Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Lingkup Eceran
Pada dekade belakangan ini, sektor eceran tumbuh seirama dengan perkembangan
ekonomi Indonesia.Peranan eceran dirasakan memiliki manfaat yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dimana hidup kita banyak terbantu dan tergantung
pada berbagai jenis eceran. Pada dasarnya perumusan unsur-unsur bauran usaha eceran yang
harus menjadi perhatian para pengecer dalam konteks manajemen perusahaan eceran sangat
berkaitan erat dengan strategi yang akan mereka gunakan dalam berusaha mencapai tujuan
perusahaan.
2.1.1 Pengertian Eceran
Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis ritel atau eceran adalah menjual berbagai produk,
jasa atau keduanya kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi. Para pelaku usaha ritel
berusaha memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuai antara barang - barang
yang dimilikinya dengan harga, tempat, dan waktu yang diinginkan pelanggan. Ritel juga
menyediakan pasar bagi para produsen untuk menjual produk-produk mereka. Dengan demikian
ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan produsen dengan
konsumen.
Adapun pengertian ritel atau eceran menurut beberapa ahli. Berikut diantaranya:

Pengertian Eceran menurut Kotler dan Keller (2009:140) adalah :


Perdagangan aktivitas eceran/pengecer (retailling termasuk semua aktivitas dalam menjual
barang atau jasa langsung ke konsumen akhir untuk kebutuhan pribadi dan non-bisnis.
Menurut Minichiello oleh Bob Foster (2008:35) adalah
Penjualan eceran adalah proses sederhana dari transaksi antara pengecer dan

konsumen,

menukar uang dengan produk atau jasa yang ditawarkan pengecer.


Menurut Michael Levy dan Barton A.Weitz (2012:6) adalah :
Retailing is the set of businnes activities that adds value to the product or service sold to
consumers for their personal or family use.
(Ritel adalah suatu aktivitas yang menambah nilai produksi atau jasa, dijual kepada konsumen
untuk keperluan pribadi atau keluarga)
Menurut Christina Whidya Utami (2012:5) adalah :
Ritel adalah upaya untuk memecahkan barang atau produk yang dihasilkan dan didistribusikan
oleh manufaktur atau perusahaan dalam jumlah besar dan massal untuk dapat dikonsumsi oleh
konsumen akhir dalam jumlah kecil sesuai dengan kebutuhannnya.
Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian eceran atau ritel
adalah kegiatan yang melibatkan antara pengecer dan konsumen akhir dalam penjualan barang
atau jasa untuk penggunaan bisnis.
2.1.2 Keputusan Pemasaran dalam Bisnis Eceran

Untuk menjalankan eceran, dibutuhkan pemahaman terhadap proses keputusan dalam


manajemen eceran. Keputusan keputusan pemasaran dalam bisnis eceran menurut Kotler
(2009:147) :
1. Pasar Sasaran
Keputusan terpenting pengecer berkaitan dengan pasar sasaran. Sebelum pasar sasaran ini
didefinisikan dan dikenali profilnya, pengecer tersebut tidak mungkin mengambil keputusan
yang konsiten mengenai keragaman produk, dekorasi toko, pasar, media iklan, harga, dan
tingkat layanan.
2. Keragaman Produk dan Perolehan Produk
Keragaman Produk ( Product Assortment ) pengecer harus sesuai harapan belanja dari pasar
sasarannya . Tantangan dimulai sesudah menetapkan keragaman produk toko tersebut, dan
itu berarti mengembangkan strategi diferensiasi produk.
3. Layanan dan Atmosphere Toko
Pengecer juga harus memutuskan bauran layanan (Service Mix) untuk ditawarkan kepada
pelanggan.
a. Layanan Pra-pembelian mencakup: penerimaan telepon, pesanan pos, iklan pajangan
etalase, kamar pas, jam buka tutup toko, peragaan busana dan tukar tambah
b. Layanan Purna-pembelian mencakup : Informasi umur, pencairan cek, tempat parkir,
restoran, perbaikan, pendekorasian interior, kredit, toilet, dan layanan penjagaan
bayi.
Bauran layanan tersebut adalah sarana utama untuk membedakan suatu toko dari toko
lainnya, hal yang sama berlaku pada atmosphere Pasar Baru. Toko tersebut seharusnya
mempunyai atmosphere terencana yang sesuai dengan pasar sasaran dan memikat konsumen
untuk membeli.
1. Keputusan Harga

