Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun Oleh :
HARDYANTI ZAHARA
NIM 15150040

Pancasila
Dosen pembimbing :
Usman, S.Pd,.M.Pd

Fakultas Hukum
Universitas Abulytama
Tahun Ajaran 2015 / 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya.Makalah ini membahas Pancasila Sebagai Dasar Negara.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalahselanjutnya.


Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Penulis

Hardyanti Zahara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang...................................................................................................1
B Permasalah.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A Sejarah Lahirnya Pancasila................................................................................3
B Kedudukan dan Fungsi Pancasila di Negara Indonesia.....................................5
C Isi Pancasila.......................................................................................................8
D Makna Pancasila sebagai Dasar Negara.............................................................9
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan........................................................................................................12
B Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar dari negara kita, yaitu Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar
terbentuknya Negara dan pandangan hidup bangsa Suatu bangsa tidak akan dapat
berdiri dengan kokoh tanpa adanya dasar Negara yang kuat dan tidak akan dapat
mengetahui dengan jelas kemana arah dan tujuan yang akan dicapai tanpa
pandangan hidup.
Dengan adanya dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing
dalam menghadapi berbagai permasalahan, baik yang datang dari dalam maupun
luar. Kalau kita dapat umpamakan, Negara tanpa dasar Negara bagaikan sebuah
bangunan yang tanpa dasar dan bangunan tersebut akan cepat roboh.
Sebagai warga Negara yang baik,hendaknya kita lebih mengenal dasar Negara
kita(Pancasila) secara lebih dalam dan menyeluruh, agar kita dapat lebih
menghargai dan menjunjung tinggi dasar Negara kita tersebu

B Permasalahan
Memahami peranan Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama, dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang saam
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional selama lebih dari 55
tahun terahir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kredibilitasnya
menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis. Hal ini
diperpalah oleh minimal dua hal, pertama, penerapan Pancasila yang dilepaskan dari prinsipprinsip dasar filosofinya sebagai dasar negara, dan kedua, krisis multi dimensional yang
melanda bangsa Indonesia sejak 1998 yang diikuti oleh fenomena disintegrasi bangsa.
Berkenaan dengan itu, kajian melalui pendekatan historis kontekstual akan sangat
berguna bagi pemahaman pancasial sebagai dasar negara, yang sekaligus akan menempatkan
Pancasial dalam posisi yang sebenarnya sehingga akan tetap menjiwai perjuangan bangsa
Indonesia di masa mendatang.

BAB II
PEMBAHASAN
A

Sejarah Lahirnya Pancasila

Pembahasan mengenai Dasar Negara dilakukan pertama kali pada saat sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung
pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada sidang tersebut terdapat usulan-usulan
tentang Dasar Negara, usulan-usulan yang dikemukakan adalah :
a Prof. Mr. MuhammadYamin
Mengusulkan Dasar Negara dalam pidatonya tidak tertulis pada tanggal 29 Mei1945 dalam
sidang BPUPKI, yaitu:
1

PeriKebangsaan.

PeriKemanusiaan.

PeriKetuhanan.

PeriKerakyatan.

KesejahteraanRakyat.

Setelah selesai berpidato, Beliau menyampaikan pula usulan-sulan tertulis naskah


rancangan UUD RI. Dalam pembukaan itu tercantum rumusan 5 dasar, yaitu :
1 Ketuhanan Yang MahaEsa.
2 Kebangsaan PersatuanIndonesia.
3 Rasa Kemanusian yang Adil danBeradab.
4

Kerakyatanyang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan.

Keadilan Sosial bagi Seluruh RakyatIndonesia.


3

Prof.Mr.Dr.R Soepomo (31 Mei1945)

1 Paham Persatuan.
2 Perhubungan Negara dan Agama.
3 Sistem Badan Permusyawaratan.
4 Sosialisasi Negara.
5 Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia TimarRaya.
c

Ir. Soekarno (1 Juni1945)


1

KebangsaanIndonesia.

Internasionalisme atauPerikemanusiaan.

Mufakat atauDemokrasi.

KesejahteraanSosial.

