitas
penerimaan pada setiap orang berbeda-beda. Upaya pemberian informasi
melalui promosi kesehatan akan meningkatkan stimulus pada indra
penerimaannya baik penglihatan pada media promosi kesehatan maupun pada
indera pendengaran sehingga pengetahuan responden akan meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Shocker (2008) dengan judul

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan Cedera Kepala


(Sedang-Berat) Di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang mana pada
penelitian tersebut didapatkan setelah diberikan penyuluhan kesehatan
terdapat peningkatan pada tingkat pengetahuan yaitu sebagian besar baik
67,7% dari hasil pre test baik hanya 6,7%.
Menurut analisis peneliti dalam pemberian promosi kesehatan tentang
Risiko Cedera Kepala cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan
responden tentang Risiko Cedera Kepala. Hal ini terlihat pada analisa
kuesioner dari hasil pre test hanya 56% responden yang mengenal jenis helm
yang memberikan perlindungan maksimal saat berkendaraan sepeda motor
menjadi 92% responden responden yang mengenal jenis helm yang
membrikan perlindungan maksimal saat berkendaran sepeda motor pada hasil
post test. Selain itu dari hasil pre test hanya 36% responden yang mengetahui

68

jenis komplikasi non bedah menjadi 84% reponden yang mengetahui jenis
komplikasi non bedah pada hasil post test.
D. Sikap Responden Setelah Intervensi Dilakukan
Dalam penelitian ini telah diberikan intervensi kepada responden
berupa promosi kesehatan tentang Risiko Cedera Kepala sebagai upaya untuk
meningkatkan sikap responden dalam menggunakan helm sepeda motor. Dan
setelah diberikan intervensi dilakukan kembali uji sikap dari uji tersebut
diketahui rata-rata skor sikap responden yang berjumlah 25 orang setelah
dilakukan intervensi adalah 33,16 dengan standar deviasi 2,93, skor terendah
adalah 24 dan skor tertinggi adalah 37. Pada hasil estimasi interval dapat
disimpulkan 95% dapat diyakini bahwa rata-rata skor sikap responden antara
31,95-34,37.
Dari gambaran hasil uji sikap responden dalam menggunakan helm
sepeda motor diketahui rata-rata skor sikap setelah intervensi terjadi
peningkatan sikap responden dalam menggunakan helm sepeda motor
dibandingkan dengan skor sikap sebelum intervensi.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Notosiswoyo (2014) dengan judul Penggunaan VCD dan Leaflet untuk
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa dalam Pencegahan
Kecelakaan Sepeda Motor menyatakan bahwa terjadi perubahan rata-rata skor
sikap setelah dilakukan intervensi dari 21,74 menjadi 21,94
Menurut Notoatmodjo (2012) ada dua faktor yang mempengaruhi
sikap seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
terdiri dari fisiologis dan psikologis (minat dan perhatian), sedangkan
eksternal adalah pengalaman, situasi, norma, hambatan dan pendorong.

69

Hasil analisa peneliti didapatkan bahwa terjadi perubahan terhadap


sikap responden terlihat responden yang menyikapi bahwa dalam perjalanan
dekatpun perlu menggunakan helm sepeda motor dari hasil skor pretest 66
menjadi 78 dalam skor post test. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sudah
bertambahnya pengetahuan responden mengenai bahaya akan Risiko Cedera
Kepala akibat KLL sehingga mereka dapat memahami dan merubah sikap
mereka yang negatif menjadi positif.

E. Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Risiko Cedera Kepala Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Responden Dalam Menggunakan Helm Sepeda
Motor
Dari hasil uji paired T test untuk melihat pengaruh promosi kesehatan
terhadap pengetahuan responden diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan
responden sebelum intervensi dilakukan adalah 65,33 dengan standar deviasi
15,71 dan rata-rata skor pengetahuan responden setelah dilakukan intervensi
adalah 86,32 dengan standar deviasi 8,29. Beda rata-rata skor pengetahuan
sebelum dan setelah intervensi dilakukan adalah 20,99. Hasil uji statistik
didapatkan nilai t 5,72 dan P value adalah 0,000 < 0,05 yang berarti ada
pengaruh promosi kesehatan tentang risiko cedera kepala terhadap
pengetahuan siswa-siswi kelas XI di SMAN 1 Enam Lingkung Kabupaten
Padang Pariaman Tahun 2015.
Hasil penelitian ini sama penelitian yang dilakukan oleh Shocker
(2008) dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan Cedera Kepala (Sedang-Berat)

70

Di Ruang 13 RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang mana pada penelitian
tersebut didapatkan hasil P value 0,001 < 0,05 yang berarti ada pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan
cedera kepala (berat-sedang). Dari hasil penelitian ini pemberian promosi
kesehatan tentang risiko cedera kepala mampu meningkatkan pengetahuan
responden tentang risiko cedera kepala. Menurut teori Notoatmodjo (2010)
Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat dipengaruhi beberapa faktor
yaitu keadaan pribadi sasaran, keadaan lingkungan fiisk, proses pelaksanaan
promosi kesehatan.
Menurut analisis peneliti berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya pengaruh promosi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
responden tentang risiko cedera kepala jika terjadi KLL. Hal ini disebabkan
mereka sudah mendapatkan paparan informasi tentang risiko cedera kepala
dan mampu menyerap informasi tersebut menjadi pengetahuan baru bagi
mereka.
Selain itu dari hasil uji paired T test untuk melihat pengaruh promosi
kesehatan terhadap sikap responden diketahui bahwa rata-rata skor sikap
responden sebelum intervensi dilakukan adalah 31,64 dengan standar deviasi
3,1 dan rata-rata skor sikap responden setelah dilakukan intervensi adalah
33,16 dengan standar deviasi 2,93. Beda rata-rata skor pengetahuan sebelum
dan setelah intervensi dilakukan adalah 1,52. Hasil uji statistik didapatkan
nilai t 3,42 dan P value adalah 0,002 < 0,05 yang berarti ada pengaruh
promosi kesehatan tentang risiko cedera kepala terhadap sikap siswa-siswi

71

kelas XI di SMAN 1 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman Tahun


2015.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Notosiswoyo (2014) dengan judul Penggunaan VCD dan Leaflet untuk
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa dalam Pencegahan
Kecelakaan Sepeda Motor menyatakan bahwa terjadi peningkatan skor sikap
yang bermakna pada kelompok perlakuan dengan nilai p value = 0,001.
Dari hasil penelitian ini pemberian promosi kesehatan tentang risiko
cedera kepala mampu meningkatkan sikap responden dalam menggunakan
helm sepeda motor. Namun masih ada responden yang tidak mengalami
perubahan setelah diberikan perlakuan berupa promosi kesehatan. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin karena masa remaja merupakan masa
dimana seorang manusia mulai menuju kearah kematangan psikologis
sehingga masih sulitnya untuk memutuskan suatu masalah. Selain itu hal ini
juga dapat disebabkan karena masih terdapat trend yang berlaku dikalangan
remaja bahwa penggunaan helm dapat mengurangi penampilan saat
berkendaraan sepeda motor.

Anda mungkin juga menyukai