ANDI MILWADI
(2012 63 101)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Penulis haturkan karena atas Ridho dan
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek dengan judul Kegiatan
Pemboran Dan Peledakan Pada Area Quarry Batugamping PT. Semen Bosowa
Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Tujuan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat meraih gelar Sarjana Program Studi Teknik Pertambangan. Atas
segala bantuan, bimbingan, dukungan serta saran-saran dalam penyusunan
Laporan Kerja Praktek ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Yulius Ganti Pangkung, S.T.,M.Eng. selaku Dekan Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua,
2. Ibu Juanita Rosalia Horman, S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknik dan Ketua
Program Studi Teknik Pertambangan,
3. Bapak Bambang Triyanto, S.T.,M.T selaku pembimbing Kerja Praktek
4. Bapak Ir. Muhammad Arief Tahir selaku Head Of Quarry Dept,
5. Bapak Tri Wanto, ST selaku Mine Plan Quarry sekaligus pembimbing
lapangan,
6. Bapak Budiman Habe selaku Head Of & GA Division,
7. Bapak Muskarim, serta seluruh staf dan karyawan di quarry mining atas semua
bantuan dan dukungannya, dan
8. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan Dan rekan-rekan
teknik pertambangan angkatan 2012.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan Kerja
Praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari
para pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Manokwari, Agustus 2016
Andi Milwadi
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
PT. Semen Bosowa Maros merupakan salah satu perusahaan industri cement
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1.6.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pemboran
Sistem pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya
dilakukan dengan mesin bor sistem mekanik (perkusif, rotari, rotari-perkusif)
dengan berbagai ukuran dan kemampuan tergantung pada kapasitas produksi yang
diinginkan. (Jimeno et Al., 1995 dalam Koesnaryo 2001).
Sisitem pemboran secara mekanik berdasarkan sumber energi mekaniknya,
sistem pemboran mekanik terbagi menjadi tiga yaitu perkusif, rotari-perkusif, dan
rotari.
a. Metode pemboran perkusif
Pada pemboran perkusif, energi dari mesin bor diteruskan oleh batang bor dan
mata bor untuk meremukan batuan, komponen utama dari mesin bor ini ialah
piston yang mendorong dan mekanik tangkai batang bor.
b. Metode rotari-perkusif
Pada
pemboran
rotari-perkusif,
aksi
penumbukan
oleh
mata
bor
Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran
yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan stemming,
di mana lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga akan semakin
besar dikarenakan untuk menghindari getaran dan batuan terbang, sedangkan jika
menggunakan lubang tembak yang kecil maka panjang stemming dapat dikurangi.
b. Kedalaman lubang bor
Kedalaman lubang bor biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang
diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya
kedalaman lubang bor harus lebih besar dari tinggi jenjang yang mana kelebihan
daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
c. Kemiringan lubang bor (Arah pemboran)
Arah pemboran yang kita pelajari ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan
arah pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejajar
untuk menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam
geometri peledakan. Lubang bor yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai
jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga menimbulkan
tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan
dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian
bawah lantai jenjang.
Sedangkan dalam pemakaian lubang bor miring akan membentuk bidang
bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan
karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang
diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil (Gambar 2.1)
2.
lubang-lubang tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan
membentuk segi empat. Pola pemboran segi empat yang mana panjang burden
dengan panjang spasi tidak sama besar disebut square rectangular pattern.
Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola pemboran yang penempatan
lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola
pemboran selang-seling yang mana panjang burden tidak sama dengan panjang
spasi disebut staggered rectangular pattern.
Dalam penerapannya, pola pemboran sejajar adalah pola yang umum,
karena lebih mudah dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk
meningkatkan mutu fragmentasi yang diinginkan, maka penggunaan pola
pemboran selang-seling lebih efektif.
Bidang Bebas
Baris 1
Baris 2
Baris 3
Baris 4
S=B
peledakan yang digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris delay yang
berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
b. Spacing (S)
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung pada burden,
kedalaman lubang bor, letak primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan.
Yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan spacing adalah apakah ada
interaksi antar charges yang berdekatan.
c. Diameter Lubang Ledak / Blast Hole Diameter
Ukuran diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam
merancang suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak
burden dan jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Untuk
diameter lubang tembak yang kecil, maka energi yang dihasilkan akan kecil.
Sehingga jarak antar lubang bor dan jarak ke bidang bebas haruslah kecil juga,
dengan maksud agar energi ledakan cukup kuat untuk menghancurkan batuan.
d. Sub-drilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah
rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan
pada lantai (toe), karena dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan.
Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang
yang akan bekerja secara maksimum.
e. Stemming
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan
peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran
(cutting), dimana stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga
air blast dan flyrock dapat terkontrol. Untuk bahan stemming batuan hasil dari
crushing jauh lebih baik daripada cutting rock (material bekas pemboran). Namun
dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi fragmentasi batuan
hasil peledakan.
f. Kedalaman Lubang Tembak/Blast Hole Depth
Kedalaman lubang ledak tergantung pada ketinggian bench, burden, dan
arah pemboran. Kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari besarnya
stemming dan panjang kolom isian bahan peledak. Kedalaman lubang ledak
biasanya disesuaikan dengan tingkat produksi.
g. (Bench Height)/Tinggi Jenjang
Tinggi jenjang berhubungan erat dengan parameter geometri peledakan
tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu atau terkadang ditentukan kemudian
setelah parameter atau aspek-aspek lainnya diketahui. Tinggi jenjang maksimum
biasanya dipengaruhi oleh kemampuan alat bor dan jangkauan alat muat.
h. Panjang Kolom Isian Bahan Peladak
Bagian dari lubang tembak yang berisikan bahan peledak dan juga primer.
Panjang kolom isian tergantung dari kedalaman lubang bor dan stemming.
Bidang bebas
10
Pola peledakan tunda antar baris dan serentak dalam satu baris
Bidang bebas
11
Arah Peledakan
Free face
Kegiatan Pemboran
12
13
3. Pemberian tanda pada posisi yang telah ditentukan dengan menggunakan batu
dengan cara meletakan di atas titik yang akan dibor.
4. Periksa kesiapan alat bor yang digunakan dalam pemboran seperti memeriksa
mata bor, oli mesin, oli hidrolik, dan bahan bakar, setelah semuanya dalam
kondisi normal maka alat mulai dinyalakan, sebelum melaksanakan pemboran
terlebih dahulu mesin dipanaskan dan mengecek tombol panel yang ada dalam
kabin alat bor untuk memastikan masih berfungsi dengan baik atau tidak.
5. Traveling menuju lokasi yang telah siap untuk dilaksanakan kegiatan
pemboran, jarak traveling tergantung dari lokasi mana yang akan dilaksnakan
Kegiatan pemboran.
6. Pelaksanaan pemboran, pihak yang terkait langsung dari kegiatan ini adalah
operator dan pengawas pemboran atau foreman lapangan
7. Pemindahan alat bor, apabila kegiatan pemboran sudah selesai dan telah siap
untuk dilakukan pengisian bahan peledak, maka alat bor yang ada di lokasi
pemboran lubang ledak dijauhkan ke tempat yang dirasa aman. Jarak aman
lebih kurang 400 meter dari lokasi peledakan. Hal ini dilakukan agar alat bor
aman dari pecahan batuan (flayrock).
3.1.3. Cycle Time Alat Bor
Waktu yang dibutuhkan untuk mebuat 1 lubang dengan kedalaman 6 meter
dengan diameter lubang tembak 4.5 inch terbagi dari waktu atur posisi, waktu
membor, waktu menyambung batang bor, waktu mencabut batang bor, dan waktu
untuk mengatasi hambatan, sehingga diperoleh cycle time 584.576 detik.
1. Waku atur posisi yaitu waktu yang digunakan untuk mengatur posisi dari posisi
awal alat bor menuju pada titik yang akan dibor, maksud dari pososi awal alat
bor yaitu alat sudah berada pada daerah yang telah siap dibor waktu yang
diperlukan berdasarkan data dari lapangan yaitu 55.73 detik.
2. Waktu membor terdiri dari waktu membor pertama dan waktu membor kedua,
Waktu membor pertama adalah waktu yang dibutuhkan untuk menembus
batuan pada road pertama sedangkan waktu membor kedua yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk menembus batuan setelah menyambung road kedua. waktu
membor berdasarkan data yang data dari lapangan yaitu 416.66 detik.
3. Waktu menyambung batang bor yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
menyambung batang bor pertama dengan batang bor ke dua, waktu
14
menyambung batang bor berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan yaitu
37.89 detik
4. Waktu cabut road yaitu waktu yang digunakan untuk menncabut road dari
lubang bor. Waktu cabut road berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan
yaitu 226.77 detik.
5. Waktu mengatasi hambatan dalah waktu yang digunakan untuk mengatasi
berbagai hambatan dalam proses pemboran berlangsung, waktu ini tidak sama
dengan waktu pemboran yang lain, waktu ini hanya dapat diperoleh pada saat
ada kendala dalam pemboran, waktu untuk mengatasi hambatan berdasarkan
data yang diperoleh dari lapangan yaitu 129.57 detik.
3.1.4. Pola Pemboran
Pola pemboran yang diterapakan pada PT.Semen Bosowa Maros ada dua
yaitu pola pemboran sejar dan selang-seling, pola pemboran sejajar diterapkan
dalam kondisi lantai jenjang yang memiliki topografi yang relatif datar dan lantai
jenjang yang simetris dalam hal ini berbentuk persegi maupun persegi panjang,
namun pada kondisi topografi yang tidak merata dan lantai jenjang yang tidak
simetris akan diterapkan pola pemboran selang-seling. Pola pemboran selang
seling diterapkan pada saat perintisan misalnya pada pembukan jalan maupun
pelebaran jalan.
15
16
Geometri peledakan
Burden (B)
Spasi (S)
Steaming (T)
Kolom isian (PC)
Subdriling (J)
Kedalaman lubang ledak (H)
Tinggi jenjang (L)
Satuan
3,1 m
3,2 m
2,7 m
3,3 m
0.3 m
6,0 m
5,7 m
17
18
19
20
21
Maros yaitu BM dengan tipe Baterai, model CD 1000-9J, alat ini memiliki 2
tombol dan 1 lampu indicator.
22
b. Gudang dynamit.
Gudang dinamit memilik luas kurang lebih 110 m 2 dengan jumlah rak
sebanyak 8 rak dengan masing masing rak emiliki kapasitas 80 karton dinamit jadi
kapasitas gudang dynamit sebanyak 360 karton atau sama dengan 7200 Kg.
dengan
kapasitas gudang sebanyak 300 ton atau sama dengan 12000 zak amonium nitrat.
23
24
Density FO
= 0.86 Kg/liter
= 25 Kg AN: 1.54 Kg FO
= 25 Kg+1.54 Kg
= 26.54 Kg
25
AN(%) = 26.54
x 100%
= 94,2 %
1.54
FO(%) = 26.54
x 100%
=5.8%
Jadi perbandingan AN dengan FO yaitu 94.2% :5.8%
Jumlah ammonium nitrat yang dicampur dalam 1 kali pencampuran dapat
mencapai 300 kg dengan fuel oil 21.6liter
25
26
27
28
29
30
peledak dipastikan masuk kedalam pelastik, sedangkan dalm kondisi lubang yang
normal tanpa menggunakan plastik maka dapat dikerjakan sendiri dengan hanya
menahan kabel detonator lubang tersebut agar tidak jatuh kedalam lubang,
biasanya kabel detonator ditahan menggunakan kaki setelah bahan peledak
dimasukan kemudian langsung ditutup dengan menggunakan cutting dari hasil
pemboran. Jumlah pengisian untuk satu lubangnya kurang lebih 25 Kg.
31
Bidang Bebas
DELAY2
DELAY2
DELAY3
DELAY4
KABEL UTAMA
MACHINE BLASTING
32
33
34
35
36
BAB IV PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di teliti secara umum
37
DAFTAR PUSTAKA
38
39