Ketuhanan yangBerkebudayaan.
Oleh karena pada sidang pertama belum dicapai kata mufakat, maka dibentuklah

sebuah panitia kecil yang membahas usulan-uslan yang diajukan dalam sidang BPUPKI
baik lisan maupun tulisan yang disebut Panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir.Soekarno.
Anggota Panitia Sembilan sendiri terdiri dari tokoh Nasional yang mewakili golongan
Nasioanalis dan Islam, yaitu : Drs. Moh.Hatta, Mr.A.A Maramis, Mr.Muh Yamin,
Mr.Ahmad Soebardjo, Abdul Kahar Muzakar, KH.Wahid Hasyim, Abi Kusno,
Tjokrosoejoso dan Haji Agus Salim.
Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil menyusun suatu naskah yang
kemudian disebut Piagam Jakarta, yang di dalamnya tercantum rumusan Dasar Negara
sebagai berikut :

1Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya.
2

Kemanusiaan yang adil danberadab.

PersatuanIndonesia.
4Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5

Keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.


Lalu dengan beberapa pertimbangan dan pembahasan ulang,maka sila pertama pada

Piagam Jakarta diubah menjadi Ketuhanan yang maha esa. Dengan demikian lahirlah
Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia hingga saat ini.
B Kedudukan dan Fungsi Pancasila di NegaraIndonesia
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok tersebut,
Pancasila mempunyai beberapa fungsi lagi, yaitu :
1

Pandangan hidup bangsa Indonesia


Yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai
kesejahteraan lahir dan batin dalam masayarakat yang heterogen (beraneka
ragam)

Jiwa dan kepribadian bangsaIndonesia


Artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan
merupakan ciri khas Bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah
lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsalain.

PerjanjianLuhur
Artinya Pancasila telah disepakati secara Nasional sebagai dasar Negara tanggal
18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Perseapan Kemerdekaan
5

Indonesia).
4

Sumber dari segala sumber tertibhukum


Artinya bahwa segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila.

Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsaIndonesia.


Yaitu masayarakat adil dan makmur secara merata materiil dan spiritual yang
berdasarkan Pancasila.

Sebagai Ideologiterbuka.
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
terbuka.Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual,
dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga
memiliki kemampuan yang labih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru
dan aktual. Sebagai sautu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila
memeiliki dimensi sebagai berikut :
a

Dimensi Idealistis, yaitu nilai- nilai dasar yang terkandung dalam


Pancasila yang bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nlainilai yang terkandung dalam lima sila pancasila : ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Maka dimensi
idealistis Pancasila bersumber pada niali- nilai filosofis yaitu
filsafatPancasila.

b Dimensi Normatif, yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam


Pancasila

perlu

dijabarkan

dalam

suatu

sistem

normatif,

sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang


memiliki kedudukan tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.
Dalam pengertian inilah maka Pembukaan yang di dalamnya
memuat Pancasila dalam alinea IV, berkedudukan sebagai
staatsfundamentalnorm(pokok kaidah negara yang fundamental).
c

Dimensi Realistis, suatu ideologi harus mampu mencerminkan


realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh
karena itu Pancasila selalu memiliki dimensi nilai- nilai ideal serta
norma maka Pancasila harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
nyata sehari-hari, baik dalam kaitannya bermasayarakat maupun
dalam segala aspek penyelenggaraan negara.

Berdasarkan hakikat ideologi Pancasila yang bersifast terbuka yang memiliki tiga
dimensi tersebut maka ideologi Pancasila tidak bersifat utopis yang hanya merupakan
sistem ide-ide belaka yang jauh dari kenyataan hidup sehari- hari. Selain itu ideologi
Pancasila bukan merupakan doktrin belaka karena doktrin hanya dimiliki pada ideologi
yang hanya bersifat normatif dan tertutup, demikian pula ideologi Pancasila bukanlah
merupakan ideologi pragmatis yang hanya menekankan segi praktis dan realistis belaka
tanpa idelaisme yang rasional. Maka Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka pada
hakikatnya, nilai-nilai dasar (hakikat) sila- sila Pancasila yang bersifat tetap adapun
penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis terbuka dan senantiasa
mengikuti perkembangan zaman.
Menurut BP-7 Pusat, bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam ideologi terbuka
tediri atas 2 jenis nilai yaitu,
Pertama : nilai dasar,yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam ideologi yang berupa citacita, tujuan, serta alat- alat perkembangan negara yang utama, sendi- sendi
7

mutlak negara terutama nilai- nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,Persatuan,


