Anda di halaman 1dari 118

PETUNJUK PRAKTIS

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

DANA APBN
EDISI I

MERAUKE 2014

Petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana APBN


2014, KPPN Merauke dan Universitas Musamus

[Penanggung Jawab] Drs. Nurwedi Tjahjono - Kepala KPPN Merauke | [Editor] Ana Kusmana,
S.IP., M.M. | [Koordinator] M. Insan Salampessy, S.E. | [Kontributor] M. Insan Salampessy, S.E.,
Didik Prasetiyo, A.Md., Maruf Hidayat, A.Md., Hairum Rijal, A.Md. | [Tenaga Pengkaji dari
Universitas Musamus] Drs. Lay Riwu, S.Pd., M.Hum., Ruloff Fabian Yohanes Waas, S.H., M.H. |
[Design Grafis] Bayu Candra Setiawan, A.Md.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas selesainya penyusunan Buku
ini. Buku ini disusun secara praktis berdasarkan peraturan-peraturan perbendaharaan yang
berlaku saat ini dengan tujuan utama agar dapat memberikan petunjuk dengan mudah bagi
satuan-satuan kerja dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan dana APBN. Selain itu
buku ini juga disusun dengan tujuan agar dapat terjadi persamaan persepsi dalam memahami
peraturan perbendaharaan terkait dengan proses pencairan dan pertanggungjawaban dana
APBN, baik persamaan persepsi antara pegawai KPPN dengan pihak Satuan Kerja maupun
antara sesama pegawai KPPN sendiri.
Dengan selesainya penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih khususnya kepada
Universitas Musamus yang telah bersedia membantu melakukan pembahasan dengan
melibatkan ahli bahasa dan ahli hukum, serta pihak-pihak lainnya yang telah turut
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan senatiasa kami nantikan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Merauke, Desember 2014

Tim Penyusun

PENDAHULUAN
Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara yang mengamanatkan pemisahan kewenangan
antara Chief Operational Officer (COO) yang dipegang oleh menteri teknis dan Chief
Financial Officer (CFO) yang dipegang oleh Kementerian Keuangan mensyaratkan adanya
peran COO sebagai mitra sejajar CFO dalam kapasitas COO selaku Pengguna Anggaran.
Disisi lain perkembangan dan dinamika pengelolaan keuangan negara yang kian cepat
menuntut kemampuan kementerian teknis dalam kapasitasnya selaku Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran beserta seluruh jajaran pejabat pengelola perbendaharaan di
kementerian negara/lembaga untuk mengikuti perkembangan pengelolaan keuangan negara
tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kementerian negara/lembaga masih sangat
membutuhkan peran Kementerian Keuangan khususnya Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan tugastugas kebendaharaan pada kementerian negara/lembaga/satuan kerja demi terwujudnya
pengelolaan keuangan negara yang profesional, transparan dan akuntabel. Dalam rangka
peningkatan pelayanan dan untuk memudahkan satuan kerja, KPPN Merauke berupaya
membuat buku panduan praktis pengelolaan dan pertanggungjawaban APBN.
Buku panduan praktis ini dirangkum atas berbagai peraturan yang dipergunakan berkaitan
dengan pengeluaran APBN yang dibayar melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Merauke. Buku ini disusun secara praktis dan sederhana agar mudah untuk dipahami dan
diterapkan dalam pengajuan pencairan dana ke KPPN.
Semoga buku panduan praktis ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh satuan kerja
di wilayah kerja KPPN Merauke dalam rangka mewujudkan DJPBN sebagai pengelola
perbendaharaan yang unggul di tingkat dunia sesuai dengan Visi Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.

ii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar | i
Pendahuluan | ii
Daftar Isi | iii
Daftar Lampiran | v

Bab I

Persyaratan Administrasi Awal Tahun Anggaran

Pembukaan Rekening Pemerintah | 2

Pengajuan Pejabat/Pengelola Anggaran ke KPPN | 2


Penerapan Tanda Tangan Elektronik pada ADK SPM | 3

Registrasi Awal PIN PPSPM | 3

Penonaktifan Pin PPSPM oleh PPSPM | 4

Penonaktifan Pin PPSPM oleh KPA | 4

Penunjukan Petugas Pengantar SPM dan pengambilan SP2D | 5

Bab II

Data Kontrak Dan Rencana Penarikan Dana

Data Kontrak | 7

Perekaman Rencana Penarikan Dana | 7

Bab III

Belanja Pegawai

Belanja Pegawai Gaji | 9


Gaji Induk | 9

Gaji Susulan | 11

Kekurangan Gaji | 12

Uang Muka/Persekot Gaji | 13

Uang Duka Wafat/Tewas | 15

Terusan Penghasilan Gaji | 16

Gaji Bulan Ketiga Belas | 18


Belanja Pegawai Non Gaji | 16
Tunjangan Kinerja | 19

Uang Lembur | 20

Uang Makan | 21

Belanja Pegawai Lainnya | 22


Belanja Honorarium | 22

Belanja Vakasi | 22

Belanja Tunjangan Bagi Guru dan Dosen | 23

Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) | 27

Bab IV

Belanja Barang, Modal, Dan Bantuan Sosial

Uang Persediaan (UP) | 30


Tambahan Uang persediaan (TUP) | 31
Ganti Uang persediaan (GUP) | 32
Ganti Uang Persediaan Nihil (GUP-NIHIL) | 32

iii

Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (PTUP) | 33


Pembayaran Langsung (LS) | 33

BAB V

Belanja Yang Bersumber Dari PNBP Dan PHLN Serta


Pengesahan Hibah Langsung

Dana yang bersumber dari PNBP | 41


Belanja yang bersumber dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) | 42
Dana yang bersumber dari Hibah Langsung | 44

BAB VI

Mekanisme Penyesuaian Pagu Dipa Dan Koreksi SPM

Penyetoran dan Penggunaan Kembali Pengembalian Belanja | 47


Koreksi Data atas Kesalahan SPM dan SP2D | 48

Bab VII

Penerimaan Negara

Cara Penyetoran Penerimaan Negara | 50


Konfirmasi Penerimaan Negara | 51

Mekanisme Konfirmasi pada Satuan Kerja | 51

Waktu Konfirmasi | 44

Konfirmasi PNBP | 52

Perbaikan Data Penerimaan Negara | 52

Bab VIII

Pelaporan Keuangan Negara

Akuntansi dan Pelaporan | 54

Akuntansi Pendapatan | 54

Akuntansi Belanja | 56

Dokumen Sumber | 57
Tugas dan Tanggung Jawab Pelaporan | 58
Sistem Akuntansi Instansi - Sistem Akuntansi Keuangan | 58
Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ Bendahara) | 62

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ia

Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening | 67

Lampiran Ib

Surat Pernyataan Penggunaan Rekening | 68

Lampiran IIa

Surat Spesimen Tanda Tangan | 69

Lampiran IIb

Blanko Spesimen Tanda Tangan | 70

Lampiran III

Surat Pemberitahuan tidak ada perubahan Pejabat Pengelola Anggaran | 71

Lampiran IV

Formulir Pendaftara PIN PPSPM Awal | 72

Lampiran V

Formulir Perubahan Data PIN PPSPM | 73

Lampiran VI

Formulir Penonaktifan PIN PPSPM oleh PPSPM |74

Lampiran VII

Formulir Penonaktifan PIN PPSPM oleh KPA | 75

Lampiran VIII

Surat Pengajuan KIPS | 76

Lampiran IX

SKPP Mutasi PNS | 77

Lampiran X

SKPP PNS Pensiun | 79

Lampiran XI

SKPP Mutasi Anggota/PNS Polri | 81

Lampiran XII

SKPP Anggota/PNS Polri Pensiun | 83

Lampiran XIII

SKPP Mutasi Anggota/PNS TNI | 85

Lampiran XIV

SKPP Anggota/PNS Polri Pensiun | 89

Lampiran XV

Surat Pernyataan Penggunaan Uang Persediaan | 91

Lampiran XVI

Surat Pernyataan Tambahan Uang Persediaan | 92

Lampiran XVII

Jaminan Uang Muka | 93

Lampiran XVIII

Surat Kuasa Jaminan Uang Muka | 94

Lampiran XIX

Asli Konfirmasi Tertulis Jaminan Uang Muka | 95

Lampiran XX

Maksimum Pencairan (MP) |96

Lampiran XXI

SP2HL | 97

Lampiran XXII

SPTMHL | 98

Lampiran XXIII

SPTJM | 99

Lampiran XXIV

Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) | 100

Lampiran XXV

Surat Penyataan Pengurangan (koreksi) atas Realisasi Anggaran Belanja

Negara | 101

Lampiran XXVI

Surat Permintaan Koreksi SPM | 102

Lampiran XXVII

Daftar Rincian Koreksi SPM | 103

Lampiran XXVIII

SPTJM Koreksi SPM | 104

Lampiran XXIX

Surat Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara | 105

Lampiran XXX

Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara | 106

Lampiran XXXI

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Perbaikan Transaksi

Penerimaan Negara | 107

Catatan : Formulir/Blanko/Format Surat akan disediakan di www.kppnmerauke.com

Waninggap Bekai Ti Nakade Hinalla

vi

Bab I

PERSYARATAN
ADMINISTRASI AWAL
TAHUN ANGGARAN
[Pembukaan Rekening Pemerintah]
[Pengajuan Pejabat/Pengelola Anggaran Ke KPPN]
[Penerapan Tanda Tangan Elektronik Pada ADK SPM]
[Penunjukan Petugas Pengantar SPM Dan Pengambilan SP2D]

Pembukaan Rekening Pemerintah


Permohonan persetujuan pembukaan rekening dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran serta rekening lainnya di lingkungan kementerian negara/lembaga
disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/ Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Pengguna
Anggaran/KPA kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dengan
melampirkan dokumen pembukaan rekening1.
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku Pengguna Anggaran/KPA,
dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara dapat memiliki rekening
penerimaan dan/atau pengeluaran serta dapat memiliki rekening lainnya.
Persetujuan pembukaan rekening yang dapat diberikan Kepala KPPN selaku Kuasa Bendahara
Umum Negara di daerah adalah pembukaan rekening bendahara pengeluaran kepada Kuasa
Pengguna Anggaran dengan Prinsip : 1 (satu) Satuan Kerja, 1 (satu) DIPA, 1 (satu) Bendahara,
dan 1 (satu) rekening. Sedangkan untuk rekening bendahara penerimaan, pemberian
izin pembukaan rekening menggunakan prinsip yang sama dengan rekening bendahara
pengeluaran dengan memperhatikan tugas dan fungsi Satuan kerja yang bersangkutan.
Apabila diperlukan dapat dilakukan pembukaan rekening lainnya setelah mendapat
persetujuan dari Dirjen Perbendaharaan2.
Kepala Kantor/Satuan Kerja selaku KPAmengajukan permohonan persetujuan pembukaan
rekening sesuai prinsip di atas, dengan dilampiri :
1. Fotokopi dokumen pelaksanan anggaran (DIPA);
2. Surat Pernyataan tentang Penggunaan Rekening.
3. Laporan Penutupan Rekening dari Bank (jika memiliki rekening pemerintah sebelumnya

Contoh Dokumen:
Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening. Lampiran-Ia
Surat Pernyataan Penggunaan Rekening. Lampiran-Ib

Pengajuan Pejabat/Pengelola Anggaran Ke KPPN


Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran berwenang menunjuk kepala
Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga. Penunjukan KPA bersifat ex-officio3,
Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan kepala Satker yang

1 Pasal 4 dan 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.
2 Pasal 2 dan 4 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-35/PB/2007
3 Pasal 5 dan 6 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.

baru langsung menjabat sebagai KPA. Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat atau
pegawai yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai Pejabat Perbendaharaan Negara,
dimungkinkan perangkapan fungsi Pejabat Perbendaharaan Negara dengan memperhatikan
pelaksanaan prinsip saling uji (check and balance). Perangkapan jabatan yang dimaksud dapat
dilaksanakan melalui perangkapan jabatan KPA sebagai PPK atau PPSPM.
KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan. Penetapan PPK dan PPSPM tidak
terikat periode tahun anggaran. Apabila tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan
sebagai PPK atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK dan
PPSPM tahun yang lalu masih tetap berlaku. Apabila PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,
KPA menetapkan kembali PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan dan surat
keputusan tersebut berlaku sejak serah terima jabatan dilakukan. Jika ada pergantian
pejabat perbendaharaan maka KPA menyampaikan surat keputusan kepada Kepala
KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan dan cap/stempel. Apabila tidak
ada pergantian pejabat perbendaharaan maka setiap awal tahun anggaran, KPA cukup
menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN bahwa tidak terdapat penggantian
pejabat perbendaharaan4.

Apabila Kuasa PA merangkap sebagai PPK atau PPSPM maka Kuasa PA


dimaksud hanya diperbolehkan menerima 1 (satu) honorarium pejabat
perbendaharaan.
Hal tersebut berdasar pertimbangan bahwa pada dasarnya tugas PPK ataupun PPSPM
merupakan tanggung jawab dan kewenangan Kuasa PA yang ditugaskan kepada PPK atau
PPSPM5.

Contoh Dokumen :
Surat Spesimen Tandatangan. Lampiran IIa dan IIb
Surat Pemberitahuan tidak ada perubahan Pejabat Pengelolah Anggaran. Lampiran : III

Penerapan Tanda Tangan Elektronik Pada ADK SPM


1. Registrasi Awal PIN PPSPM
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selajutnya disingkat PPSPM
adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM). Penandatanganan dilakukan baik
terhadap cetakan SPM maupun terhadap ADK SPM. PPSPM memberikan tanda tangan
4 Pasal 11 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
5 Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor S-3775/PB/2012 tanggal 24 April 2012.

elektronik pada ADK SPM dengan menggunakan Aplikasi Injeksi PIN PPSPM. PPSPM
memasukkan Personal Identification Number (PIN) sebagai tanda tangan elektronik pada
ADK SPM yang akan dikenakan dan diverifikasi autentikasinya oleh sistem pada KPPN.
Registrasi PIN PPSPM dilakukan di KPPN dengan mengisi formulir pendaftaran serta
menyertakan :
a. Fotokopi KTP;
b. Fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PPSPM; dan
c. Satu lembar materai Rp. 6.000,-.
Apabila nomor PIN PPSPM tidak dapat digunakan, maka PPSPM harus melakukan
registrasi ulang pada KPPN yang disertai dengan mengajukan surat permintaan
penonaktifan atas PIN PPSPM yang telah diregistrasi sebelumnya6.

2. Penonaktifan PIN PPSPM oleh PPSPM


PPSPM dapat melakukan penonaktifan atas PIN PPSPM untuk mencegah penyalahgunaan
PIN PPSPM dengan prosedur sebagai berikut :
a. PPSPM menghubungi dan memberikan informasi penonaktifan PIN PPSPM kepada
petugas KPPN yang ditunjuk baik secara langsung atau melalui telepon.
b. Dalam hal penonaktifan melalui telepon, PPSPM segera menindaklanjuti dengan
mengisi, menandatangani dan mengirimkan surat permintaan. Selanjutnya PPSPM
menghubungi kembali petugas KPPN untuk melakukan konfirmasi atas surat
permintaan penonaktifan yang telah dikirim.

