Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN KEJANG

DEMAM PADA BALITA TERHADAP SELF EFFICACY IBU


DI DESA TEMPUR SARI TAMBAK BOYO
MANTINGAN NGAWI

Suhartatik Kamtono 1) , Yeti Nurhayati

2)

, Ika Subekti Wulandari 2)

Mahasiwa S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

Dosen S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Kejang demam merupakan gangguan transier pada anak-anak yang terjadi


bersamaan dengan demam. Pentingnya pendidikan kesehatan untuk meningkatkan self
efficacy pada ibu bahwa self efficacy seseorang ditentukan oleh kerja keras dan ketekunan
dalam menghadapi situasi tertentu disamping itu juga self efficacy juga mempengaruhi
sejumlah stress dan pengalaman kecemasan individu seperti ketika mereka menyibukan
diri dalam satu aktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penanganan kejang demam pada balita terhadap self efficacy ibu di
Desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental design:pretest-posttest
one group design. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
samplingsampel penelitian ini berjumlah 44 responden ibu yang mempunyai anak balita.
Analisa data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian menunjukkan nilai self efficacysaat pretest68.2 %

dan saat

posttest59.1%. Hasil uji Wilcoxon didapatkan bahwa ada pengaruh antara pendidikan
kesehatan tentang penanganan kejang demam pada balita terhadap self efficacy ibu. Nilai
P value 0,000 lebih kecil dari nilai ( p < 0,05 ).
Pendidikan kesehatan melalui media leaflet efektif berpengaruh dalam
meningkatkan self efficacy karena dapat memperjelas ide atau pesan yang disampaikan,
membantu mengingat kembali apa yang disampaikan oleh peneliti.

Kata kunci

: Pendidikan Kesehatan , Self Efficacy, Kejang Demam

ABSTRACT

Febrile seizure is a transient disorder that occurs in some children with fever.
Someone's self efficacy is determined by his/her hard work and perseverance in facing a
certain situation. Besides, self efficacy influences a number of stresses and individuals
anxiety experience for instance when someone is busy with his/her activity. The objective
of this research is to analyze the effect of the health education of toddlers febrile seizure
handling on the mothers self efficacy at Tempur Sari Tambak Boyo Village, Mantingan
Sub-district, Ngawi Regency.
This research used the quasi experimental method with the pretest-posttest
design. The samples of research were 44 respondents. They were taken by using the
purposive sampling technique. The data of research were analyzed by using the
Wilcoxons Signed Rank Test.
The result of research shows that the effect of health education of the toddlers
febrile seizure handling on the mothers self efficacy. The value of efficacy in the pretest
was 68.2%, and that of efficacy in the posttest was 59.1%, and the p-value was 0.000
which was less than 0.05. Thus, the health education through leaflet media effectively
influenced the mothers self-efficacy improvement because it could explain the idea and
the message, and it also became the reminder of what researcher had explained.

Keywords: Health education, self-efficacy, febrile seizure

jalan

PENDAHULUAN

napas

yang

menyebabkan

tersumbatnya jalan napas. Jika tidak


Kejang demam merupakan gangguan

ditangani dengan baik maka beresiko

transier pada anak-anak yang terjadi

kematian

bersamaan dengan demam. Keadaan ini

2003).

merupakan

salah

satu

kematian

(Lumbantobing,

gangguan

Angka kejadian kejang demam di

neurologik yang paling sering di jumpai

Amerika Serikat dan di Eropa Barat pada

pada anak-anak. Bila kejang demam

tahun 2007 berkisar antara 8%-49%

tidak ditangani akan terjadi kerusakan

(Brough, 2008). Angka kejadian di Asia

sel-sel otak akibat kekurangan oksigen

pada tahun 2007 dari seluruh kejang

dalam otak, pengeluaran sekret lebih dan

ditemukan 20% anak mengalami kejang

resiko kegawat daruratan untuk aspirasi

demam

kompleks

(Wardani,

2013).

