Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
imunisasi
dilakukan
dalam
upaya
pencegahan
dan
Prevalensi
(%)
23
50
35
53
78
30
4
19
13
13
22
2
7
2
1
10
12
12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Konseling prakonsepsi/prakehamilan adalah serangkaian layanan,
terutama didasarkan pada upaya preventif, untuk membantu pria dan wanita
mempersiapkan kehamilan dengan cara meningkatkan kesehatan mereka
sebelum konsepsi, termasuk praktek-praktek kesehatan yang berkaitan dengan
menjaga kesuburan, mempersiapkan kehamilan, serta mengidentifikasi dan
mengatasi faktor-faktor risiko melalui penyediaan konseling dan melakukan
diagnostik, terapi dan intervensi farmakologis. Dengan demikian, konseling
dan perawatan prakonsepsi penting untuk memberikan kehamilan yang aman
serta menjaga kesehatan ibu dan janin.5
Konseling ini dilakukan terhadap pasangan usia subur sebelum
terjadinya kehamilan. Konseling ini termasuk salah satu tindakan preventif
dalam ilmu kedokteran obstetri. Pada tahun 2006, Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) mendefinisikan konseling prakonsepsi sebagai
serangkaian intervensi yang ditujukan untuk menemukan dan memodifikasi
risiko biomedis, perilaku, dan sosial pada hasil akhir kehamilan atau kesehatan
wanita melalui pencegahan dan penatalaksanaan.3,5
B. Tujuan
Tujuan utama konseling dan perawatan prakonsepsi yaitu peningkatan
kondisi kesehatan ibu, menilai faktor risiko, menerapkan langkah-langkah
medis yang tepat, dan memberikan dukungan mental pada ibu, sebelum
kehamilan.6
Konseling prakonsepsi memiliki peranan yang penting karena dapat
mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti
mereka yang menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu
mengurangi cacat janin. Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi,
maka sebaiknya diperhatikan lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil
konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga bergantung pada interaksi
antara faktor ibu, janin dan lingkungannya, serta sulit untuk menerangkan
hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi spesifik. Tujuan dari
konseling prakonsepsi, yaitu sebagai berikut.7
1. Meminimalkan kehamilan yang tidak direncanakan
2. Memaksimalkan penyakit-penyakit kronik untuk kehamilan (DM,
epilepsi, hipotiroid, gangguan kardiovaskular)
3. Menganjurkan perilaku sehat selama kehamilan
4. Konseling mengenai suplemen nutrisi, diet yang adekuat dan olahraga
cukup
5. Menawarkan vaksinasi yang tepat sebelum kehamilan (rubella, difteri,
hepatitis B)
6. Skrining terhadap kelainan genetik atau kromosomal
7. Meningkatkan kesiapan pasien untuk kehamilan dan menjadi orang tua.
C. Manfaat
Uji-uji acak yang mengevaluasi manfaat konseling prakonsepsi jarang
dilakukan, sebagian karena tidak memberikan konseling adalah tindakan yang
tidak etis. Selain itu, karena hasil akhir pada ibu dan janin bergantung pada
interaksi berbagai faktor ibu, janin dan lingkungan. Suatu hasil akhir yang
terjadi sulit dikaitkan dengan intervensi tertentu. Oleh sebab itu, hanya ada
sedikit studi prospektif dan kelola kasus yang secara jelas memperlihatkan
keberhasilan konseling prakonsepsi.3 Menurut survei tahun 2016 di Amerika
Serikat, diantara wanita-wanita usia reproduksi, sekitar 50,7% dilaporkan
telah menerima konseling prakonsepsi.8
Konseling mengenai risiko kehamilan yang mungkin terjadi dan
berbagai strategi pencegahannya perlu diberikan sebelum konsepsi. Pada saat
sebagian besar wanita menyadari bahwa mereka hamil 1 sampai 2 minggu
setelah terlambat haid medulla spinalis janin telah terbentuk dan jantung
telah berdenyut. Karena itu, banyak strategi pencegahan, misalnya asam folat
untuk mencegah defek tabung saraf, kurang efektif jika dimulai pada waktu
ini. Diperkirakan bahwa hampir separuh dari semua kehamilan adalah tidak
direncanakan, dan kehamilan inilah yang mungkin berisiko paling besar.
Kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar kemungkinannya terjadi pada
wanita muda atau lajang, memiliki tingkat pendidikan relatif rendah; merokok,
minum alkohol, atau memakai obat terlarang, dan tidak mendapat asam
folat.3,9
D. Konselor Dan Klien Prakonsepsi
Praktisi yang memberi layanan perawatan kesehatan rutin memiliki
kesempatan terbaik untuk melakukan konseling pencegahan. Dokter ahli
ginekologi, ahli penyakit dalam, dokter umum, dokter keluarga dan dokter
anak dapat melakukannya sewaktu melakukan pemeriksaan berkala. Hasil
pemeriksaan kehamilan yang negatif merupakan waktu yang tepat untuk
konseling. Dokter keluarga dapat melakukan dua hal untuk mempromosikan
kesehatan prakonsepsi sebagai perawatan kesehatan. Pertama, meminta setiap
wanita usia reproduksi apakah dia berniat untuk hamil di tahun berikutnya.
Menanyakan setiap wanita tentang niat reproduksinya dan mempromosikan
gagasan bahwa kehamilan harus direncanakan, dan dengan menyediakan
kontrasepsi untuk wanita yang tidak bermaksud untuk hamil dan
mempromosikan inisiasi strategi dengan konseling prakonsepsi bagi wanita
itu, jika dan ketika mereka memiliki keinginan untuk hamil. Kedua,
menginformasikan pada wanita-wanita tersebut bahwa kondisi kesehatan ibu
dan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan kehamilan
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara umum.3,9
Semua wanita usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang
datang ke layanan primer adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk
konseling prakonsepsi. Dapat diberikan nasihat dasar mengenai diet, bahaya
pemakaian alkohol, obat terlarang, dan merokok; asupan vitamin, olahraga
dan perilaku lain. Catatan medis yang relevan perlu diteliti. Konselor perlu
mengetahui tentang penyakit medis, riwayat pembedahan, penyakit reproduksi
atau penyakit genetik dan harus mampu menginterpretasi data dan
rekomendasi yang diberikan oleh spesialis lain. Jika praktisi merasa kurang
nyaman dalam memberi konseling maka wanita atau pasangan yang
bersangkutan dapat dirujuk ke konselor yang sesuai.6,8,9
E. Hal-Hal
yang
Harus
Diperhatikan
pada
Kunjungan
Konseling
Prakonsepsi
1. Suplementasi Asam Folat
Suplementasi asam folat 400 mcg/hari yang yang dimulai sebelum
kehamilan dan diteruskan hingga 6-12 minggu pascakonsepsi dapat
menurunkan kejadian defek tabung saraf hingga 75%. Satu studi
menunjukkan bahwa wanita yang menerima konseling prakonsepsi dari
dokter keluarganya lima kali lebih mungkin mengkonsumsi asam folat
sebelum konsepsi. Wanita yang mengkonsumsi antagonis asam folat atau
memiliki fetus dengan DTS (defek tabung saraf) atau neural tube defect
atau kelainan bawaan lainnya dihubungkan dengan defisiensi asam folat
(contoh: labiognatoschizis, penyakit katup jantung, anomali traktus
urinarius, hidrosefalus) harus mengkonsumsi 4-5 mg asam folat per hari
mulai 3 bulan sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 12 minggu
pascakonsepsi. Wanita dengan penyakit penyerta (epilepsi, IDDM,
obesitas dan riwayat keluarga dengan DTS) juga harus mengkonsumsi
dosis tinggi asam folat.9,10
2. Wanita dengan Berat Badan Kurang
Wanita dengan berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m2)
dihubungkan dengan kejadian kelahiran prematur dan bayi berat lahir
rendah. Berat badan kurang juga dikaitkan dengan defisiensi gizi,
osteoporosis, amenore, infertilitas, dan aritmia. Bayi dengan ibu yang
memiliki berat badan kurang juga memiliki risiko tinggi menderita
gastroschisis. Wanita dengan IMT kurang harus ditangani sebagai
10
gangguan makan dan diberikan konseling bahwa berat badan kurang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya.10
3. Kondisi-kondisi dimana kehamilan merupakan Kontraindikasi
Ada beberapa kondisi medis dimana kehamilan merupakan
kontraindikasi.
Ada
keengganan
umum
untuk
menginstruksikan
11
12
13
Kontrol obesitas
14
15
kaitannya dengan risiko bagi ibu dan janin, dan pasangan yang
bersangkutan perlu ditawari tentang evaluasi prakehamilan.11
a. Penyakit Genetik
Wanita-wanita yang latar belakang etnis, ras atau riwayat pribadi atau
keluarganya menmpatkan mereka pada risiko memiliki janin dengan
penyakit genetik perlu mendapat konseling yang sesuai. Para wanita ini
memerlukan kunjungan konseling tambahan ke konselor genetik yang
terlatih. Mereka juga mungkin memerlukan konsultasi dengan spesialis
lain, misalnya ahli anestesi, dokter jantung atau dokter bedah.11
b. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi mencakup upaya konsepsi sebelumnya, ada
tidaknya infertilitas dan hasil akhir kehamilan yang tidak normal, termasuk
keguguran, kehamilan ektopik, atau kematian janin berulang; dan penyulit
obstetris misalnya preeclampsia, abrupsio plasenta dan persalinan preterm.
Riwayat reproduksi anggota keluarga dekat juga mungkin bermanfaat.
Sebagai contoh, pada kematian janin berulang, adanya anggota keluarga
lain dengan riwayat sama meningkatkan risiko adanya translokasi tataulang (rearrangements) kromosom lainnya yang bersifat familial. Riwayat
yang mengisyaratkan inkompetensi serviks atau anomali uterus sebaiknya
segera dievaluasi.11
3. Riwayat Sosial
a. Usia Ibu
Pertanyaan yang sering muncul yaitu mengenai kelayakan kehamilan
pada usia tertentu. Usia ibu lebih tua terkait dengan peningkatan risiko
pre-eklampsia, diabetes gestasional, masalah medis insidental, aneuploidi
dan keguguran. Usia ibu memiliki dampak pada hasil akhir kehamilan di
kedua ujung usia reproduksi. Remaja lebih besar kemungkinan mengalami
anemia dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dengan akibat
meningkatnya kematian bayi. Insiden penyakit menular seksual yang
16
17
b. Usia Ayah
Meskipun terdapat peningkatan insiden penyakit genetik pada anak
akibat mutasi dominan autosom baru pada pria berusia lebi tua, namun
insidennya masih tetap rendah. Karena itu, masih diperdebatkan apakah
pemeriksaan sonografik terarah perlu dilakukan semata-mata atas indikasi
usia ibu atau ayah yang lanjut.11
c. Obat-obatan dan Merokok
Kunci untuk mencegah kerusakan janin akibat obat adalah
mengupayakan wanita yang bersangkutan jujur mengenai pemakaian obatobat terkait. Pertanyaan seyogyanya tidak menghakimi. Retardasi mental
terkait alkohol saat ini merupakan satu-satunya sindrom retardasi mental
yang dapat dicegah. Wanita pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan
mengajukan pertanyaan TACE. Hal ini adalah satu rangkaian yang terdiri
atas 4 pertanyaan mengenai toleransi terhadap alkohol, merasa terganggu
(annoyed) oleh komentar mengenai kebiasaan minum mereka, upaya
untuk berhenti (cut down), dan riwayat minum-minum pada dini hari (eye
opener).11
Merokok mempengaruhi pertumbuhan janin secara dependen-dosis.
Merokok meningkatkan risiko kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan
janin, dan berat badan lahir rendah serta attention defisit hyperactivity
disorder (ADHD) dan masalah perilaku dan belajar saat anak mencapai
usia sekolah. Merokok juga meningkatkan risiko penyulit kehamilan yang
berkaitan dengan insufisiensi vaskular, seperti insufisiensi uteroplasenta
dan solusio plasenta. Tingkat pemakaian tembakau harus ditentukan dan
wanita yang bersangkutan perlu ditawari program prakehamilan untuk
mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok. 11
d. Pajanan di Lingkungan
Meskipun semua orang terpajan bahan-bahan tertentu di lingkungan,
namun hanya beberapa bahan yang meningkatkan risiko kehamilan.
Pajanan ini mencakup organisme penginfeksi, sebagai contoh, perawat
bayi baru lahir berpotensi terpajan sitomegalovirus atau respiratory
18
19
20
yang
telah
dilemahkan-termasuk
varisella-zoster,
campak,
gongongan, polio, rubella, cacar air, dan demam kuning. Imunisasi selama
kehamilan dengan toksoid atau bakteri atau virus mati belum pernah
dilaporkan berkaitan dengan efek buruk pada janin. Sebaliknya, vaksin
virus hidup tidak dianjurkan selama kehamilan dan idealnya diberikan
paling tidak 1 bulan sebelum upaya mengandung.11
f. Skrining
21
22
yang
tidak
pasti,
pentingnya
menghindari
obat
23
24
2. Penyakit Ginjal
Eksaserbasi hipertensi renoprival bersama preeklamsia merupakan hal
yang perlu diperhatikan bagi wanita dengan semua bentuk penyakit ginjal.
Pertanyaan
apakah
kehamilan
meningkatkan
kerusakan
ginjal
atau
25
hipoglikemia yang tak perlu pada ibu. Selain memantau kontrol diabetes
selama 6 minggu sebelumnya, pengukuran HbA1c juga dapat digunakan untuk
menghitung risiko terjadinya anomali mayor.13
Konseling prakonsepsi telah dibuktikan menurunkan penyulit terkaitdiabetes pada semua stadium kehamilan. Dunne, dkk. (1999) melaporkan
bahwa wanita diabetes yang mendapat konseling akan mengikuti perawatan
prenatal yang lebih dini, memiliki kadar hemoglobin A1c yang lebih rendah,
dan lebih kecil kemungkinannya merokok selama hamil. Dari para wanita
yang mendapat konseling, tidak ada yang melahirkan sebelum 30 minggu
dibandingkan dengan 17 persen pada kohort yang tidak mendapat konseling.
Yang terakhir, wanita yang mendapat konseling lebih jarang melahirkan bayi
makrosomia-25 versus 40 persen; bayi mereka tidak ada yang mengalami
hambatan pertumbuhan dibandingkan dengan 8,5 persen pada wanita yang
tidak mendapat konseling; tidak ada kematian neonatus dibandingkan dengan
6 persen; dan jumlah bayi mereka yang harus dirawat intensif hanya
separuhnya dibandingkan bayi dari ibu yang tidak mendapat konseling-17
versus 34 persen. Demikian juga, Temple, dkk. (2006) mendapatkan bahwa
penyimpangan hasil akhir kehamilan dan persalinan kurang bulan pada
rnereka yang mendapat perawatan prahamil lebih rendah. Dengan demikian,
konseling prakonsepsi mengurangi biaya perawatan kesehatan pada wanita
diabetes.13
Tabel 3. Rekomendasi American Diabetes Association untuk perawatan
prakonsepsi wanita dengan Diabetes.13
Rekomendasi American Diabetes Association untuk Perawatan
Prakonsepsi Wanita dengan Diabetes
Riwayat medis dan obstetric
Lama dan jenis diabetes.
Penyulit akut, termasuk riwayat infeksi, ketoasidosis, dan hipoglikemia.
Penyulit kronik, termasuk retinopati, nefropati, hipertensi, penyakit
vaskuler aterosklerotik, dan neuropati
Penatalaksanaan diabetes, termasuk regimen insulin, pemakaian obat
penurun glukosa, regimen pemantauan glukosa diri, serta hasil, gizi,
dan aktivitas fisik.
Penyakit medis lain yang menyertai.
Riwayat haid dan kehamilan, pemakaian kontrasepsi.
26
Sistem-sistem penunjang
Pemeriksaan fisik
Tekanan darah, termasuk pemeriksaan untuk perubahan ortostatik.
Pemeriksaan retina dengan dilatasi pupil.
Pemeriksaan kardiovaskuler untuk tanda-tanda penyakit jantung atau
vaskuler perifer-jika ada, periksa kemungkinan adanya penyakit arteri
koronaria.
Pemeriksaan neurologis
Evaluasi laboratorium
Hemoglobin A16
Kreatinin serum
Protein urin : ekskresi protein > 190 mg/24 jam dapat meningkatkan
risiko penyakit hipertensif selama kehamilan , ekskresi protein > 400
mg/24 jam dapat meningkatkan risiko hambatan pertumbuhan janin.
Uji fungsi tiroid : 5 sampai 10 persen diabetes tipe 1 disertai oleh
disfungsi tiroid.
Rencana penatalaksanaan awal
Konseling
- Risiko dan pencegahan anomali kongenital
- Penyulit pada janin dan neonates dari ibu diabetes
- Efek kehamilan terhadap penyulit diabetes pada ibu
- Risiko penyulit obstetris yang meningkat frekuensinya pada
kehamilan dengan diabetes
- Perlunya kontrasepsi efektif sampai glikemia dapat dikontrol dengan
baik
Regimen insulin dipilih untuk mencapai tujuan berikut :
- Glukosa plasma kapiler sebelum makan = 80 110 mg/dL
- Glukosa plasma kapiler 2 jam setelah makan kurang dari 155 mg/dL
Pantau kadar hemoglobin A16 dengan interval 1 sampai 2 bulan sampai
stabil dengan tujuan untuk mencapai konsentrasi kurang dari 1 persen
di atas kisaran normal.
4. Epilepsi
Anak dari wanita epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinan
mengalami kelainan struktural dibandingkan dengan mereka yang ibunya
sehat; anak terpajan antikonvulsan mungkin mengalami risiko yang lebih
tinggi. Konseling prakonsepsi bagi wanita epilepsi biasanya mencakup
penilaian tentang aktivitas kejang, diikuti oleh rekomendasi untuk beralih ke
27
28
7. Trombofilia
Defisiensi antikoagulan herediter mencakup defisiensi protein C atau
protein S, defisiensi antitrombin III, resistensi protein C aktif (mutasi faktor V
Leiden), hiperhomosisteinemia (mutasi metilen tetrahidrofolat reductase), dan
mutasi prothrombin 20210GA. Selain itu, defek koagulasi didapat
mencakup antibodi antifosfolipid, yaitu antikoagulan lupus dan antibodi
antikardiolipin. Wanita dengan riwayat tromboembolisme dan trombofilia
herediter harus diberi tahu tentang tingginya risiko kekambuhan, dan bahwa
kehamilan dapat mempersulit upaya pencegahan. Informasi juga harus
diberikan tentang risiko seumur hidup dan kemungkinan perlunya profilaksis
kronis. Banyak wanita tidak hamil yang mendapat profilaksis diberi warfarin
dan karena teratogenik maka obat ini perlu diganti dengan heparin jika pasien
ingin hamil.13
8. Penyakit Jaringan Ikat
Risiko yang berkaitan dengan kehamilan untuk masing-masing penyakit
otoimun sangat bervariasi dalam keparahannya, berkisar dari minimal hingga
