DANA APBN
EDISI I
MERAUKE 2014
[Penanggung Jawab] Drs. Nurwedi Tjahjono - Kepala KPPN Merauke | [Editor] Ana Kusmana,
S.IP., M.M. | [Koordinator] M. Insan Salampessy, S.E. | [Kontributor] M. Insan Salampessy, S.E.,
Didik Prasetiyo, A.Md., Maruf Hidayat, A.Md., Hairum Rijal, A.Md. | [Tenaga Pengkaji dari
Universitas Musamus] Drs. Lay Riwu, S.Pd., M.Hum., Ruloff Fabian Yohanes Waas, S.H., M.H. |
[Design Grafis] Bayu Candra Setiawan, A.Md.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas selesainya penyusunan Buku
ini. Buku ini disusun secara praktis berdasarkan peraturan-peraturan perbendaharaan yang
berlaku saat ini dengan tujuan utama agar dapat memberikan petunjuk dengan mudah bagi
satuan-satuan kerja dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan dana APBN. Selain itu
buku ini juga disusun dengan tujuan agar dapat terjadi persamaan persepsi dalam memahami
peraturan perbendaharaan terkait dengan proses pencairan dan pertanggungjawaban dana
APBN, baik persamaan persepsi antara pegawai KPPN dengan pihak Satuan Kerja maupun
antara sesama pegawai KPPN sendiri.
Dengan selesainya penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih khususnya kepada
Universitas Musamus yang telah bersedia membantu melakukan pembahasan dengan
melibatkan ahli bahasa dan ahli hukum, serta pihak-pihak lainnya yang telah turut
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan senatiasa kami nantikan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara yang mengamanatkan pemisahan kewenangan
antara Chief Operational Officer (COO) yang dipegang oleh menteri teknis dan Chief
Financial Officer (CFO) yang dipegang oleh Kementerian Keuangan mensyaratkan adanya
peran COO sebagai mitra sejajar CFO dalam kapasitas COO selaku Pengguna Anggaran.
Disisi lain perkembangan dan dinamika pengelolaan keuangan negara yang kian cepat
menuntut kemampuan kementerian teknis dalam kapasitasnya selaku Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran beserta seluruh jajaran pejabat pengelola perbendaharaan di
kementerian negara/lembaga untuk mengikuti perkembangan pengelolaan keuangan negara
tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa kementerian negara/lembaga masih sangat
membutuhkan peran Kementerian Keuangan khususnya Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam rangka pelaksanaan tugastugas kebendaharaan pada kementerian negara/lembaga/satuan kerja demi terwujudnya
pengelolaan keuangan negara yang profesional, transparan dan akuntabel. Dalam rangka
peningkatan pelayanan dan untuk memudahkan satuan kerja, KPPN Merauke berupaya
membuat buku panduan praktis pengelolaan dan pertanggungjawaban APBN.
Buku panduan praktis ini dirangkum atas berbagai peraturan yang dipergunakan berkaitan
dengan pengeluaran APBN yang dibayar melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Merauke. Buku ini disusun secara praktis dan sederhana agar mudah untuk dipahami dan
diterapkan dalam pengajuan pencairan dana ke KPPN.
Semoga buku panduan praktis ini dapat bermanfaat khususnya bagi seluruh satuan kerja
di wilayah kerja KPPN Merauke dalam rangka mewujudkan DJPBN sebagai pengelola
perbendaharaan yang unggul di tingkat dunia sesuai dengan Visi Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar | i
Pendahuluan | ii
Daftar Isi | iii
Daftar Lampiran | v
Bab I
Bab II
Data Kontrak | 7
Bab III
Belanja Pegawai
Gaji Induk | 9
Gaji Susulan | 11
Kekurangan Gaji | 12
Belanja Pegawai Non Gaji | 16
Tunjangan Kinerja | 19
Uang Lembur | 20
Uang Makan | 21
Belanja Vakasi | 22
Bab IV
iii
BAB V
BAB VI
Bab VII
Penerimaan Negara
Waktu Konfirmasi | 44
Konfirmasi PNBP | 52
Bab VIII
Akuntansi Pendapatan | 54
Akuntansi Belanja | 56
Dokumen Sumber | 57
Tugas dan Tanggung Jawab Pelaporan | 58
Sistem Akuntansi Instansi - Sistem Akuntansi Keuangan | 58
Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ Bendahara) | 62
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ia
Lampiran Ib
Lampiran IIa
Lampiran IIb
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Lampiran IX
Lampiran X
Lampiran XI
Lampiran XII
Lampiran XIII
Lampiran XIV
Lampiran XV
Lampiran XVI
Lampiran XVII
Lampiran XVIII
Lampiran XIX
Lampiran XX
Lampiran XXI
SP2HL | 97
Lampiran XXII
SPTMHL | 98
Lampiran XXIII
SPTJM | 99
Lampiran XXIV
Lampiran XXV
Negara | 101
Lampiran XXVI
Lampiran XXVII
Lampiran XXVIII
Lampiran XXIX
Lampiran XXX
Lampiran XXXI
vi
Bab I
PERSYARATAN
ADMINISTRASI AWAL
TAHUN ANGGARAN
[Pembukaan Rekening Pemerintah]
[Pengajuan Pejabat/Pengelola Anggaran Ke KPPN]
[Penerapan Tanda Tangan Elektronik Pada ADK SPM]
[Penunjukan Petugas Pengantar SPM Dan Pengambilan SP2D]
Contoh Dokumen:
Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening. Lampiran-Ia
Surat Pernyataan Penggunaan Rekening. Lampiran-Ib
1 Pasal 4 dan 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.
2 Pasal 2 dan 4 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-35/PB/2007
3 Pasal 5 dan 6 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.
baru langsung menjabat sebagai KPA. Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat atau
pegawai yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai Pejabat Perbendaharaan Negara,
dimungkinkan perangkapan fungsi Pejabat Perbendaharaan Negara dengan memperhatikan
pelaksanaan prinsip saling uji (check and balance). Perangkapan jabatan yang dimaksud dapat
dilaksanakan melalui perangkapan jabatan KPA sebagai PPK atau PPSPM.
KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan. Penetapan PPK dan PPSPM tidak
terikat periode tahun anggaran. Apabila tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan
sebagai PPK atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK dan
PPSPM tahun yang lalu masih tetap berlaku. Apabila PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/
pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara,
KPA menetapkan kembali PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan dan surat
keputusan tersebut berlaku sejak serah terima jabatan dilakukan. Jika ada pergantian
pejabat perbendaharaan maka KPA menyampaikan surat keputusan kepada Kepala
KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan dan cap/stempel. Apabila tidak
ada pergantian pejabat perbendaharaan maka setiap awal tahun anggaran, KPA cukup
menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN bahwa tidak terdapat penggantian
pejabat perbendaharaan4.
Contoh Dokumen :
Surat Spesimen Tandatangan. Lampiran IIa dan IIb
Surat Pemberitahuan tidak ada perubahan Pejabat Pengelolah Anggaran. Lampiran : III
elektronik pada ADK SPM dengan menggunakan Aplikasi Injeksi PIN PPSPM. PPSPM
memasukkan Personal Identification Number (PIN) sebagai tanda tangan elektronik pada
ADK SPM yang akan dikenakan dan diverifikasi autentikasinya oleh sistem pada KPPN.
Registrasi PIN PPSPM dilakukan di KPPN dengan mengisi formulir pendaftaran serta
menyertakan :
a. Fotokopi KTP;
b. Fotokopi Surat Keputusan Pengangkatan sebagai PPSPM; dan
c. Satu lembar materai Rp. 6.000,-.
Apabila nomor PIN PPSPM tidak dapat digunakan, maka PPSPM harus melakukan
registrasi ulang pada KPPN yang disertai dengan mengajukan surat permintaan
penonaktifan atas PIN PPSPM yang telah diregistrasi sebelumnya6.
Contoh Dokumen :
Formulir Pendaftaran PIN PPSPM Awal. Lampiran IV
Formulir Perubahan Data PIN PPSPM. Lampiran V
Formulir Penonaktifan PIN PPSPM. oleh PPSPM Lampiran VI
Formulir Penonaktifan PIN PPSPM. oleh KPA Lampiran VII
6 Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-19/PB/2012 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Tanda
Tangan Elektronik Pada ADK SPM
Contoh Dokumen :
Formulir Pengajuan KIPS. Lampiran VIII dan IIb
7 Pasal 59 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
8 Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-41/PB/2011 tentang Perubahan Perdirjen
Perbendaharaan nomor PER-57/PB/2010 tentang Tata Cara Penerbitan SPM dan SP2D
Bab II
DATA KONTRAK
DAN RENCANA
PENARIKAN DANA
[Data Kontrak]
[Perekaman Rencana Penarikan Dana]
Data Kontrak
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mencatat perjanjian/kontrak yang telah ditandatangani ke
dalam Aplikasi SPM. Pencatatan perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud paling kurang
meliputi data sebagai berikut :
1. nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan
akun yang digunakan;
2. nomor Surat Pengesahan DIPA dan tanggal DIPA;
3. nomor, tanggal dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;
4. uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
5. data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain
nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening
penerima pembayaran;
6. jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila
dipersyaratkan;
7. ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
8. addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/
kontrak tersebut; dan
9. cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
a. sekaligus (nilai ... rencana bulan ...); atau
b. secara bertahap (nilai ... rencana bulan ...).
Selanjutnya ADK data kontrak tersebut disampaikan ke KPPN paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak.
9 Surat Direktur Pengelolaan Kas Negara no S-690/PB.3/2014 tanggal 4 Februari 2014 hal Penerapan Perencanaan Kas G2.
Bab III
BELANJA PEGAWAI
[Belanja Pegawai Gaji]
[Belanja Pegawai Non Gaji]
[Belanja Pegawai Lainnya]
1. Gaji Induk
Gaji induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanan kepada Pegawai Negeri yang
telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuan
perundang-undangan pada Satker yang meliputi gaji pokok dan tunjangan yang melekat
pada gaji.
Komponen gaji pegawai negeri meliputi: gaji pokok, tunjangan istri/suami, tunjangan
anak, tunjangan pangan/beras, tunjangan umum/lauk pauk, tunjangan struktural/
fungsional, tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, tunjangan khusus
Papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan khusus polisi wanita,
tunjangan petugas polmas/babinkamtibmas, tunjangan khusus wilayah pulau-pulau
kecil terluar dan/atau wilayah perbatasan, tunjangan lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, tunjangan pembulatan, tunjangan khusus pajak, dan tunjangan
kemahalan.
10 Pasal 38 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
11 Pasal 83 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.
pembayaran12. Jika tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,
penyampaian SPM-LS untuk pembayaran Gaji Induk ke KPPN dilakukan paling lambat
pada hari kerja sebelum tanggal 15.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Gaji Induk berupa:
a. SPM-LS Gaji Induk
b. Rekapitulasi Daftar Gaji Induk,
c. Halaman Luar Daftar Gaji Induk, yang sudah ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Perubahan data pegawai negeri yang ditandatangani PPSPM;
e. Daftar Perubahan Potongan;
f. Daftar Lampiran Penerimaan Gaji Bersih pegawai negeri untuk pembayaran gaji
yang dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai negeri;
g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
h. DO Beras jika beras dibayarkan dalam bentuk beras;
i. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
j. ADK SPM LS Gaji Induk;
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung perubahan data anggota yang telah dilegalisasi
oleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK) terkait
dengan pengangkatan Calon Pegawai Anggota TNI, SK Anggota TNI, SK Kenaikan
Pangkat, Surat Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Anggota TNI, SK
Menduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Surat atau Akta terkait
dengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan, Surat Keterangan Penghentian
Pembayaran (SKPP), dan surat keputusan yang mengakibatkan penurunan gaji sesuai
peruntukannya;
12 Pasal 59 Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
10
2. Gaji Susulan
Gaji susulan adalah gaji pegawai negeri yang belum dibayarkan untuk satu bulan atau
lebih karena pembayaran gajinya tidak dilakukan tepat pada waktu pegawai negeri yang
bersangkutan melaksanakan tugas pada suatu tempat. Komponen gaji susulan meliputi
seluruh komponen belanja pegawai negeri sebagaimana termuat dalam gaji induk. Gaji
susulan dibuat dalam daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk.