Balita di Indonesia 16% diantaranya

ketika mereka menyibukan diri dalam

mengalami gangguan saraf dan otak

satu aktifitas (Pajares, 2009).

seperti

kejang-kejang,

gangguan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

pendengaran, kepala membesar dan lain-

pada

lain. (Depkes RI, 2006).

didapatkan di Desa Tempur Sari Tambak

Hasil

penelitian

tanggal

25

Desember

2014

terdahulu

Boyo Mantingan Ngawi terdapat 50 ibu

menunjukkan bahwa 80% orang tua

yang mempunyai anak balita. Hasil

mempunyai fobia demam. Demam pada

wawancara di dapatkan dari 7 orang ibu

anak akan membuat orang tua bingung

yang memiliki anak balita yang tidak

karena anak cenderung rewel dan tidak

mengerti terhadap penanganan kejang

bisa tidur (Karnia, 2007). Hasil penelitian

demam, pada umumnya bagi orang tua

lain menunjukkan 57% orang tua takut

bingung

saat anaknya mengalami demam dan

mengalami kejang demam, orang tua

beranggapan

mengalami

khususnya ibu hanya bisa menangis

kejang demam (Tarigan, Chairul, &

disamping anaknya. Orang tua belum

Syamsidah,

mengetahui cara penanganan kejang

anak

akan

2007).

Kejang

merupakan keadaan

demam

yang sifatnya

demam

dan

pada

panik

anak

saat

anaknya

dan

cenderung

berbahaya dan dapat mengakibatkan anak

memberikan selimut tebal ketika anak

akan

sudah mengalami demam tinggi.

meninggal

dunia

pada

saat

mengalami kejang demam. Pendidikan


kesehatan mengenai cara melindungi

TUJUAN
Penelitian ini

bertujuan untuk

anak terhadap ancaman bahaya dan

menganalisis

mengamati dengan tepat apa yang terjadi

kesehatan tentang penanganan kejang

pada anak selama kejang demam perlu

demam pada balita terhadap self efficacy

dilakukan agar orang tua tidak panik dan

ibu di Desa Tempur Sari Tambak Boyo

kebingungan (Wong, 2009).

Mantingan Ngawi.

Pentingnya

pendidikan

bahwa

ditentukan

self
oleh

efficacy
kerja

pendidikan

kesehatan

untuk meningkatkan self efficacy pada


ibu

pengaruh

seseorang
keras

dan

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian

quasi

experimentpretest-

ketekunan dalam menghadapi situasi

posttest

tertentu disamping itu juga self efficacy

penggunaan

juga mempengaruhi sejumlah stress dan

purposive sampling yaitu sampel yang

pengalaman kecemasan individu seperti

digunakan

one

group

design.Tehnik

sampel

menggunakan

harus

memiliki

kriteria

eksklusi

dan

kriteria

inklusi

yang

(Depkes,

2009).

Secara

biologis

dinginkan oleh peneliti. Instrument yang

merupakan masa puncak pertumbuhan

digunakan adalah kuesioner yang telah

fisik

diuji validitas dan reliabilitas yang

kebiasan-kebiasaan yang positif (Desmita,

berjumlah 18 pertanyaan self efficacy.

2009).

prima,

Penelitian dilakukan di Desa Tempur Sari

karena

Usia

didukung

seseorang

oleh

mempengaruhi

TambakBoyo Mantingan Ngawi apada

kemampuan seseorang untuk menerima

bulan februari. Sampel yang digunakan

informasi

dan

berjumlah 44 responden.

terhadap

informasi

Semakin

bertambahnya

Analisa data pada penelitian ini

pola

pikir

seseorang

yang

diberikan.
usia

maka

meliputi analisa univariat dan bivariat.

kemampuan menerima informasi dan pola

Analisa univariat pada penelitian ini

pikir

digunakan untuk mengalisis tingakat

Kemampuan seseorang untuk menerima

umur dan pendidikan disajikan dalam

informasi

bentuk

Analisa

berhubungan dengan maturitas dari fungsi

bivariat penelitian menggunakan analisa

tubuh baik indera maupun otak dan

sistem spss dengan menggunakan uji

kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

proporsi

presentase.

seseorang semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Usia
(N=44)

1
2
3

diberikan

kepadanya

Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Karakteristik
Pendidikan(N=44)

Wilcoxon Signed Rank Test.

No

yang

berkembang.