3. Penonaktifan PIN PPSPM oleh KPA


Apabila terjadi penggantian PPSPM, KPA Satuan Kerja berkenaan memerintahkan
KPPN untuk menonaktifkan PIN PPSPM. Proses penonaktifan PIN PPSPM pada tahap
awal dilakukan dengan menghubungi dan memberikan informasi penonaktifan PIN
PPSPM kepada petugas KPPN. KPA mengisi, menandatangani, dan mengirimkan surat
permintaan penonaktifan PIN PPSPM melalui faksimili, sedangkan asli surat permintaan
penonaktifan tetap dikirmkan oleh KPA kepada KPPN.

Contoh Dokumen :
Formulir Pendaftaran PIN PPSPM Awal. Lampiran IV
Formulir Perubahan Data PIN PPSPM. Lampiran V
Formulir Penonaktifan PIN PPSPM. oleh PPSPM Lampiran VI
Formulir Penonaktifan PIN PPSPM. oleh KPA Lampiran VII

6 Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-19/PB/2012 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Tanda
Tangan Elektronik Pada ADK SPM

Penunjukan Petugas Pengantar SPM Dan Pengambilan


SP2D
Dalam rangka penyampaian SPM dan pengambilan SP2D, KPA menunjuk petugas pengantar
SPM dan pengambilan SP2D. Petugas yang ditunjuk adalah pejabat perbendaharaan atau
pegawai negeri yang memahami prosedur pencairan dana. Petugas yang ditunjuk oleh KPA
dilakukan secara selektif dan sesuai kebutuhan paling banyak 3 (tiga) orang.
Petugas yang sudah ditunjuk tidak dapat lagi ditunjuk lebih dari 1 (satu) KPA. Surat penunjukan
terhadap petugas pengantar SPM dan pengambilan SP2D yang dibuat oleh KPA disampaikan
kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN dengan dilampiri :
1. Fotokopi KTP/SIM/Identitas lainnya;
2. Foto berwarna terbaru berukuran 4 x 6.
Berdasarkan surat penunjukan yang telah disampaikan KPA kepada KPPN, petugas KPPN
melakukan perekaman data identitas Petugas pengantar SPM dan pengambilan SP2D
pada aplikasi di KPPN. Petugas KPPN mencetak Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS) dan
menyampaikannya kepada KPA dengan menggunakan berita acara penyerahan. Petugas
pengantar dan pengambilan SP2D harus menunjukkan KIPS pada saat menyampaikan SPM
dan pengambilan SP2D kepada Petugas Front Office7.
Apabila terjadi perubahan petugas pengantar SPM dan pengambilan SP2D, KPA
menyampaikan kembali surat penunjukan beserta lampiran sebagaimana tersebut di
atas. Apabila terjadi kehilangan KIPS, KPA menyampaikan surat permohonan penerbitan
KIPS baru kepada Kepala KPPN yang dilampiri dengan Surat Keterangan Kehilangan dari
Kepolisian8.

Contoh Dokumen :
Formulir Pengajuan KIPS. Lampiran VIII dan IIb

7 Pasal 59 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
8 Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-41/PB/2011 tentang Perubahan Perdirjen
Perbendaharaan nomor PER-57/PB/2010 tentang Tata Cara Penerbitan SPM dan SP2D

Bab II

DATA KONTRAK
DAN RENCANA
PENARIKAN DANA
[Data Kontrak]
[Perekaman Rencana Penarikan Dana]

Data Kontrak
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mencatat perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke
dalam Aplikasi SPM. Pencatatan perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud paling kurang
meliputi data sebagai berikut :
1. nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan
akun yang digunakan;
2. nomor Surat Pengesahan DIPA dan tanggal DIPA;
3. nomor, tanggal dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;
4. uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
5. data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain
nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening
penerima pembayaran;
6. jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila
dipersyaratkan;
7. ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
8. addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/
kontrak tersebut; dan
9. cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
a. sekaligus (nilai ... rencana bulan ...); atau
b. secara bertahap (nilai ... rencana bulan ...).
Selanjutnya ADK data kontrak tersebut disampaikan ke KPPN paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak.

Perekaman Rencana Penarikan Dana


Rencana Penarikan Dana (RPD) merupakan rencana penarikan kebutuhan dana yang
ditetapkan oleh Kuasa Penguna Angaran untuk pelaksanaan kegiatan, sedangkan Rencana
Penerimaan Dana (Rencana Penerimaan) merupakan rencana penyetoran Penerimaan yang
ditetapkan oleh Kuasa Penguna Angaran.
KPPN setelah menerima perkiraan penarikan dana dan perkiraan penyetoran dana dari
satuan kerja dalam wilayah kerjanya, segera menyusun perkiraan pencairan dana dan
perkiraan penerimaan dana untuk kemudian disampaikan ke Direktorat Pengelolaan Kas
Negara.
RPD bagi satker di wilayah kerja KPPN Merauke (KPPN tipe A1 Non Provinsi) disusun untuk
pengajuan semua jenis SPM yang nilai kotor nominalnya di atas Rp 500.000.000 (lima ratus
juta rupiah). ADK RPD tersebut disampaikan ke KPPN 5 (lima) hari kerja sebelum pengajuan
SPM9.

9 Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara no S-690/PB.3/2014 tanggal 4 Februari 2014 hal Penerapan Perencanaan Kas G2.

Bab III

BELANJA PEGAWAI
[Belanja Pegawai Gaji]
[Belanja Pegawai Non Gaji]
[Belanja Pegawai Lainnya]

Belanja Pegawai Gaji


Dalam rangka pembayaran belanja gaji pegawai negeri, Petugas Pengelola Administrasi
Belanja Pegawai (PPABP) menyampaikan ADK, Daftar Perhitungan Gaji dan dokumen
pendukungnya kepada PPK, yang selanjutnya diajukan ke PPSPM. Apabila terjadi perubahan
data pegawai negeri agar disampaikan ke KPPN paling lambat bersamaan dengan pengajuan
SPM-LS dalam bentuk ADK perubahan10.

1. Gaji Induk
Gaji induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepada Pegawai Negeri yang
telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuan
perundang-undangan pada Satker yang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat
pada gaji.
Komponen gaji pegawai negeri meliputi: gaji pokok, tunjangan istri/suami, tunjangan
anak, tunjangan pangan/beras, tunjangan umum/lauk pauk, tunjangan struktural/
fungsional, tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan khusus
Papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus polisi wanita,
tunjangan petugas polmas/babinkamtibmas, tunjangan khusus wilayah pulau-pulau
kecil terluar dan/atau wilayah perbatasan, tunjangan lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, tunjangan pembulatan, tunjangan khusus pajak, dan tunjangan
kemahalan.

Khusus untuk Anggota TNI/Polri, tunjangan beras sebanyak 18 kg/


jiwa sedangkan untuk tanggungannya (isteri/suami dan anak) tetap
10 kg/jiwa. Selain itu kepada Anggota TNI/Polri diberikan Tunjangan
Uang Lauk Pauk sebesar indeks sesuai ketentuan yang berlaku
dikalikan jumlah hari dalam bulan tersebut.
Tata cara pembayaran Belanja Pegawai gaji pada Kementerian Pertahanan diatur dalam
peraturan perundang-undangan tersendiri sebagaimana tertuang didalam Peraturan
Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Nomor 67/PMK.05/2013 dan
Nomor 15 Tahun 2013.
Pembayaran Gaji Induk dilaksanakan secara langsung (LS) kepada pegawai melalui
rekening masing-masing pegawai secara giral. Apabila pembayaran belum dapat
dilaksanakan secara langsung ke masing-masing pegawai, pembayaran dapat
dilaksanakan melalui rekening Bendahara Pengeluaran setelah mendapat persetujuan/
dispensasi dari Kepala KPPN11.
SPM-LS Gaji Induk harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan

10 Pasal 38 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
11 Pasal 83 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.

pembayaran12. Jika tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran Gaji Induk ke KPPN dilakukan paling lambat
pada hari kerja sebelum tanggal 15.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Gaji Induk berupa:
a. SPM-LS Gaji Induk
b. Rekapitulasi Daftar Gaji Induk,
c. Halaman Luar Daftar Gaji Induk, yang sudah ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Perubahan data pegawai negeri yang ditandatangani PPSPM;
e. Daftar Perubahan Potongan;
f. Daftar Lampiran Penerimaan Gaji Bersih pegawai negeri untuk pembayaran gaji
yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai negeri;
g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
h. DO Beras jika beras dibayarkan dalam bentuk beras;
i. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
j. ADK SPM LS Gaji Induk;
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung perubahan data anggota yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait
dengan pengangkatan Calon Pegawai Anggota TNI, SK Anggota TNI, SK Kenaikan
Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Anggota TNI, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta terkait
dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran (SKPP), dan surat keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji sesuai
peruntukannya;

Contoh Uraian SPM-LS Gaji Induk


a. Yang dibayarkan kepada para pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Para Anggota TNI/Polri/PNS ...


: 00.000.000.0-956.000
: Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Gaji Induk Bulan... . untuk ... Anggota/Pegawai, ...Jiwa.

12 Pasal 59 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.

10

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran (untuk yang belum pengalihan):


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.000.000.0-956.000
: Bendahara Pengeluaran
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Gaji Induk Bulan... untuk ...Anggota/Pegawai, ...Jiwa.

2. Gaji Susulan
Gaji susulan adalah gaji pegawai negeri yang belum dibayarkan untuk satu bulan atau
lebih karena pembayaran gajinya tidak dilakukan tepat pada waktu pegawai negeri yang
bersangkutan melaksanakan tugas pada suatu tempat. Komponen gaji susulan meliputi
seluruh komponen belanja pegawai negeri sebagaimana termuat dalam gaji induk. Gaji
susulan dibuat dalam daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk.

Apabila tunjangan pangan diberikan dalam bentuk natura, maka


dalam gaji susulan tunjangan pangan diberikan dalam bentuk uang13.
Pembayaran gaji susulan dapat dilakukan sebelum atau setelah
dimintakan gaji bulanannya.
Pembayaran Gaji Susulan dapat dilaksanakan melalui rekening Bendahara Pengeluaran
atau langsung ke rekening Pegawai negeri masing-masing14.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Gaji Susulan berupa :
a. SPM-LS Gaji Susulan
b. Rekapitulasi Daftar Gaji Susulan;
c. Halaman luar Daftar Gaji Susulan yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Perubahan data pegawai negeri yang ditandatangani PPSPM;
e. SSP PPh Pasal 21.
f. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai/anggota;
g. ADK SPM-LS Gaji Susulan;
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Susulan ditambah dengan:
a. Daftar Gaji Susulan;
b. Fotokopi dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Calon Anggota/Anggota TNI, SK Mutasi Anggota, SK terkait Jabatan, Surat
13 Pasal 33 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2013.
14 Pasal 83 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.

11

Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat Keterangan


Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkait dengan anggota
keluarga yang mendapat tunjangan, dan SKPP sesuai peruntukannya.

Contoh Uraian SPM-LS Gaji Susulan


a. Yang dibayarkan kepada pegawai/para pegawai negeri :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Nama Pegawai/Para Pegawai/Anggota ...


: 00.000.000.0-956.000
: Nama Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Gaji Susulan Bulan... untuk ...Pegawai/Anggota, ...Jiwa.

b. Yang dibayarkan kepada bendahara pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran ...


: 00.000.000.0-956.000
: Bendahara Pengeluaran
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Gaji Susulan Bulan... untuk ...Pegawai/Anggota...Jiwa.

3. Kekurangan Gaji
Yang dimaksud dengan kekurangan gaji adalah kekurangan pembayaran gaji seseorang
pegawai negeri karena adanya kenaikan besaran komponen gaji, sedangkan pembayaran
gajinya atas dasar kenaikan besaran komponen gaji tersebut tidak dilaksanakan tepat
waktunya sesuai dengan berlakunya perubahan besaran komponen penghasilan
tersebut.
Kenaikan besaran komponen gaji ditetapkan dengan surat penetapan/keputusan seperti
kenaikan pangkat, gaji berkala, penyesuaian harga beras, dan lain-lain. Kekurangan gaji
disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi pegawai negeri
yang berhak atas pembayaran kekurangan gaji pada satuan kerja bersangkutan dengan
perhitungan selisih antara penghasilan yang seharusnya diterima dengan penghasilan
yang telah dibayarkan.
Kekurangan gaji dibayarkan paling cepat bersamaan dengan gaji induk berdasarkan
kenaikan besaran komponen gaji tersebut. Dalam hal tunjangan pangan diberikan dalam
bentuk natura, maka pada kekurangan gaji tunjangan pangannya diberikan dalam
bentuk uang. Pembayaran kekurangan gaji dilaksanakan secara giral yang ditujukan
kepada pegawai yang bersangkutan atau melalui rekening bendahara pengeluaran.
Pembayaran kekurangan gaji juga berlaku untuk Uang Duka Wafat, Gaji Terusan dan
Gaji Bulan Ketigabelas.

12

Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Kekurangan Gaji
berupa :
a. SPM-LS Kekurangan Gaji
b. Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji,
c. Halaman Luar Daftar Kekurangan Gaji, yang sudah ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Perubahan data pegawai negeri yang ditandatangani PPSPM;
e. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
f. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
g. ADK SPM LS Kekurangan Gaji;
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Kekurangan Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung perubahan data anggota yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Calon Anggota/Anggota TNI, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/
Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Mutasi, SK terkait dengan jabatan,
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas sesuai peruntukannya;

Contoh Uraian SPM-LS Kekurangan Gaji,


a. Yang dibayarkan kepada pegawai/para pegawai negeri.
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Nama Pegawai/Para Pegawai/Anggota ...


: 00.017.582.8-956.000
: Nama Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Kekurangan Gaji Bulan ... untuk ... Pegawai/Anggota ...
Jiwa.

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran.
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Kekurangan Gaji Bulan ... s/d Bulan ... untuk ... Pegawai...
Jiwa.

4. Uang Muka/Persekot Gaji


Yang dimaksud dengan uang muka/persekot gaji adalah pinjaman uang tidak berbunga
yang diberikan kepada pegawai negeri yang dipindahkan untuk kepentingan dinas.

13

Persekot gaji hanya bersifat pinjaman, karena itu tidak mutlak diberikan kepada setiap
pegawai negeri negeri yang pindah karena kepentingan dinas.
Pemberian uang muka/Persekot gaji didasarkan atas permintaan pegawai negeri yang
pindah. Uang muka/Persekot gaji diberikan sebesar 1 (satu) bulan gaji untuk pegawai
negeri yang tidak kawin atau 2 (dua) bulan gaji bagi pegawai negeri yang kawin, tanpa
tunjangan beras dan tunjangan jabatan serta tanpa potongan.
Pengembalian uang muka/persekot gaji untuk pegawai negeri yang tidak kawin diangsur
setiap bulan paling lama 8 (delapan) bulan dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan
berikutnya, sedangkan untuk pegawai negeri yang kawin diangsur setiap bulan paling
lama 20 (dua puluh) bulan dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan berikutnya.
Uang muka/Persekot gaji tidak diberikan kepada pegawai negeri yang pindah atas
permintaan sendiri. Mekanisme pemotongan pengembalian persekot gaji dilakukan
melalui aplikasi GPP/BPP di tempat yang baru.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Uang Muka Gaji/
Persekot Gaji berupa :
a. SPM-LS Uang Muka Gaji/Persekot Gaji;
b. Rekapitulasi Daftar Uang Muka/Persekot Gaji;
c. Halaman Luar Daftar Uang Muka/Persekot Gaji, yang sudah ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
e. ADK SPM Uang Muka Gaji/Persekot Gaji.
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang
berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat
Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga.

Contoh Uraian SPM-LS Uang Muka/Persekot Gaji,


a. Yang dibayarkan kepada pegawai/para pegawai negeri :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

14

: Nama Pegawai/Para Pegawai/Anggota ...


: 00.017.582.8-956.000
: Nama Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Muka/Persekot Gaji Bulan ...untuk ... Pegawai/...
Jiwa

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran Kantor ...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Muka/Persekot Gaji Bulan ... untuk ... Pegawai/ ...
Jiwa

5. Uang Duka Wafat/Tewas


Yang dimaksud dengan Uang Duka Wafat adalah uang yang diberikan kepada ahli waris
pegawai negeri yang meninggal dunia biasa bukan karena menjalankan tugas. Uang
Duka Wafat dibayarkan sebesar 3 (tiga) kali penghasilan (kecuali tunjangan pajak)
tanpa potongan.
Pembayaran uang duka wafat didasarkan pada surat kematian yang ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang serendah-rendahnya camat atau surat keterangan yang
menyatakan pegawai negeri bersangkutan meninggal dunia/Visum dari rumah sakit.
Yang dimaksud dengan Uang Duka Tewas adalah uang yang diberikan kepada ahli waris
dari pegawai negeri yang tewas. Yang dimaksud dengan tewas adalah meninggal dunia
dalam dan karena menjalankan tugas, atau meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada
hubungannya dengan dinas, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia
dalam dan karena menjalankan tugas, atau meninggal dunia yang langsung diakibatkan
oleh luka atau cacat rohani/jasmani yang didapat dalam/atau karena menjalankan tugas.

Pembayaran uang duka tewas dibayarkan sebesar 6 (enam) kali


penghasilan terakhir (seluruh penghasilan kecuali tunjangan pajak)
sebulan tanpa potongan. Pembayaran uang duka tewas didasarkan
pada surat keputusan pejabat yang berwenang setelah mendapat
persetujuan dari kepala BKN tentang pemberian uang duka tewas.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Uang Duka Wafat/
Tewas berupa :
a. SPM-LS Uang Duka Wafat/Tewas;
b. Rekapitulasi Daftar Uang Duka Wafat/Tewas;
c. Halaman Luar Daftar Uang Duka Wafat/Tewas, yang sudah ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
e. ADK SPM Uang Duka Wafat/Tewas.

15

Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas;
b. SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang;
c. Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat/Tewas;
d. Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit;

Contoh Uraian SPM-LS Uang Duka Wafat/Tewas


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran ...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas Bulan... a.n...Dkk.

6. Terusan Penghasilan Gaji


Yang dimaksud dengan Terusan Penghasilan Gaji atau Gaji Terusan adalah gaji yang
dibayarkan kepada ahli waris dari pegawai negeri yang meninggal dunia sebesar gaji
terakhir selama beberapa bulan berturut-turut. Ketentuan mengenai Gaji Terusan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk Pegawai Negeri Sipil, baik yang wafat/meninggal dunia biasa maupun tewas,
diberikan gaji terusan selama 4 (empat) bulan berturut-turut.
b. Untuk PNS Kementerian Pertahanan dan Polri diberikan :
1) untuk PNS yang wafat/meninggal dunia biasa diberikan gaji terusan selama 4
(empat) bulan berturut-turut.
2) untuk PNS yang tewas diberikan gaji terusan selama 6 (enam) bulan berturutturut.
c. Untuk Anggota TNI/Polri diberikan :
1) untuk anggota yang wafat/meninggal dunia biasa diberikan gaji terusan selama 6
(enam) bulan berturut-turut.
2) untuk anggota yang tewas diberikan gaji terusan selama 12 (dua belas) bulan
berturut-turut.
3) Untuk anggota yang meninggal dunia biasa namun memiliki penghargaan berupa
Satya Lencana berdasarkan Keputusan Presiden diberikan gaji terusan selama 12
(dua belas) bulan berturut-turut.
4) Untuk anggota yang gugur dalam melaksanakan tugas negara dan ditetapkan
dengan Keputusan Presiden sebagai Pahlawan Nasional diberikan gaji terusan
selama 18 (delapan belas) bulan berturut-turut.
Gaji terusan dibayarkan setiap tanggal satu bulan berkenaan atau tanggal berikutnya

16

apabila tanggal 1 adalah hari libur dan diajukan bersamaan gaji induk. Gaji terusan
dibayarkan pada bulan berikutnya sejak suami/istri dari janda/duda tersebut meninggal
dunia. Daftar gaji terusan disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk
yang berisi pegawai negeri yang berhak atas pembayaran gaji terusan pada satuan kerja
dengan tambahan penjelasan :
a. Pada baris nama pegawai negeri yang dimintakan gaji terusan supaya diberi catatan
Meninggal dunia tanggal...;
b. Dalam lajur tanda tangan supaya dicantumkan nama lengkap ahli waris yang
menerima terusan penghasilan.
Gaji terusan tidak dikenakan potongan iuran wajib 10% tetapi dikenakan iuran wajib
asuransi kesehatan sebesar 2%, terusan penghasilan belanja pegawai negeri tidak
dibayarkan apabila tidak ada keluarga pegawai negeri yang berhak memperoleh
pensiun janda/duda/ahli waris dan pembayaran gaji terusan harus dihentikan setelah
masa pembayarannya selesai walaupun surat keputusan pensiunan janda/duda belum
diterima.
Apabila terdapat keterlanjuran pemotongan iuran wajib sebesar 10% maka terhadap
kelebihan potongan sebesar 8% harus dikembalikan kepada janda/duda yang
bersangkutan oleh PT. Taspen (Persero). Kelebihan potongan iuran wajib harus
dicantumkan dalam SKPP Pensiun.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Terusan Penghasilan
Gaji berupa :
a. SPM-LS Terusan Penghasilan Gaji;
b. Rekapitulasi Daftar Terusan Penghasilan Gaji;
c. Halaman Luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji, yang sudah ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
e. ADK SPM Terusan Penghasilan Gaji.
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang
berwenang berupa Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum Rumah Sakit
untuk pembayaran pertama kali.

Contoh Uraian SPM-LS Terusan Penghasilan Gaji :


Kepada
NPWP

: Bendahara Pengeluaran ...


: 00.017.582.8-956.000

17

Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran ...


: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Terusan Penghasilan Gaji Ke ... Bulan ... a.n ...

7. Gaji Bulan Ketiga Belas


Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai negeri, Pejabat Negara dan
Penerima Pensiun/Tunjangan, Pemerintah dapat memberikan gaji bulan ketiga belas.
Besarnya gaji bulan ketiga belas adalah sebesar penghasilan sebulan yang diterima pada
bulan tertentu (biasanya bulan Juni bertepatan dengan tahun ajaran baru) yang meliputi
gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan/tunjangan umum, dan tunjangan
khusus/tunjangan khusus kinerja.
Pembayaran Gaji Bulan Ketiga belas dilaksanakan secara langsung (LS) kepada pegawai
negeri melalui rekening masing-masing pegawai negeri secara giral. Dalam hal
pembayaran belum dapat dilaksanakan secara langsung ke masing-masing pegawai
negeri pembayaran dapat dilaksanakan melalui rekening Bendahara Pengeluaran
setelah mendapat persetujuan/dispensasi dari Kepala KPPN.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Gaji Bulan Ketiga
Belas berupa :
a. SPM-LS Gaji Bulan Ketiga Belas;
b. Rekapitulasi Daftar Gaji Bulan Ketiga Belas,
c. Halaman Luar Daftar Gaji Bulan Ketiga Belas, yang sudah ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Lampiran Penerimaan Gaji Bersih Bulan Ketiga Belas untuk pembayaran gaji
yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai negeri
polri;
e. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
f. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
g. ADK SPM LS Gaji Bulan Ketiga Belas.
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan Daftar Perhitungan Gaji
Ketiga Belas.

Contoh Uraian SPM Gaji Bulan Ketiga Belas


Kepada : Nama Pegawai/Para Pegawai/Angota ...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Nama Pegawai/Daftar Terlampir
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian : Pembayaran Gaji Bulan Ketiga Belas ... untuk ... Pegawai/Anggota ... Jiwa.

18

Belanja Pegawai Non Gaji


Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Belanja Pegawai Non Gaji
berupa :



SPM-LS;
SSP PPh Pasal 21.
ADK SPM;
Daftar Nominatif untuk yang lebih dari satu penerima dan langsung ke rekening
pegawai.

1. Tunjangan Kinerja
Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang
merupakan fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi dan didasarkan
pada capaian kinerja pegawai negeri tersebut yang sejalan dengan capaian kinerja
organisasi dimana pegawai negeri tersebut bekerja. Oleh karena itu tunjangan kinerja
individu pegawai negeri dapat meningkat atau menurun sejalan dengan peningkatan
atau penurunan kinerja yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama Instansi,
jabatan/kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang pegawai negeri dalam suatu satuan organisasi negara.
Nilai jabatan adalah akumulasi poin faktor evaluasi jabatan struktur maupun jabatan
fungsional yang digunakan untuk menentukan kelas jabatan, tingkatan jabatan
struktural maupun jabatan fungsional dalam satuan organisasi negara yang digunakan
sebagai dasar pemberian besaran tunjangan kinerja. Sedangkan evaluasi merupakan
suatu proses untuk menilai suatu jabatan secara sistematis dengan menggunakan
kriteria-kriteria yang disebutkan sebagai faktor jabatan terhadap informasi faktor
jabatan untuk menentukan nilai jabatan dan kelas jabatan.

Contoh Uraian SPM-LS Tunjangan Kinerja,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Kinerja Bulan... untuk ...Pegawai negeri
sesuai SK No...Tgl. ...

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran...

19

Bank/Pos
Uraian

: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke


: Pembayaran Tunjangan Kinerja Bulan... untuk ...Pegawai negeri
sesuai SK No...Tgl. ...

2. Uang Lembur
Yang dimaksud dengan Lembur adalah segala pekerjaan yang harus dilakukan oleh
Pegawai Negeri Sipil pada waktu-waktu tertentu di luar waktu kerja sebagaimana telah
ditetapkan bagi tiap-tiap Instansi dan Kantor Pemerintah. Uang lembur diberikan dalam
rangka meningkatkan gairah kerja dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan di
luar jam kerja. Ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Lembur antara lain:
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur jika diperlukan
untuk kepentingan Dinas;
b. Perintah melakukan Kerja Lembur dikeluarkan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja
dalam bentuk Surat Perintah Kerja Lembur;
c. Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur paling sedikit 1 (satu) jam penuh
dapat diberikan uang lembur;
d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi pegawai
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan;
e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja sebesar 200% (dua ratus persen) dari
besarnya uang lembur;
f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya;
g. Permintaan pembayaran uang lembur dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus;
h. Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur sekurang-kurangnya 2 (dua)
jam berturut-turut diberikan uang makan lembur yang besarnya ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan;
i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih, uang makan
lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan.

Contoh Uraian SPM-LS Uang Lembur,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

20

: Pegawai/Para Pegawai ...


: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Lembur dan Uang Makan Lembur Bulan ... untuk
... Pegawai negeri

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada : Bendahara Pengeluaran Kantor ...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Bendahara Pengeluaran ...
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian
: Pembayaran Uang Lembur dan Uang Makan Lembur Bulan ... untuk
... Pegawai negeri

3. Uang Makan
Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tarif
dan dihitung secara harian untuk keperluan makan siang Pegawai Negeri Sipil. Uang
makan diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil selain
diberikan gaji dan tunjangan lainnya.
Uang makan dibayarkan setiap 1 (satu) bulan yang pembayarannya dilakukan pada awal
bulan berikutnya, dikecualikan untuk uang makan bulan Desember dapat dibayarkan
pada bulan berkenaan. Permintaan uang makan dapat diajukan untuk beberapa bulan
sekaligus dan pembayarannya dapat dilakukan melalui rekening Bendahara Pengeluaran
atau ke rekening masing-masing15.
Ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Makan antara lain:
a. Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada hari kerja yang ditetapkan diberikan Uang
Makan;
b. Uang Makan diberikan berdasarkan kehadiran PNS di kantor pada hari jam kerja
dalam 1 (satu) bulan;
c. Permintaan pembayaran uang makan dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus;
d. Uang Makan tidak diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak hadir pada hari
kerja karena sedang menjalankan perjalanan dinas, cuti, tugas belajar, dan sebabsebab lain yang mengakibatkan PNS tidak hadir kerja.

Contoh Uraian SPM-LS Uang Makan


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Makan Bulan ... untuk ... pegawai

15 Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.05/2010 tentang Pemberian dan Tata Cara Pembayaran Uang Makan Bagi
Pegawai Negeri Sipil.

21

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada : Bendahara Pengeluaran Kantor ...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Bendahara Pengeluaran...
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian : Pembayaran Uang Makan Bulan ... untuk ... pegawai

Belanja Pegawai Lainnya


Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Belanja Pegawai Lainnya
berupa :



SPM-LS;
SSP PPh Pasal 21;
ADK SPM;
Daftar Nominatif untuk pembayaran yang langsung ke rekening pegawai dan lebih
dari 1 (satu) penerima.

1. Belanja Honorarium
Honorarium Guru/Dosen Tidak Tetap adalah tunjangan jasa yang diberikan kepada
Pengajar/Guru/Dosen yang memberikan pelajaran pada suatu Sekolah/Perguruan/
Fakultas di luar tugas pokoknya dimana dalam memberikan pelajaran tersebut diangkat
dan ditunjuk dengan surat keputusan oleh instansi bersangkutan menurut ketentuan
yang berlaku dan dalam waktu tertentu.

Honorarium dapat juga diberikan bagi pegawai honorer yang akan


diangkat menjadi pegawai dalam rangka mendukung tugas pokok
dan fungsi organisasi bersangkutan.
2. Belanja Vakasi
Vakasi diberikan kepada seseorang yang ditunjuk dengan surat keputusan oleh pejabat
yang berwenang, untuk melakukan:
a. Pengujian;
b. Pengawasan ujian;
c. Pemeriksaan ujian;
d. Penyusunan naskah ujian;
e. Koordinator ujian; dan
f. Persiapan pembuatan ijazah.

22

Contoh Uraian SPM-LS Honorarium /Vakasi


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada : Pegawai/Para Pegawai...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Pegawai/Daftar Terlampir
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian : Pembayaran Honorarium/Vakasi ... Bulan... sesuai SK No. ... Tgl. ... s/d
No. ... Tgl. ...

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada : Bendahara Pengeluaran Kantor ...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Bendahara Pengeluaran...
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian
: Pembayaran Honorarium/Vakasi ... Bulan... sesuai SK No. ... Tgl. ... s/d
No. ... Tgl. ...

3. Belanja Tunjangan Bagi Guru dan Dosen


Tunjangan Profesi. Tunjangan ini diberikan kepada guru dan dosen yang memiliki
sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pembayaran tunjangan profesi antara lain
adalah:
1) Pembayaran tunjangan profesi tidak boleh melampaui pagu anggaran yang tersedia
dalam DIPA.
2) Tunjangan profesi bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
jabatan fungsional Guru dan Dosen diberikan setiap bulan sebesar 1 (satu) kali gaji
pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
3) Tunjangan profesi bagi Guru dan Dosen bukan Pegawai Negeri Sipil diberikan setiap
bulan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil16.
4) Tunjangan profesi diberikan terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya
setelah yang bersangkutan mendapat sertifikat pendidik dan nomor registrasi dari
Kementerian Pendidikan Nasional.
5) Tunjangan profesi dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan tarif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

16 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 164/PMK.05/2010

23

Contoh Uraian SPM-LS Tunjangan Profesi Guru dan Dosen,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Profesi Guru/Dosen Bulan... Untuk ... pegawai

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Profesi Guru/Dosen Bulan... Untuk ... pegawai

Tunjangan Khusus. Tunjangan ini diberikan kepada guru dan dosen yang ditugaskan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai kompensasi atas kesulitan hidup
yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pembayaran tunjangan khusus adalah
sebagai berikut :
1) Pembayaran tunjangan khusus tidak boleh melampaui pagu anggaran yang tersedia
dalam DIPA.
2) Tunjangan khusus bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
jabatan fungsional dan Dosen yang ditugaskan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah di Daerah Khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan diberikan
setiap bulan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
3) Tunjangan khusus bagi Guru dan Dosen bukan Pegawai Negeri Sipil diberikan setiap
bulan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil17.
4) Tunjangan khusus diberikan setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Tunjangan khusus dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan tarif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

17 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 164/PMK.05/2010

24

Contoh Uraian SPM-LS Tunjangan Khusus Guru dan Dosen,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Khusus Guru dan Dosen Bulan... Untuk ...
Pegawai.

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Khusus Guru dan Dosen Bulan... Untuk ...
Pegawai

Tunjangan Kehormatan. Tunjangan ini diberikan kepada dosen yang memiliki jabatan
akademik profesor dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pembayaran tunjangan kehormatan antara
lain adalah:
1) Pembayaran tunjangan kehormatan tidak boleh melampaui pagu anggaran yang
tersedia dalam DIPA.
2) Tunjangan kehormatan bagi Profesor Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
professor diberikan setiap bulan sebesar 2 (dua) kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan.
3) Tunjangan kehormatan bagi Profesor bukan Pegawai Negeri Sipil diberikan setiap
bulan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi Profesor Pegawai Negeri Sipil.
4) Tunjangan kehormatan diberikan terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya
setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Tunjangan kehormatan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan tarif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

25

Contoh Uraian SPM-LS Tunjangan Kehormatan Bagi Profesor,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Kehormatan Bagi Profesor Bulan... sesuai SK
No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... untuk ... Pegawai

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Kehormatan Bagi Profesor Bulan... sesuai SK
No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... untuk ... Pegawai

Belanja Tambahan Penghasilan. Tambahan Penghasilan adalah sejumlah uang


yang diterimakan kepada Guru Pegawai negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
dalam jabatan Guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
mempunyai satuan administrasi pangkal pada Taman Kanak-kanak/Taman Kanakkanak Luar Biasa/Raudlatul Athfal/Bustanul Athfal, Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar
Biasa/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa/Madrasah Tsanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa/Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah
Kejuruan atau bentuk lain yang sederajat.
Tambahan penghasilah adalah sejumlah uang yang diterimakan kepada guru yang
belum menerima tunjangan profesi guru. Besarnya tambahan penghasilan sebesar
Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu) dan diberikan mulai tanggal 1 Januari 200918.

Pemberian tambahan penghasilan bagi guru dihentikan apabila Guru


yang bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan
fungsional lain atau sudah menerima tunjangan profesi. Pembayaran
Tambahan Penghasilan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

18 Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS.

26

Contoh Uraian SPM Tunjangan Tambahan Penghasilan,


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai ...


: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Tambahan Penghasilan Bulan ...
sesuai SK No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... untuk ... Pegawai

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Kantor ...


: 00.017.582.8-956.000
: Bendahara Pengeluaran ...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Tambahan Penghasilan Bulan ...
sesuai SK No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... untuk ... Pegawai

Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP)


Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) adalah Surat Keterangan tentang
penghentian pembayaran gaji terhitung mulai bulan dihentikan pembayarannya yang dibuat/
dikeluarkan oleh KPA atas pegawai yang pindah atau pensiun berdasarkan surat keputusan
yang diterbitkan oleh Kementerian Negara/Lembaga atau satker dan disahkan oleh KPPN
setempat bahwa record pegawai tersebut dalam database pegawai telah dipindahkan ke
dalam tabel pegawai nonaktif.
SKPP diterbitkan dengan tujuan agar pegawai yang pindah dapat dilanjutkan pembayaran
gajinya oleh satker di tempat kerja yang baru, atau dibayarkan pensiunnya oleh PT Taspen/
PT Asabri bagi pegawai yang memasuki masa pensiun. Pada SKPP, selain dicantumkan
perincian gaji bulan terakhir yang telah dibayar, juga dicantumkan utang-utang kepada
negara dari pegawai yang bersangkutan bila ada.

Jenis-jenis SKPP :
1. SKPP pindah, untuk:
a. Pegawai yang pindah ke satker lain, baik yang mengakibatkan perubahan KPPN
pembayar maupun tetap dalam wilayah pembayaran KPPN yang sama;
b. Pegawai yang pindah ke/dari luar negeri;
c. Pegawai yang diperbantukan/pindah ke pemerintah daerah;
d. Siswa ikatan dinas yang diangkat menjadi pegawai; atau
e. Pegawai yang pindah dari suatu kementerian/lembaga ke kementerian/lembaga lain.

27

2. SKPP pensiun, untuk:


a. Pegawai yang diberhentikan dengan hormat yang mendapat hak pensiun atau
menerima uang tunggu;
b. Pegawai yang meninggal dunia.
SKPP berisi rincian pembayaran gaji bulan terakhir PNS/Anggota yang telah dicairkan
dananya pada KPPN setempat. Rincian tersebut terdiri dari penerimaan, potongan-potongan,
utang, rincian keluarga dan keterangan lainnya. SKPP yang diterbitkan Satker wajib
disyahkan KPPN setempat bila telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. SKPP Pegawai negeri yang pindah diterbitkan dan ditandatangani


oleh KPA dalam rangkap 4 (empat) dengan penjelasan :
a. Lembar I untuk pegawai yang bersangkutan, untuk dilampirkan pada saat pengajuan
gaji pertama kali di satker yang baru;
b. Lembar II untuk satker yang baru, dilampiri dosir kepegawaian dan ADK pegawai
pindah;
c. Lembar III untuk KPPN asal sebagai pertinggal (arsip);
d. Lembar IV untuk pertinggal satker lama.

2. SKPP Pegawai negeri Pensiun/Berhenti SKPP sebanyak 5 (lima)


rangkap dengan penjelasan:
a. Lembar I dan II untuk PT Taspen bagi PNS atau PT Asabri (Persero) bagi anggota TNI/
Polri;
b. Lembar III untuk pegawai yang bersangkutan;
c. Lembar IV untuk KPPN sebagai pertinggal;
d. Lembar V untuk satker lama.
Baik SKPP pindah maupun SKPP pensiun dikirim oleh satker asal sesuai dengan
peruntukannya setelah diberi keterangan oleh Kepala Seksi Pencairan Dana KPPN asal
bahwa data pegawai pindah/pensiun telah dinonaktifkan dari database pegawai satker
tersebut pada KPPN asal. Pengajuan SKPP dilampiri fotokopi SK Mutasi atau SK Pensiun
yang telah dilegalisasi dan cetakan kartu pegawai dari aplikasi GPP/BPP.

Contoh Dokumen SKPP PNS:


SKPP Pegawai Pindahan PNS. Lampiran IX
SKPP Pegawai Pensiun PNS. Lampiran X

Contoh Dokumen SKPP ANGGOTA POLRI/PNS POLRI:


SKPP Anggota/PNS Polri Pindahan. Lampiran XI
SKPP Anggota/PNS Polri Pensiun. Lampiran XII

Contoh Dokumen SKPP ANGGOTA TNI/PNS TNI:


SKPP Anggota/PNS TNI Pindahan. Lampiran XIII
SKPP Anggota/PNS TNI Pensiun. Lampiran XIV

28

)SL( gnusgnaL narayabmeP


Bab IV

BELANJA BARANG,
MODAL, DAN
BANTUAN SOSIAL
[Uang Persediaan (UP)]
[Tambahan Uang Persediaan (TUP)]
[Ganti Uang Persediaan (GUP)]
[Ganti Uang Persediaan Nihil(GUP-Nihil)]
[Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persedian (PTUP)]
[Pembayaran Langsung (LS)]

29

PPSPM mengajukan SPM-UP/TUP/GUP, SPM-GUP Nihil/TUP Nihil dan SPM-LS ke KPPN


paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan19. Pembayaran Uang Persediaan/
Tambahan Uang Persediaan dan Ganti Uang Persediaan dilakukan melalui rekening
bendahara pengeluaran.

Uang Persediaan (UP)


Uang Persediaan adalah uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari satker atau
membiayai pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui
mekanisme pembayaran langsung (LS).
UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang
dapat dimintakan penggantiannya (revolving). Pembayaran dengan UP dapat dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak
sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan
perjalanan dinas.
UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran berupa :
1. Belanja Barang;
2. Belanja Modal; dan
3. Belanja Lain-lain.
Besaran UP dapat diberikan paling banyak :
1. Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP sampai dengan Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
2. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui
UP di atas Rp.900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.2.400.000.000
(dua miliar empat ratus juta rupiah);
3. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp.2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
4. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP di atas Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
Surat Pernyataan pada saat pengajuan Uang Persediaan memuat :
1. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan oleh KPPN belum dilakukan
penggantian (revolving) UP, maka akan dipotong atau satker menyetorkan sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari UP yang diterima.
2. Dan apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untuk

19 Pasal 59 Ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.

30

memotong pemotongan atau satker menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen)
belum dilaksanakan, maka Satker bersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh
persen) dari UP yang diterima.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-UP berupa :
1. SPM-UP
2. Surat Pernyataan Penggunaan Uang Persediaan (Lampiran XV)
3. ADK SPM-UP

Contoh Uraian SPM-UP :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penyediaan Uang Persediaan Rupiah Murni /PNBP

Tambahan Uang Persediaan (TUP)


Tambahan Uang Persediaan adalah uang muka yang diberikan kepada Bendahara
Pengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP
yang telah ditetapkan.
KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN disertai:
1. Rincian rencana penggunaan TUP
2. Surat Pernyataan Tambahan Uang Persediaan (Lampiran XVI)
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-TUP berupa :
1. SPM-TUP
2. Surat Persetujuan Pemberian TUP dari Kepala KPPN
3. ADK SPM-TUP

Contoh Uraian SPM-TUP :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penyediaan Tambahan Uang Persediaan Rupiah Murni/PNBP

31

Ganti Uang Persedian (GUP)


Penggantian Uang Persediaan adalah pertanggungjawaban dan permintaan kembali
pembayaran UP yang dananya telah dipergunakan untuk menggantikan UP yang telah
dipakai.
Surat Setoran Pajak (SSP) atas pungutan PPN/PPh yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
dalam transaksi pembayaran melalui Uang Persediaan disetor ke Kas Negara dan dilakukan
konfirmasi dengan KPPN sebelum dilampirkan dalam dokumen SPP-GUP. PPSPM
menyampaikan SPM-GUP dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
Uraian dalam SPM GUP (atas Belanja Bahan, Belanja Jasa, Belanja Keperluan Perkantoran,
Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos, Belanja Barang Operasional Lainnya, Belanja Langganan
Listrik, Telepon, dan Air, Belanja Jasa Lainnya, Belanja Barang Non Operasional Lainnya,
Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan, Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin,
Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Honor dan Belanja Modal) cukup dengan mencantumkan
Penggantian uang persediaan untuk keperluan Belanja Barang/Modal.

Contoh Uraian SPM-GUP :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penggantian Uang Persediaan Untuk Keperluan Belanja Barang/Modal.

Ganti Uang Persedian Nihil (GUP-Nihil)


Penggantian Uang Persediaan Nihil yang selanjutnya disebut GUP Nihil adalah
pertanggungjawaban atas penggunaan UP dan tidak dimintakan lagi, biasanya di akhir
tahun anggaran.
Uraian dalam SPM GUP Nihil cukup dengan mencantumkan Penggantian uang persediaan
untuk keperluan Belanja Barang/Modal.

Contoh Uraian SPM-GUP Nihil :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

32

: Bendahara Umum Negara Untuk Dibukukan Seperlunya


: 00.000.000.0-956.000
::: Penggantian Uang Persediaan Untuk Keperluan Belanja Barang/Modal.

Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persedian (PTUP)


Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan adalah pertanggungjawaban atas
penggunaan TUP.
SSP atas pungutan PPN/PPh yang dilakukan Bendahara Pengeluaran dalam transaksi
pembayaran melalui Tambahan Uang Persediaan disetor ke Kas Negara dan dilakukan
konfirmasi dengan KPPN sebelum dilampirkan dalam dokumen SPP-PTUP. PPSPM
menyampaikan SPM-PTUP dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
Uraian dalam SPM-PTUP cukup dengan mencantumkan Pertanggungjawaban Tambahan
Uang Persediaan Untuk Keperluan Belanja Barang/Modal.

Contoh Uraian SPM-PTUP :


Kepada
NPWP

: Bendahara Umum Negara Untuk Dibukukan Seperlunya


: 00.000.000.0-956.000

Rekening : Bank/Pos : Uraian : Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan untuk Keperluan


Belanja Barang/Modal, Setelah Diperhitungkan dengan TUP Sebesar Rp.
...,-

Pembayaran Langsung (LS)


Pembayaran Langsung adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas
atau surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung
(SPM-LS). Dalam SPM-LS kewajiban pungutan pajak dituangkan dalam kolom potongan SPM
serta dilampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) atas PPN dan/atau PPh yang dipungut untuk
disahkan oleh KPPN.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS berupa :
1. SPM-LS
2. SSP PPN/PPh (jika ada kewajiban pajak yang dipungut)
3. Daftar Nominatif (jika lebih dari satu penerima)
4. ADK SPM-LS
Pengajuan SPM-LS kepada Penyedia/Rekanan atas biaya pembelian (Belanja Bahan,
Belanja Keperluan Perkantoran, Belanja Barang Operasional Lainnya, Belanja Barang Non
Operasional, Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan, Belanja Pemeliharaan Peralatan
dan Mesin, Belanja Modal) yang nilai 1 (satu) Kuitansi sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) dapat dibayarkan langsung kepada pihak Penyedia/Rekanan20.
20 Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 dan Pasal 55 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

33

Contoh Uraian SPM-LS :


a. Untuk 1 (satu) KUITANSI yang nilai Kuitansinya s/d 50.000.000,- tanpa


tahapan :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. xxxxxxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran biaya belanja barang/belanja operasional/belanja
Pemeliharaan/belanja modal dll berupa..., sesuai Kuitansi No. ... Tgl. ...

b. Yang nilai Kuitansinya s/d 50.000.000,- namun pembayaran dilakukan secara


bertahap :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. xxxxxxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
:Pembayaran Tahap I Pekerjaan belanja barang/belanja operasional/
Belanja pemeliharaan/belanja modal dll sesuai SPK/Kontrak/ MC No.
... Tgl. ... berdasarkan BAP No. .. Tgl. ...

c. Nama Pemilik atau Badan Usaha yang berbeda dengan Rekening.


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Nama Orang/Badan (Pemilik Toko/Hotel/Badan Usaha Lainnya)


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Nama Orang/Badan)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran biaya belanja barang/belanja operasional/belanja
Pemeliharaan/ belanja modal dll berupa ..., sesuai Kuitansi No. ... Tgl.
...

d. Langganan Daya dan Jasa Listrik, Telepon dan Air


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: PT. Xxxxxxxxxxxxx, Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (PT. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Biaya tagihan Listrik/Telepon/Air Bulan ... Thn ... sesuai
Nota/Kuitansi No. ... Tanggal ...

Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas dapat dilaksanakan melalui rekening Bendahara


Pengeluaran atau langsung ke rekening para pegawai atau ke pihak ketiga. Jika dibayarkan

34

kepada pegawai agar disertakan dengan daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu
penerima21.

Contoh Uraian SPM-LS Belanja Perjalanan Dinas


a. Yang dibayarkan kepada Pegawai /Para Pegawai/Pihak ketiga :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Pegawai/Para Pegawai/Pihak ketiga


: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir/Pihak ketiga
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas sesuai ST/SPD/SPK/Perjanjian/
Kuitansi No. ... Tgl. ... s/d No...Tgl...

b. Yang dibayarkan kepada bendahara Pengeluaran :


Kepada
: Bendahara Pengeluaran Kantor ...
NPWP
: 00.017.582.8-956.000
Rekening
: Bendahara Pengeluaran...
Bank/Pos
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian
: Pembayaran Belanja Perjalanan Dinas sesuai ST/SPD/SPK/Perjanjian/
Kuitansi No. ... Tgl. ... s/d No...Tgl...

Contoh Uraian SPM-LS Belanja Non Operasional yang dibayarkan


kepada Pegawai/Pihak Lain :
Kepada : Pegawai/Pihak Lain...
NPWP : 00.017.582.8-956.000
Rekening : Pegawai/Daftar Terlampir
Bank/Pos : Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian : Pembayaran Belanja Non Operasional berupa .../bantuan ... sesuai Surat

Keputusan No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... atau Perjanjian No. ... Tgl. ... s/d No.

... Tgl. ...

Setelah kontrak/perjanjian ditandatangani, jika diperlukan dapat diajukan permintaan Uang


Muka. Khusus untuk SPM-LS pembayaran Uang Muka Kerja Belanja Barang/Modal selain
SSP PPN dan PPh serta ADK SPM, dilampirkan juga:
1. Asli Jaminan Uang
2. Asli Surat Kuasa
3. Asli Konfirmasi Tertulis Jaminan Uang Muka

21 Pasal 59 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012.

35

Contoh Dokumen:
Jaminan Uang Muka Lampiran XVII
Surat Kuasa Lampiran XVIII
Asli Konfirmasi Tertulis Jaminan Uang Muka Lampiran XIX

Contoh Uraian SPM-LS Uang Muka Pekerjaan


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. Xxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Muka ... % Pekerjaan ..., sesuai Kontrak/SPK/MC No. ...
Tgl. ..., SPMK No. ... Tgl. ..., BAP No. ... Tgl. ..., Dan Jaminan Uang Muka No.
... Tgl. ...

Apabila pekerjaan dinyatakan selesai 100%, maka Penyedia Barang/Jasa dapat memberikan
Jaminan Pemeliharaan kepada PPK setelah pelaksanaan pekerjaan selesai untuk :
1. Pekerjaan Konstruksi;
2. Pengadaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% dari nilai Kontrak


dan Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 hari kerja masa
pemeliharaan selesai.
Jika dalam pembayaran pekerjaan konstruksi, penyedia/rekanan memilih untuk memberikan
Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% dari nilai
Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya maka pembayaran pekerjaan dapat
dibayarkan sebesar 100 %. Jika penyedia/rekanan tidak dapat menyerahkan/memberikan
Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi Jaminan Pemeliharaan yang besarnya 5%
dari nilai Kontrak maka pembayaran pekerjaan yang dapat dibayarkan sebesar 95% dari nilai
kontrak/perjanjian22.

Contoh Uraian SPM-LS


a. Pembayaran Tahapan Pekerjaan Belanja Barang/Pemeliharaan/Belanja Modal
Kepada
NPWP

: CV. Xxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000

22 Pasal 71 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012.

36

Rekening
Bank/Pos
Uraian

: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)


: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tahap..., Pekerjaan... sesuai Kontrak /SPK/MC No. ... Tgl.
..., BAP No. ... Tgl. ...

b. Pembayaran Pekerjaan Belanja Barang/Pemeliharaan/Belanja Modal yang


telah Selesai (100 %) :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. Xxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran 95 % Pekerjaan..., sesuai Kontrak/SPK/MC No. ... Tgl. ...,
BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., Dan BAP No. ... Tgl. ...

Atau :

Pembayaran 100 % Pekerjaan..., sesuai Kontrak /SPK/MC No. ... Tgl. ...,
BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., BAP No. ... Tgl. ..., Dan Jaminan Pemeliharaan
No. ... Tgl. ...

c. Pembayaran Pekerjaan Perencanaan 85 % yang melekat dengan Pekerjaan


Fisik:
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. Xxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran 85 % Pekerjaan Perencanaan..., sesuai Kontrak/SPK/MC
No. ... Tgl. ..., BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., Dan BAP No. ... Tgl. ...

d. Pembayaran Pekerjaan Perencanaan 15 % yang melekat dengan Pekerjaan


Fisik:
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: CV. Xxxxxx Jln...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran 15 % Pekerjaan Perencanaan ..., sesuai Kontrak/SPK/MC
No. ... Tgl. ..., BAST Pekerjaan Fisik Tahap-I No. ... Tgl. ..., dan BAP No.
... Tgl. ...

e. Pembayaran Retensi 5 % (Pemeliharaan):


Kepada

: CV. Xxxxxx

Jln...

37

NPWP
: 00.017.582.8-956.000
Rekening
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
Bank/Pos
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian
: Pembayaran 5 % Biaya Pemeliharaan Pekerjaan... sesuai Kontrak/

SPK/MC No. ... Tgl. ...,BAST Tahap-II No. ... Tgl. ..., dan BAP No. ... Tgl.

...
Atau untuk penagihan pekerjaan yang sudah selesai 100 % dan pembayaran biaya
pemeliharaan atau retensi dibayar dimuka yaitu :
Uraian
: Pembayaran 5 % Biaya Pemeliharaan Pekerjaan... sesuai Kontrak/

SPK/MC No. ... Tgl. ..., BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., BAP No. ... Tgl. ..., dan

Jaminan Pemeliharaan No. ... Tgl. ...

Pengajuan SPM-LS atas tagihan Pembayaran (Bantuan Operasional Kesehatan yang


disalurkan kepada Puskesmas Dalam Bentuk Uang) dan pembayarannya dilakukan secara
bertahap sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Sama/SP2 antara PPK dan Pihak Penerima
Bantuan, maka Satker wajib melakukan perekaman data kontrak23.

Contoh Uraian SPM-LS


Pembayaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: BOK PUSKESMAS... Jln...


: 00.000.000.0-956.000
: 00.123.456.789.1011 (BOK PUSKESMAS... )
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tahap I BOK Puskesmas... sesuai dengan Surat Perjanjian
Kerja Sama/SP2 No. ... Tgl. ..., Surat Keputusan Bupati/ Kepala Dinas ... No.
... Tgl. ...

Pencairan dana Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk uang dilakukan melalui
pembayaran langsung (SPM-LS):
1. dari Rekening Kas Umum Negara ke rekening penerima bantuan sosial pada bank/pos;
atau
2. dari Rekening Kas Umum Negara ke rekening Bank/Pos Penyalur.
Pengajuan SPM-LS Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang dapat ditujukan ke rekening
Bank/Pos Penyalur, jika:
1. Penerima bantuan sosial tidak memungkinkan untuk membuka rekening pada bank/pos;
2. Dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan merupakan Program Nasional yang
menurut peraturan perundang-undangan harus disalurkan melalui lembaga penyalur;
atau

23 Pasal 35 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012

38

3. Jumlah penerima bantuan social pada satu jenis Belanja Bantuan Sosial dan satu DIPA
lebih dari 100 (seratus) penerima bantuan sosial24.

Contoh Uraian SPM-LS


a. Pembayaran Belanja Bantuan Sosial Kelompok Tani yang dibayarkan Secara
Bertahap:
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian



: Kelompok Tani... Jln...


: 00.000.000.0-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Kelompok Tani...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tahap I Bantuan Langsung Kelompok Tani...
sesuai
Surat Keputusan Bupati/Kepala Dinas... No...Tgl... Surat Perjanjian
Kerja Sama No...Tgl...

Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: ... (...) Para Penerima Gapoktan/Lembaga... ...


: 00.000.000.0-956.000
: Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Bantuan Lansung untuk ... Penerima Gapoktan...
sesuai Surat Keputusan Bupati/Kepala Dinas ... No. ... Tgl. ..., Surat
Perjanjian Kerja Sama No. ... Tgl. ... s/d No...Tgl...

b. Pembayaran Belanja Bantuan Sosial Kelompok Tani yang dibayarkan 100% :

c. Pembayaran Belanja Bantuan Langsung Masyarakat (PNPM) yang dibayarkan


Secara Bertahap :
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian


: PNPM... Jln...
: 00.000.000.0-956.000
: 00.123.456.789.1011 (PNPN...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tahap I Bantuan Langsung Masyarakat berupa ... sesuai
Surat Keputusan Bupati/Kepala Dinas ... No...Tgl..., Surat Perjanjian
Kerja Sama No...Tgl...

d. Pembayaran Belanja Bantuan Sosial Untuk Lembaga/Tempat Ibadah :


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian


: ... (...) Lembaga/Tempat Ibadah... ...


: 00.000.000.0-956.000
: Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Bantuan Lansung ... untuk ... Lembaga/Tempat Ibadah ...
sesuai Surat Keputusan No. ... Tgl. ..., Surat Perjanjian Kerja Sama No.
... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ...

24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/
Lembaga

39

)SL( gnusgnaL narayabmeP


Bab V

BELANJA YANG
BERSUMBER DARI
PNBP DAN PHLN
SERTA PENGESAHAN
HIBAH LANGSUNG
[Dana Yang Bersumber Dari PNBP]
[Belanja Yang Bersumber Dari Pinjaman/Hibah Luar
Negeri]
[Dana Yang Bersumber Dari Hibah Langsung]

40

Dana Yang Bersumber Dari PNBP


Sebagian dana PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dapat digunakan untuk kegiatan
tertentu sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan di bidang PNBP. Pencairan
atas penggunaan sebagian dana PNBP untuk membiayai kegiatan tertentu dilakukan dengan
memperhatikan batas maksimum pencairan yang dihitung berdasarkan proporsi pengeluaran
terhadap penerimaan. Penggunaan sebagian dana PNBP untuk membiayai kegiatan tertentu
tidak dapat melampaui pagu dana PNBP dalam DIPA Satuan Kerja yang bersangkutan.
Pembayaran dan penatausahaan belanja untuk Kegiatan tertentu yang bersumber dari
PNBP dilaksanakan secara terpisah dengan belanja yang bersumber selain dari PNBP.
Dalam perhitungan batas maksimum pencairan dana, setoran PNBP yang belum digunakan
sampai dengan akhir tahun anggaran dapat dipergunakan untuk membiayai Kegiatan tahun
anggaran berikutnya setelah diterimanya DIPA.

Satker yang menggunakan PNBP tidak terpusat wajib menyetorkan


PNBP ke kas negara dan melakukan konfirmasi dengan KPPN selaku
mitra kerjanya. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara
terpusat pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai
Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan yang diterbitkan untuk
Dana PNBP berkenaan.
Satker pengguna PNBP tidak terpusat dapat diberikan UP sebesar 20% dari realisasi PNBP
yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA, maksimum sebesar Rp. 500.000.000,(lima ratus juta rupiah), termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya. Dalam hal UP tidak mencukupi Satker dapat mengajukan TUP sebesar
kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP).
Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP
dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA,
maksimal sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dan Penggantian UP dilakukan
setelah Satker pengguna PNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP). Sisa Maksimum
Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker pengguna yang tidak
terpusat, dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan
setelah DIPA disahkan dan berlaku efektif.
Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula sebagai berikut:

MP = (PPP x JS) JPS


Keterangan:
MP
PPP

JS
JPS

: Maksimum Pencairan
: Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
: Jumlah Setoran
: Jumlah Pencairan Dana Sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan.

41

Pada saat PPSPM menyampaikan SPM atas dana PNBP beserta ADK SPM kepada KPPN, selain
dokumen pendukung SPM yang mengacu pada (Pasal 59), PMK Nomor 190/PMK.05/2012,
ikut dilampirkan juga bukti setoran PNBP yang telah dikonfirmasi ke KPPN serta Daftar
Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP).