Harga adalah faktor penempatan ( Positioning ) utama yang harus diputuskan dalam kaitannya
dengan pasar sasaran , bauran keragaman produk, layanan , dan persaingan. Semua pengecer
ingin mencapai volume yang tinggi dan margin kotor yang tinggi , maka setiap pengecer harus
memperhatikan taktik penetapan harga yang tepat.
2. Keputusan Promosi
Pengecer menggunakan berbagai macam alat promosi untuk menghasilkan timbal balik
konsumen agar melakukan pembelian. Mereka memasang iklan , mengadakan obral khusus ,
menerbitkan kupon potongan harga, menjalankan program hadiah untuk konsumen yang
loyal, dan sampel makanan di toko. Masingmasing pengecer harus menggunakan alat
promosi yang dapat mendukung dan memperkuat penempatan citranya.
3. Keputusan Lokasi
Pengecer sudah terbiasa mengatakan bahwa tiga kunci keberhasilan adalah : lokasi, lokasi,
dan lokasi. Jaringan toko serba ada , perusahaan perusahaan minyak dan waralaba makanan
cepat saji melakukan tindakan yang sangat sulit dan hati- hati dalam memilih lokasi. Masalah
tersebut dirinci kembali sebagai tempat untuk membuka gerai, lalu memilih kota tertentu dan
tempat tertentu.
2.2 Ruang Lingkup Lokasi
Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan terhadap tiga unsur jarak
(distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement), dengan tujuan untuk mengukur suatu
kondisi yang ada dan penyesuaian dengan struktur keruangan, dan menganalisa interaksi antar
unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas antara
pusat dan perhentian suatu wilayah, dan hambatan interaksi, hal ini didasarkan oleh adanya
tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirarki
diantara tempat-tempat tersebut.
2.2.1 Lokasi Area Perdangangan

Pemilihan Lokasi ritel adalah sebuah keputusan yang sangat strategis. Sekali lokasi
pemilik ritel harus menanggung semua konsekuensi dari pilihan tersebut. Sebagai contoh sebuah
ritel makanan mempertimbangkan lokasi toko di area yang masih baru. Pemilik ritel memilih dua
tempat, bersebrangan dengan toko lain atau menempati lokasi yang benar baru tanpa pesaing
toko makanan. Dalam membuat keputusan mengenai pemilihan lokasi. Menurut Christina
Whidya Utami (2012:141) pemilik ritel seharusnya memikirkan dalam tiga tingkatan, yaitu
daerah, area perdagangan, dan tempat lebih spesifik.
1. Daerah merujuk pada suatu negara, bagian suatu negara, kota tertentu, atau metropolitan
statistical area (MSA)
2 Area perdagangan adalah area geografis yang berdekatan yang memiliki mayoritas pelanggan
dan penjualan sebuah toko, mungkin bagian dari sebuah kota, atau tempat meluas di luar
batas- batas kota tersebut, tergantung pada tipe-tipe toko, dan insentitas dari para pelanggan
3

potensial disekitarnya.
Tempat yang lebih spesifik khusus.
Dalam membuat keputusan-keputusan lokasi toko, para pemilik ritel seharusnya menguji

tiga tingkatan tersebut secara serempak dan terintergrasi. Dalam menguji ketiga keputusan lokasi
secara berurutan, maka akan dijelaskan lebih dahulu bagaimana:
1. Melihat faktor yang mempengaruhi daya tarik suatu area perdagangan tertentu
2. Menguji apa yang dicari pemilik ritel dalam memilih tempat, seperti target penjualan yang
harus dicapai, sehingga dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan beberapa metode
peramalan