Umur Frekuensi Persentase


(%)
< 20
1
2.3
20-35
35
79.5
> 35
8
18.2
Total
44
100,0

No

Pendidikan

1
2
3
4

SD
SMP
SMA
Perguruan
tinggi
Total

Frekuensi
10
12
19
3

Persentase
(%)
22.7
27.3
43.2
6.8

44

100,0

Hasil analisis didapatkan dari 19


responden sebagian besar berpendidikan

Hasil analisis didapat diketahui


bahwa

Sebagian

besar

rerata

umur

responden adalah 20-35 tahun sebanyak 35


responden atau 79.5 %. Kategori usia
sebagian besar responden yaitu berada
pada kategori masa dewasa awal, yang
artinya cukup matang dalam berfikir

SMA sedangkan yang memiliki pendidikan


SMP yaitu sebanyak 12 responden atau
27.3

%,

pendidikan

sedangkan
SD

yaitu

yang

memiliki

sebanyak

10

responden atau 22.7 % , dan sedangkan


yang

memiliki

pendidikan

Perguruan

Tinggi yaitu sebanyak 3 responden atau

atau sebesar 68.2%, dan responden yang

6.8 %.

memiliki Self efficacy baik sebanyak 9


Hasil penelitian yang di lakukan

responden atau sebesar 20.5 % tentang

peneliti saat ini mayoritas pendidikan

kejang demam. Hubungan

terakhir responden adalah SMA yang

dengan penanganan kejang demam orang

artinya

yang memiliki self efficacy rendah selalu

dimana

mayoritas

tingkat

self

efficacy

pendidikan responden sudah tinggi dimana

mengangap

dirinya

kurang

mampu

tingkat pendidikan yang lebih tinggi

menangani

situasi

apapun

dalam

mempengaruhi persepsi seseorang untuk

penanganan kejang demam secara baik.

mengambil

Self

keputusan

dan

bertindak.

efficacy

juga

seseorang mengenai

(Notoatmodjo, 2007).
Seseorang dengan pendidikan tinggi
akan cenderung untuk mendapatkan dan

sebagai

evaluasi

kemampuan atau

kompetensi diri dalam melakukan suatu


tugas, mencapai suatu.

menerima informasi, baik dari orang lain

Berdasarkan teori dan penelitian

maupun dari media massa lebih mudah dan

yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

banyak. Penelitian ini menunjukkan bahwa

bahwa pendidikan kesehatan dan Self

ada hubungan antara pendidikan kesehatan

efficacy yang dimiliki oleh ibu di Desa

dengan

Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan

penanganan

kejang

demam

Ngawi ,memiliki kategori baik, sedang ,

terhadap Self efficacy ibu.


Tabel 3Self efficacy pre pendidikan
kesehatan(N=44)
No
1
2
3

Pendidikan Frekuensi Persentase


(%)
Baik
9
20.5
Sedang
30
68.2
Rendah
5
11.4
Total
44
100,0
Hasil analisis dapat diketahui pada

tabel diatas diketahui bahwa sebelum


dilakukan pendidikan kesehatan sebagian
besar responden memiliki Self efficacy
rendah

tentang

kejang

demam

yaitu

sebanyak 5 responden atau 11.4 %.


Sedangkan responden yang memiliki Self
efficacy sedang sebanyak 30 responden

dan rendah tentang penanganan kejang


demam pada balita terhadap Self efficacy.
Mencapai

suatu tujuan,

dan dapat

mengatasi suatu masalah. (Baron & Byrne,


2003).
Didukung oleh penelitian dari
(Eko, 2012) tentang pengaruh efikasi dan
Self

efficacy

kewirausahaan

dan

prestasi

terhadap

belajar
motivasi

bertechnopreneurship yang memiliki nilai


kualifikasi cukup sebanyak 6,93%.

Tabel 4Self efficacy post pendidikan

datang. Didukung oleh penelitian dari

kesehatan(N=44)

(Ghina, 2014) tentang pengaruh pemberian

No
1
2
3

Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Baik
11
25.0
Sedang
26
59.1
Rendah
7
15.9
Total
44
100,0

pendidikan kesehatan terhadap kebersihan


organ reproduksi saat menstruasi pada
remaja putri dengan retradasi mental
setelah dilakukan pendidikan kesehatan
sebanyak 77,8%.

Hasil analisis dapat diketahui pada


tabel

diatasbahwa

pendidikan

setelah

kesehatan

dilakukan

sebagian

besar

responden memiliki Self efficacy sedang


tentang kejang demam yaitu sebanyak 26
responden

atau

59.1%,

Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank


Test tentang Penanganankejang Demam
pada balita Terhadapself efficacy ibu pre
dan post diberikan pendidikan kesehatan
(N=44)

sedangkan

responden yang memiliki Self efficacy

Variabel

rendah sebanyak 7 responden atau sebesar

Baik
Sedang
Rendah
Total

15.9

sedangkan

responden

yang

memiliki Self efficacy baik sebanyak 11

F
9
30
5
44

Pre
%
20.5
68.2
11.4
100.0

F
11
26
7
44

Post
p
% value
25.0 0,000
59.1
15.9
100.0

responden atau sebesar 25.0 % tentang


kejang demam. Hasil penelitian post test
atau

setelah

kesehatan

dilakukan

menunjukkan

pendidikan
bahwa

self

efficacy baik sebesar 25.0 %.


