Anda di halaman 1dari 42

LI 1.

Memahami dan Menjelaskan Karsinoma Mammae


LO 1.1 Menjelaskan definisi karsinoma mammae
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan
tidak terkendali. Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
LO 1.2 Menjelaskan etiologi dan faktor risiko karsinoma mammae
Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara yang diketahui,
diperkirakan multifaktorial. Namun timbulnya kanker payudara dipengaruhi oleh
beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk mengembangkan program-program
pencegahan. Faktor risiko timbulnya kanker payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak
dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable) yaitu:
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering
terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40
tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan
wanita di atas 40 tahun. Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan
desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko kelompok usia 50 tahun
terkena kanker payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita
usia < 50 tahun (OR=1,35).
2) Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh
terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur 12
tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
wanita yang menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
3) Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun
terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita
yang menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).

4) Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA
2 (Breast Cancer 2), yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas
untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada
umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki anggota keluarga
penderita kanker payudara terkena kanker payudara 3,94 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara
(OR=3,94).
5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan risiko
untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara
(RR=2,0). Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk
terkena kanker payudara (RR=4,0). Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko
5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=5,0)
Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable)
1) Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami
kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena
kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan
mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah
lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Penelitian Norsaadah tahun 2005 di Malaysia dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) 25 untuk terkena kanker payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (OR=2,1).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki
yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) 25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar
dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker
payudara (RR=1,79).

3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral


Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara.
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek
proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum
menopause.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
> 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral 10 tahun (OR=3,10).
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara daripada
wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang
merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki
yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak
merokok untuk terkena kanker payudara (RR=1,26).
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan risiko
kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1
jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12)
Menurut Rasjidi (2009) penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena
berdasarkan beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat di golongkan :
Faktor yang berhubungan dengan diet :
Faktor resiko yang dapat di bagi dua, yaitu faktor yang memperberat terjadinya kanker
dan yang mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti :
Peningkatan berat badan yang bermakna pada saatnya pasca menopause
Diet ala barat yang tinggi lemak.
Minuman beralkohol.
Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti :
Peningkatan konsumsi serat

Peningkatan konsumsi buah dan sayur.


Hormon dan faktor reproduksi
Menarche atau menstruasi pertama pada usia relative muda (kurang dari 12 tahun)

Menopause atau mati haid pada usia relative lebih tua (lebih dari 50 tahun)
Nulipara/belum pernah melahirkan
Infertilitas
Melahirkan anak pertama pada usia relative lebih tua (lebih dari 35 tahun)
Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (lebih kurang 7 tahun)
Tidak menyusui

LO 1.3 Menjelaskan klasifikasi karsinoma mammae


Kanker Payudara Non Invasif
a

Karsinoma intraduktus non invasif


Karsinoma intraduktus adalah karsinoma yang mengenai duktus disertai infiltrasi
jaringan stroma sekitar. Terdapat 5 subtipe dari karsinoma intraduktus, yaitu :
komedokarsinoma, solid, kribriformis, papiler, dan mikrokapiler.
Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel yang berproliferasi cepat dan memiliki
derajat keganasan tinggi. Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius
utama, kemudian menginfiltrasi papilla dan areola, sehingga dapat menyebabkan
penyakit Paget pada payudara.
Karsinoma lobular insitu
Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan atau
tubulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma. Sel-sel berukuran lebih besar dari
normal, inti bulat kecil dan jarang disertai mitosis.

Kanker Payudara Invasif


a

Karsinoma duktus invasif


Karsinoma jenis ini merupakan bentuk paling umum dari kanker payudara.
Karsinoma duktus infiltratif merupakan 65-80% dari karsinoma payudara. Secara
histologis, jaringan ikat padat
Tersebar berbentuk sarang. Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti kecil
dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker mengadakan
infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti kelenjar. Jenis ini
disebut juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not otherrwiser spercifierd (NOS),
scirrhous carcinoma, infiltrating carcinoma, atau carcinoma simplex.
Karsinoma lobular invasif
Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil
dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma lobular invasive biasanya
memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar
duktus berbentuk seperti target. Sel tumor dapat berbentuk signet-ring , tubuloalveolar
, atau solid.
Karsinoma musinosum
Pada karsinoma musinosum ini didapatkan sejumlah besar mucus intra dan
ekstraseluler yang dapat dilihat secara makroskopis maupun mikroskopis. Secara
histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel tampak seperti pulaupulau kecil yang mengambang dalam cairan musin basofilik. Bentuk kedua, sel
tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin.

e
f

g
h

Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa
diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet-ring .
Karsinoma meduler
Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas sitoplasma tidak jelas.
Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada
karsinoma duktus infiltratif. Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam
jumlah sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker
Karsinoma papiler invasif
Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler
Karsinoma tubuler
Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis,
dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma dengan diferensiasi
tinggi.
Karsinoma adenokistik
Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk
kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara
Karsinoma apokrin
Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosinofilik, sehingga
menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat
ditemukan juga pada jenis karsinoma payudara yang lain

Stadium kanker payudara


Stadium

Tis (LCIS/DCIS) -

T1

N0

M0

93%

IIA

T1

N1

M0

72%

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

T1/T2

N2

M0

T3

N1/N2

M0

IIB

IIIA

5 year survival rate

72%

41%

IIIB

T4

Any N

M0

41%

IV

Any T

Any N

M1

18%

Keterangan:
TX : Lokasi tumor ganas tidak dapat dinilai
Tis : Tumor in situ (pre invasive carcinoma)
T1 : Tumor diameter 2 cm
T2 : Tumor diameter lebih besar dari 2 cm tapi kurang dari 5 cm
T3 : Tumor diameter > 5 cm
T4 : Tumor ukuran apapun invasi ke daerah sekitar (otot, kulit)

Nx : Penyebaran pada KGB tidak dapat dinilai


N0 : KGB tidak terlibat
N1 : Metastasis KGB ipsilateral aksila dapat digerakkan
N2 : Metastasis KGB ipsilateral terfiksasi dengan jaringan sekitar
N3 : Metastasis KGB ipsilatral KGB mammae atau ipsilateral KGB supraklavikuler

Mx : Metastasis tidak dapat dinilai


M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis pada organ - organ lainnya
Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran
jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar
dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor
dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit
semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
LO 1.4 Menjelaskan epidemiologi karsinoma mammae

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta
wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum
ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker
lainnya pada wanita.
Seluruh dunia, kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita setelah
kanker kulit yang mewakili 16% dari semua kanker wanita. Angka ini lebih dari dua kali
lipat dari kanker kolorektal dan kanker leher rahim dan sekitar tiga kali lipat dari kanker
paru-paru. Kematian di dunia adalah 25% lebih besar daripada kanker paru-paru pada
wanita.
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, yang lebih rendah di
negara-negara berkembang dan terbesar di lebih-negara maju. Dalam dua belas wilayah
dunia, tingkat kejadian tahunan usia-standar per 100.000 perempuan adalah sebagai
berikut: di Asia Timur, 18; Selatan Asia Tengah, 22; sub-Sahara Afrika, 22; Selatan-Asia
Timur, 26; Afrika Utara dan Barat asia, 28; Selatan dan Amerika Tengah, 42; Eropa
Timur, 49; Eropa Selatan, 56; Eropa Utara, 73; Oseania, 74; Eropa Barat, 78, dan di
Amerika Utara, 90.