Contoh Dokumen:
Maksimum Pencairan (MP). Lampiran XX

Belanja Yang Bersumber Dari Pinjaman/Hibah Luar


Negeri (PHLN)
Penerbitan SPM untuk kegiatan yang sebagian atau seluruhnya bersumber dari Pinjaman/
Hibah Luar Negeri, mengikuti ketentuan mengenai kategori porsi pembiayaan, tanggal
closing date dan persetujuan pembayaran dari pemberi pinjaman sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan pencairan dana PHLN berkenaan.
Penerbitan SPM-LS atas tagihan berdasarkan perjanjian atau kontrak dalam valuta asing
(valas) mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapat dikonversi ke dalam rupiah; dan
2. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus Bantuan Luar Negeri.
Pengeluaran dengan sumber dana dari PHLN yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur dalam dokumen Perjanjian PHLN atau pengeluaran setelah PHLN
dinyatakan closing date akan dikategorikan sebagai pengeluaran ineligible. Direktur Jenderal
Perbendaharaan menyampaikan surat pemberitahuan kepada Pimpinan Kementerian
Negara/Lembaga dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Anggaran. Penggantian atas
pengeluaran yang dikategorikan ineligible menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/
Lembaga yang bersangkutan dan harus diperhitungkan dalam revisi DIPA tahun anggaran
berjalan atau dibebankan dalam DIPA tahun anggaran berikutnya.
Proyek pemerintah yang dibiayai dengan dana PHLN tidak dipungut PPN/PPnBM dan PPh
atas proyek tersebut ditanggung oleh pemerintah sebagaimana diatur dalam SE Bersama
DJA, DJP dan DJBC Nomor SE-64/A/71/0596; SE-32/PJ/1996; SE-19/BC/1996 tanggal 13 Mei
1996 perihal Pedoman Pelaksanaan KMK Nomor: 239/KMK.01/1996.
PPh yang ditanggung pemerintah adalah PPh yang terhutang atas pelaksanaan proyekproyek pemerintah yang dananya berasal dari Bantuan Luar Negeri oleh badan/perusahaan
yang melaksanakan:
1. Pekerjaan Jasa Pemborongan.
2. Pekerjaan Jasa Konsultan.
3. Pengadaan Barang/Peralatan.

42

Apabila kontraktor melaksanakan proyek Pemerintah yang sebagian dananya dibiayai dari
dana PHLN dan sebagian lainnya dari APBN selain dana PHLN, maka ketentuannya adalah
sebagai berikut :
1. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dari dana PHLN :
a. Tidak dipungut PPN dan PPnBM;
b. Faktur Pajak yang diterbitkan diberi cap PPN dan PPnBM tidak dipungut;
c. Surat Setoran Pajak PPN/PPnBM tidak perlu dibuat.
2. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dengan dana dari APBN:
a. terutang PPN;
b. Faktur Pajak harus dibuat;
c. Surat Setoran Pajak harus dibuat25.

Contoh Uraian SPM-UP PNBP/PHLN:


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penyediaan Uang Persediaan PNBP/PHLN

Contoh Uraian SPM-TUP PNBP/PHLN:


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penyediaan Tambahan Uang Persediaan PNBP/PHLN

Contoh Uraian SPM-GUP PNBP/PHLN:


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Pengeluaran Satker ... Jln. ...


: 00.017.582.8-956.000
: 00.123.456.789.1011 (Bendahara Pengeluaran Satker ...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Penggantian Uang Persediaan PNBP/PHLN Untuk Keperluan Belanja
Barang/Belanja Modal.

Contoh Uraian SPM-GUP Nihil PNBP/PHLN:


Kepada
NPWP
Rekening

: Bendahara Umum Negara Untuk Dibukukan Seperlunya


: 00.000.000.0-956.000
:-

25 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ.53/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN dan PPn BM dalam
Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Dana PHLN.

43

Bank/Pos
Uraian

:: Penggantian Uang Persediaan PNBP/PHLN Untuk Keperluan Belanja


Barang/Belanja Modal.

Contoh Uraian SPM PTUP PNBP/PHLN:


Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian

: Bendahara Umum Negara Untuk Dibukukan Seperlunya


: 00.000.000.0-956.000
::: Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan PNBP/PHLN untuk
Keperluan Belanja Barang/Belanja Modal, Setelah Diperhitungkan
Dengan TUP Sebesar Rp. ...

Dana Yang Bersumber Dari Hibah Langsung


Pendapatan Hibah merupakan penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang,
jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri. Atas pendapatan hibah tersebut,
pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas
dan fungsi Kementerian/Lembaga, atau diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah. Pendapatan Hibah Langsung yang diterima
oleh Satker Kementerian/Lembaga, pengesahannya harus dilakukan melalui KPPN26.
Dokumen Hibah yang diterbitkan oleh Satker berupa :
1. SP2HL, Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung, merupakan surat yang diterbitkan
oleh Pengguna Anggaran/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mengesahkan
pembukuan hibah langsung dan/atau belanja yang bersumber dari hibah langsung .
2. SP4HL, Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Pendapatan Hibah Langsung, surat
yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
mengesahkan pembukuan pengembalian saldo Pendapatan Hibah Langsung kepada
Pemberi Hibah.
3. MPHL-BJS, Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga,
surat yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk
untuk mencatat/membukukan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat
berharga dan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari hibah/belanja modal
untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari hibah/pengeluaran pembiayaan untuk
pencatatanan surat berharga dari hibah, Persetujuan Memo Pencatatan Hibah Langsung
Bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga.
4. SPTMHL, Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah Langsung, surat pernyataan
tanggung jawab penuh atas penerimaan hibah langsung dan/atau belanja terkait hibah

26 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-81/PB/2011.

44

langsung (belanja yang bersumber dari hibah langsung/belanja barang untuk pencatatan
persediaan dari hibah. belanja modal untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari
hibah, dan pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah) yang
ditandatangani oleh Kuasa PA.
5. SP3HL-BJS, Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/
Jasa/Surat Berharga, surat yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KPA atau pejabat
lain yang ditunjuk untuk diajukan pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga ke DJPU,
6. SPTJM, Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak, surat pernyataan yang dibuat oleh
Pengguna Anggaran/KPA yang menyatakan bertanggungjawab penuh atas pengelolaan
seluruh Pendapatan Hibah Langsung/pengembalian Pendapatan Hibah Langsung
dan belanja yang bersumber dari hibah langsung/belanja barang untuk pencatatan
persediaan dari hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari hibah/
pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah.
7. BAST, Berita Acara Serah Terima, merupakan dokumen serah terima barang/jasa sebagai
bukti penyerahan dan peralihan hak/kepemilikan atas barang/jasa/surat berharga dari
Pemberi Hibah kepada penerima hibah.
Dokumen pengesahan Hibah yang disampaikan ke KPPN berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

SP2HL
ADK SP2HL
Fotokopi Rekening koran terakhir atas Rekening Hibah
SPTMHL
SPTJM
Fotokopi surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama kali.

Contoh Uraian SP2HL


Kepada
Yaitu

: Bendahara Umum Negara untuk dibukukan seperlunya


: Pembayaran Lunas 100 % Pekerjaan Belanja Barang/Pemeliharaan/Belanja
Modal..., berdasarkan hibah dengan Nomor Register ...

Contoh Dokumen:
SP2HL Lampiran XXI
SPTMHL Lampiran XXII
SPTJPM Lampiran XXIII

45

)SL( gnusgnaL narayabmeP


Bab VI

MEKANISME
PENYESUAIAN PAGU
DIPA DAN KOREKSI
SPM
[Penyetoran Dan Penggunaan Kembali Pengembalian
Belanja]
[Koreksi Data Atas Kesalahan SPM dan SP2D]

46

Penyetoran Dan Penggunaan Kembali Pengembalian


Belanja
Dalam pembayaran atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara dimungkinkan
terjadi kelebihan pembayaran, oleh karena itu pihak yang menerima kelebihan pembayaran
harus segera mengembalikan kelebihan pembayaran setelah diketahui atau ditetapkan
kelebihan pembayaran. Atas penerimanaan negara/pengembalian atas penerimaan belanja
dimaksud dimungkinkan untuk dapat digunakan kembali dengan melakukan penyesuaian
sisa pagu DIPA27. Pengembalian belanja tersebut disetor ke Kas Negara pada tahun anggaran
berjalan yang disebabkan oleh :
1. Kelebihan pembayaran belanja atas beban APBN;
2. Kesalahan pembebanan pembayaran belanja;
3. Pembatalan pembayaran atas beban APBN; dan/atau
4. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dikembalikan kepada negara
sebagai pengembalian belanja.

Penyetoran pengembalian belanja menggunakan Form SSPB yang


dihasilkan dari Aplikasi SPM. Setelah dilakukan penyetoran ke Kas
Negara Satker melakukan konfirmasi ke KPPN untuk memastikan
setoran dimaksud telah dibukukan pada Kas Negara.
Setoran pengembalian belanja dengan SSPB akan mengurangi realisasi anggaran belanja dan
memulihkan sisa pagu Satker bersangkutan dengan cara menambah sisa pagu Satker dengan
nilai setoran pengembalian belanja.
KPPN melakukan penyesuaian sisa pagu DIPA pada Aplikasi KPPN berdasarkan Surat
Pernyataan Pengurangan (koreksi) Atas Realisasi Anggaran Belanja Negara dari PPK Satker
yang bersangkutan disertai dengan data dukung sebagai berikut :
1. SSPB yang telah dikonfirmasi ke KPPN beserta ADK.
2. Fotokopi SPM dan Kopi SP2D lembar ke-2 dalam hal pengembalian belanja dilakukan
melalui pemotongan pada SPM beserta ADK.

Contoh Dokumen:
Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Lampiran XXIV
Surat Pernyataan Pengurangan (Koreksi) Atas Realisasi Anggaran Belanja Negara Lampiran
XXV

27 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-1/PB/2013 tentang Tata Cara Penyesuaian Sisa Pagu DIPA pada
KPPN dan Satker atas Setoran Pengembalian Belanja.

47

Koreksi Data Atas Kesalahan SPM dan SP2D


Koreksi data pada KPPN dilakukan terhadap :
1. Data setoran penerimaan negara melalui Bank/Pos Persepsi; dan/atau
2. Data pengeluaran dan/atau potongan melalui penerbitan SPM/SP2D.
Apabila SP2D sudah terbit, lalu terdapat kesalahan SPM pada kode program, kegiatan, akun,
dan/atau uraian, maka ralat koreksi SPM dapat diajukan ke KPPN dengan lampiran sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Daftar Rincian Koreksi Data yang ditandatangani Kuasa Pengguna Anggaran;


Copy SPM dan SP2D sebelum koreksi;
SPM setelah koreksi;
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Koreksi/Ralat SPM; dan
ADK Koreksi SPM (SPM yang sudah diperbaiki)28.

Koreksi/perbaikan/ralat SPM tidak dapat dilakukan terhadap data SPM


yang mengakibatkan perubahan jumlah uang baik pada jumlah total
pengeluaran, jumlah total potongan, dan/atau jumlah bersih dalam SPM.
Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan:
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;


Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus;
perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker;
Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS ;
pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun anggaran,
jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor register; atau
6. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada SPP,
SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan
transfer.

Contoh Dokumen
Surat Permintaan Koreksi SPM (SSPB). Lampiran XXVI
Daftar Rincian Koreksi SPM. Lampiran XXVII
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Koreksi SPM. Lampiran XXVIII

28 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-89/PB/2011 tentang Mekanisme Pengiriman dan Koreksi Data
pada KPPN

48

)SL( gnusgnaL narayabmeP


BAB VII

PENERIMAAN
NEGARA
[Cara Penyetoran Penerimaan Negara]
[Konfirmasi Penerimaan Negara]
[Perbaikan Data Penerimaan Negara]

49

Setiap Transaksi Penerimaan Negara baik berupa penerimaan perpajakan maupun


Penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP) harus mendapat Nomor Transaksi Penerimaan
Negara (NTPN) sebagai tanda bahwa penerimaan tersebut telah masuk ke rekening Kas
Negara atau sah sebagai Penerimaan Negara.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat setoran penerimaan negara antara lain
adalah:
1. Untuk mendapatkan NTPN Wajib Pajak/penyetor agar mencantumkan data-data dengan
benar seperti kode Satker, Bagian Anggaran, NPWP. Kekeliruan data dapat mengakibatkan
penerimaan tersebut tidak mendapatkan NTPN atau sah sebagai Penerimaan Negara.
2. Penerimaan Negara dapat disetorkan melalui Bank/Pos yang ditunjuk atau terhubung
dengan MPN (Modul Penerimaan Negara) atau melalui potongan SPM/SP2D.
3. Pengembalian atas belanja Tahun Anggaran berjalan disetor menggunakan SSPB dengan
mata Anggaran Kontra Pos belanja bersangkutan, sedangkan untuk belanja Tahun
Anggaran yang lalu menggunakan formulir SSBP dengan kelompok Mata Anggaran
Pendapatan Lain-Lain. Penyetoran tersebut harus mencantumkan NPWP.

Cara Penyetoran Penerimaan Negara


Penerimaan Negara baik dalam bentuk penerimaan Pajak maupun PNBP dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu:

1. Penyetoran melalui Modul Penerimaan Negara Generasi ke-1


(MPN-G1)
Adapun tata caranya sebagai berikut:
a. Mengisi formulir bukti setoran dengan data lengkap, benar dan jelas dalam rangkap
4 (empat);
b. Menyerahkan formulir bukti setoran kepada petugas Bank/Pos dengan menyerahkan
uang setoran sebesar nilai yang tersebut dalam formulir yang bersangkutan;
c. Menerima kembali formulir bukti setoran lembar 1 dan lembar 3 yang telah diberi
NTPN dan NTB/NTP serta dibubuhi tanda tangan/paraf, nama pejabat bank/pas, cap
bank/pos tanggal dan waktu/jam setor sebagai bukti setor;
d. Menyampaikan bukti setoran kepada unit terkait.

2. Penyetoran melalui Modul Penerimaan Negara Generasi ke-2


(MPN-G2)
Kelebihan dari MPN-G2 ini diantaranya adalah: Pertama, lebih mudah dan lebih cepat,
karena satker tidak perlu lagi mengantre lama di loket teller, teller hanya menginput
sebaris kode saja, bukan seluruh data di surat setoran dan satker bahkan bisa bertransaksi
lewat mesin ATM atau mengakses internet banking dari meja kerja sendiri. Kedua,
lebih akurat karena akan mengeliminasi kesalahan input oleh teller serta aplikasi web
menyediakan validation rules/function/interface yang meminimalisasi kekeliruan.