Orang yang memiliki self efficacy
tinggi cenderung menunjukkan usaha yang
lebih keras dari pada orang dengan self
efficacy rendah. (Saks, 2009) mengatakan
bahwa seseorang yang mempunyai self
efficacy tinggi akan mengerjakan tugas
dengan mempertimbangkan konsekuensi
kesalahan. (Bandura, 1986) menyatakan
bahwa self efficacy mempengaruhi pola
pikir dan reaksi emosional individu, baik
dalam menghadapi situsi saat ini maupun
dalam mengantisipsi situasi yang akan

Hasil analisis dapat diketahui pada


tabel diatas bahwa sebelum dilakukan
pendidikan

kesehatan

sebagian

besar

responden memiliki Self efficacy sedang


tentang kejang demam yaitu sebanyak 30
responden atau 68.2 % , sedangkan setelah
dilakukan pendidikan kesehatan sebagian
besar responden memiliki Self efficacy
baik tentang kejang demam yaitu 11
responden atau 25.0 %.
Berdasarkan uji Wilcoxon Signed
Rank Test menghasilkan nilai

P value

0,000 lebih kecil dari nilai p< 0,05. Hal ini


menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan
sangat berpengaruh terhadap self efficacy
ibu. Berdasarkan penelitian dari (Weni,

Riri, & Meletiwati, 2008) hasil penelitian

disampaikan

menunjukan

membantu mengingat kembali apa yang

bahwa

ada

pengaruh

selain

itu

pemberian pendidikan kesehatan terhadap

disampaikan oleh peneliti.

peningkatan pengetahuan keluarga tentang

KESIMPULAN

insfeksi saluran pernafasan atas ISPA.


Dengan nilai P value 0,001 < 0,05.
(Mubarak,

2006)

Berdasarkan
diketahui

mengatakan

diketahui dari:

kesehatan agar dapat mencapai tujuan

1.

memperhatikan

beberapa

hasil

dapat

penelitian

pendidikan

kesehatan

berpengaruh antara Self efficacy. Hal ini

bahwa dalam memberikan pendidikan

harus

juga

Karakteristik usia ibu berusia antara

hal

20-35 tahun dengan 35 responden

diantaranya yaitu materi atau pesan dan

atau (79.5%) dan rata-rata tingkat

metode yang disampaikan menggunakan

pendidikan ibu adalah SMA dengan

bahasa yang mudah dimengerti oleh

19 responden atau (43.2 %)

masyarakat dalam bahasa kesehariannya,

2.

Sebelum

dilakukan

pendidikan

materi tidak terlalu sulit dan dimengerti

kesehatan di dapatkan Self efficacy

oleh sasaran. Hal ini sesuai dengan

ibu sedang tentang penanganan kejang

pendapat

(Setyarini,

demam yaitu 68.2 %.

frekuensi

penyuluhan

2009)

bahwa

mempengaruhi

3.

pengambilan keputusan seseorang.

(Notoadmodjo,

2007)

dilakukan

pendidikan

kesehatan di dapatkan Self efficacy

Hasil penelitian ini sesuai dengan


pendapat

Setelah

ibu sedang tentang penanganan kejang

yang

menyatakan bahwa penyampaian informasi

demam yaitu 59,1 %.

4.

Ada pengaruh yang signifikan antara

dipengaruhi oleh metode dan media yang

pendidikan

digunakan yang mana metode dan media

penanganan

penyampaian informasi dapat memberikan

balita terhadap Self efficacy ibu

efek yang signifikan terhadap Pendidikan

dengan nilai p value 0,000 lebih kecil

kesehatan dan self efficacy hal ini dapat

dari nilai ( p< 0,05 ).

kesehatan
kejang

tentang

demam

pada

dilihat dari hasil analisis penelitian di atas

SARAN

yang menunjukkan terjadi peningkatan

1. Masyarakat

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

Masyarakat

kesehatan.

penanganan kejang demam secara

Media

yang

digunakan

dapat

mengaplikasikan

penelitian dalam penyuluhan kesehatan

benar.

menggunakan media leaflet dimana media

Hendaknya tenaga kesehatan seperti

tersebut memperjelas ide atau pesan yang

perawat atau bidan setempat bekerja

pelayanan

Kesehatan

sama

dengan

mengadakan

puskesmas

penyuluhan

untuk

http://www.depkes.go.id/index.php

kesehatan

kepada masyarakat pada saat acara

: diakses 11 Novenber 2013


Depkes

RI.

(2009).

Jumlah

kasus

posyandu dengan strategi yang lebih

pneumonia pada balita menurut

menarik masyarakat misalnya dengan

Provimsi

memberikan pengobatan gratis sesudah

umur(http://www.depkes.go.iddiak

melakukan penyuluhan.

ses tanggal 25 Maret 2013 )

2. Istitusi Pendidikan

dan

kelompok

Desmita, (2009). Psikologi Perkembangan

Sebagai bahan informasi dan untuk

Peserta Didik. Bandung : PT

menambah

Remaja Rosdakarya.

wawasan

mahasiswa

keperawatan Stikes Kusuma Husada

Karnia, N.(2007). Penatalaksanaan demam

Surakarta tentang penanganan kejang

pada anak. diseminarkan pada

demam pada balita terhadap Self

siang klinik penanganan kejang

efficacy ibu.

pada anak, Bandung, 12 Februari

3. Penelitian Lain

2007.

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

sebagai dasar penelitian lebih lanjut

content/uploads/2010/02:

dan melanjutkan penelitian dengan

Lumbantobing,

S.M.

(2003).

menggunakan media lain dengan cara

Penatalaksanaan

simulas.

Kejang Pada Anak. Jakarta: FKUI

Muthakhir

Mubarak, S. (2006). Ilmu Keperawatan


DAFTAR PUSTAKA

Komunitas.

Baron & Byrne,.(2003). Psikologi Sosial.

Medika.

Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta:


Erlangga

Thought and Action: A Social


Cognitive

Theory.

Englewood

Cliffs, NJ: Prentice Hall

& Kesehatan anak. EGC. Jakarta


Depkes. (2006), 16 persen balita di
alami

perkembangan

dan

Kesehatan.PT.

Rineka

Cipta: jakarta
Notoatmodjo,

S.

(2007).

Kesehatan

masyarakat ilmu dan seni. Jakarta:


Rineka Cipta

Brough. H,(2008). Rujukan cepat pediatric

indonesia

Salemba

Notoatmodjo.(2007).Pendidikan
Prilaku

Bandura , A. (1986). Social Foundation of

Jakarta:

gangguan
saraf.

Pajares, F., Britner, S. L., & Valiante, G.


(2009).

Relation

between

achievement goals and self-beliefs


of middle school students in
writing

and

science.

ContemporaryEducational

_articel.php?articel=

Psychology, 25, 406-422.

diaskes 23 November 2013

Saks, A. M. (2009) Moderating Effects of


Self Efficacy for the Relationship
between Training Method and
Anxiety and Stress Reaction of
Newcomers.

Journal

of

Organizational Behavior, Vol. 15,


p. 639-654.
Setyarini, D. (2009). Skripsi Pengaruh
Intensitas
Tingkat

Penyuluhan
Partisipasi

terhadap

Masyarakat

dalam Program Penghijauan Kota :


Studi

Kasus

Kabupaten

Kecamatan
Wajo.

Kota

Universitas

Indonesia, JakartaTarigan, T,
Chairul

A.H,

Syamsidah

L,

(2007).

Pengetahuan, sikap dan perilaku


orang tua tentang demam dan
pentingnya edukasi

oleh dokter.

Sari Pediatri,Vol. 8, No.3: 27-31.


Utari,w., Arneliwati & Riri N. (2014)
peningkatan pengetahuan keluarga
tentang

insfeksi

saluran

pernafasan atas ISPA


Wong,

DL

dkk

(2009).

Keperawatan

Buku

Pediatrik

Ed.6,Vol.2, ECG,

Ajar
Wong

Jakarta

Wardani, AK, (2013). Kejang demam


sederhana pada anak usia satu
tahun. Medula, Vol. 1, NO. 1, Hal
57-64:
http://portalgaruda.org/download

122474

Anda mungkin juga menyukai