Kanker payudara sangat terkait dengan umur dengan hanya 5% dari semua kanker
payudara terjadi pada wanita di bawah 40 tahun.
Variasi geografis
Insiden tinggi
: Eropa utara, Amerika Utara
Insiden sedang : Eropa Selatan

Insiden randah

: Asia, Africa

Variasi antar kelompok


Terutama mengenai wanita, hanya 1 % mengenai wanita
Usia timbulmya penyakit
40 44 th 25,2 %
45 49 th 15,8 %
54 59 th 15,6 %
LO 1.5 Menjelaskan patogenesis dan patofisiologi karsinoma mammae
Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi
massa yang cukup besar untuk dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran
seperti itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan
kelenjar payudara. Karsinoma payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal
terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel
tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh
keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita, diantaranya pengawet
makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri
secara alamiah. Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang
disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama
karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot
pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada
kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di
kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler
membesar. Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain
paru, hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada
organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel-sel kanker dan
racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang,
paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita. Karenanya tidak mengherankan jika
pada penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar
getah bening lainnya. Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai
kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau
mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut dengan p53. Meskipun mutasi p53
umumnya terjadi pada kanker payudara berat, namun hanya sedikit yang dapat
diidentifikasi pada kanker payudara berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian
yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia
dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam
di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah

mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53
menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang
menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak
terkendali
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan
memiliki mutasi dalam gen kanker payudara, yang disebut BRCA-1 (di kromosom
17q21.3). Pola keturunan adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui garis
maternal maupun paternal. Sindrom kanker payudara familial lainnya berkaitan dengan
gen pada kromosom 13, yang disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13). Kedua gen ini
diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen
penekan tumor, karena kanker muncul jika kedua alel inaktif atau cacat pertama
disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh sel somatik berikutnya.

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif).
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah
jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan
konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit
dan akhirnya ditemukan di payudara.
Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel ke
jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu sampai beberapa
tahun.
Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah.

LO 1.6 Menjelaskan manifestasi klinis karsinoma mammae


Massa tumor
Sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mammae yang tidak nyeri.Sering kali
ditemukan secara tidak sengaja.Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas,
dengan konsistensi agak keras,batas tidak tegas,permukaan tidak licin,mobilitas
kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa cenderung
membesar bertahap, dalam beberapa bulan membesar secara jelas..
Perubahan kulit
a
b
c
d
e

Tanda lesung : ketika tumor mengenai ligament glandula mammae,ligament itu


memendek hingga kulit setempat menjadi cekung disebut tanda cekung
Perubahan kulit jeruk (peau dorange) : ketika vasa limfatik subkutis tersumbat
sel kanker,hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,folikel rambut
tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
Nodul satelit kulit : ketika sel kanker didalam vasa limfatik subkutis masing
masing membentuk nodul metastasis,disekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar,secara klinis disebut tanda satelit.
Invasi,ulserasi kulit : ketika tumor menginvasi kulit,yerlihat tanda berwarna
kemerahan atau gelap.lokasi dapat berubah menjadi iskemik,ulserasi membentuk
bunga terbalik.
Perubahan inflamatorik : tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna
merah bengkak,mirip peradangan,dapat disebut juga tanda peradangan.Tipe ini
sering pada kanker mammae waktu hamil atau laktasi.

Perubahan papilla mammae


a
b

Retraksi,distorsi papilla mammae : umumnya akibat tumor menginvasi jaringan


sub papilar
Secret papilar : sering karna karsinoma dalam duktus besar atau tumor mengenai
duktus besar.

Perubahan eksematoid : merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid


(Penyakit paget). Klinis tampak aerola, papilla mammae tererosi, berkusta,
secret, deskuamasi sangat mirip eksim.

Perubahan kelenjar limfe regional


Pembesaran kelenjar limfe aksilar dapat soliter atau multiple, pada awalnya mobile,
kemudian dapat saling adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan
penyakit, kelenjar limfe supraklafikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu
diperhatikan adalah ada sebagian kecil pasien anker mamae hanya tampil dengan
limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mamae, kelenjar limf yg biasa disebut
sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.

Tanda dan Gejala


Nyeri :
- Berubah dengan daur menstruasi
- Tidak tergantung daur menstruasi
Benjolan di payudara
- Keras

- Kenyal
- Lunak
Perubahan Kulit :
- Bercawak
- Benjolan kelihatan
- Kulit jeruk
- Kemerahan
- Tukak
Kelainan puting atau areola
- Retraksi
- Infeksi baru
- Eksema
Keadaan cairan :
- Seperti susu
- Jernih
- Hijau

Interpretasi
Penyebab fisiologi seperti pada tegangan
pramenstruasi atau penyakit fibrokistik
Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi
Permukaan licin pada fibroadenoma atau
kista
Permukaan keras, berbenjol-benjol atau
melekat pada kanker atau inflamasi nonenfektif
Kelainan fibrikistik
Lipoma
Sangat mencurigakan karsinoma
Kista, karsinoma, fibroadenoma besar
Di atas benjolan : kanker (tanda khas)
Infeksi jika ganas
Kanker lama (terutama pada orang tua)
Fibrosis karena kanker
Retraksi baru karena kanker (bidang
fibrosis karena pelebaran duktus)
Unilateral : penyakit paget (tanda khas
kanker)
Kehamilan atau laktasi
Normal
(Perimenopause
Pelebaran duktus

Kelainan fibrolitik
- Hemoragik :
Papiloma intraduktus

Karsinoma

LO 1.7 Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma mammae


Anamnesis
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya

Benjolan

Kecepatan tumbuh

Rasa sakit

Nipple discharge

Nipple retraction dan sejak kapan

Krusta pada areola

Kelainan kulit: dimpling, peau dorange, ulserasi, venektasi

Perubahan warna kulit

Benjolan di ketiak

Edema lengan

b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasia, antara lain:

Nyeri tulang (vertebra, femur)

Rasa penuh di ulu hati

Batuk

Sesak

Sakit kepala hebat

Menjelaskan pemeriksaan fisik karsinoma mammae


a

Status generalis, performance status


Tabel 3. Skala Karnofsky 2,5

Kategori Umum

Indeks

Kriteria Spesifik

Dapat
melakukan
aktivitas
normal,
tanpa
memerlukan
perawatan khusus

100

Normal, tanpa keluhan bukti penyakit

90

Dapat melakukan aktivitas normal, tanda atau keluhan


minor penyakit

80

Melakukan aktivias normal dengan usaha, beberapa tanda


dan keluhan penyakit

Tidak dapat bekerja, mampu


tinggal
di
rumah
dan
membutuhkan perawatan untuk
sebagian besar kebutuhan pribadi
memerlukan bantuan dalam
kadar yang bervariasi

70

Merawat diri sendiri, tidak dapat melakukan aktivitas


normal atau melakukan pekerjaan

60

Kadang-kadang memerlukan bantuan dari orang lain, tetapi


dapat merawat keperluan sehari-hari

50

Memerlukan bantuan yang cukup besar dari orang lain dan


seringkali memerlukan perawatan medis

Tidaka dap merawat diri sendiri,


membutuhkan perawatan institusi
rumah sakit atau sejenisnya
penyakit mungkin berkembang
dengan pesat

40

Tidak mampu, memerlukan perawatan dan bantuan khusus

30

Sangant tidak mapu, dianjurkan dirawat di rumah sakit,


kematian tidak mengancam.

20

Sangat sakit perlu perawatan di RS; memerlukan perawatan


suportif aktif

10

Sekarat

Meninggal

b. status Lokalis:
Payudara kanan atau kiri harus diperiksa
Masa tumor:
Lokasi
Ukuran
Konsistensi
Permukaan
Bentuk dan batas tumor
Jumlah tumor
Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan
dinding dada
Perubahan kulit
Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
Peau dorange, ulserasi
Nipple
Tertarik, erosi, krusta, discharge
Status Kelenjar Getah Bening

KGB aksila : Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau
jaringan sekitar.
- KGB infraklavikula: idem
- KGB supraklavikula: idem
Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis:
Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)

Pemeriksaan Fisik Ca Mammae :


1. Posisi Duduk
Inspeksi : menilai kesimetrian payudara, skin dimpling, retraksi papil, peau d'orange,
ulkus (semuanya +)
Palpasi Axila : KGB Axilla teraba adanya benjolan (+)
2. Posisi Berbaring
Palpasi : Palpasi dengan tekanan ringan untuk menilai massa yg superficial, tekanan
sedang untuk menilai massa yg dalam, dan tekanan lebih kuat utuk menilai massa yg
lebih dalam. Palpasi pada papilla mammae untuk mencari nipple discharge.
LO 2.2 Menjelaskan pemeriksaan penunjang karsinoma mammae
A. Pemeriksaan Radiodiagnostik/ Imaging :
1. Diharuskan (recommended)
a USG payudara dan mamografi untuk tumor diameter 3 cm
b Foto thoraks
c USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
a Bone scanning dan atau bone survey (bilamana sitologi dan atau klinis sangat
mencurigai pada lesi >5cm).
b CT scan
B. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy dan sitologi
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas. Catatan: belum
merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan untuk diperiksa triple
diagnostic
C. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan atau parafin. Bahan
pemeriksaan hitopatologi diambil melalui:
1. Core biopsi
2. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
3. Biopsi insisional untuk tumor:
a. operabel ukuran >3 sebelum operasi definif
b. inoperabel
4. Spesimen masektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
5. Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu / human epidermal
growth factor receptor-2 ), cathepsin-D, p53 (situasional)
6. Biopsi aspirasi.
7. True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran besar).
8. Biopsi terbuka
Merupakan prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil, eksisi maupun
insisi yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun durante operationam.

D. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan darah sesuai dengan perkiraan
metastasis.
E. Status Hormon Reseptor
Reseptor adalah protein pada permukaan luar sel yang dapat melekat pada hormon
dalam darah. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang sering melekat ke
reseptor beberapa sel kanker payudara sebagai bahan bakar bagi pertumbuhan
mereka. Sample biopsi dapat diuji untuk melihat apakah sel-sel kanker memiliki
reseptor untuk estrogen dan/atau progesteron. Jika tidak, sering disebut sebagai ERpositif. Ini berarti kanker tersebut cenderung memiliki prognosis/hasil lebih baik dan
mereka jauh lebih mungkin berespons terhadap terapi hormon. Sekitar 2 dari 3 kanker
payudara memiliki setidaknya salah satu reseptor.
F. Status HER2/neu
Sekitar 1 dari 5 kanker payudara memiliki terlalu banyak protein yang disebut
HER2/neu. Tumor dengan adanya peningkatan HER-2/neu disebut "HER2-positif."
Kanker ini cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada kanker payudara
lainnya.
Pengujian HER2/neu harus dilakukan pada semua wanita yang baru ter-diagnosa
kanker payudara. Kanker dengan HER2-positif dapat diobati dengan obat-obatan
target terapi, seperti trastuzumab (Herceptin ) dan lapatinib (Tykerb ).
Tes laboratorium lain mungkin juga dilakukan untuk membantu mencari tahu
seberapa cepat kanker tumbuh dan opsi perawatan apa yang dapat bekerja terbaik.
G. Uji Pola Gen (gene patterns)
Penelitian menunjukkan bahwa melihat pola dari sejumlah gen pada saat yang sama
dapat membantu mengetahui apakah kanker payudara yang baru terdiagnosa
cenderung kembali setelah pengobatan pertama atau tidak. Hal ini dapat membantu
ketika memutuskan apakah perlakuan lebih, seperti kemoterapi ajuvan diperlukan.
Sekarang ada 2 jenis bentuk tes ini - Oncotype DX dan MammaPrint . Dokter
dapat memilih menggunakan atau tidak menggunakan jenis test ini. Riset untuk
meneliti apakah uji pola gen ini benar-benar membantu masih terus berjalan.

Diagnosis Banding:
Fibroadenoma mammae
Konsistensi tumor padat kenyal, dapat digerakkan, bulat-lonjong dan berbatas tegas.
Pertumbuhan lambat, tidak ada perubahan pada kulit. Tidak disertai rasa nyeri. Pada
usia muda (15-30 tahun). Terapi dengan eksisi tumor
Fibrokistik mammae
Multipel dan bilateral. Disertai rasa nyeri terutama menjelang haid. Ukruand apat
berubah yaitu menjelang haid terasa lebih besar dan penuh, rasa sakit bertambah dan
setelah menstruasi sakit hilang atau berkurang dan tumor mengecil. Dipengaruhi
faktor hormonal. Terapi pada umumnya medikamentosa simptomatis. Diperlukan
operasi bila medikamentosa tidak mengurangi nyeri atau ditemukan pada usia
pertengahan-tua
Cystosarcoma philloides
Bentuk bulat-lonjong permukaan berbenjol, berbatas tegas, ukuran dapat mencapai
20-30 cm. Walaupun besar, tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara
tegang, berkilat, dan venektasi melebar. Terapi dengan simpel mastektomi (untuk

mencegah residif) atau pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
dipertimbangkan untuk mastektomi sub kutan.
Galactocele
Tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya ductus lactiferous pada ibu-ibu yang
sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berisi ASI yang mengental. Tumor
berbatas tegas, bulat, dan kisteus.
Mastitis
Infeksi pada kelenjar payudara, yang biasanya terdapat pada wanita yang sedang
menyusui. Tanda radang lengkap ditemukan. Sering ditemukan sudah menjadi abses.

LO 1.8 Menjelaskan tata laksana karsinoma mammae


Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan harapan hidup yang
baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker meliputi 2 tujuan, yaitu :
a

Terapi Kuratif
Terapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker untuk menghilangkan
kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi pada pasien kanker tidak dapat
mempertahankan asas primum non nocere karena dalam pemberian terapi kuratif,
akan diberikan sejumlah terrtentu zat kemoterapi atau radiasi yang bersifat toksik
terhadap bagian tubuh lain yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat berupa
bedah radikal, kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi dari keempat
modalitas tersebut.

b Terapi Paliatif
Terapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak tercapai, Tujuan terapi
paliatif adalah untuk mengurangi gejala, dan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan kanker pada pasien yang tidak mungkin sembuh. Ketika tujuan terapi adalah
sebagai paliatif, maka efek toksisitas kemoterapi atau radiasi harus diminimalisir.
Terapi bedah/Mastektomi
Pasien yang pada awal terpi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium III disebut
kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah (Wan Desen, 2008):
1 Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal kanker
mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh
kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan jaringan limfatik dan lemak
subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup resseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis mayor dan
minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi
m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total

Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe. Model
operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat dua insisi
terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian jaringan
kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor tempat
irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan
kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah terminal
pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil di
aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negative
maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik
masih controversial. Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan
syarat dapat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan
yang diberikan pada saat kemoterapi. Obat yang diberikan adalah kombinasi
Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluorouracyl selama 6 bulan.
Kemoterapi pra-operasi
Terutama kemoterapi sistemik, bila perlu dapat dilakukan kemoterapi intraarterial.
Kemoterapi adjuvant pasca operasi
Dewasa ini indikasi kemoterapi adjuvant pasca operasi relative luas, terhadap
semua pasien karsinoma invasif dengan diametr terbesar tumor lebih besar
atau sama dengan 1 cm harus dipikirkan kemoterapi adjuvant.
Kemoterapi terhadap kanker mammae stadium lanjut atau rekuren dan
metastatik
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain sebaian kecil masih memakai
regimen CMF, semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis
golongan antrasiklin.
c. Radioterapi
Radioterapi murni kuratif
Radioterapi murni terhadap kanker mammae terutama digunakan untuk pasien
dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
Radioterapi adjuvan
Menurut pengaturan waktu radioterapi dapat dibagi menjadi radioterapi
praoperasi dan pasca operasi. Radioterapi praoperasi terutama untuk pasien
stadium lanjut lokalisasi, dapat membuat sebagian kanker mammae non-

operabel menjadi operabel. Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi


seluruh mammae pasca operasi konservasi mammae.
Radioterapi paliatif
Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi dan
metastasis.
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
d . Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh, biasanya
diberikan secara paliatif sebelum khemoterapi karena efek terapinya lebih lama. Terapi
hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause, dengan cara ovarektomy
bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti Tamoksifen atau Aminoglutetimid.
Estrogen tidak dapat diberikan karena efek sampingnya terlalu berat.
Obat Antiesterogen
Tamoksifen. Merupakan penyekat reseptor estrogen, mekanisme utamanya
adalah berikatan dengan reseptor esterogen secara kompetitif. Efek samping
trombosis vena dalam, karsinoma endometrium.
Inhibitor Aromatase
Menghambat kerja enzim aromatase, sehingga menghambat atau mengurangi
atau mengurang perubahan androgen menjadi esterogen.
Golongan obat : anastrozol, Letrozol, dan golongan steroid.

Obat sejenis progestrogen


Medroksiprogesterogen asetat dan megosterol. Mekanisme obat ini adalah
melalui umpan balik hormon progestin menyebabkan inhibisi aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal, andrgen menurun, sehingga mengurangi
sumber perubahan manjadi estrogen dengan hasil turunya kadar estrogen.

Dibedakan tiga golongan


1
2
3

Untuk premenopause berupa terapi ablasi yaitu bilateral oopharektomi


Untuk post menopause berupa pemberian obat antiestrogen
Untuk 1-5 tahun menopause jenis terapi tergantung dari aktivitas efek estrogen.
Efek estrogen positif dilakukan terapi ablai, efek estrogen negatif dilakukan
pemberian obat-obatan anti estrogen.

Menurut staging:
Pada stadium I, II dan III awal (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif yaitu
hanya operasi primer, terapi lainya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I, II pengobatan
adalah radikan mastektomi atau modified radikan mastektomi dengan radiasi ajuvant dan
sitostatika ajuvant jika kelenjar getah bening sudah terkena.
Pada stadium IIIa, adalah simple mastektomi dengnan radiasi dan sitostatika ajuvant. Stadium
IIIb dan IV, sifatnya oaliatif yaitu untuk mengurangipenderitaan penderita dan memperbaiki
kualitas hidup. Untuk stadium IIIb, atau dinamakan locally advenced pengobatan utama

adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal dan sitostatika.
Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan
kemoterapi. Radiasi kadang diperlukan untuk paliasi pada daerah daerah tulang weight
bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difuse dan berbau
yang mengganggu sekitarnya.
Pada stadium dini mulai dikembangkan yaitu breast conserving treatment , hanya
mengangkat tumornya ( tumeroktomi atau segmentektomi atau kwadrantektomi) dan diseksi
aksila dan diikuti dengan radiasi kuratif.

LO 1.9 Menjelaskan prognosis karsinoma mammae


Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
a

Staging (TNM)
Semakin dini semakin baik prognosisnya
Stadium I
: 5-10 thn
90-80%
Stadium II
:
70-50%
Stadium III
:
20-11%
Stadium IV
:
0%
Stadium 0 / in situ :
96,2%
Jenis histopatologi keganasan
Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasif.
Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan yang
dinamakan mastitis karsinomatosa ini mempunyai prognosis yang sangat buruk.
Harapan hidup kurang lebih 2 tahun hanya 5%. Tepat tidaknya tindakan terapi
yang diambil berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.

Variabel yang menentukan prognosis


Ukuran karsinoma primer
Kecil dari 1 cm, maka harapn hidup baik jika tidak disertai metastase ke KGB dan
tidak menjalani terapi sistemik
Keterlibatan KGB dan jumlah KGB yang terkena metastase
Derajat karsinoma
Karsinoma berdiferensiasi baik maka prognosis akan baik. Karsinoma berdiferensiasi
sedang makan prognosis tidak lebih baik dari karsinoma berdiferensiasi baik.
Karsinoma berdiferensiasi buruk maka prognosis buruk
Histologik karsinoma
Dengan karsinoma tipe khusus, maka prognosis baik
Invasi ke vaskular
Jika invasi ke rongga vaskular tanpa metastase ke KGB maka prognosis buruk
Reseptor estrogen dan progesteron
Untuk menilai terapi. Jika ada reseptor, maka prognosis baik
Laju proliferasi karsinoma
Jika laju proliferasi meningkat, maka prognosis buruk
Aneuploidi

Disebabkan oleh DNA abnormal, maka prognosis buruk.


ERBB2 ekspresinya meningkat
ERBB2 bisa menilai protein jaringan. Jika ekspresinya menigkat, maka prognosis
buruk
LO 1.10 Menjelaskan komplikasi karsinoma mammae
Metastasis di parenkim paru pada rontgenologis memperlihatkan gambaran coin lesion yang
multiple dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis ini seperti pula mengenai pleura
yang dapat mengakibatkan pleural effusion.
Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgen sebagai gambaran
osteolitik atau destruksi yang dapat pula menimbulkan fraktur patologis berupa fraktur
kompresi.
Metastasis tumor ganas payudara dapat terjadi melalui dua jalan :
A Metastasis melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan
terjadinya metastasis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi dapat pula
terjadi metastasis ke vertebra secara langsung melalui vena-vena kecil yang
bermuara ke v. Interkostalis dimana v. Interkostalis ini akan bermuara ke dalam v.
Vertebralis. V. Mammaria interna merupakan jalan utama metastasis tumor ganas
payudara ke paru-paru melalui sistem vena,
B Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem limfe adalah ke kelenjar getah
bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang
terkena.
Metastasi ke kelenjar getah bening sentral. Kelenjar getah bening sentral ini
merupakan kelenjar getah bening yang tersering terkena metastasis. Menurut
beberapa penyelidikan hampir 90% metastasis ke kelenjar aksila adalah ke
kelenjar getah bening sentral.
Metastasis ke kelenjar getah bening interpektoral.
Metastasis ke kelenjar getah bening subklavicula.
Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis ini
adalah paling jarang terjadi dibanding dengan kelenjar-kelenjar getah bening
aksila lainnya.
Metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan metastase ke
kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini masih belum jelas. Bila
metastase tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum sampai ke aksila akan
mengenai payudara kontralateral terlebih dahulu. Padahal pernah ditemukan
kasus dengan metastasis ke kelenjar getah bening aksila kontralateral tanpa
metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan metastasis tersebut melalui
deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui
kolateral limfatik.
Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavicula. Bila metastasis
karsinoma mammae telah sampai ke kelnjar getah bening subklavicula, ini
berarti bahw metastasis tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminus
yang terletak dekat pertemuan v. Subklavicula dan v. Jugularis interna. Bila
sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik terminus telah
terkena metastasis, dapat terjadi stasis aliran limfe. Sehingga bisa terjadi

aliran membalik, menuju ke kelenjar getah bening supraklavicula dan terjadi


metastasis ke kelenjar tersebut. Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran
tidak langsung. Dapat pula terjadi penyebaran ke kelanjar supraklavicula
secara langsung dari kelenjar subklavicula tanpa melalui sentinel nodes.
Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih sering
dari yang diduga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan
kuadran medial. Dan biasanya terjadi setelah metastasis ke aksila.
Metastasis ke hepar. Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi
metastasis karsinoma mammae ke hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini
terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara.
Metastasis melalui sistem limfe yang jalan bersama-sama vasa epigastrika
superior. Bila terjadi metastasis ke kelenjar preperikardial akan terjadi stasis
aliran limfe dan bisa terjadi aliran balik limfe ke hepar dan terjadi metastasis
hepar.