11
3. Kekurangan Gaji
Yang dimaksud dengan kekurangan gaji adalah kekurangan pembayaran gaji seseorang
pegawai negeri karena adanya kenaikan besaran komponen gaji, sedangkan pembayaran
gajinya atas dasar kenaikan besaran komponen gaji tersebut tidak dilaksanakan tepat
waktunya sesuai dengan berlakunya perubahan besaran komponen penghasilan
tersebut.
Kenaikan besaran komponen gaji ditetapkan dengan surat penetapan/keputusan seperti
kenaikan pangkat, gaji berkala, penyesuaian harga beras, dan lain-lain. Kekurangan gaji
disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk yang berisi pegawai negeri
yang berhak atas pembayaran kekurangan gaji pada satuan kerja bersangkutan dengan
perhitungan selisih antara penghasilan yang seharusnya diterima dengan penghasilan
yang telah dibayarkan.
Kekurangan gaji dibayarkan paling cepat bersamaan dengan gaji induk berdasarkan
kenaikan besaran komponen gaji tersebut. Dalam hal tunjangan pangan diberikan dalam
bentuk natura, maka pada kekurangan gaji tunjangan pangannya diberikan dalam
bentuk uang. Pembayaran kekurangan gaji dilaksanakan secara giral yang ditujukan
kepada pegawai yang bersangkutan atau melalui rekening bendahara pengeluaran.
Pembayaran kekurangan gaji juga berlaku untuk Uang Duka Wafat, Gaji Terusan dan
Gaji Bulan Ketigabelas.
12
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Kekurangan Gaji
berupa :
a. SPM-LS Kekurangan Gaji
b. Rekapitulasi Daftar Kekurangan Gaji,
c. Halaman Luar Daftar Kekurangan Gaji, yang sudah ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. Daftar Perubahan data pegawai negeri yang ditandatangani PPSPM;
e. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) Pasal 21.
f. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
g. ADK SPM LS Kekurangan Gaji;
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Kekurangan Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung perubahan data anggota yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satker/pejabat yang berwenang meliputi SK terkait dengan pengangkatan
sebagai Calon Anggota/Anggota TNI, SK Kenaikan Pangkat, Surat Keputusan/
Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK Mutasi Mutasi, SK terkait dengan jabatan,
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas sesuai peruntukannya;
13
Persekot gaji hanya bersifat pinjaman, karena itu tidak mutlak diberikan kepada setiap
pegawai negeri negeri yang pindah karena kepentingan dinas.
Pemberian uang muka/Persekot gaji didasarkan atas permintaan pegawai negeri yang
pindah. Uang muka/Persekot gaji diberikan sebesar 1 (satu) bulan gaji untuk pegawai
negeri yang tidak kawin atau 2 (dua) bulan gaji bagi pegawai negeri yang kawin, tanpa
tunjangan beras dan tunjangan jabatan serta tanpa potongan.
Pengembalian uang muka/persekot gaji untuk pegawai negeri yang tidak kawin diangsur
setiap bulan paling lama 8 (delapan) bulan dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan
berikutnya, sedangkan untuk pegawai negeri yang kawin diangsur setiap bulan paling
lama 20 (dua puluh) bulan dari jumlah persekot gaji terhitung mulai bulan berikutnya.
Uang muka/Persekot gaji tidak diberikan kepada pegawai negeri yang pindah atas
permintaan sendiri. Mekanisme pemotongan pengembalian persekot gaji dilakukan
melalui aplikasi GPP/BPP di tempat yang baru.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Uang Muka Gaji/
Persekot Gaji berupa :
a. SPM-LS Uang Muka Gaji/Persekot Gaji;
b. Rekapitulasi Daftar Uang Muka/Persekot Gaji;
c. Halaman Luar Daftar Uang Muka/Persekot Gaji, yang sudah ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
e. ADK SPM Uang Muka Gaji/Persekot Gaji.
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang
berwenang berupa SK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang Muka Gaji, dan Surat
Keterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluarga.
14
15
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas;
b. SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabat yang berwenang;
c. Surat Keterangan dan Permintaan Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat/Tewas;
d. Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atau Rumah Sakit;
16
apabila tanggal 1 adalah hari libur dan diajukan bersamaan gaji induk. Gaji terusan
dibayarkan pada bulan berikutnya sejak suami/istri dari janda/duda tersebut meninggal
dunia. Daftar gaji terusan disusun dalam suatu daftar tersendiri/terpisah dari gaji induk
yang berisi pegawai negeri yang berhak atas pembayaran gaji terusan pada satuan kerja
dengan tambahan penjelasan :
a. Pada baris nama pegawai negeri yang dimintakan gaji terusan supaya diberi catatan
Meninggal dunia tanggal...;
b. Dalam lajur tanda tangan supaya dicantumkan nama lengkap ahli waris yang
menerima terusan penghasilan.
Gaji terusan tidak dikenakan potongan iuran wajib 10% tetapi dikenakan iuran wajib
asuransi kesehatan sebesar 2%, terusan penghasilan belanja pegawai negeri tidak
dibayarkan apabila tidak ada keluarga pegawai negeri yang berhak memperoleh
pensiun janda/duda/ahli waris dan pembayaran gaji terusan harus dihentikan setelah
masa pembayarannya selesai walaupun surat keputusan pensiunan janda/duda belum
diterima.
Apabila terdapat keterlanjuran pemotongan iuran wajib sebesar 10% maka terhadap
kelebihan potongan sebesar 8% harus dikembalikan kepada janda/duda yang
bersangkutan oleh PT. Taspen (Persero). Kelebihan potongan iuran wajib harus
dicantumkan dalam SKPP Pensiun.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-LS Terusan Penghasilan
Gaji berupa :
a. SPM-LS Terusan Penghasilan Gaji;
b. Rekapitulasi Daftar Terusan Penghasilan Gaji;
c. Halaman Luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji, yang sudah ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
d. ADK BPP/GPP terkait dengan perubahan data pegawai;
e. ADK SPM Terusan Penghasilan Gaji.
Untuk Satker yang belum melakukan pengalihan gaji (Satker Kementerian Pertahanan),
penyampaian dokumen SPM-LS Gaji Induk ditambah dengan:
a. Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji;
b. Fotokopi dokumen pendukung yang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabat yang
berwenang berupa Surat Keterangan Kematian dari Camat atau Visum Rumah Sakit
untuk pembayaran pertama kali.
17
Rekening
Bank/Pos
Uraian
18
SPM-LS;
SSP PPh Pasal 21.
ADK SPM;
Daftar Nominatif untuk yang lebih dari satu penerima dan langsung ke rekening
pegawai.
1. Tunjangan Kinerja
Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang diberikan kepada pegawai negeri yang
merupakan fungsi dari keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi dan didasarkan
pada capaian kinerja pegawai negeri tersebut yang sejalan dengan capaian kinerja
organisasi dimana pegawai negeri tersebut bekerja. Oleh karena itu tunjangan kinerja
individu pegawai negeri dapat meningkat atau menurun sejalan dengan peningkatan
atau penurunan kinerja yang diukur berdasarkan Indikator Kinerja Utama Instansi,
jabatan/kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang pegawai negeri dalam suatu satuan organisasi negara.
Nilai jabatan adalah akumulasi poin faktor evaluasi jabatan struktur maupun jabatan
fungsional yang digunakan untuk menentukan kelas jabatan, tingkatan jabatan
struktural maupun jabatan fungsional dalam satuan organisasi negara yang digunakan
sebagai dasar pemberian besaran tunjangan kinerja. Sedangkan evaluasi merupakan
suatu proses untuk menilai suatu jabatan secara sistematis dengan menggunakan
kriteria-kriteria yang disebutkan sebagai faktor jabatan terhadap informasi faktor
jabatan untuk menentukan nilai jabatan dan kelas jabatan.
: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Kinerja Bulan... untuk ...Pegawai negeri
sesuai SK No...Tgl. ...
19
Bank/Pos
Uraian
2. Uang Lembur
Yang dimaksud dengan Lembur adalah segala pekerjaan yang harus dilakukan oleh
Pegawai Negeri Sipil pada waktu-waktu tertentu di luar waktu kerja sebagaimana telah
ditetapkan bagi tiap-tiap Instansi dan Kantor Pemerintah. Uang lembur diberikan dalam
rangka meningkatkan gairah kerja dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pekerjaan di
luar jam kerja. Ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Lembur antara lain:
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur jika diperlukan
untuk kepentingan Dinas;
b. Perintah melakukan Kerja Lembur dikeluarkan oleh Kepala Kantor/Satuan Kerja
dalam bentuk Surat Perintah Kerja Lembur;
c. Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur paling sedikit 1 (satu) jam penuh
dapat diberikan uang lembur;
d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi pegawai
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan;
e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja sebesar 200% (dua ratus persen) dari
besarnya uang lembur;
f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya;
g. Permintaan pembayaran uang lembur dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus;
h. Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur sekurang-kurangnya 2 (dua)
jam berturut-turut diberikan uang makan lembur yang besarnya ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan;
i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih, uang makan
lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan.
20
3. Uang Makan
Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tarif
dan dihitung secara harian untuk keperluan makan siang Pegawai Negeri Sipil. Uang
makan diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil selain
diberikan gaji dan tunjangan lainnya.
Uang makan dibayarkan setiap 1 (satu) bulan yang pembayarannya dilakukan pada awal
bulan berikutnya, dikecualikan untuk uang makan bulan Desember dapat dibayarkan
pada bulan berkenaan. Permintaan uang makan dapat diajukan untuk beberapa bulan
sekaligus dan pembayarannya dapat dilakukan melalui rekening Bendahara Pengeluaran
atau ke rekening masing-masing15.
Ketentuan yang menyangkut pembayaran Uang Makan antara lain:
a. Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada hari kerja yang ditetapkan diberikan Uang
Makan;
b. Uang Makan diberikan berdasarkan kehadiran PNS di kantor pada hari jam kerja
dalam 1 (satu) bulan;
c. Permintaan pembayaran uang makan dapat diajukan untuk beberapa bulan sekaligus;
d. Uang Makan tidak diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak hadir pada hari
kerja karena sedang menjalankan perjalanan dinas, cuti, tugas belajar, dan sebabsebab lain yang mengakibatkan PNS tidak hadir kerja.
: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Uang Makan Bulan ... untuk ... pegawai
15 Peraturan Menteri Keuangan nomor 110/PMK.05/2010 tentang Pemberian dan Tata Cara Pembayaran Uang Makan Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
21
SPM-LS;
SSP PPh Pasal 21;
ADK SPM;
Daftar Nominatif untuk pembayaran yang langsung ke rekening pegawai dan lebih
dari 1 (satu) penerima.
1. Belanja Honorarium
Honorarium Guru/Dosen Tidak Tetap adalah tunjangan jasa yang diberikan kepada
Pengajar/Guru/Dosen yang memberikan pelajaran pada suatu Sekolah/Perguruan/
Fakultas di luar tugas pokoknya dimana dalam memberikan pelajaran tersebut diangkat
dan ditunjuk dengan surat keputusan oleh instansi bersangkutan menurut ketentuan
yang berlaku dan dalam waktu tertentu.
22
16 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 164/PMK.05/2010
23
: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Profesi Guru/Dosen Bulan... Untuk ... pegawai
Tunjangan Khusus. Tunjangan ini diberikan kepada guru dan dosen yang ditugaskan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagai kompensasi atas kesulitan hidup
yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pembayaran tunjangan khusus adalah
sebagai berikut :
1) Pembayaran tunjangan khusus tidak boleh melampaui pagu anggaran yang tersedia
dalam DIPA.
2) Tunjangan khusus bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
jabatan fungsional dan Dosen yang ditugaskan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah di Daerah Khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan diberikan
setiap bulan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
3) Tunjangan khusus bagi Guru dan Dosen bukan Pegawai Negeri Sipil diberikan setiap
bulan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi Guru dan Dosen Pegawai Negeri Sipil17.
4) Tunjangan khusus diberikan setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Tunjangan khusus dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan tarif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
17 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 164/PMK.05/2010
24
: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Khusus Guru dan Dosen Bulan... Untuk ...
Pegawai.
Tunjangan Kehormatan. Tunjangan ini diberikan kepada dosen yang memiliki jabatan
akademik profesor dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan pembayaran tunjangan kehormatan antara
lain adalah:
1) Pembayaran tunjangan kehormatan tidak boleh melampaui pagu anggaran yang
tersedia dalam DIPA.
2) Tunjangan kehormatan bagi Profesor Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan
professor diberikan setiap bulan sebesar 2 (dua) kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan.
3) Tunjangan kehormatan bagi Profesor bukan Pegawai Negeri Sipil diberikan setiap
bulan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja dan kualifikasi akademik yang
berlaku bagi Profesor Pegawai Negeri Sipil.
4) Tunjangan kehormatan diberikan terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya
setelah yang bersangkutan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5) Tunjangan kehormatan dikenakan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan tarif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
25
: Pegawai/Para Pegawai...
: 00.017.582.8-956.000
: Pegawai/Daftar Terlampir
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tunjangan Kehormatan Bagi Profesor Bulan... sesuai SK
No. ... Tgl. ... s/d No. ... Tgl. ... untuk ... Pegawai
18 Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS.
26
Jenis-jenis SKPP :
1. SKPP pindah, untuk:
a. Pegawai yang pindah ke satker lain, baik yang mengakibatkan perubahan KPPN
pembayar maupun tetap dalam wilayah pembayaran KPPN yang sama;
b. Pegawai yang pindah ke/dari luar negeri;
c. Pegawai yang diperbantukan/pindah ke pemerintah daerah;
d. Siswa ikatan dinas yang diangkat menjadi pegawai; atau
e. Pegawai yang pindah dari suatu kementerian/lembaga ke kementerian/lembaga lain.
27
28
BELANJA BARANG,
MODAL, DAN
BANTUAN SOSIAL
[Uang Persediaan (UP)]
[Tambahan Uang Persediaan (TUP)]
[Ganti Uang Persediaan (GUP)]
[Ganti Uang Persediaan Nihil(GUP-Nihil)]
[Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persedian (PTUP)]
[Pembayaran Langsung (LS)]
29
19 Pasal 59 Ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN.
30
memotong pemotongan atau satker menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen)
belum dilaksanakan, maka Satker bersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh
persen) dari UP yang diterima.
Dokumen yang dilampirkan ke KPPN pada saat pengajuan SPM-UP berupa :
1. SPM-UP
2. Surat Pernyataan Penggunaan Uang Persediaan (Lampiran XV)
3. ADK SPM-UP
31
32
33
34
kepada pegawai agar disertakan dengan daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu
penerima21.
35
Contoh Dokumen:
Jaminan Uang Muka Lampiran XVII
Surat Kuasa Lampiran XVIII
Asli Konfirmasi Tertulis Jaminan Uang Muka Lampiran XIX
Apabila pekerjaan dinyatakan selesai 100%, maka Penyedia Barang/Jasa dapat memberikan
Jaminan Pemeliharaan kepada PPK setelah pelaksanaan pekerjaan selesai untuk :
1. Pekerjaan Konstruksi;
2. Pengadaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
36
Rekening
Bank/Pos
Uraian
Atau :
Pembayaran 100 % Pekerjaan..., sesuai Kontrak /SPK/MC No. ... Tgl. ...,
BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., BAP No. ... Tgl. ..., Dan Jaminan Pemeliharaan
No. ... Tgl. ...
: CV. Xxxxxx
Jln...
37
NPWP
: 00.017.582.8-956.000
Rekening
: 00.123.456.789.1011 (CV. xxxxxxxxx)
Bank/Pos
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
Uraian
: Pembayaran 5 % Biaya Pemeliharaan Pekerjaan... sesuai Kontrak/
SPK/MC No. ... Tgl. ...,BAST Tahap-II No. ... Tgl. ..., dan BAP No. ... Tgl.
...
Atau untuk penagihan pekerjaan yang sudah selesai 100 % dan pembayaran biaya
pemeliharaan atau retensi dibayar dimuka yaitu :
Uraian
: Pembayaran 5 % Biaya Pemeliharaan Pekerjaan... sesuai Kontrak/
SPK/MC No. ... Tgl. ..., BAST Tahap-I No. ... Tgl. ..., BAP No. ... Tgl. ..., dan
Jaminan Pemeliharaan No. ... Tgl. ...
Pencairan dana Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk uang dilakukan melalui
pembayaran langsung (SPM-LS):
1. dari Rekening Kas Umum Negara ke rekening penerima bantuan sosial pada bank/pos;
atau
2. dari Rekening Kas Umum Negara ke rekening Bank/Pos Penyalur.
Pengajuan SPM-LS Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang dapat ditujukan ke rekening
Bank/Pos Penyalur, jika:
1. Penerima bantuan sosial tidak memungkinkan untuk membuka rekening pada bank/pos;
2. Dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan merupakan Program Nasional yang
menurut peraturan perundang-undangan harus disalurkan melalui lembaga penyalur;
atau
38
3. Jumlah penerima bantuan social pada satu jenis Belanja Bantuan Sosial dan satu DIPA
lebih dari 100 (seratus) penerima bantuan sosial24.
Kepada
NPWP
Rekening
Bank/Pos
Uraian
: PNPM... Jln...
: 00.000.000.0-956.000
: 00.123.456.789.1011 (PNPN...)