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Tarik Lokasi

Menurut Christina Whidya Utami (2012:145) ada beberapa masalah yang membuat
suatu lokasi tertentu memiliki daya tarik secara spesifik akan mengamati keuntungan
aksesibilitas lokasi dan keuntungan lokasi sebagai pusatnya . Berikut penjelasan masalah
tersebut:
1. Aksesibilitas
Aksesibilitas suatu lokasi adalah suatu kemudahan bagi konsumen untuk datang atau masuk
keluar dari lokasi tersebut. Analisis ini memiliki dua tahap yaitu:
a. Analisis Makro
Mempertimbangkan area perdanganngan primer, seperti area dua hingga tiga mil di
sekitar lokasi tersebut dalam kasus sebuah supermarket atau toko obat. Untuk
menaksir aksesibilitas lokasi pada tingkat makro ritel secara bersamaan mengevalusi
beberapa faktor seperti pola-pola jalan, kondisi jalan dan halangan-halangan.
b. Analisis Mikro
Berkonsentrasi pada masalah-masalah sekitar lokasi, visibilitas, arus lalu lintas,
parkir, keramaian, dan jalan masuk atau jalan keluar
2. Keuntungan secara lokasi dalam sebuah pusat
Setelah aksesibilitas pusat telah dievaluasi, analisis harus mengevaluasi lokasi di dalamnya.
Hal ini disebabkan lokasi yang lebih baik memerlukan biaya, ritel harus mempertimbangkan
kepentingan mereka. Contohnya, dalam wilayah pusat perbelanjaan yang lebih mahal adalah
lokasi yang mendekati supermarket. Pertimbangan lainnya adalah untuk melokasikan tokotoko yang menarik pangsa pasar yang saling berdekatan. Pada intinya konsumen ingin
berbelanja di mana mereka menemukan sejumlah variasi barang dagangan yang lengkap.
Menurut Michael Levy dan Barton A.Weitz (2012:194) Pengambilan keputusan dalam
pemilihan area lokasi ritel harus dipertimbangkan secara spesifik, untuk menjadi tolak ukur
pemilihan lokasi ada tiga faktor :

1. Karakteristik dari lokasi


2. Karakteristik dari pusat area dalam toko
3. Estimasi penjualan potensial dalam toko
Faktor pertama dan kedua yang harus dipertimbangkan untuk mengukur potensial daya tarik
sebuah toko, faktor yang ketiga membahas secara kompleks tentang pendekatan analisis makro,
sehingga penulis membahas factor pertama dan kedua karakteristik lokasi sebagai pengambilan
keputusan.

Tabel 2.1
Karakteristik Lokasi
Arus Pejalan Kaki dan
Aksesibiltas
Arus Kendaraan
Kemudahan Akses Kendaraan
Akses TOL (jalan bebas
hambatan)
Keramaian Jalan
Arus Pejalan Kaki
Kemudahan Transportasi
Umum
Biaya
Biaya Sewa
Biaya Perbaikan
Pajak
Periklanan dan Promosi
Jangka Waktu Sewa

Karakteristik Lokasi
Luas Lahan Parkir
Akses Keluar Masuk Toko
Visibilitas Toko
Akses Pengiriman Barang
Ukuran dan Bentuk Toko
Kondisi Gedung
Pesaing yang Berdekatan
Pembatasan
Zonasasi
Pembatasan Bauran Tenan
Aturan Keamanan