LO 1.11 Menjelaskan pencegahan karsinoma mammae


1

Pencegahan primer.
Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya menghindarkan diri dari
Faktor Risiko diatas serta melakukan pola hidup sehat. Termasuk juga dengan
pemeriksaan payudara sendiei alias SADARI.
Pencegahan sekunder
Dilakukan pada wanita yang memiliki risiko terkena kanker payudara. Yaitu dengan
melakukan deteksi dini dengan via skrining mammografi yang diklaim memiliki 90%
akurat. Skrining berlaku untuk wanita usia 40 tahun keatas, wanita yang harus rujuk
skrining setiap tahun dan wanita normal yang harus rujuk skrining tiap 2 tahun sekali
hingga usia 50 tahun.
Pencegahan tertier
Dilakukan pada wanita yang positif menderita kanker payudara. Ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup serta mencegah komplikasi penyakit. Bisa berupa operasi,
kemoterapi sitostatika. Pada stadium tertentu hanya berupa simptomatik dan pengobatan
alternatif

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Karsinoma Mammae


LO 2.1
LI 2. Memahami dan menjelaskan cara menghadapi Karsinoma mammae dari sudut pandang
Islam
Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon ampun) dan taubat
kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan).
Hakikat Istighfar dan Taubat :
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan : Dalam istilah syara', taubat adalah
meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan
kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti).
Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna. (Al-Mufradat fi
Gharibil Qur'an, dari asal kata tauba hal. 76)
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : Para ulama berkata,
'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba

dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga.
Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan
(maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah
satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga
syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut.
Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa
had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk
membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia
harus meminta maaf. (Riyadhus Shalihin, hal. 41-42)
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah
Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman Allah.
Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Nuh :
10)
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan
semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun
(istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
(Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata ghafara hal. 362)
Allah mengajarkan kita cara bertobat sebagaimana tercantum dalam Alquran, "Ya Tuhan
kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami,
niscaya, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S. al A'raaf [7] :23).
esungguhan kita bertobat insya Allah menjadi bagian dari rezeki yang besar dari Allah SWT.
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga..." (Q.S. Ali Imran
[3]:133).
Ciri-ciri tobat nasuha.
1. Menyesal.
Adanya penyesalan setelah melumuri diri dengan dosa dan kenistaan; adanya penyesalan
setelah berbicara kotor; penyesalan ketika mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika
menyakiti orang, adalah sikap-sikap yang menunjukkan adanya kecenderungan tobat nasuha.
Orang yang tidak menyesal, tidak termasuk tobat. Orang yang bangga pada dosa-dosa yang
pernah dilakukannya, menunjukkan bahwa dia belum sungguh-sungguh bertobat.
2. Memohon ampun kepada Allah.
Memohon ampun kepada Allah bisa dilakukan dengan cara mengucapkan istigfar
sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Adam as dan Nabi Yunus as di dalam Alquran. Di
samping itu, memohon ampun harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang paling
dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-sungguh dalam tobatnya. Begitu pula
dengan ungkapan sedih, derai air mata, dan menggigilnya perasaan adalah ekspresi dari
penyesalan yang mendalam.
3. Gigih untuk tidak mengulangi.
Bukan sekadar tidak berbuat dosa, berpikir ke arah sana saja tidak boleh. Memang, kita
dikaruniai kecenderungan untuk berbuat hal-hal yang negatif. Akan tetapi, bukan berarti

harus dituruti. Namun, untuk dihindari, karena itulah yang akan membuat kita mendapatkan
ganjaran dari Allah SWT.
Al-Quran sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini. Sehingga kita
jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari
kata tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM Al-Quran, kita
mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam AlQuran. Jika disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:
1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Quran (QS. 8 : 61)

Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,
2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)



Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk
bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,
3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) :

Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mumin bertawakal.
Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.
4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang
kuat)
Allah berfirman (QS. 3 : 159)

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung)
Allah berfirman (QS. 3: 173)

Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaikbaik Pelindung."
Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.
6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah.
Allah berfirman (QS. 8 : 49):


"Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana".
Lihat juga QS.17:65.
)7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga
Allah berfirman (QS. 16: 41-42):
*



Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan
memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya
kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.
Lihat juga QS.29:58-59.
8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.
Allah berfirman (QS. 65:3):


Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
1. Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:



) (
Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkan kepadaku keadaan
umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada
nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya.
Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah
umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya.
Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya
melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di
samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah
itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan

mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin
mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin
mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga
pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui
mereka dan bertanya, apakah yang sedang kalian bicarakan?. Mereka memberiktahukan
segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, Mereka tidak pernah menjampi atau
dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab
nya lah, mereka bertawakal. Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, Ya
Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka. Rasulullah SAW
menjawab, Engkau termasuk golongan mereka. Kemudian berdiri pula orang lain, dan
berkata, doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka. Rasulullah
SAW menjawab, Engkau telah didahului oleh Ukasyah. (HR. Bukhari & Muslim).
2. Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada Allah SWT. Salah
satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa mengenai ketawakalan
dirinya kepada Allah SWT:




( )



Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, Ya Allah hanya kepadaMulah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mulah aku beriman, hanya kepada-Mulah aku
bertawakal, hanya kepada-Mulah aku bertaubat, hanya karena-Mulah aku (melawan musuhmusuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain
Engkau janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati,
sendangkan jin dan manusia mati. (HR. Muslim)

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Farmakologi FKUI, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FKUI
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta : EGC
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna R.S Kanker
Dharmais 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini , edisi 1, Pustaka Obor, Jakarta.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21769/4/Chapter%20II.pdf

http://www.eramuslim.com/syariah/
http://www.fkumyecase.net/storage/users/215/215/images/118/ca
%20mamae.pdf

Overview

Definition: breast cancer refers to several types of neoplasm arising from


breast tissue, the most common being adenocarcinoma of the cells lining the
terminal duct lobular unit. This chapter only discusses this adenocarcinoma
type.
Breast cancer is the most prevalent cancer in Canadian women,
and is the second leading cause of cancer deaths in women. However, the
prognosis is good if detected early. The overall 5-year relative survival is 88%
in women.
Canadian Cancer Society Statistics 2012
Hormonal cancer: breast cancer requires a hormonal supply to develop,
much like the tissue it arises out of. Risk of breast cancer increases with
lifetime estrogen exposure. The majority of breast cancers are hormone
sensitive, meaning that they express estrogen receptors and proliferate in
response to estrogen stimulation. Endocrine therapies that inhibit estrogen
production are effective in treating hormone-sensitive breast cancer.
Hereditary cancer: approximately 5-10% of breast cancers are
hereditary, meaning that there is a known genetic mutation causing
increased cancer risk in the patients family. Hereditary breast and
ovarian cancer (HBOC) syndrome is caused by mutations in two
genes, BRCA1 and BRCA2. The genes code for a DNA repair pathway that is
important for protecting against mutations. The loss of either gene confers a
high risk of breast cancer, as well as other cancers.

Life cycle changes

Risk factors
Gender

Female: Primary risk factor. Lifetime risk in


females is 1:8 compared to males at 1:1000.
Crit Rev Oncol Hematol. 2010
Feb;73(2):141-55.

Age

Aging: Risk increases with advancing age.


Risk at age 40 is 1:217 and risk at age 80 is
1:10.

Height and weight

Height: Taller women, both pre- and


postmenopausal, have a slightly increased
risk; likely correlated with hormonal
stimulation.
Arch Intern Med. 2006 Nov
27;166(21):2395-402.
Weight: High body-mass index (BMI) is a risk
factor for postmenopausal women, likely due
to adipose tissue production of estrogen via
aromatase. High BMI may lower risk for
premenopausal breast cancer due to
anovulation (see Polycystic ovarian
syndrome chapter) and reduction of
circulating estrogen and progesterone.
Arch Intern Med. 2007 Oct
22;167(19):2091-102.

Medical history

History of benign proliferative breast


disease: Previous breast biopsy showing
proliferative changes, particularly with
atypical epithelial cells.
History of cancer: Previous history of
breast, endometrial or ovarian cancer.

Reproductive history

Early age (<12) at menarche and late


age (>55) at menopause: Risk increases
linearly with the cumulative number of
ovulatory cycles. Proliferation of breast

epithelium occurs in the luteal phase of the


ovulatory cycle, thereby increasing risk of
promotion of initiated cells
(see Carcinogenesis chapter).
Late age (>35) of first full-term
birth and nulliparity: Pregnancy induces
terminal differentiation of luminal cells by
exposing the tissue to human chorionic
gonadotrophin (hCG). Breast gene expression
changes permanently after pregnancy,
increasing DNA repair pathways and control
over apoptosis. However, pregnancy itself
causes a transient risk of breast cancer
because of increased estrogen and
progesterone exposure, which promotes
proliferation in initiated cells. Late age at first
full-term birth increases time for exposure to
carcinogens.
J Mammary Gland Biol
Neoplasia. 2011 Sep;16(3):221-33.
Nat Rev Cancer. 2006 Apr;6(4):281-91.
Exposure history

Hormone replacement therapy


(HRT): Combined estrogen and progesterone
therapy has been linked to the development
of breast cancer in postmenopausal women;
not estrogen alone. Oral contraceptives
(OCP) do not increase risk. Estrogen and
progesterone in HRT likely promotes
preneoplastic lesions rather than initiate
them. Since OCP is used in younger women,
the number of preneoplastic lesions is much
lower than in postmenopausal women,
rendering the OCP risk much lower.
JAMA. 2003 Jun 25;289(24):3243-53.
JAMA. 2010 Oct 20;304(15):1684-92.
Nat Rev Clin Oncol. 2011 Aug
2;8(11):669-76.
Ionizing radiation: Breast tissue is sensitive
to carcinogenic effects of radiation. Risk is
highest in the developing breast and absent
after menopause. See Carcinogenesis chapter
for mechanism of ionizing radiation.
Breast Cancer Res. 2005;7(1):21-32.
Smoking: First hand smoking at a young age
as well as before a first full term pregnancy.
Smoking allows tobacco carcinogens to
initiate breast cells prior hormonal stimulation
during young adulthood and pregnancy.

Cigarette smoke contains at least 20


carcinogens that are known to transform
breast cells.
Tob Control. 2011 Jan;20(1):e2.
BMJ. 2011 Mar 1;342:d1016.
Alcohol: Alcohol has been shown to increase
the amount of circulating estrogen, possibly
by decreasing hepatic metabolism, increasing
aromatase activity, or increasing adrenal sex
hormone production.
JAMA. 2011 Nov 2;306(17):1884-90.
Family history
*Autosomal dominant
and high penetrance
genes
Hematol Oncol Clin North
Am. 2010 Oct;24(5):799814.

Affected first-degree relatives: Risk


increases with number of affected relatives,
especially with early-onset breast cancer,
bilateral breast cancer or male breast cancer.
Breast cancer predisposition syndromes
Hereditary breast and ovarian cancer
(HBOC) syndrome: Associated germline
mutation intumour suppressor
genes BRCA1* and BRCA2* involved in
homologous DNA repair. See below for
details.
Li-Fraumeni syndrome: Characterized by
early onset breast cancers, sarcomas, brain
tumours, adrenal cortical tumours and acute
leukemias. Associated germline mutations in
the TP53* gene. (lifetime risk = 90%)
Cowden syndrome: Characterized by high
rate of breast cancer and mucocutaneous
findings, thyroid disorders and endometrial
carcinomas. Associated germline mutations in
the PTEN* gene. (lifetime risk = 50%)

BRCA1/2 mutations
Nat Rev Clin
Oncol. 2010 Dec;7(12):70
2-7.
J Cell Sci. 2001 Oct;114(P
t 20):3591-8.
Nat Rev
Cancer. 2011 Dec
23;12(1):68-78.

5-10% breast cancer cases are considered


directly related to inheritance of mutations
in BRCA1 or BRCA2.Women carrying
mutations in BRCA1/2 genes have a 50-80%
lifetime risk of breast cancer.
BRCA1 gene is located on chromosome
17q21 and is classified as a tumour
suppressor gene. It functions as a pleiotropic
DNA damage repair protein. Its mutation is
associated with basal-like phenotype of
breast cancer, high grade III subtype, high

mitotic count, and triple negative


(ER/PR/HER2) carcinomas
BRCA2 gene is located on chromosome
13q12 and also classified as a tumour
suppressor gene; though shares no homology
with the BRCA1 gene. However, it can bind
with BRCA1 to participate in DNA damage
response pathway. BRCA2 protein functions
as a mediator of the core mechanism of
homologous recombination. Its mutations are
linked to breast carcinomas that are ER and
PR positive. Though rarely associated with
basal-like phenotype but still linked to a
higher grade (II or III) when compared to agematched sporadic cases
Cells lacking BRCA1/2 are much more
sensitive to ionizing radiation, suggesting a
role for BRCA1/2 in DNA damage response
(DDR), specifically in repairing double-strand
breaks (DSB), which is the major lesion
inflicted by ionizing radiation.

Pathogenesis (hormone sensitive)


N Engl J Med. 2006 Jan 19;354(3):270-82.
Oncologist. 2003;8(4):307-25.
Gene expression in breast carcinomas
Two different types of estrogen receptors exist, alpha () and beta () (ER and
ER respectively). Various tissues express these receptors with breast, ovaries
and the endometrium expressing ER, while the kidneys, brain, lungs and
several other organs expressing ER. The role of ER in carcinogenesis remains
controversial whereas, a clear contribution of ER protein has been established.
Both ER subtypes carry a DNA binding domain and exist in the nucleus and the
cytosol. When estrogen enters the cell, it binds the ER and the complex
migrates into the nucleus and leads to the production of transcription proteins
that induces changes in the cell. Therefore, due to estrogens proliferative
properties, its cellular stimulation can have negative consequences in patients
expressing large quantities of these receptors intracellularly.
Role of estrogen in breast cancer progression and development
Two major hypotheses attempt to explain the tumorigenic effects of estrogen: (i)
genotoxic effects of estrogen metabolites via generation of radicals (initiator)
and (ii) the hormonal properties of estrogen inducing proliferation of cancers as
well as the premalignant cells (promoter).
Role of Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2)
HER2 belongs to the epidermal growth factor receptor (EGFR) family of protooncogenes and currently is not known to have a ligand. However, the protein
has been shown to form clusters within the cell membranes in malignant breast
tumours. Its mechanism of carcinogenesis remains largely unknown, but
overexpression is associated with rapid tumour growth, shortened survival,
increased risk of recurrence after surgery, and poor response to conventional
chemotherapeutic agents.

Clinical features
Med Clin North Am. 2008 Sep;92(5):1115-41, x.
Mayo Clin Proc. 2001 Jun;76(6):641-7; quiz 647-8.
Very few clinical signs and symptoms exist for breast cancer raising the
importance of screening tests in diagnosis.
Signs and symptoms

Characteristics
Benign

Breast mass a dominant


mass is a distinct mass that is
asymmetric with the other breast.
Benign findings are often
associated with cysts,
fibroadenomas, or fibrocystic
changes. Malignant disease often
has abnormal cell proliferation and
calcifications, manifesting as a
fixed, firm mass with irregular
borders. Any suspicious dominant
mass should undergo diagnostic
tests (see below).

Nipple discharge usually


benign, but discharge with blood,

Malignant

Absence of
discrete lump
Mobile
Soft
Smooth
borders
Tender

Milky, green
or yellow

Discrete
lump
Fixed
Firm
Irregular
borders
Non-tender

Bloody or
serous

from a single duct, or associated


with breast mass raises probability
of cancer.

Multiple duct
Produced
with manual
expression

Mastalgia (breast pain) rarely


the presenting symptom of breast
cancer

Bilateral
Diffuse
Worse
during the late
luteal phase of
menstrual cycle
Subsides
with onset of
menstruation

Cyclic mastalgia: Hormonal


changes during the menstrual
cycle trigger an increase in breast
size and volume.

Single duct
Produced
spontaneously

Focal

SOB/dyspnea

Metastatic disease to the lungs

Bone pain and symptoms of


hypercalcemia

Bone metastasis

Abdominal distention and


jaundice

Liver and peritoneal metastasis

Altered cognitive function and


local neurological signs

Brain metastasis

Diagnosis
J Natl Compr Canc Netw. 2009 Nov;7(10):1060-96.
Multistep approach:
1) Patients are identified by screening (see below) or symptoms (see above).
2) Imaging is done by either ultrasound or mammography.

Mammogram has a false negative rate of 11%. It is accurate in detecting


calcifications as well as small non-palpable lesion in postmenopausal women
with non-dense breast tissue.

Ultrasound is better at detecting fluid-filled lesions (cysts) and small


tumours in dense breast tissue.
3) Biopsy or fine needle aspiration is done if a lump is detected by imaging
or if clinically it appears suspicious.
4) Pathological diagnosis distinguishes benign and malignant breast disease.

Staging is done using the TNM system (see Introduction to


neoplasia chapter), but molecular markers (see above) correlate better with
prognosis.
Screening
CMAJ. 2011 Nov 22;183(17):1991-2001.
Evidence

Screening with mammography every 2-3 years for women of average


risk (i.e. no family history, no BRCA mutations) from age 40-74 is associated
with reduced mortality.
o
Women at increased risk of breast cancer should undergo regular
screening by imaging and breast examination at a younger age.

Screening with clinical breast examination or breast selfexamination is not associated with reduction in mortality.

Current Canadian guidelines recommend the following for women of average risk

No routine screening for women aged 40-49 due to high number of false
positives on mammogram and unnecessary biopsies compared to mortality
benefit.

Routine mammography every 2-3 years for women aged 50-74 due to
mortality benefit outweighing false positive and unnecessary biopsy risk.

Routine breast self-examination and clinical breast examinations are not


recommended.

Discussion of this data with patients allows more autonomy for a


personalized screening schedule.
Treatment
Lancet. 2005 May 14-20;365(9472):1727-41.
Surgery
CMAJ. 1998 Feb 10;158 Suppl 3:S15-21.

Breast-conserving surgery (BSC): also known as lumpectomy or wide


local excision, BSC involves resection of the tumour along with a margin of
tissue while conserving the cosmetic appearance of the breast. Most breast
surgeries are of this type because (i) most tumours are locally invasive and
(ii) large primary tumours can be reduced in size by neoadjuvant
chemotherapy prior to conservative surgery.

Mastectomy: surgical removal of entire breast, including the fascia over


the pectoralis muscles. Surgeons may preserve some skin and the
nipple/areola for reconstruction. The indication for mastectomy is multicentric
invasive carcinoma, inflammatory carcinoma, or extensive intraductal
carcinomas.

Axillary lymph node dissection: removal of the lymph nodes draining


the breast tissue for lymph node micrometastasis. This is done at the same
time as BSC or mastectomy. However, recent evidence suggests that axillary
lymph node biopsy is unnecessary regardless of whether the sentinel lymph
node biopsy is negative or positive because there is no mortality benefit.
Ann Surg Oncol. 2010 Oct;17 Suppl 3:343-51.

Adjuvant therapy: cytotoxic chemotherapy, endocrine therapy, or


radiation therapy may be used postsurgery to prevent relapse.
Radiation therapy

Either whole or partial breast irradiation may be used


(see Carcinogenesis chapter for mechanism of radiation therapy). Adjuvant
radiation therapy is applied post-BCS or post-mastectomy to prevent
recurrence. Since most recurrence of early-stage breast cancer occurs
locally, partial irradiation at the tumour site has similar mortality benefits as
whole breast irradiation. However, new evidence suggests an increased risk
of local and axillary recurrence with partial irradiation.
Breast J. 2010 May-Jun;16(3):245-51.

Radiation of metastatic disease (e.g. bone or brain metastases) is also


used.
Endocrine therapy
Best Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2004 Mar;18(1):1-32.

Breast cancer is a hormone-sensitive cancer. Most breast cancer cells


are ER-positive, and thus will respond to reduction of circulating estrogens.
HR-negative breast cancers will not respond to endocrine therapy.

Mainly used as (i) adjuvant therapy for early-stage hormonesensitive breast cancer or as (ii) first line therapy for metastatic
hormone-sensitive breast cancer.

Cancer Care Ontario recommends 5 years of adjuvant endocrine


therapy for early-stage breast cancer in postmenopausal women.

Antiestrogens (e.g. tamoxifen): Competitively binds ER and inhibits


estrogen binding.

Aromatase inhibitors: Aromatase, also known as estrogen synthase, is


an enzyme responsible for estrogen synthesis. There are two types: steroidal
(type I) and non-steroidal (type II). The steroidal type (e.g. exemestane) is
an androgen analogue that binds permanently with the aromatase enzyme,
leading to long-term and specific inhibition of the enzyme. The nonsteroidal type (e.g.anastrozole and letrozole) originates from an antiepileptic drug that reversibly binds and inhibits the cytochrome P450 unit in
aromatase. Because the non-steroidal type has a good molecular fit with the
substrate-binding site, it is more potent than the steroidal type. Both types
have good efficacy and high specificity for the aromatase enzyme.

Ovarian ablation: induction of artificial menopause


by ovariectomy significantly reduces breast cancer
risk. Adrenalectomyeliminates a source of androgens in females, which is
the precursor to aromatase-derived estrogens. However, these surgical
approaches are irreversible and cause major side effects, so they are less
often used.