: Bank Rakyat Indonesia Cab. Merauke
: Pembayaran Tahap I Bantuan Langsung Masyarakat berupa ... sesuai
Surat Keputusan Bupati/Kepala Dinas ... No...Tgl..., Surat Perjanjian
Kerja Sama No...Tgl...
24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/
Lembaga
39
BELANJA YANG
BERSUMBER DARI
PNBP DAN PHLN
SERTA PENGESAHAN
HIBAH LANGSUNG
[Dana Yang Bersumber Dari PNBP]
[Belanja Yang Bersumber Dari Pinjaman/Hibah Luar
Negeri]
[Dana Yang Bersumber Dari Hibah Langsung]
40
: Maksimum Pencairan
: Proporsi Pagu Pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
: Jumlah Setoran
: Jumlah Pencairan Dana Sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan.
41
Pada saat PPSPM menyampaikan SPM atas dana PNBP beserta ADK SPM kepada KPPN, selain
dokumen pendukung SPM yang mengacu pada (Pasal 59), PMK Nomor 190/PMK.05/2012,
ikut dilampirkan juga bukti setoran PNBP yang telah dikonfirmasi ke KPPN serta Daftar
Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP).
Contoh Dokumen:
Maksimum Pencairan (MP). Lampiran XX
42
Apabila kontraktor melaksanakan proyek Pemerintah yang sebagian dananya dibiayai dari
dana PHLN dan sebagian lainnya dari APBN selain dana PHLN, maka ketentuannya adalah
sebagai berikut :
1. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dari dana PHLN :
a. Tidak dipungut PPN dan PPnBM;
b. Faktur Pajak yang diterbitkan diberi cap PPN dan PPnBM tidak dipungut;
c. Surat Setoran Pajak PPN/PPnBM tidak perlu dibuat.
2. Atas penyerahan/penerimaan termin proyek yang dibiayai dengan dana dari APBN:
a. terutang PPN;
b. Faktur Pajak harus dibuat;
c. Surat Setoran Pajak harus dibuat25.
25 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-19/PJ.53/1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang PPN dan PPn BM dalam
Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Dana PHLN.
43
Bank/Pos
Uraian
44
langsung (belanja yang bersumber dari hibah langsung/belanja barang untuk pencatatan
persediaan dari hibah. belanja modal untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari
hibah, dan pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah) yang
ditandatangani oleh Kuasa PA.
5. SP3HL-BJS, Surat Perintah Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/
Jasa/Surat Berharga, surat yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/KPA atau pejabat
lain yang ditunjuk untuk diajukan pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk
barang/jasa/surat berharga ke DJPU,
6. SPTJM, Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak, surat pernyataan yang dibuat oleh
Pengguna Anggaran/KPA yang menyatakan bertanggungjawab penuh atas pengelolaan
seluruh Pendapatan Hibah Langsung/pengembalian Pendapatan Hibah Langsung
dan belanja yang bersumber dari hibah langsung/belanja barang untuk pencatatan
persediaan dari hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap/aset lainnya dari hibah/
pengeluaran pembiayaan untuk pencatatan surat berharga dari hibah.
7. BAST, Berita Acara Serah Terima, merupakan dokumen serah terima barang/jasa sebagai
bukti penyerahan dan peralihan hak/kepemilikan atas barang/jasa/surat berharga dari
Pemberi Hibah kepada penerima hibah.
Dokumen pengesahan Hibah yang disampaikan ke KPPN berupa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SP2HL
ADK SP2HL
Fotokopi Rekening koran terakhir atas Rekening Hibah
SPTMHL
SPTJM
Fotokopi surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL pertama kali.
Contoh Dokumen:
SP2HL Lampiran XXI
SPTMHL Lampiran XXII
SPTJPM Lampiran XXIII
45
MEKANISME
PENYESUAIAN PAGU
DIPA DAN KOREKSI
SPM
[Penyetoran Dan Penggunaan Kembali Pengembalian
Belanja]
[Koreksi Data Atas Kesalahan SPM dan SP2D]
46
Contoh Dokumen:
Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) Lampiran XXIV
Surat Pernyataan Pengurangan (Koreksi) Atas Realisasi Anggaran Belanja Negara Lampiran
XXV
27 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-1/PB/2013 tentang Tata Cara Penyesuaian Sisa Pagu DIPA pada
KPPN dan Satker atas Setoran Pengembalian Belanja.
47
Contoh Dokumen
Surat Permintaan Koreksi SPM (SSPB). Lampiran XXVI
Daftar Rincian Koreksi SPM. Lampiran XXVII
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Koreksi SPM. Lampiran XXVIII
28 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-89/PB/2011 tentang Mekanisme Pengiriman dan Koreksi Data
pada KPPN
48
PENERIMAAN
NEGARA
[Cara Penyetoran Penerimaan Negara]
[Konfirmasi Penerimaan Negara]
[Perbaikan Data Penerimaan Negara]
49
50
2. Waktu Konfirmasi
Waktu konfirmasi setoran penerimaan negara berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Setoran penerimaan negara yang disetor pada Bank/Pos Persepsi mitra kerja KPPN,
51
3. Konfirmasi PNBP
Pelaksanaan pembayaran yang dananya bersumber dari PNBP, bukti setor yang
digunakan sebagai lampiran SPM agar dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Satuan Kerja wajib melakukan konfirmasi terlebih dahulu atas SSBP yang menjadi
dasar pembayaran sebelum SPM diajukan ke KPPN.
b. Bukti konfirmasi menggunakan daftar hasil konfirmasi.
c. Untuk PNBP yang disetor secara terpusat pelaksanaan pembayaran dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Contoh Dokumen
Surat Permohonan Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara. Lampiran XXIX
Daftar Rincian Perbaikan Transaksi Penerimaan Negara. Lampiran XXX
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM). Lampiran XXXI
Dalam hal permohonan perbaikan transaksi penerimaan negara terkait dengan Uang
Persediaan (UP), KPA terlebih dahulu melakukan konfirmasi mengenai kebenaran jumlah
UP kepada KPPN c.q. Seksi Pencairan Dana mitra kerja30.
29 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013
30 Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor SE-35/PB/2009
52
PELAPORAN
KEUANGAN
[Akuntansi dan Pelaporan]
[Dokumen Sumber]
[Tugas dan Tanggung Jawab Pelaporan]
[Sistem Akuntansi Instansi]
[Pembukuan dan Laporan Pertanggungjawaban]
53
1. Akuntansi Pendapatan
Berdasarkan basis Cash Toward Acrual (CTA) yang merupakan modifikasi dari basis kas,
pendapatan diakui saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Akuntansi
pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan
pengeluaran). Pendapatan diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Pendapatan dibagi
menjadi Pendapatan Pajak, Pendapatan Negara Bukan Pajak, dan Hibah.
a. Pendapatan Perpajakan
Pendapatan perpajakan terdiri dari pendapatan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
54
e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan).
f) Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah
g) Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.
PNBP Khusus. Adalah PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan
oleh satu Kementerian Negara /Lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok
dan fungsi masing-masing kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. PNBP
khusus tidak boleh diterima oleh Kementerian Negara/Lembaga yang tidak berhak/
tidak terdapat dalam tugas pokok dan fungsinya. Berikut contoh PNBP khusus :
a) Kementerian Keuangan c.q Ditjen Perimbangan Keuangan (015.06) memiliki
PNBP khusus pendapatan minyak bumi (421111), pendapatan bagian pemerintah
dan penjualan gas alam (421211), pendapatan laba BUMN perbankan (422121),
dan pendapatan laba BUMN non perbankan (422121).
b) Kementerian Agama memiliki PNBP khusus yaitu pendapatan jasa kantor
urusan agama (423147).
c. Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah dapat berasal dari hibah dalam negeri dan hibah luar negeri.
Pendapatan hibah terdapat di seluruh Kementerian Negara/Lembaga akan tetapi
yang melakukan pencatatan adalah Kementerian Keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai Bendahara Umum Negara. Pendapatan hibah harus dikaitkan dengan belanja
hibah yang ada di Kementerian Negara/Lembaga. Hibah dapat berupa barang, uang
maupun jasa.
Pada satu periode anggaran sering terjadi transaksi pengembalian pendapatan
yang telah diterima oleh negara. Atas pengembalian penerimaan negara tersebut
berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat mengatur pembukuannya sebagai
berikut :
Pengembalian atas pendapatan yang sifatnya normal dan berulang (recuring)
atas penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recuring) atas
penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
(tahun berjalan) dibukukan sebagai pengurang pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan
pendapatan dibukukan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut
Berdasarkan bagan akun standar tidak terdapat mata anggaran khusus untuk
pengembalian pendapatan, apabila terjadi pengembalian pendapatan maka
55
Akuntansi Belanja
Berdasarkan basis cash toward acrual belanja diakui saat terjadi pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya
terjadi pada saat pertanggungajawaban atas pengeluaran tersebut disaat disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan (GUP/GUP nihil).
Belanja berdasarkan mata anggaranya dibedakan menjadi 8 (delapan) jenis, yaitu :
a. Belanja Pegawai (51)
b. Belanja Barang (52)
c. Belanja Modal (53)
d. Belanja Pembayaran Utang (54), hanya ada pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara
e. Belanja Subsidi (55), hanya ada pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara
f. Belanja Hibah (56)
g. Belanja Bantuan Sosial (57)
h. Belanja Lain-Lain (58)
Apabila dalam suatu periode anggaran terjadi pengembalian atas realisasi belanja, maka
dibukukan sebagai berikut :
Pengembalian belanja atas realisasi belanja pada tahun anggaran berjalan dibukukan
menggunakan mata anggaran yang sama dengan mata akun belanjanya (5xxxxx) dan
disajikan pada laporan realisasi belanja dan laporan pengembalian belanja.
Pengembalian belanja atas transaksi belanja tahun anggaran sebelumnya dibukukan
menggunakan akun pendapatan lain-lain (42391X) dan disajikan di laporan realisasi
pendapatan :
423911
423912
423913
423916
56
815111
815113
815511
815513
815114
815514
Dokumen Sumber
Dokumen Sumber adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi dengan transaksi
keuangan dan digunakan sebagai sumber atau bukti untuk menghasilkan data akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan. Dokumen sumber dalam sistem akuntansi keuangan
tingkat kuasa pengguna anggaran (KPA) meliputi :
1. Dokumen yang terkait dengan transaksi penerimaan, terdiri dari :
a. DIPA, DIPA Revisi, dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA
b. Realisasi pendapatan, antara lain : bukti penerimaan negara seperti SSBP, SSP,SSPCP
dan dokumen lain yang sah yang dipersamakan.
2. Dokumen yang terkait dengan transaksi pengeluaran yang terdiri dari :
a. DIPA, DIPA Revisi, Petunjuk Operasional Kegiatan dan dokumen lain yang
dipersamakan;
b. Realisasi pengeluaran: SPP,SPM dan SP2D, SP2HL dan SPHL (untuk hibah) dan
dokumen lain yang dipersamakan.
3. Memo penyesuaian yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal penyesuaian untuk
transaksi akrual dan jurnal aset.
4. Dokumen yang terkait transaksi piutang, antara lain kartu piutang, daftar rekapitulasi
piutang, dan daftar umur piutang.
5. Dokumen yang terkait dengan transaksi persediaan, antara lain kartu persediaan, buku
persediaan dan laporan persediaan.
6. Dokumen yang terkait transaksi Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP), antara lain kartu
KDP dan laporan KDP.