1. Karakteristik dari Lokasi


Beberapa Karakteristik toko berpengaruh dalam penjualan maka dari itu pemilihan lokasi
toko dipertimbangkan seperti :
a) Alur Lalu Lintas dan Aksesibilitas
Salah satu faktor yang paling penting berpengaruh kepada penjualan toko adalah jumlah
kendaraan dan pejalan kaki ,semakin banyak yang melintas maka semakin besar potensial
pembelian. Arus Lalu lintas menjadi tolak ukur daya tarik lokasi bagi para pelaku ritel, namun
tidak semua padatnya arus lalu lintas menjadi tolak ukur yang signifikan semua tergantung
kepada keseimbangan situs. Untuk mempelajari tingkat keseimbangan alur lalu lintas akan
memakan banyak waktu dan biaya yang besar.
Aksesibilitas suatu letak sangat berpengaruh terhadap arus lalu lintas, yang mana faktor
asksesibilitas dinilai dari mudah masuk dan keluarnya toko bagi konsumen. Akses terbaik
adalah yang berlokasi dekat dengan jalan raya, lalu lintas yang terbit bebas hambatan alam,
seperti sungai atau gunung, jalur kereta api, jalan raya yang terbatas dan taman pun dapat
mempengaruhi aksessibilitas. Hambatan alam berdampak pada situs tertentu terutama pada
penjualan produk atau jasa yang potensialnya akan tinggi jika tidak ada hambatan alam. Lalu
lintas kendaraan merupakan pertimbangan penting ketika mengevaluasi situs. Arus lalu lintas
pejalan kaki dan akses transportasi publik merupakan acuan untuk menganalisis konsumen
pergi ke toko, selain itu arus lalu lintas pejalan kaki juga dapat mengevaluasi situs perkotaan.
b) Karakteristik Lokasi
Jumlah dan kualitas fasilitas parkir sangat penting untuk mengevaluasi sebuah pusat
perbelanjaan dan situs spesifik dalam pusat. Di satu sisi, jika tidak ada cukup ruang atau ruang
terlalu jauh dari toko, pelanggan akan kecewa sehingga menyembabkan ketidakpuasan. Disisi
lain, jika terlalu banyak ruang terbuka, pusat perbelanjaan mungkin dianggap memiliki toko
tidak populer. Aturan standar praktis penetapan tata letak lokasi antara lima dan satu setengah
spasi per ribu kaki persegi untuk toko ritel dengan pusat perbelanjaan, sedangkanjarak untuk

supermarket dengan pusat perbelanjaan standarnya dimulai dari 10 sampai 15 per 1000 meter
persegi.
Pengecer perlu mengamati pusat perbelanjaan diberbagai waktudengan tujuan
mengevaluasi tingkat penjualan. Dan mereka juga harus mempertimbangkan kesiapan karyawan
di lokasi parkir, seperti proporsi pembeli menggunakan mobil; parkir non pembeli dan jarak
perjalanan belanja. Sebuah masalah yang terkait dengan jumlah fasilitas parkir ialah kemacetan
yang disebabkan kurangnya kesiapan karywan dalam mengatasi pengguna lahan parkir oleh
pembeli dengan non pembeli. Masalah yang timbul dari kemacetan itu sendiri mengakibatkan
menurunnya potensial

pelanggan, membuat proses belanja menjadi lambat, mengganggu

pelanggan lain dan umumnya mencegah penjualan karena pelanggan lebih memilih pada lokasi
yang tingkat kemacetan optimal atau rendah. Sehingga, asumsi pembeli yang tingkat aktivitas
penjualannya tinggi dan tingkat kemacetan yang optimal di pusat perbelanjaan menciptakan daya
tarik pembeli itu sendiri.
i. Visibilitas
Visibilitas mengacu pada kemampuan pelanggan untuk melihat toko dari jalan. Visibilitas
penting untuk kestabilan toko dan menjaga pelanggannya yang setia, tetapi kebanyakan pelaku
ritel masih tidak mempertimbangkan kelebihan dari visibilitas itu sendiri.
Visibilitas toko yang baik yaitu mudah terlihat dari jalan raya dan biasanya terdapat di
ii.

daerah dengan populasi yang tinggi, seperti pusat wisata atau kota besar.
Persaingan Tenan
Lokasi yang memiliki banyaknya pesaing berpotensi untuk calon pembeli melakukan
pembelian. Pengecer menargetkan segementasi pasar yang samanamun memiliki perbedaan
dengan prinsip non-bersaing dalam hal menawarkan produk.
Konsumen mencari kebutuhannya dengan melakukan perbandingan harga, karena mereka
ingin dapat membuat pilihan mereka belanja dengan mudah, atau ingin memiliki assorment baik
sehingga mereka dapat berbelanja diseluruh lokasi tersebut. Pendekatan lokasi didasarkan pada

prinsip-prinsip daya tarik kumulatif, yang menyatakan bahwa sekelompok kegiatan eceran
segmennya serupa dan saling melengkapi, pada umumnya akan memiliki kekuatan tersendiri.