50

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut:


a. Mendaftar kepesertaan sistem pembayaran pajak dan PNBP secara elektronik dengan
mengajukan permohonan melaluilaman http://ssereg.pajak.go.iduntuk setoran pajak
dan https://simponi.kemenkeu.go.id/ untuk setoran PNBP.
b. Mengisi data-data yang dibutuhkan di laman tersebut. Pastikan email yang
dimasukkan adalah email yang masih aktif. Nomor identitas pengguna (user ID)
dan Personal Identification Number (PIN)/Password akan dikirimkan melalui email
tersebut.
c. Melakukan pembuatan Kode billing dengan menginput setoran sesuai dengan
pembayaran yang dituju menggunakan user ID dan PIN.
d. Kode billing memiliki jangka waktu tertentu sejak diterbitkan dan setelah melewati
jangka waktu dimaksud secara otomatis terhapus dari sistem dan tidak dapat
dipergunakan lagi, tetapi satker masih dapat membuat kembali Kode Billing.
e. Melakukan pembayaran dengan menyampaikan Kode billing yang telah diperoleh
kepada Teller Bank/Pos atau memasukan Kode billing melalui mesin ATM/internet
banking yang disediakan Bank Persepsi yang ditunjuk.
f. Menerima Bukti Penerimaan Negara (BPN) atas pembayaran setoran melalui:
1) Teller (over the counter), diterbitkan dalam bentuk Dokumen BPN;
2) ATM, diterbitkan dalam bentuk struk ATM;
3) Internet banking, diterbitkan dalam bentuk dokumen elektronik yang dapat
dicetak oleh Wajib Pajak.
g. BPN tersebut termasuk cetakan, salinan dan fotokopinya kedudukannya disamakan
dengan SSP/SSBP/SSPB/SSPCP.

Konfirmasi Penerimaan Negara


1. Mekanisme Konfirmasi pada Satuan Kerja
Satker melakukan setoran penerimaan negara ke Bank/Pos Persepsi, kemudian satuan
kerja merekam data surat penerimaan negara yang akan dikonfirmasi pada Aplikasi
Konfirmasi dan Koreksi Penerimaan Negara (K2PN) yang meliputi perekaman data
sebagai berikut :
a. NTPN;
b. NTB/NTP;
c. Akun;
d. Nilai Setor,
Satker mencetak daftar surat setoran penerimaan negara yang akan dikonfirmasi dan
membuat ADK yang dihasilkan dari aplikasi konfirmasi dan koreksi penerimaan negara
(K2PN).

2. Waktu Konfirmasi
Waktu konfirmasi setoran penerimaan negara berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Setoran penerimaan negara yang disetor pada Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN,

51

dapat dikonfirmasi pada H+1 setelah Bank/Pos Persepsi menyampaikan Laporan


Hasil Penerimaan dan telah divalidasi oleh KPPN
b. Setoran penerimaan negara yang disetor pada Bank/Pos Persepsi bukan mitra kerja
KPPN, dapat dikonfirmasi pada H+2 setelah data Laporan Kas Posisi (LKP) KPPN
divalidasi oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
c. Setoran Penerimaan Negara yang disetor melalui sistem MPN-G2 dapat dikonfirmasi
di KPPN pada hari yang sama dengan hari penyetoran.

3. Konfirmasi PNBP
Pelaksanaan pembayaran yang dananya bersumber dari PNBP, bukti setor yang
digunakan sebagai lampiran SPM agar dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Satuan Kerja wajib melakukan konfirmasi terlebih dahulu atas SSBP yang menjadi
dasar pembayaran sebelum SPM diajukan ke KPPN.
b. Bukti konfirmasi menggunakan daftar hasil konfirmasi.
c. Untuk PNBP yang disetor secara terpusat pelaksanaan pembayaran dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku.

Permintaan konfirmasi setoran penerimaan negara oleh pihak


lain selain bendahara dilakukan dengan menyampaikan surat
permohonan konfirmasi kepada KPPN29.

Perbaikan Data Penerimaan Negara


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mengajukan surat permohonan perbaikan transaksi
penerimaan negara kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) mitra kerja
Bank/Pos Persepsi tempat Satker melaksanakan setoran. Pada saat mengajukan surat
permohonan perbaikan data transaksi penerimaan negara ke KPPN agar melampirkan :
1. Fotokopi SSBP/SSPB beserta Bukti Penerimaan Negara (BPN)/NTPN;
2. Daftar rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara;
3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).

Contoh Dokumen
Surat Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara. Lampiran XXIX
Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara. Lampiran XXX
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM). Lampiran XXXI

Dalam hal permohonan perbaikan transaksi penerimaan negara terkait dengan Uang
Persediaan (UP), KPA terlebih dahulu melakukan konfirmasi mengenai kebenaran jumlah
UP kepada KPPN c.q. Seksi Pencairan Dana mitra kerja30.
29 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013
30 Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-35/PB/2009

52

)SL( gnusgnaL narayabmeP


BAB VIII

PELAPORAN
KEUANGAN
[Akuntansi dan Pelaporan]
[Dokumen Sumber]
[Tugas dan Tanggung Jawab Pelaporan]
[Sistem Akuntansi Instansi]
[Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban]

53

Akuntansi dan Pelaporan


Kementerian/Lembaga menyusun Laporan Keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
atas penggunaaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat
menyusun laporan tersebut Kementerian/Lembaga membentuk unit-unit akuntansi dan
pelaporan atas pelaksanaan anggaran dan penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) sesuai
dengan tingkat organisasi. Unit Akuntansi dan Pelaporan yang ada pada setiap kementerian/
lembaga ialah :
a. Unit akuntansi dan pelaporan kuasa pengguna anggaran (UAPA)
b. Unit akuntansi dan pelaporan pembantu pengguna anggaran eselon (UPPA-E1)
c. Unit akuntansi dan keuangan pembantu anggaran wilayah (UPPA-W)
d. Unit akuntasi dan pelaporan kuasa pengguna anggaran (UAKPA)
Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Kementerian/Lembaga berdasarkan basis cash
toward acrual yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

1. Akuntansi Pendapatan
Berdasarkan basis Cash Toward Acrual (CTA) yang merupakan modifikasi dari basis kas,
pendapatan diakui saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi
pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan
pengeluaran). Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Pendapatan dibagi
menjadi Pendapatan Pajak, Pendapatan Negara Bukan Pajak, dan Hibah.

a. Pendapatan Perpajakan
Pendapatan perpajakan terdiri dari pendapatan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Pendapatan Pajak Penghasilan (4111xx)


Pendapatan pajak pertambahan nilai (41112xx)
Pendapatan Pajak Bumi Dan Bangunan (4113xx)
Pendapatan BPHTB (4114xx)
Pendapatan Cukai (4115xx)
Pendapatan Pajak Lainnya (4116xx)

b. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)


Berdasarkan PP no 22 tahun 1997, PNBP dibagi menjadi 2 (dua) bagian :
PNBP Umum. PNBP ini merupakan PNBP yang pelaksanaan pemungutannya ada
diseluruh kementerian Negara/Lembaga. PNBP ini terdiri dari :
a)
b)
c)
d)

54

Penerimaan kembali belanja TAYL (Tahun Anggaran yang Lalu)


Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara.
Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara.
Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (Jasa Giro)

e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan).
f) Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah
g) Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.
PNBP Khusus. Adalah PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan
oleh satu Kementerian Negara /Lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok
dan fungsi masing-masing kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. PNBP
khusus tidak boleh diterima oleh Kementerian Negara/Lembaga yang tidak berhak/
tidak terdapat dalam tugas pokok dan fungsinya. Berikut contoh PNBP khusus :
a) Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perimbangan Keuangan (015.06) memiliki
PNBP khusus pendapatan minyak bumi (421111), pendapatan bagian pemerintah
dan penjualan gas alam (421211), pendapatan laba BUMN perbankan (422121),
dan pendapatan laba BUMN non perbankan (422121).
b) Kementerian Agama memiliki PNBP khusus yaitu pendapatan jasa kantor
urusan agama (423147).

c. Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah dapat berasal dari hibah dalam negeri dan hibah luar negeri.
Pendapatan hibah terdapat di seluruh Kementerian Negara/Lembaga akan tetapi
yang melakukan pencatatan adalah Kementerian Keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai Bendahara Umum Negara. Pendapatan hibah harus dikaitkan dengan belanja
hibah yang ada di Kementerian Negara/Lembaga. Hibah dapat berupa barang, uang
maupun jasa.
Pada satu periode anggaran sering terjadi transaksi pengembalian pendapatan
yang telah diterima oleh negara. Atas pengembalian penerimaan negara tersebut
berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat mengatur pembukuannya sebagai
berikut :
Pengembalian atas pendapatan yang sifatnya normal dan berulang (recuring)
atas penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recuring) atas
penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
(tahun berjalan) dibukukan sebagai pengurang pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan
pendapatan dibukukan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut
Berdasarkan bagan akun standar tidak terdapat mata anggaran khusus untuk
pengembalian pendapatan, apabila terjadi pengembalian pendapatan maka

55

menggunakan mata anggaran yang sama pada saat melakukan membukukan


pendapatan.

Akuntansi Belanja
Berdasarkan basis cash toward acrual belanja diakui saat terjadi pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya
terjadi pada saat pertanggungajawaban atas pengeluaran tersebut disaat disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan (GUP/GUP nihil).
Belanja berdasarkan mata anggaranya dibedakan menjadi 8 (delapan) jenis, yaitu :
a. Belanja Pegawai (51)
b. Belanja Barang (52)
c. Belanja Modal (53)
d. Belanja Pembayaran Utang (54), hanya ada pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara
e. Belanja Subsidi (55), hanya ada pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara
f. Belanja Hibah (56)
g. Belanja Bantuan Sosial (57)
h. Belanja Lain-Lain (58)
Apabila dalam suatu periode anggaran terjadi pengembalian atas realisasi belanja, maka
dibukukan sebagai berikut :
Pengembalian belanja atas realisasi belanja pada tahun anggaran berjalan dibukukan
menggunakan mata anggaran yang sama dengan mata akun belanjanya (5xxxxx) dan
disajikan pada laporan realisasi belanja dan laporan pengembalian belanja.
Pengembalian belanja atas transaksi belanja tahun anggaran sebelumnya dibukukan
menggunakan akun pendapatan lain-lain (42391X) dan disajikan di laporan realisasi
pendapatan :
423911

Penerimaan kembali belanja pegawai pusat tahun anggaran


yang lalu (TAYL)

423912

Penerimaan kembali belanja pensiun TAYL

423913

Penerimaan kembali belanja lainnya TAYL

423916

Penerimaan kembali belanja swadana (PNBP) TAYL

Pengembalian uang persediaan menggunakan mata anggaran pengembalian uang


persediaan (815xxx). Pengembalian ini tidak memengaruhi laporan realisasi belanja, tetapi
mengurangi akun Kas Bendahara Pengeluaran di neraca. Pembukuan atas pengembalian
uang persediaan adalah :

56

815111

Pengembalian sisa Uang Persediaan (UP) tahun anggaran


berjalan yang telah dimintakan sumber dana rupiah murni
(RM)

815113

Pengembalian sisa Uang Persediaan (UP) tahun anggaran


berjalan yang telah dimintakan sumber dana swadana
(PNBP)

815511

Pengembalian sisa Tambahan Uang Persediaan (UP) tahun


anggaran berjalan yang telah dimintakan sumber dana
rupiah murni (RM)

815513

Pengembalian sisa Tambahan Uang Persediaan (UP) tahun


anggaran berjalan yang telah dimintakan sumber dana
swadana (PNBP)

815114

Pengembalian sisa Uang Persediaan tahun anggaran yang


lalu

815514

Pengembalian sisa Tambahan Uang Persediaan tahun


anggaran yang lalu

Dokumen Sumber
Dokumen Sumber adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi dengan transaksi
keuangan dan digunakan sebagai sumber atau bukti untuk menghasilkan data akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan. Dokumen sumber dalam sistem akuntansi keuangan
tingkat kuasa pengguna anggaran (KPA) meliputi :
1. Dokumen yang terkait dengan transaksi penerimaan, terdiri dari :
a. DIPA, DIPA Revisi, dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA
b. Realisasi pendapatan, antara lain : bukti penerimaan negara seperti SSBP, SSP,SSPCP
dan dokumen lain yang sah yang dipersamakan.
2. Dokumen yang terkait dengan transaksi pengeluaran yang terdiri dari :
a. DIPA, DIPA Revisi, Petunjuk Operasional Kegiatan dan dokumen lain yang
dipersamakan;
b. Realisasi pengeluaran: SPP,SPM dan SP2D, SP2HL dan SPHL (untuk hibah) dan
dokumen lain yang dipersamakan.
3. Memo penyesuaian yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal penyesuaian untuk
transaksi akrual dan jurnal aset.
4. Dokumen yang terkait transaksi piutang, antara lain kartu piutang, daftar rekapitulasi
piutang, dan daftar umur piutang.
5. Dokumen yang terkait dengan transaksi persediaan, antara lain kartu persediaan, buku
persediaan dan laporan persediaan.
6. Dokumen yang terkait transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP), antara lain kartu
KDP dan laporan KDP.

57

7. Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/


Lembaga Seperti Berita Acara Serah Terima Barang (BAST), Surat Keputusan (SK), SK
Penghentian dan/atau penggunaan kembali atas aset tetap/aset tak berwujud yang dalam
kondisi rusak berat, Laporan Hasil Opname Fisik (LHOF), dan lain sebagainya.

Tugas dan Tanggung Jawab Pelaporan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 9 bahwa
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya bertugas untuk menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 pasal 4 ayat 1
menyebutkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran merupakan jabatan
perbendaharaan yang secara fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa BUN dan secara
pribadi bertanggung jawab atas seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya dalam rangka
pelaksanaan APBN.
Pada pasal 38 ayat (1) menyatakan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluran
wajib menyusun LPJ setiap bulan atas uang/surat berharga yang dikelolanya. Laporan
pertanggungjawaban bendahara tersebut telah terlebih dahulu harus melalui proses
rekonsiliasi dengan UAKPA.

Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 Pasal 20 bahwa setiap
Kementerian Negara/Lembaga menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang
dilaksanakan secara berjenjang.

SAI terdiri dari 2 ( dua) subsistem yaitu :


1. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)
Sistem yang digunakan untuk menyusun pelaporan atas penggunaan dana/uang oleh
Kementerian Negara/Lembaga

2. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara


(SIMAK BMN)

Sistem Akuntansi Keuangan


SAK merupakan subsistem SAI yang digunakan untuk memproses transaksi anggaran dan
realisasinya, sehingga menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran.