Ovarian suppression: LHRH (GnRH) agonist


(e.g. goserelin and leuprorelin) can be used to reversibly suppress LH/FSH
release and thus estrogen release.
Chemotherapy

Cytotoxic drugs, such as cyclophosphamide, methotrexate, doxorubicin,


and paclitaxel, are used in hormone receptor-negative or HER2-positive
breast cancers. They can either be given presurgery as neoadjuvant to
shrink the tumour or postsurgery as adjuvantto prevent relapse.
o

Definisi
Carcinoma: a cancer that begins in the lining layer of organs such as the breast.
Adenocarcinoma: a type of carcinoma that starts in gland tissue (tissue that
makes and secretes a substance). The ducts and lobules of the breast are gland
tissues because they make breast milk, so cancers starting in these areas are
often called adenocarcinomas. Nearly all breast cancers are adenocarcinomas.
Sarcoma: a cancer that starts from connective tissues such as muscle tissue, fat
tissue or blood vessels. Sarcomas of the breast are rare and are not covered
here.
Non-invasive cancers stay within the milk ducts or milk lobules in the breast.
They do not grow into or invade normal tissues within or beyond the breast. Noninvasive cancers are sometimes called in situ or pre-cancers. If the cancer has
grown into normal tissues, it is called invasive. Sometimes cancer cells spread to
other parts of the body through the blood or lymph system. When cancer cells
spread to other parts of the body, it is called metastatic breast cancer.
Epid
More than half of the 1.05 million cases occur in high-income countries in North
America and western Europe and in Australia and New Zealand (Figure 2), where
an average of 6% of women develop invasive breast cancer before the age of 75.
Incidence rates of a similar magnitude are observed in Argentina and Uruguay.
The risk for breast cancer is low in the lowincome regions of sub-Saharan Africa
and Southern and Eastern Asia, including Japan, where the probability of
developing breast cancer by the age of 75 is one-third that of other high-income
countries. The rates are intermediate elsewhere. Japan is the only affluent
country where in 2000 the incidence rate was low

Etio
Risk factors you cannot change Gender: Breast cancer is much more common
in women than in men. Age: risk goes up with age. Genetic risk factors:
Inherited changes (mutations) in certain genes like BRCA1 and BRCA2 can
increase the risk. Family history: Breast cancer risk is higher among women
whose close blood relatives have this disease. Personal history of breast
cancer: A woman with cancer in one breast has a greater chance of getting
another breast cancer (this is different from a return of the first cancer). Race:
Overall, white women are slightly more likely to get breast cancer than AfricanAmerican women. African-American women, though, are more likely to die of
breast cancer. Dense breast tissue: Dense breast tissue means there is more
gland tissue and less fatty tissue. Women with denser breast tissue have a
higher risk of breast cancer. Certain benign (not cancer) breast problems:
Women who have certain benign breast changes may have an increased risk of
breast cancer. Some of these are more closely linked to breast cancer risk than
others. For more details about these, see Noncancerous Breast Conditions.
Lobular carcinoma in situ: In this condition, cells that look like cancer cells are in
the milk-making glands (lobules), but do not grow through the wall of the lobules
and cannot spread to other parts of the body. It is not a true cancer or precancer, but having LCIS increases a woman's risk of getting cancer in either
breast later. Menstrual periods: Women who began having periods early (before
age 12) or who went through menopause (stopped having periods) after the age
of 55 have a slightly increased risk of breast cancer. Breast radiation early in
life: Women who have had radiation treatment to the chest area (as treatment
for another cancer) as a child or young adult have a greatly increased risk of
breast cancer. Treatment with DES: Women who were given the drug DES

(diethylstilbestrol) during pregnancy have a slightly increased risk of getting


breast cancer. For more information on DES see DES Exposure: Questions and
Answers.
Breast cancer risk and lifestyle choices Not having children or having them
later in life: Women who have not had children, or who had their first child after
age 30, have a slightly higher risk of breast cancer. Being pregnant many times
or pregnant when younger reduces breast cancer risk. Certain kinds of birth
control: Studies have found that women who are using birth control pills or an
injectable form of birth control called depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA
or Depo-Provera ) have a slightly greater risk of breast cancer than women who
have never used them. This risk seems to go back to normal over time once the
pills are stopped. Using hormone therapy after menopause: Taking estrogen
and progesterone after menopause (sometimes called combined hormone
therapy) increases the risk of getting breast cancer. This risk seems to go back to
normal over time once the hormones are stopped. For more information about
this, see Menopausal Hormone Therapy. Not breastfeeding: Some studies have
shown that breastfeeding slightly lowers breast cancer risk, especially if
breastfeeding lasts 1 to 2 years. Alcohol: The use of alcohol is clearly linked
to an increased risk of getting breast cancer. Even as little as one drink a day can
increase risk. Being overweight or obese: Being overweight or obese after
menopause (or because of weight gain that took place as an adult) is linked to a
higher risk of breast cancer.
Risk factors that are less clear or have been disproven Tobacco smoke:
Smoking may increase the risk of breast cancer. The increased risk seems to
affect certain groups, such as women who started smoking before they had their
first child Night work: A few studies have suggested that women who work at
night (nurses on the night shift, for instance) have a higher risk of breast cancer.
Certain factors have been studied without finding a link to breast cancer:
Antiperspirants Bras Induced abortions (see Is Abortion Linked to Breast
Cancer?) Breast implants: These may be linked to a rare type of lymphoma,
though Chemicals: At this time research does not show a clear link between
breast cancer risk and exposure to things like plastics, certain cosmetics and
personal care products, and pesticides (such as DDE). Research is being done on
the possible health effects of these and similar compounds.
Patof

Klasifikasi
The type of cancer cells in your report: DCIS (Ductal Carcinoma In Situ). This is a
cancer that is non-invasive. It stays inside the milk ducts. LCIS (Lobular
Carcinoma In Situ). This is a tumor that is an overgrowth of cells that stay inside
the milk-making part of the breast (called lobules). LCIS is not a true cancer. Its
a warning sign of an increased risk for developing an invasive cancer in the
future in either breast. IDC (Invasive Ductal Carcinoma). This is a cancer that
begins in the milk duct but has grown into the surrounding normal tissue inside
the breast. This is the most common kind of breast cancer. ILC (Invasive Lobular
Carcinoma). This is a cancer that starts inside the milkmaking glands (called
lobules), but grows into the surrounding normal tissue inside the breast.
Inflammatory breast cancer (IBC) This is a rare type of invasive breast cancer.
Often, there is no single lump or tumor. Instead, IBC makes the skin of the breast
look red and feel warm. It also may make the skin look thick and pitted,
something like an orange peel. The breast may get bigger, hard, tender, or itchy.
according to the status of three specific cell surface receptors. These are the
oestrogen receptor (ER), the 4/ 10 Contents Overview Section 1 Breast Cancer
Section 2 Epidemiology Section 3 Treatment References progesterone receptor
(PR) and the Human Epidermal Growth Factor Receptor (HER)2/ neu receptor.
Grade is how different the cancer cells are from normal cells. Experts compare
the appearance of the cancer cells to normal breast cells. Grade is different from
stage. There are three cancer grades: Grade 1 (low grade or well differentiated).
Grade 1 cancer cells look a little bit different from normal cells. They are usually
slow-growing. Grade 2 (intermediate/moderate grade or moderately
differentiated). Grade 2 cancer cells do not look like normal cells. They are
growing a little faster than normal. Grade 3 (high grade or poorly differentiated).
Grade 3 cancer cells look very different from normal cells. They are fast-growing.
MK

D/
PP:
Tests that can measure the rate of cell growth include: Ki-67. Ki-67 is a protein
in cells that increases as they prepare to divide into new cells. A staining process
can measure the percentage of tumor cells that are positive for Ki-67. The more
positive cells there are, the more quickly they are dividing and forming new cells.
In breast cancer, a result of less than 10% is considered low, 10-20% is
intermediate/borderline, and more than 20% is considered high. If you have an
Oncotype DX test done on the cancer to estimate your recurrence risk. S-phase
fraction. The S-phase fraction number tells you what percentage of cells in the

tissue sample are in the process of copying their genetic information (DNA). This
S-phase, short for synthesis phase, happens just before a cell divides into two
new cells. In breast cancer, a result of less than 6% is considered low, 6-10% is
intermediate/borderline, and more than 10% is considered high.
Terapi
Pencegahan
Prognosis
Agama
Dafpus
http://www.roche.com/med-breast-cancer.pdf
http://www.cancercouncil.com.au/wp-content/uploads/2014/09/BreastBooklet_-NSW-lversion.pdf

Anda mungkin juga menyukai