c) Biaya
Retailler dapat menempatkan pembatasan pada jenis penyewa yang diperbolehkan dalam
sebuah pusat perbelanjaan dariperjanjian sewa-menyewa mereka. Beberapa pembangunan dapat
membuat pusat perbelanjaan lebih menarik bagi retailler. Misalnya, khusus pengecer dari lokasi
di pusat yang sama. Pengecer akan terlihat tidak baik di pusat perbelanjaan dengan batasan
ukuran tanda yang mencegah nama toko visibilitas dari jalan. Letak toko yang strategis dapat
mempengaruhi biaya sewakarena lokasi yang lebih baik memiliki biaya sewa yang tinggi. Di
sebuah pusat perbelanjaan, lokasi yang terdekat dengan supermarket lebih mahal karena menarik
arus lalu lalangnya sangat tinggi. Jadi toko bunga atau toko roti yang mungkin menarik Impulse
Buying (Pembelian Impuls) harus dekat dengan supermarket. Tapi toko reparasi sepatu, yang
tidak memenuhi Impulse Buying (Pembelian Impuls), bisa di lokasi yang lebih rendah atau lebih
jauh dari supemarket karena pelanggan membutuhkan layanan tersebut dengan mencari toko.
Masalah yang sama berlaku untuk mengevaluasi lokasi dengan pusat perbelanjaan tertutup. Toko
yang melayani pelanggan yang melakukan perbandingan belanja, seperti pembelian pakaian ,
manfaat dari berada di lokasi yang lebih mahal dekat Departement Store, yang merupakan
tujuan untuk perbandingan harga pakaian. Seperti pakaian pembelanja masuk dan meninggalkan
Departement Store, mereka berjalan dengan dan dapat tertarik ke toko sebelahnya khusus toko
pengecer. Dalam kontras retailler seperti toko sepatu, toko tujuan lain, tidak perlu berada di
lokasi yang paling mahal, karena banyak pelanggan tahu mereka berada di pasar yang jenisnya
produk sebelum bahkan pergi berbelanja. Pertimbangan lain adalah bagaimana untuk
menemukan toko yang menarik target pasar yang sama. Pada intinya, pelanggan ingin berbelanja

di mana mereka akan menemukan bermacam-macam baik barang dagangan. Prinsip ini berlaku
untuk daya tarik kumulatif kedua toko menjual barang dagangan komplementer dan orang-orang
yang bersaing secara langsung dengan satu sama lain.

2.2.3 Area perdagangan


Area perdagangan adalah area geografis yang berdekatan yang memiliki mayoritas
pelanggan dan penjual sebuah toko. Area perdagangan disebut poligons, karena batas-batasnya
sesuai dengan jalan jalan dan tampilan peta lainnya. Ketiga zona dalam area perdagangan
tersebut adalah:
1. Zona primer
Zona primer adalah area geografis dari mana toko atau pusat perbelanjaan tersebut
mendapatkan 60 persen dari para pelanggan
2. Zona Sekunder
Zona Sekunder adalah area geografis dari kepentingan sekunder dalam tingkat penjualan,
yang menghasilkan sekitar 20 persen dari penjualan sebuah toko.
3. Zona Tersier
Zona tersier termasuk para pelanggan yang kadang berbelanja di toko atau pusat
perbelanjaan tersebut, yaitu :
a. Para pelanggan kekurangan fasilitas-fasilitas ritel yang memadai yang berlokasi lebih
dekat dengan rumah.
b. Tersedianya akses jalan raya yang strategis menuju toko atau pusat perbelanjaan
tersebut sehingga para pelanggan dapat pergi ke sana dengan mudah.
c. Lokasi ritel atau pusat perbelanjaan merupakan rute yang sering dilalui para pelanggan
ketika menuju ke tempat kerja atau tujuan lainnya.
d. Para pelanggan terarik pergi ke toko atau pusat perbelanjaan karena toko atau pusat
perbelanjaan tersebut dekat atu ada di area pariwisata.