mengancam nyawa. Obat yang sering diresepkan untuk penyakit vaskularkolagen, sebagai contoh, kortikosteroid, agen anti inflamasi nonsteroid, dan
analgesik tidak menimbulkan risiko bagi janin. Pada kasus berat, mungkin
digunakan obat imunosupresif kuat, dan meskipun sebagian besar tidak
dianggap membahayakan janin, namun terdapat kekhawatiran teoretis
mengenai keamanan obat-obat ini. Inhibitor ACE dapat menimbulkan efek
merugikan pada janin dan dihentikan pada wanita yang ingin hamil.13
9. Penyakit Psikiatrik
Kambuhnya penyakit psikiatrik selama kehamilan dapat disebabkan oleh
penghentian pengobatan oleh pasien sendiri karena mereka beranggapan
bahwa obat-obat tersebut dapat membahayakan janin, risiko depresi
pascapartum berat atau psikosis meningkat pada wanita dengan riwayat
penyakit psikiatrik. Wanita yang pernah mengalami psikosis pascapartum pada
29
30
31
32
Kondisi
Pajanan lingkungan
Diabetes
Berat abnormal
Penyakit kardiovaskular
Hipertensi kronik
Asma
Trombofilia
33
Penyakit ginjal
Penyakit kulit
Penyakit hepatobiliaris
Penyakit darah
Penyakit tiroid
Penyakit neuropsikiatri
Kanker
Penyakit infeksi
Dari beberapa topik di atas, ada beberapa topik yang paling penting
untuk dimasukkan dalam konseling prakonsepsi, di antaranya topik tentang
diabetes mellitus, hipertensi kronik, asma, penyakit hepatobiler (misalnya
hepatitis), serta penyakit infeksi (rubella, tetanus, dll). Hal ini karena kondisikondisi tersebut cukup dapat memberikan efek yang tidak baik dalam
kehamilan, serta memiliki angka kejadian yang cukup tinggi di Indonesia.13
K. Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi
Menurut survei tahun 2016 di Amerika Serikat, diantara wanita-wanita
usia reproduksi, sekitar 50,7% dilaporkan telah menerima konseling
prakonsepsi. Meningkatkan kesehatan prakonsepsi (dalam konseling dan
perawatan prakonsepsi) dapat menghasilkan peningkatan hasil kesehatan
reproduksi, juga dengan potensi untuk mengurangi biaya sosial. Konseling
prakonsepsi bertujuan untuk mempromosikan kesehatan wanita usia
36
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Shahidi S, Aghdak P, Farajzadegan Z, et al. 2011. Reviewing the Effectiveness
of Pre-pregnancy Counseling Protocol on Pregnancy and Labor Indices.
IJNMR 2011; 16(4): 265-72.
2. Edmonds DK. 2012. Dewhursts Textbook of Obstetrics & Gynaecology 8th Ed.
London: Blackwell Publishing. p.34-37.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th
Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
39
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th
Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164.
12. Georgia Department of Community Health. 2008. Every Woman, Every Time
Evidence-based Preconception Care Recommendations To Improve Pregnancy
Outcomes For Women and Their Offspring.
13. Mitchell EW, Verbiest S. 2013. Effective Strategies for Promoting
Preconception HealthFrom Research to Practice. Am J of Health Promotion
2013;27(3):S1-3.
Smith RP. 2013. Netters Obstetrics and Gynecology 3rd Ed. Philadelphia:
Saunders Elsevier. p.450-452.
14. WHO. 2013. Preconception Care: Maximizing The Gains For Maternal And
Child Health. Geneva: Switzerland.
15. Centre for Effective Practice. 2015. Preconception Health Care Tool. J of
Ontario College of Family Physicians.p.1-2.
40