Kerakyatan, serta Keadilan, ini bersifat tetap.
Kedua : nilai-nilai Instrumental, yaitu niali- nilai yang berupa arahan, kebijakan, strategi,
sasaran serta lembaga pelaksanaannya, ini yang bersifat dinamis dan terbuka yang
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Maka realisasi nilai- nilai
instrumental inilah yang merupakan pragsis dari ideologi. Berdasakan uraian di
muka maka Pancasila sebagai nilai dasar Ideologi negara adalah yang bersifat
tetap,

adapun

nilai-

nilai

instrumental

yang

merupakan

pengamalan,

pengembangan dan pengayaan nilai- nilai dasar.


C Isi Pancasila
Pancasila juga merupakan sarana atau wadah yang dapat mempersatukan bangsa
Indonesia, sebab Pancasila adalah falsafah, jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang
mengandung nilai- nilai dan norma- norma yang luhur. Norma- norma tersebut yaitu :
1

Norma Agama, bersumber dari Tuhan melalui utusannya yang bersisikan


peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah,larangan-larangan dan
anjuran-anjuran yang berasl dari Tuhan.Sebagian norma agama bersifat
umum,jadi berlaku bagi seluruh golongan manusia di dunia terlepas dari
agama yang dianut.

Norma Kesusilaan yang dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati
sanubari manusia,dari bisikan kalbu atau suara batin yang diinsyafi oleh setiap
orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.

Norma Kesopanan merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan


segolongan mansia dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari
sekelompok masyarakat.

Norma Hukum adalah aturan tertiulis maupun tidak tertulis yang


berisikanperintah atau larangan yang memaksa dan akan menimbilkan sanksi
yang tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.

Keempat norma ini berlaku dan terdapat pada masyarakat Indonesia yang masingmasing norma mempunyai perbedaan satu sama lain.Khusus Norma Hukum yang dibuat
oleh lembaga yang berwenang,untuk membuatnya (negara) dan dari segi sanksinya lebih
tegas dan jelas serta dapat dipaksakan dalam pelaksanaannya.
D Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab,

yang ber-

Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berPersatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila sebagai dasar (filsafat) Negara mengandung makan bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai filsafati yang bersifat
mendasar. Nilai dasar Pancasila bersifat abstrak, normative dan nilai itu menjadi
motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.
Pancasila sebagai dasar Negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman

normative bagi penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan demikian berarti


seluruh pelaksaan dan penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia termasuk
peraturan perundang-undangan merupakan pencerminan dari nilai-nilai Pancasila.
Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur, yaitu tidak boleh
menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan.
Di era sekarang, mengembalikan atau menegaskan kembali kedudukan Pancasila
sebagai dasar (filsafat) Negara Indonesia merupakan suatu tuntutan penting oleh karena
telah banyak terjadi kesalahan penafsiran atas Pancasila di masa lalu. Oknum Negara
telah menjadikan Pancasila bukan sebagai sistem norma dan koridor bagaimana sebuah
bangsa dijalankan dan diarahkan, tetapi Pancasila telah direduksi sebagai alat kekuasaan
untuk mengendalikan semua elemen bangsa. Pereduksian dan pemaknaan atas Pancasila
dalam pengertian yagn sempit dan politis ini berakibat pada:

Pancasila dipahami sebagai sebuah mitos


Pancasila dipahami secara politik ideologis untuk kepentingan kekuasaan
Nilai-nilai Pancasila menjadi nilai yang disotopia tidak sekadar otopia

khususnya di era reformasi, ada keinginan berbagai pihak dan kalangan untuk
melakukan penafsiran kembali atas Pancasila dalam kedudukannya bagi bangsa dan
Negara Indonesia. Terdapat berbagai istilah seperti reposisi, redefinisi, radikalisasi,
revitalisasi, dll. Beragam istilah tersebut pada dasarnya berkeinginan untuk menempatkan
kedudukan, posisi serta penafsiran atas Pancasila.
Dr. Koentowijoyo dalam tulisannya mengenai Radikalisasi Pancasila (1998)
menyatkan perlunya kita member ruh baru pada Pancasila, sehingga ia mampu menjadi
kekuatan