57
58
SAK dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga (K/L). Berdasarkan PMK Nomor: 171/
PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor: 233/PMK.05/2011 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah dan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor: PER-55/PB/2012 sebagaimana telah diubah dengan Perdirjen Perbendaharaan
Nomor PER- 57/PB/2013 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga. Pelaporan keuangan pada Kementerian/Lembaga dilaksanakan dan
disusun secara berjenjang.
a. UAKPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada KPPN setiap bulan.
b. UAKPA menyampaikan laporan beserta ADK kepada UAKPA-W setiap bulan, semester I
dan tahunan.
c. UAKPA dengan kewengan Kantor Pusat (KP) menyampaikan laporan keuangan beserta
ADK kepada UAPPA-E1 setiap bulan, semester I dan tahunan.
d. Penyampaian laporan keuangan semester I dan Tahunan disertai dengan Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
Terkait dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mendapatkan alokasi dana
Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP) maupun Urusan Bersama (UB) pelaporan
keuangan adalah sebagai berikut :
a. Penanggung jawab UAKPA DK/TP/UB adalah Kepala SKPD.
b. UAKPA DK/TP/UB memproses transaksi keuangan dan barang dengan menggunakan
59
Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada unit akuntansi
di atasnya (asas desentralisasi). Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud dihasilkan
oleh sistem akuntansi keuangan (SAK).
Unit-unit akuntansi instansi tersebut melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Laporan keuangan
yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unitunit akuntansi, baik sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan. Laporan keuangan
kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi tersebut terdiri dari:
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu. Suatu laporan neraca harus
memiliki nilai yang sesuai dengan persamaan Aset = Kewajiban + Ekuitas.
60
61
URAIAN
LAPORAN UAKPA
LAPORAN BENDAHARA
1.
Kuitansi
pembayaran dengan
uang persediaan
(UP) yang belum
disahkan/belum diSPM/SP2D-kan.
2.
Kas di bendahara
pengeluaran
3.
4.
Kas di bendahara
penerimaan
62
Sehubungan dengan perbedaan tersebut di atas, Kuasa Pengguna Anggaran wajib melakukan
rekonsiliasi internal antara laporan yang dihasilkan bendahara dengan laporan yang
dihasilkan UAKPA, sebelum/pada saat laporan pertanggungjawaban bendahara disusun.
Pembukuan bendahara dilakukan atas seluruh aktivitas transaksi keuangan yang ada.
Berdasarkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor 03/PB/2014 aktivitas transaksi bendahara
dibagi menjadi :
63
yang hasil akan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas. KPA/PPK atas nama
KPA dalam pemeriksaan tersebut memastikan jumlah uang tunai yang berasal dari UP/
TUP di brankas bendahara pengeluaran pada akhir jam kerja maksimal Rp50.000.000,.
Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada pada Kas Bendahara
Pengeluaran/BPP lebih dari Rp50.000.000,-, bendahara pengeluaran membuat Berita
Acara yang ditandatangani oleh bendahara pengeluaran/PPK atas nama KPA. (Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 03/PB/2014 pasal 7)
Bendahara menyusun laporan pertanggungjawaban bendahara berdasarkan BKU, buku
pembantu dan buku pengawasan anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh
KPA/PPK atas nama KPA. Laporan pertanggungjawaban bendahara disampaikan ke
KPPN setiap bulannya dengan dilampiri :
-
-
-
-
-
6. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.05/2013
tentang Pedoman Rekonsiliasi dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup
Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga ialah proses pencocokan
data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda
berdasarkan dokumen sumber yang sama. Pada pasal (3) disebutkan laporan keuangan
yang disusun oleh UAKPA wajib dilakukan rekonsiliasi sebelum disampaikan kepada
unit akuntansi diatasnya untuk tujuan penggabungan. Rekonsiliasi antara data Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) dari satker dengan Sistem Akuntansi Umum (SAU) dari KPPN
meliputi : rekonsiliasi DIPA, rekonsiliasi LRA dan rekonsiliasi neraca terkait pos Kas di
Bendahara Pengeluaran, Kas Lainnya dan Setara Kas yang berasal dari Hibah Langsung.
64
antar Unit Akuntansi dan Pelaporan yang masih dalam satu entitas pelaporan, misal
antara UAKPA dan UAKPB.
Rekonsiliasi Eksternal. Rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan keuangan yang
dilaksanakan antara Unit Akuntansi dan Pelaporan yang satu dengan Unit Akuntasi
dan Pelaporan yang lain atau pihak lain yang terkait, tidak dalam satu entitas pelaporan,
misalnya rekonsiliasi antara UAKPA dengan UAKBUN-Daerah.
Proses rekonsiliasi antara data SAI dengan SAU ialah dengan penyampaian Arsip Data
Komputer (ADK) dari satker yang dihasilkan dari aplikasi yang UAKPA yang akan
diterima dan dibandingkan dengan data yang ada pada aplikasi UAKBUN.
Hasil dari rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang
ditandatangani oleh pejabat penanggung jawab rekonsiliasi atas nama Kuasa Pengguana
Anggaran pada pihak satuan kerja dan ditandatangani oleh kepala seksi yang menangani
akuntansi pada KPPN atas nama Kuasa Bendahara Umum Negara. BAR disampaikan ke
KPPN beserta laporan keuangan dari UAKPA (LRA dan Neraca).
65
LAMPIRAN
66
Lampiran Ia
67
Lampiran Ib
68
Lampiran IIa
69
Lampiran IIb
70
Lampiran III
71
Lampiran IV
72
Lampiran V
73
Lampiran VI
74
Lampiran VII
75
Lampiran VIII
76
Lampiran IX
77
Lampiran IX
78
Lampiran X
79
Lampiran X
80
Lampiran XI
81
Lampiran XI
82
Lampiran XII
83
Lampiran XII
84
Lampiran XIII
85
Lampiran XIII
86
Lampiran XIII
87
Lampiran XIII
88
Lampiran XIV
89
Lampiran XIV
90
Lampiran XV
91
Lampiran XVI
92
Lampiran XVII
93
Lampiran XVIII
94
Lampiran XIX
95
Lampiran XX
96
Lampiran XXI
97
Lampiran XXII
98
Lampiran XXIII
99
Lampiran XXIV
100
Lampiran XXV
101
Lampiran XXVI
102
Lampiran XXVII
103
Lampiran XXVIII
104
Lampiran XXIX
105
Lampiran XXX
106
Lampiran XXXI
107
108