58

SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Berdasarkan PMK Nomor: 171/
PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor: 233/PMK.05/2011 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah dan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor: PER-55/PB/2012 sebagaimana telah diubah dengan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor PER- 57/PB/2013 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga. Pelaporan keuangan pada Kementerian/Lembaga dilaksanakan dan
disusun secara berjenjang.

a. UAKPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada KPPN setiap bulan.
b. UAKPA menyampaikan laporan beserta ADK kepada UAKPA-W setiap bulan, semester I
dan tahunan.
c. UAKPA dengan kewengan Kantor Pusat (KP) menyampaikan laporan keuangan beserta
ADK kepada UAPPA-E1 setiap bulan, semester I dan tahunan.
d. Penyampaian laporan keuangan semester I dan Tahunan disertai dengan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
Terkait dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mendapatkan alokasi dana
Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP) maupun Urusan Bersama (UB) pelaporan
keuangan adalah sebagai berikut :
a. Penanggung jawab UAKPA DK/TP/UB adalah Kepala SKPD.
b. UAKPA DK/TP/UB memproses transaksi keuangan dan barang dengan menggunakan

59

sistem aplikasi terintegrasi untuk menghasilkan laporan tingkat UAKPA DK/TP/UB


c. UAKPA DK/TP/UB menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada KPPN setiap
bulan.
d. UAKPA DK/TP/UB menyampaikan laporan keuangan kepada UAPPA-W DK/TP/UB dan
UAPPA-E1 yang mengalokasikan dana DK/TP/UB setiap bulan, semester 1, dan Tahunan
e. Penyampaian laporan keuangan semester I dan tahunan disertai CaLK.

Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi
di atasnya (asas desentralisasi). Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan
oleh sistem akuntansi keuangan (SAK).
Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan
yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unitunit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan keuangan
kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja,
yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.

2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu. Suatu laporan neraca harus
memiliki nilai yang sesuai dengan persamaan Aset = Kewajiban + Ekuitas.

3. Laporan Operasional (Laporan pada basis akrual)


Laporan Operasional (LO) merupakan salah satu komponen pokok laporan keuangan
yang menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan. Disamping melaporkan kegiatan operasional,
LO juga melaporkan transaksi keuangan dari kegiatan non-operasional dan pos luar
biasa yang merupakan transaksi diluar tugas dan fungsi utama entitas.

4. Laporan Perubahan Ekuitas (Laporan pada basis akrual)


Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Contoh format laporan
perubahan ekuitas.

60

5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca. Catatan atas
Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Laporan
Keuangan yang meliputi penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional dan Laporan
Perubahan Ekuitas.

CaLK memberikan informasi kualitatif dan mengungkapkan kebijakan


serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan pengelolaan
keuangan negara. Selain itu, CaLK memberikan penjelasan atas segala
informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa
yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna Laporan
Keuangan Pemerintah.
CaLK pada dasarnya dimaksudkan agar laporan keuangan pemerintah dapat dipahami
secara menyeluruh oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca
tertentu ataupun pemerintah saja. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman
bagi pengguna maupun pembaca laporan keuangan pemerintah, dalam keadaan tertentu
masih dimungkinkan setiap entitas pelaporan (pemerintah) menambah atau mengubah
susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam CaLK, selama perubahan tersebut tidak
mengurangi ataupun menghilangkan substansi informasi yang harus disajikan.
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) disusun dan dilaporkan pada periode pelaporan
yang berakhir 30 Juni tahun anggaran berjalan dan pada periode pelaporan yang
berakhir 31 Desember tahun anggaran berjalan, dan disampaikan dalam satu kesatuan
dengan laporan keuangan.
CaLK setidaknya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;


b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama periode pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan keuangan
lainnya, seperti pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca.
f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya;
g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

61

Pembukuan dan Laporan Pertangggungjawaban


Bendahara
Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor 03/PB/2014 bendahara wajib
menyelenggarakan pembukuan dan menyusun laporan pertanggungjawaban bendahara
atas seluruh penerimaan dan pengeluaran uang/surat berharga yang dilakukan pada satker
termasuk hibah dan bantuan sosial. Pembukuan tersebut terdiri dari Buku Kas Umum (BKU),
buku pembantu dan buku pengawasan anggaran.
Pembukuan bendahara menghasilkan laporan yang menyajikan keadaan kas dan realisasi
atas uang/surat berharga yang dikelola oleh bendahara. Laporan ini merupakan salah satu
alat yang sangat berguna untuk pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari bagi pimpinan
sekaligus sebagai pembanding akun kas di bendahara pengeluaran pada laporan keuangan.
Laporan yang dihasilkan oleh UAKPA dan bendahara pengeluaran/penerimaan pada
dasarnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
No.

URAIAN

LAPORAN UAKPA

LAPORAN BENDAHARA

1.

Kuitansi
pembayaran dengan
uang persediaan
(UP) yang belum
disahkan/belum diSPM/SP2D-kan.

Belum dianggap sebagai realisasi


yang mengurangi pagu anggaran
dalam DIPA.

Sudah dianggap sebagai realisasi


yang mengurangi pagu anggaran
dalam DIPA

2.

Kas di bendahara
pengeluaran

Terbatas pada saldo UP

Mencakup seluruh kas yang ada


pada bendahara, meliputi :
- Kas yang bersumber dari UP;
- Kas yang bersumber dari SPM
LS bendahara;
- Kas dari potongan/ pungutan
pajak dan bukan pajak yang
dilakukan oleh bendahara; dan
- Kas dari sumber lainnya

3.

Surat Bukti Setor


(SBS)

Belum dianggap sebagai realisasi


yang mengurangi target anggaran
penerimaan dalam DIPA.

Sudah dianggap sebagai realisasi


yang mengurangi target anggaran
penerimaan dalam DIPA.

4.

Kas di bendahara
penerimaan

Tercatat sebesar uang yang sudah


menjadi hak Negara yang belum
disetor ke Kas Negara.

Tercatat sebesar uang yang sudah


menjadi hak Negara yang belum
disetor ke Kas Negara dan uang
lain yang dikelola oleh bendahara
penerimaan.

62

Sehubungan dengan perbedaan tersebut di atas, Kuasa Pengguna Anggaran wajib melakukan
rekonsiliasi internal antara laporan yang dihasilkan bendahara dengan laporan yang
dihasilkan UAKPA, sebelum/pada saat laporan pertanggungjawaban bendahara disusun.
Pembukuan bendahara dilakukan atas seluruh aktivitas transaksi keuangan yang ada.
Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor 03/PB/2014 aktivitas transaksi bendahara
dibagi menjadi :

1. Aktivitas penerbitan SPM UP/TUP


SPM yang telah diterbitkan SP2Dnya merupakan dokumen sumber. Atas transkasi ini
bendahara membukukan sebesar bruto di sisi debet dan sebesar nilai potongan di sisi
kredit jika ada, Pada Buku Pembantu Kas dan Pembantu UP dibukukan sebesar nilai
netto di sisi debet.

2. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari UP


Bendahara membukukkan sebesar nilai bruto di sisi kredit pada BKU,Buku Pembantu
Kas dan Buku Pembantu UP dan dicatat pada buku pengawasan anggaran sesuai akun
terkait.

3. Aktivitas pembayaran atas uang yang bersumber dari SPM-LS


bendahara
Bendahara membukukan sebesar nilai bruto di sisi debet pada BKU dan buku pengawasan
anggaran. Dibukukan sebesar nilai potongan di sisi kredit pada BKU dan dibukukan
sebesar nilai netto di sisi debet pada Buku Pembantu Kas dan Buku Pembantu LS
Bendahara. Terkait jika ada transaksi LS Pihak ketiga,bendahara tidak perlu melakukan
transaksi tersebut hanya cukup mengisikannya pada Buku Pengawasan Anggaran.

4. Pemberian uang muka (voucher)


Bendahara pengeluaran dapat memberikan uang muka untuk perjalanan dinas dari UP
kepada para pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas dalam negeri. Bendahara
juga dapat memberikan uang muka kerja atas permintaan KPA/PPK berdasarkan sura
perintah bayar (SPBy) yang dilampiri dengan : rencana pelaksanaan kegiatan, kebutuhan
dana dan batas waktu penggunaan uang muka kerja. Atas aktivitas ini bendahara
membukukan di sisi debet dan kredit (in-out) pada BKU, kredit pada buku pembantu kas
dan di sisi deber pada Buku Pembantu Uang Muka. Pada saat penghitungan rampung
bukti pengeluaran uang muka kerja dibukukan di sisi kredit pada BKU, Buku Pembantu
Uang Muka, Buku Pembantu UP, dan dicatat sebagai pengurang pagu pada kolom kode
akun berkenaan pada Buku Pengawasan Anggaran.

5. Aktivitas Kas Lainnya


Bendahara bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang/surat berharga yang
ia kelola. Dalam rangka pengelolaan kas bendahara, Kuasa Pengguna Anggaran atau
Pejabat Pembuat Komitmen atas nama KPA melakukan pemeriksaan kas bendahara

63

yang hasil akan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas. KPA/PPK atas nama
KPA dalam pemeriksaan tersebut memastikan jumlah uang tunai yang berasal dari UP/
TUP di brankas bendahara pengeluaran pada akhir jam kerja maksimal Rp50.000.000,.
Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada Kas Bendahara
Pengeluaran/BPP lebih dari Rp50.000.000,-, bendahara pengeluaran membuat Berita
Acara yang ditandatangani oleh bendahara pengeluaran/PPK atas nama KPA. (Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 03/PB/2014 pasal 7)
Bendahara menyusun laporan pertanggungjawaban bendahara berdasarkan BKU, buku
pembantu dan buku pengawasan anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh
KPA/PPK atas nama KPA. Laporan pertanggungjawaban bendahara disampaikan ke
KPPN setiap bulannya dengan dilampiri :
-
-
-
-
-

Daftar rincian saldo rekening yang dikelola bendahara penerimaan/pengeluaran;


Rekening Koran;
Berita acara pemeriksaan kas dan rekonsiliasi
Konfirmasi penerimaan Negara yang diterbitkan oleh KPPN.
Berita Acara Keadaan Kas (Jika uang tunai di brankas yang berasal dari UP/TUP
lebih dari Rp50.000.000).

Laporan pertanggungjawaban tersebut paling lambat disampaikan tanggal 10 bulan


berikutnya. Apabila tanggal 10 merupakan hari libur, batas waktu terakhir penyampaian
LPJ Bendahara adalah tanggal hari kerja sebelumnya.

6. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.05/2013
tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup
Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga ialah proses pencocokan
data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda
berdasarkan dokumen sumber yang sama. Pada pasal (3) disebutkan laporan keuangan
yang disusun oleh UAKPA wajib dilakukan rekonsiliasi sebelum disampaikan kepada
unit akuntansi diatasnya untuk tujuan penggabungan. Rekonsiliasi antara data Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) dari satker dengan Sistem Akuntansi Umum (SAU) dari KPPN
meliputi : rekonsiliasi DIPA, rekonsiliasi LRA dan rekonsiliasi neraca terkait pos Kas di
Bendahara Pengeluaran, Kas Lainnya dan Setara Kas yang berasal dari Hibah Langsung.

Tujuan dari rekonsiliasi ialah untuk meminimalisasi terjadinya


perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi
data yang disajikan dalam laporan keuangan.
Dalam hal terjadi perbedaan data, rekonsiliasi dapat mendeteksi dan mengetahui
penyebab-penyebab terjadinya perbedaan. Rekonsiliasi pada Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Instansi dibagi 2 (dua) macam yaitu :
Rekonsiliasi internal. Rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan keuangan yang
dilaksanakan antar subsistem pada masing-masing Unit Akuntansi Pelaporan dan/atau

64

antar Unit Akuntansi dan Pelaporan yang masih dalam satu entitas pelaporan, misal
antara UAKPA dan UAKPB.
Rekonsiliasi Eksternal. Rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan keuangan yang
dilaksanakan antara Unit Akuntansi dan Pelaporan yang satu dengan Unit Akuntasi
dan Pelaporan yang lain atau pihak lain yang terkait, tidak dalam satu entitas pelaporan,
misalnya rekonsiliasi antara UAKPA dengan UAKBUN-Daerah.

Proses rekonsiliasi antara data SAI dengan SAU ialah dengan penyampaian Arsip Data
Komputer (ADK) dari satker yang dihasilkan dari aplikasi yang UAKPA yang akan
diterima dan dibandingkan dengan data yang ada pada aplikasi UAKBUN.
Hasil dari rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang
ditandatangani oleh pejabat penanggung jawab rekonsiliasi atas nama Kuasa Pengguana
Anggaran pada pihak satuan kerja dan ditandatangani oleh kepala seksi yang menangani
akuntansi pada KPPN atas nama Kuasa Bendahara Umum Negara. BAR disampaikan ke
KPPN beserta laporan keuangan dari UAKPA (LRA dan Neraca).

Proses sejak rekonsiliasi sampai dengan ditandatanganinya Berita


Acara Rekonsiliasi setiap bulannya paling lambat adalah tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya. Dalam hal tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada
hari libur, rekonsiliasi paling lambat pada hari kerja sebelumnya.
7. Sanksi Administrasi
Berdasarkan PMK No 210/PMK.05/2013 bagi Satuan Kerja yang terlambat melakukan
rekonsiliasi dan menyampaikan laporan keuangan (tanggal 10 bulan berikutnya) akan
dikenakan sanksi administratif yaitu dengan diterbitkannya Surat Pemberitahuan
Pengenaan Sanksi (SP2S). Sanksi administratif tersebut ialah berupa pengembalian
SPM yang telah diajukan oleh KPA/Satuan kerja. Pengembalian SPM yang diajukan
dikecualikan terhadap SPM LS Belanja Pegawai, SPM LS kepada pihak ketiga dan SPM
Pengembalian.
Pengenaan sanksi administratif tersebut tidak menghilangkan kewajiban bagi satker
untuk melakukan rekonsiliasi dan penyampaian laporan keuangan. Dalam hal
UAKPA telah melakukan rekonsiliasi dengan KPPN setelah dikenakan sanksi, KPPN
menerbitkan Surat Pemberitahuan Pencabutan Pengenaan sanksi (SP3S) bersamaan
dengan penerbitan berita acara rekonsiliasi.

65

)SL( gnusgnaL narayabmeP

LAMPIRAN

66

Lampiran Ia

67

Lampiran Ib

68

Lampiran IIa

69

Lampiran IIb

70

Lampiran III

71

Lampiran IV

72

Lampiran V

73

Lampiran VI

74

Lampiran VII

75

Lampiran VIII

76

Lampiran IX

77

Lampiran IX

78

Lampiran X

79

Lampiran X

80

Lampiran XI

81

Lampiran XI

82

Lampiran XII

83

Lampiran XII

84

Lampiran XIII

85

Lampiran XIII

86

Lampiran XIII

87

Lampiran XIII

88

Lampiran XIV

89

Lampiran XIV

90

Lampiran XV

91

Lampiran XVI

92

Lampiran XVII

93

Lampiran XVIII

94

Lampiran XIX

95

Lampiran XX

96

Lampiran XXI

97

Lampiran XXII

98

Lampiran XXIII

99

Lampiran XXIV

100

Lampiran XXV

101

Lampiran XXVI

102

Lampiran XXVII

103

Lampiran XXVIII

104

Lampiran XXIX

105

Lampiran XXX

106

Lampiran XXXI

107

108

Anda mungkin juga menyukai