yang menggerakkan sejarah. Selama ini Pancasila hanya menjadi ucapan


10

belaka, tidak ada pemerintah yang sungguh-sungguh melaksanakannya. Telah terjadi


penyelewengan-penyelewengan atas Pancasila, baik oleh Orde Lama maupun Orde Baru.
Ruh baru itu dinamakan radikalisasi Pancasila.
Radikalisasi Pancasila berarti:
a. Mengembalikan Pancasila sesuai dengan jati dirinya,yaitu sebagai ideology dan Dasar
Negara. Pancasila sesuai dengan jati dirinya dalam memberi visi kenegaraan
b. Mengganti persepsi dari Pancasila sebagai ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu.
c. Mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk
perundangan, koherensi antar sila, dan korespondensi dengan realitas sosial.
d. Pancasila yang semula melayani kepentingan vertical menjadi Pancasila yang
melayani kepentingan horizontal.
Terdapat tiga faktor yang membuat Pancasila semakin sulit dan marginal dalam
semua perkembangan yang terjadi.
1. Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan rezim Orde Baru yang menjadikan
Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status kekuasaannya
2. Liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan oleh presiden B.J. Habibie tentang
Pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisasi. Penghapusan ini memberikan
peluang adopsi asas ideologi lain, khususnya yang berbasis agama
3. Desentralisasi dan otonomi daerah yang sedikit banyak mendorong penguatan
sentiment ke daerahan, yang jika tidak diantisipasi, bukan tidak bisa menumbuhkan
sentiment local-nationalism Pancasila, meski menghadapi ketiga masalah tadi, tetap
merupakan kekuatan pemersatu yang relative masih utuh bagi negara-bangsa
Indonesia.

11

BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
1

Pancasila diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan sebagai Dasar Negara
dan Pandangan HidupBangsa.Suatu bangsa tidak akan berdiri kokoh tanpa Dasar
Negara yang kuat.Dengan Dasar Negara suatu bangsa tidak akan terombangambingkan dalam menghadapi berbagai permasalahan baik dari dalam maupun luar.

Fungsi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa: yang dijadikan pedoman


hidup bagi bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir batin dalam
masyarakat yang beranekaragam.

Fungsi Pancasila sebagai Sumber dari segala sumber tertib hukum: segala
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumber
kepada Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila.

Norma yang berlaku pada masyarakat Indonesia:


a

Norma Agama

Norma Kesusilaan

Norma Kesopanan

Norma Hukum

Nilai-nilai tersebut adalah:

Pandangan Hidup

Kesadaran dan citahukum

Cita-cita mengenai kemerdekaan


12

Keadilan Sosial,Politik,Ekonomi

Keagamaan dan lainsebagainya.


6

Lahirnya Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri yang telah berurat
berakar dalam sifat dan tingkah laku manusia.Bangsa Indonesia lahir dari
kepribadiannya sendiri yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan negara
itu,dan kepribadian itu ditetapkan sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan
DasarNegara

a. Secara lisan:

PeriKebangsaan

PeriKemanusiaan

PeriKetuhanan

PeriKerakyatan

Peri Kesejahteraan Rakyat


b Secara tertulis:
1

Ketuhanan Yang MahaEsa.

Kebangsaaan PersatuanIndonesia.

Rasa Kemanusiaan yang adil danberadab.


4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijkasanaan dalam
Permusayawaratan/Perwakilan.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

13

B Saran
1

Bangsa Indonesia harus memantapkan kesetiaannya kepada Pancasila dengan


cara menghayati dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupannya.

Sila- sila yang terkandung di dalam Pancasila hendaknya tidak dirubah, baik
itu secara isi,kedudukan maupunfungsinya.

Bangsa Indonesia harus bangga mempunyai Dasar Negara Pancasila dan harus
menjaga keutuhan Pancasila.

14

Daftar Pustaka
1

Kaelan.1996. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta :


SosialAgency.

Mulyawati,2004.CintaTanahAir.Tersediaon

line:

www.Google.co.id/pancasila.
3

Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai