Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT PARKINSON DAN

HELICOBACTER PYLORI
Helicobacter pylori (HP) merupakan infeksi umum pada sistem gastrointestinal yang
biasanya dikaitkan dengan ulkus peptikum. Namun, beberapa studi akhir-akhir ini
mengungkapkan hubungan antara HP dan banyak penyakit lainnya. Walaupun mekanisme
pasti tidak diketahui, HP dapat mencegah absorbsi obat tertentu. Prevalensi tinggi HP
ditemukan pada pasien penyakit Parkinson dan bakteri ini menyebabkan fluktuasi motorik
dengan mempengaruhi absorbsi levodopa, yang merupakan obat utama dala pengobatan
penyakit Parkinson. Eradikasi HP dari pasien dengan penyakit Parkinson dengan terapi
antibiotik akan meningkatkan absorbsi levodopa dan menurunkan fluktuasi motorik.
Kata kunci

: penyakit Parkinson, helicobacter pylori,levodopa, fluktuasi motorik

PENDAHULUAN
Penyakit Parkinson (PD) pertama kali dijelaskan oleh James Parkinson pada tahun
1817 dengan nama shaking palsy. PD merupakan penyakit neurodegeneratif progresif yang
terjadi karena kehilangan neuron dopaminergik pada substansia nigra pars compacta. PD
merupakan penyakit kompleks dan multisistem dengan etiologi tidak diketahui. Namun, studi
akhir-akhiri ini menemukan bahwa infeksi berperan dalam etiologi PD, seperti pertumbuhan
bakteri yang berlebihan dan termasuk cytomegalovirus, epstein barr virus, virus herpes
simpleks tipe-1 dan helicobacter pylori (HP) pada usus halus. Gejala utama yaitu berkaitan
dengan sistem motorik (bradikinesia/hipokinesia, rigiditas, tremor dan postur abnormal),
dengan gejala nonmotorik seperti konstipasi, nyeri, masalah urogenital, gangguan tidur,
depresi, disfungsi otonom, abnormalitas kognitif, demensia dan disfungsi gastrointestinal.

HELICOBACTER PYLORI
HP adalah bakteri gram negatif yang ditemukan di permukaan luminal dari epitel
gaster, dan pertama kali diisolasi oleh Warren dan Marshall tahun 1983. HP memicu
inflamasi kronis pada dasar mukosa, dengan infeksi tersebut biasanya menetap pada tahun
pertama kehidupan dan akan terus bertahan tanpa batas waktu apabila tidak diobati. Ini
biasanya ditemukan sebagai penyebab gastritis, ulkus peptikum dan kanker lambung. Namun,

penelitian berikutnya mengungkapkan bahwa itu mempunyai hubungan juga dengan penyakit
pada sistem lainnya seperti gangguan hematologi (anemia defisiensi besi dan idiopatik
trombositopeni purpura), penyakit kardivaskular (penyakit jantung iskemik), penyakit
neurologi (stroke, PD, dan penyakit alzeimer), obesitas dan penyakit dermatologi.

PREVALENSI INFEKSI HELICOBACTERI PYLORI PADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT PARKINSON
Beberapa studi menemukan prevalensi infeksi HP tinggi pada pasien PD. Dobs dkk
menemukan uji nafas urea positif sebanyak 48% dari 105 pasien PD. Sementara Pierantozzi
dkk, Lee dkk dan Tan dkk memperoleh hasil positif HP masing-masing 36%, 53%, 70% dan
32% dari 79, 65, 51 dan 102 pasien PD (Tabel 1).
Tabel 1 Prevalensi infeksi HP pada pasien PD
Peneliti (tahun)
Dobbs et al. (2000)
Pierantozzi et al. (2007)
Lee et al. (2008)
Dobbs et al. (2012)
Tan et al. (2015)

Pasien PD (n)
105
79
65
51
102

Prevalensi infeksi HP
48%
36%
53%
70%
32%

Beberapa studi case-control menunjukkan antibodi HP 5 kali lebih sering pada pasien
PD lebih tua dari 80 tahun. Studi lainnya bahwa tes HP positif lebih sering pada pasien
dengan PD dibandingkan pada grup kontrol yang sehat.

PENYAKIT PARKINSON DAN HELICOBACTER PYLORI


Hubungan antara PD dan ulkus peptikum pertama kali dilaporkan pada tahun 1960.
Peningkatan prevalensi ulkus peptikum pada pasien PD pertama kali dijelaskan sebagai
komponen independen pada penyakit, sehingga menyebabkan gejala gastrointestinal
dianggap sebagai salah satu gejala yang dialami oleh semua pasien PD. Artinya gastritis
seperti hipokinesia yang juga mungkin akan muncul pada pasien PD. Peneliti menemukan
bahwa terdapat hubungan antara PD dan HP dan HP mungkin sebenarnya adalah penyebab
PD.

Hipotesis pertama yang diajukan adalah HP menunjukkan efek neurotoksik dengan


meningkatkan glikosida kolesterol, dengan HP menyebabkan PD melalui degenerasi neuron
dopaminergic di otak.
Hipotesis kedua yang diajukan yaitu ketika infeksi HP tidak terkontrol oleh sistem
imun atau Hp tidak dieradikasi, HP menyebabkan perkembangan PD dengan merusak sel-sel
dopaminergic di otak. Dinyatakan bahwa HP mungkin memicu patogenesis PD dengan
menyebabkan apoptosis sel saraf setelah melewati sawar darah otak setelah konsumsi oral,
inhalasi bau nasal, atau melalui sirkulasi monosit.
Agen farmakologi utama yang digunakan pada pasien PD untuk mengganti dopamin
adalah levodopa. HP tidak hanya menyebabkan perkembangan PD tetapi juga menyebabkan
fluktuasi motorik pada pasien PD dengan mempengaruhi penyerapan levodopa. Infeksi HP
mencegah absorbsi levodopa, tiroksin dan delavirdin, dengan absorbsi levodopa pada pasien
PD yang diamati meningkat 21 54 % setelah eradikasi HP. Infeksi HP diduga
mempengaruhi absorbsi obat melalui efek potensial terhadap pH intragastrik.
Lebih lanjut ditemukan bahwa kesuksesan eradikasi HP pada pasien PD menurunkan
fluktuasi motorik dengan mempengaruhi bioavailabilitas levodopa. Ini ditemukan bersama
indikasi potensi penting eradikasi HP pada pasien PD.
Lee dkk meneliti efek HP dari respon klinis terhadap levodopa dan apakah fluktuasi
motorik pada pasien PD dapat diturunkan dengan eradikasi HP. Penulis tersebut meneliti
keberadaan HP pada 65 pasien PD menggunakan tes nafas urea. HP ditemukan pada 35
pasien dan respon levodopa dan gejala klinis dibandingkan antara kedua grup tersebut. Onset
efek levodopa, durasi kerja obat (on-time) dan gerakan motorik dinilai dari Unified
Parkinsons Disease Rating Scale (UPDRS) dievaluasi pada kedua kelompok tersebut. Tidak
ada perbedaan antara kelompok dalam hal usia, durasi penyakit, skor Hoehn-Yahr scale atau
UPDRS-III, dosis harian levodopa atau frekuensi diskinesia. Pada pasien PD dengan infeksi
HP, onset waktu levodopa lebih lama dan on-time lebih pendek dibanding pasien PD yang
tidak terinfeksi HP. Data ini menduga bahwa HP mencegah penyerapan levodopa pada pasien
PD. Setelah pemberian antibiotik pada pasien PD untuk eradikasi HP, onset waktu menurun
dan on-time meningkat dibandingkan penilaian sebelum pengobatan. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa fluktuasi motorik mungkin dapat diturunkan pada pasien PD dengan
eradikasi HP.