2.2.4 Sumber Informasi


Terdapat tiga tipe informasi diperlukan untuk menetapkan sebuah area perdagangan yaitu:
1. Para Pemilik ritel harus menentukan berapa banyak orang yang ada di dalam area
perdagangan tersebut dan di mana mereka tinggal. Untuk ini, ritel menggunakan suatu
tehnik yang di kenal dengan menemukan konsumen (customer spotting) berarti tujuannya
untuk menemukan, atau melokasikan tempat tinggal para konsumen untuk sebuah toko
atau pusat perbelanjaan. Data spesifik untuk konsumen sebuah ritel biasanya didapat dari
informasi dari kartu kredit atau cek pembelian atau dari program loyalitas konsumen
2. Para pemilik ritel menggunakan sensus diadakan setiap 10 tahun untuk menjelaskan
pelanggan potensialnya dalam usaha untuk menilai seberapa besar mereka akan membeli
dalam area perdagangan yang diusulkan. Ritel menggunakan sensus per sepuluh tahunan
untuk menjelaskan konsumen potensial mereka dalam usaha yang dituju, agar bisa
menentukan segmentasi, memposisikan citra, dan target yang tepat.
3. Para pemilik ritel menggunakan internet dan sumber-sumber yang diterbitkan lainnya
untuk menilai kompetensinya.

2.2.5 Jenis Lokasi


Untuk beberapa pertimbangan, lokasi ritel merupakan keputusan yang penting dilakukan
pelaku ritel :
1. Merupakan pertimbangan wajib yang dipilih oleh konsumen.
2. Merupakan strategi yang penting untuk dikembangkan menjadi persaingan yang sehat,
dikarenakan macam-macam barang yang dijual.

Beberapa tipe lokasi yang tersedia bagi ritel masing-masing tipe lokasi dengan kekuatan
dan kelemahannya sendiri. Memilih tipe lokasi yang khusus menyertakan evaluasi serangkaian
penjualan. Pada umumnya penjualan ini melihat biaya lokasi versus nilainya bagi pelanggan.

Ritel mempunyai tiga tipe dasar lokasi yang bisa dipilih, yaitu:
1. Pusat perbelanjaan
Pusat perbelanjaan yang besar (shopping center) menyediakan kebutuhan belanja bagi
banyak golongan konsumen. Pusat perbelanjaan biasanya terdiri dari sekelompok ritel yang
diatur dengan ketentuan komersil yang direncanakan, dikembangkan oleh properti tunggal.
Beberapa ketentuan tentang kebersihan dan keamanan toko dan lain-lain. Dua konfigurasi pusat
perbelanjaan adalah strip center dan mal tertutup. Strip center adalah pusat perbelanjaan. Di
bawah ini yang merupakan bagian dari pusat perbelanjaan, meliputi:
Pusat Diskon Perbelanjaan Kecil

Manfaat utama dari pusat perbelanjaan kecil (strip shopping center) adalah mereka menawarkan
kepada pelanggan kenyamanan lokasi dan kemudahan parkir serta biaya sewa yang relatif rendah
untuk ritel. Kerugian besarnya adalah tidak adanya perlindunggan dari cuaca karena lokasi toko
depan toko adalah lahan parkir, mereka hanya sedikit memberikan penawaran serta pilihan
hiburan bagi pelanggan daripada mal. Terdapat dua tipe strip shopping center :
a. Pusat perbelanjaan kecil tradisional

Merupakan pusat perbelanjaan yang dirancang untuk memberikan kenyamanan belanja


untuk kebutuhan pelanggan setiap harinya yang tinggal pada lokasi sekitar. Pusat
perbelanjaan kecil tradisional biasanya memiliki sewa rendah sehingga dapat bersaing
secara efektif dalam strip center dengan toko yang menjadi pesaing mereka di mal.
Mereka dapat memberikan penawaran harga rendah, sebagian karena harga sewa yang
rendah, serta pelanggan mereka yang dapat langgsung ke toko.
b. Pusat Belanja besar
Merupakan pusat perbelanjaan yang lebih didomisili oleh beberapa toko besar termasuk
toko-toko diskon, klub-klub perdagangan. Tidak seperti pusat perbelanjaan dengan sewa
rendah tradisional, pusat perbelanjaan besar sering mencakup beberapa perdagangan
mandiri dann hanya sejumlah kecil penyewa khusus. Mereka secara khusus tertutup pada
konfigurasi strip center.

Mal

Mal mempunyai beberapa keuntungan selain lokasi alternatif:


a. Mempunyai banyak tipe lokasi toko yang berbeda, bermacam-macam barang dagangan
tersedia dalam toko tersebut dan kesempatan mereka mengombisikan pusat perbelanjaan
dengan hiburan, mal perbelanjaan menjadi pilihan utama bagi perbelanjaan masa kini .

b. Mal mempertimbangkan tata letak, tipe toko,

dan jenis penjualan ritel sehingga

pelanggan dapat mempunyai pengalaman belanja yang tidak berhenti dengan bermacammacam barang dagangan yang diseimbangkan.
c. Pelaku Ritel dan pelanggan tidak perlu merasa kuatir dengan likungan eksternal mereka.
Manajemen mal melakukan pemeliharaan area bersama. Penyewa mal melihat ke depan
besarnya level homogenitas dengan toko lainnya.
Pusat Belanja Regional

Merupakan tempat belanja yang menyediakan barang-barang umum dan jasa pelayanan
yang lengkap dan bervariasi. Tujuan adalah menarik departemen, toko diskon, pakaian khusus.
Pusat belanja regional (regional shopping center) khusus biasanya tertutup dengan orientasi toko
yang dihubungkan oleh tempat berja lan umum, dengan lahan parkir di sekitar lokasi.
Pusat Belanja Super Regional

Merupakan pusat perbelanjaan yang mirip dengan pusat perbelanjaan regional tetapi karena
ukuran pusat belanja regional lebih besar, banyak ditempati kios dan pemilihan barang dagangan.
Sepertinya halnya pusat belanja regional khusus merupakan mal dengan banyak tingkat.

Pusat Belanja Gaya Hidup

Merupakan rancangan tradisional luar ruangan dan bermacam-macam ritel. Pusat ini
menawarkan kenyamanan pembelanja, keamanan dan ragam penyewa yang banyak serta
atmosfer kepuasan konsumen. Beberapa pusat belanja gaya hidup (lifestyle shopping center)

terdiri dari toko, restoran, dan bioskop. Pusat belanja gaya hidup ini berada pada lingkungan
yang baik di mana tergantung pada jauhnya radius pasar terkecil tetapi lebih murah daripada mal.
Pusat Mode atau Pusat Belanja Khusus

Merupakan pusat belanja yang sebagian besar terdiri atas pakaian mahal, butik dan toko suvenir
dengan berbagai model pilihan atau pernik-pernik unik berkualitas tinggi dan bernilai. Pusat
mode (speciality shopping center) ini tidak ditempati oleh stand walaupun kadang-kadang
penikmat makanan dan minuman serta bioskop berfungsi sebagai tempat rekreasi. Pusat mode ini
mirip dengan pusat belanja gaya hidup dalam hal jenis toko yang mampu menarik pelanggan,
perbedaannya adalah atap dan lebih besar daripada pusat perbelanjaan gaya hidup pada
umumnya. Dapat ditemukan di area perdagangan yang mempunyai pendapatan besar, area wisata
atau beberapa distrik pusat usaha.
Pusat Belanja Outlet

Pusat belanja outlet (outlet shopping center) adalah pusat perbelanjaan yang sebagian besarnya
terdiri dari gerai dan pabrik yang menjual merek buatan mereka sendiri selain juga seharusnya
mencakup ritel dengan harga diskon. Hasil dari pergantian beragam penyewa di beberapa pusat
perbelanjaan, banyak ahli industri saat ini memiliki kecendrungan pada pusat belanjan outlet
seperti Value Center atau Value Megamall. Kemiripan dengan pusat perbelanjaan besar adalah
bentuk bidang yang paling umum, walaupun beberapa mal yang lainnya dibuat oleh kelompok
perkampungan.
Pusat Belanja Festival atau Bertema

Merupakan pusat perbelanjaan khusus membuat penggabungan tema yang dibawa oleh toko
perorangan dengan rancangan yang arsitektual. Daya tarik paling besar dari pusat perbelanjaan
festival (theme shopping center) ini adalah sebagai tempat wisata secara khusus, pusat
perbelanjaan ini terdiri dari penyewa yang mirip seperti pusat perbelanjaan khusus. Di dalam
pusat perbelanjaan ini juga terdapat restoran dan fasilitas hiburan. Namun karena tidak adanya
toko tradisional dan dirasakan sebagai kecendrungan, pusat perbelanjaan ini diamati oleh
beberapa ahli industri sebagai risiko dengan investasi tidak stabil.
Kios