Tan dkk menemukan 32,4% dari 102 pasien PD terinfeksi HP. Ini menginfeksi pasien
PD yang lebih tua (usia 68,4 7,3 tahun, rata-rata SD) dan memperlihatkan fungsi motorik
buruk (Skor UPDRS-III, 34,0 13,0 vs 27,3 10,0, p=0,04; tes pegboard, 6,4 3,3 pin vs
8,0 2,7 pin, p = 0,04; tes time-gait, 25,1 25,4 s vs 15,5 7,6 s, p = 0,08). Studi tersebut
mengatakan efek penting dari infeksi HP pada UPDRS-III dan tes time-gait pada pasien PD,
ditemukan status HP dan hubungannya dengan hasil motorik bervariasi tergantung usia.
Pierantozzi dkk menerapkan eradikasi terhadap 17 pasien dan diberikan pengobatan
antioksidan umum pada 17 pasien lainnya diantara 34 pasien PD dengan infeksi HP. Mereka
menemukan bahwa absorbsi levodopa meningkat secara signifikan pada grup eradikasi HP
dari kelompok plasebo. Studi ini menemukan bahwa HP mempengaruhi absorbsi levodopa,
yang menyebabkan fluktuasi motorik dengan penurunan on-time.
Studi Rahne dkk melibatkan 75 pasien PD yang telah didiagnosis PD selama 4 tahun
dan gejala fluktuasi dievaluasi dengan menggunakan UPDRS-IV dan 9-item Wearing-OfQuestionairre scale. Infeksi HP dideteksi pada 20 pasien (27%) menggunakan tes nafas urea
dan dosis levodopa pada pasien PD dengan infeksi HP lebih tinggi. Pada pasien PD positif
HP yang terdaftar pada penelitian, wearing-off dan gangguan tidur lebih jarang. Gejala
fluktuasi juga menurun pada pasien PD HP positif. Studi tersebut menunjukkan bahwa infeksi
HP mungkin mengubah absorbsi levodopa pada traktus gastrointestinal.
Dobbs dkk melaporkan bahwa 21 dari 66 pasien PD sebelumnya telah menerima
pengobatan HP dan 13 mempunyai HP. Tes nafas urea dilakukan pada studi tersebut
mendeteksi HP positif pada 40 pasien. Mereka menemukan bahwa eradikasi HP
meningkatkan tremor, rigiditas, hipokinesia dan abilitas berjalan. Pengobatan antimikroba
lain ditemukan tidak cukup untuk pengobatan HP, dan mengakibatkan memburuknya rigiditas
dan tremor pada pasien. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa HP harus dieradikasi dengan
memberikan pengobatan antibiotik yang tepat.
Bjarnason dkk melakukan studi acak, double blind dan kontrol plasebo untuk meneliti
hubungan antara infeksi HP dan PD idiopatik. Pasien diikuti selama 1 tahun untuk memantau
kesuksesan eradikasi HP. Penulis ini menyimpulkan bahwa infeksi HP mungkin
menyebabkan PD idiopatik. Stride length dan rigiditas ditemukan memburuk pada pasien PD
positif HP. Kesuksesan eradikasi HP menurunkan gejala pada pasien dengan PD idiopatik dan
infeksi HP ditemukan mempengaruhi penyerapan levodopa.

Pada studi acak, kontrol plasebo dan grup paralel, Dobbs dkk menemukan rata-rata
panjang langkah adalah 3 mm (range, -47 sampai 52 mm) pada grup plasebo (n=16) dan 75
mm (range, 41 sampai 110 mm) pada grup kontrol (n=12, grup eradikasi HP) (p=0,01). HP
tidak dieradikasi pada pasien dengan panjang langkah yang ditemukan semakin pendek.
Hashim dkk memperoleh hasil positif pada tes nafas urea sebanyak 27 dari 82 pasien
PD (32,(%). UPDRS (p=0,005), dengan skor 39-item Parkinsons Disease Questionairre
(PDQ39) (p<0,0001)secara signifikan buruk pada pasien positif HP daripada pasien PD
negatif HP. Onset waktu levodopa lebih pendek dan on-time meningkat pada pasien yang
diikuti 14 minggu pada pengobatan eradikasi HP, sedangakn skor UPDRS dan PDQ39 juga
meningkat secara signifikan.
Pierantozzi dkk ditemukan fluktuasi pada absorbsi levodopa pada 6 pasien PD positif
HP tetapi tidak pada pasien dengan HP negatif dan skor UPDRS pada pasien menurun setelah
eradikasi HP.
Niehues dan Hensel meneliti efek in-vitro HP pada levodopa dan menemukan bahwa
HP menyebabkan penurunan signifikan konsentrasi levodopa dan karena itu mungkin juga
bisa mengubah status klinis pasien PD.
Narozanska dkk menemukan positif HP pada 18 dari 37 pasien PD tetapi tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan antara pasien positif HP dan negatif HP dalam hal skor
UPDRS dan skala Hoehn-Yahr.
Penelitian ini merupakan studi yang berkelanjutan dari efek eradikasi HP pada pasien
PD dengan desain penelitian double-blind, acak, kontrol plasebo melibatkan pasien kohort
relatif luas. Penelitian dimulai Desember 2013 dan hasilnya masih belum diungkapkan. Hasil
studi yang lebih besar tersebut dapat memberikan kita hasil yang lebih akurat.

KESIMPULAN
Prevalensi infeksi HP tinggi diantara pasien PD. Bermacam studi menyebutkan bahwa
HP menyebabkan fluktuasi motorik pada pasien PD dengan mempengaruhi penyerapan
levodopa. Karena itu, pasien PD harus dievaluasi adanya infeksi HP dan terapi eradikasi
dapat diberikan pada kasus dimana dideteksi positif HP. Hubungan antara HP dan PD harus
lebih ditegaskan dengan penelitian yang lebih komprehensif selanjutnya./

Anda mungkin juga menyukai