Meskipun tidak satupun kios barang dagangan bisa ditemukan disemua jenis mal, kios tetap
merupakan alternatif penempatan yang populer bagi ritel, untuk kebutuhan lingkup pasar yang
kecil.
2. Lokasi di Kota Besar ataupun Kota Kecil
Lokasi riteldi kota besar maupun kota kecil mempunyai klasifikasi bervariasi dari akses
masuk jalan, kepemilikan. Berikut beberapa toko yang berlokasi potensial :
Distrik Pusat Bisnis (DPB)

Merupakan area tradisional yang ramai di kota besar atau kota kecil. Kegiatan bisnis ini mampu
menarik banyak orang ke area tersebut selama berjam-jam, baik orang yang berlalu lalangatau
yang bekerja di sekitar area itu. DPB juga merupakan pusat transportasi umum lalu lintas pejalan
kaki. Pada akhirnya, DPB berhasil untuk perdagangan ritel dengan sejumlah besar pemukiman di

daerah tersebut. Lokasi DPB mempunyai kelemahan dari keamanan, lahan parkir terbatas,
pencurian toko, tingkat kriminal yang tinggi, dan lingkungan yang buruk.
Lokasi Dalam Kota

Lokasi alternatif lainnya kota besar atau kota kecil adalah dalam kota. Dalam kota merupakan
areal perkotaan dengan intensitas yang tinggi terdiri dari bangunan apartemen, populasi terbesar
dengan etnik latin, negro, asia. Pelaksanaan yang berhasil dalam kota memerlukan perhatian
khusus.
Lokasi Jalan Utama

Merupakan tempat di mana DPB berada pada areal belanja tradisional dari kota kecil atau distrik
bisnis yang kedua di daerah pinggiran kota atau kota besar. Lokasi ini tidak mampu menarik
pengunjung seperti DPB karena sedikitnya populasi yang bekerja dan bermukim di area ini serta
sedikit toko kecil yang memilih area ini.

3. Lokasi bebas (freestanding).


Ritel juga mengalokasikan pada lokasi non-tradisional, seperti bandara atau dalam kedai lainnya.
Lokasi Bebas (Freestanding Area)

Jenis lokasi ritel pada dasarnya setiap bangunan yang berdiri sendiri. Hal ini dapat tersimpan di
lokasi lingkungan atau langsung dari jalan raya sibuk. Tergantung pada pemilik, biasanya ada
tidak ada pembatasan pada bagaimana pengecer harus beroperasi bisnisnya. Berbeda dengan
lokasi ritel terpasang di mana pelanggan dapat berjalan dalam karena mereka belanja di

dekatnya, pengecer dari lokasi berdiri bebas harus bekerja di pemasaran untuk mendapatkan
pelanggan di dalamnya. Biasanya mempunyai beberapa fasilitas seperti : Mempunyai lahan
parkir yang luas, rendah biaya sewa, bukan kawasan yang komersil dan arus lalu lintasnya stabil.
Pilihan Lokasi Lain untuk ritel

Mengembangkan kegunaan yaitu mengombinasi beberapa kegunaan yang berbeda atau


kompleks, seperti pusat perbelanjaan, dengan gedung perkantoran, hotel, perumahaan, kompleks
pejabat, dan pusat konveksi.
1. Bandara udara (Airport) bisa menjadi satu area penting dan populer di antara ritel-ritel
nasional.
2. Tempat peristirahatan (resort) Ritel menganggap resort sebagai peluang kepemilikan
lokasi yang utama, sebab akan ada banyak pelanggan di saat waktu senggang.
3. .Rumah sakit adalah alternatif pilihan toko yang terus populer. Karena pasien dan para
tamu pasti akan menyempatkan ke toko
4. Toko di dalam toko adalah pilihan lain ritel di dalam toko yang lebih besar. Ritel bisa
khusus berada di toserba.

Anda mungkin juga menyukai