Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengaruh bahanbahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup dan cara kerja racun.
Sehingga terjadi respon-respon antara unsur-unsur tersebut dengan sistem biologi
yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satunya
adalah unsur logam berat, yang merupakan unsur yang mempunyai densitas lebih
dari 5 gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hg atau merkuri memiliki
densitas sekitar 13,55. Merkuri atau Hg merupakan logam berat yang sangat
beracun diantara semua logam bert lainnya. Yang kemudian diikuti oleh logam
berat lain yaitu Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.
Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 merupakan setiap bahan yang
karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. B3 dapat berupa bahan
biologis atau zat kimia. Zat kimia B3 dapat berupa senyawa logam (anorganik)
atau senyawa organik. Disini merkuri merupakan B3 logam.
Merkuri dapat berasal dari alam, industri, maupun dari transportasi. Secara
alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Sedangkan industri yang menghasilkan limbah merkuri antara lain industri
pengecoran logam dan semua industri yang menggunakan merkuri sebagai bahan
baku maupun bahan penolong. Macam-macam industrinya antara lain, industri
klor alkali, peralatan listrik, cat, termometer, tensimeter, industri pertanian dan
pabrik detonator. Selain itu, sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari
tempat praktek dokter gigi yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal
gigi. Hasil pembakaran bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.

B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apa merkuri (Hg) itu?
Bagaimana merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan?
Bagaimana merkuri (Hg) dapat masuk ke dalam tubuh manusia?
1

4. Bagaimana cara mendeteksi merkuri (Hg) tersebut?


C.
1.
2.
3.
4.

Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian dan hal-hal tentang merkuri (Hg)
Mengetahui cara merkuri (Hg) dapat mencemari lingkungan
Mengetahui cara merkuri (Hg) masuk ke dalam tubuh
Mengetahui cara mendeteksi merkuri (Hg)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik. Secara alami merkuri dapat berasal dari gas
gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta
memiliki massa molekul relatif (MR= 200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat
menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam
suhu kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39 oC), mempunyai
kecenderungan untuk menguap lebih besar, mudah tercampur dengan logamlogam lainnya dan menghasilkan logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat
mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi
maupun tegangan arus listrik rendah (Alfian, 2006).
Merkuri merupakan logam berat urutan pertama dalam sifat racunnya.
Metil merkuri merupakan bentuk dari merkuri yang penting yang bermanfaat bagi
manusia. Industri yang berperan dalam pencemaran merkuri ke lingkungan adalah
pabrik tinta, kertas, kimia, kosmetik, farmasi dan tekstil. Merkuri memiliki efek
toksisitas pada susunan saraf pusat dan ginjal.
B. Cara Merkuri Mencemari Lingkungan
Diketahui hasil dari epidemiologi bahwa keracunan metil dan etil merkuri
sebagian besar dikarenakan oleh konsumsi ikan yang diperoleh dari daerah
tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan tang disemprot dengan
pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1953-1965 di teluk Minamata,
Kyushu, Jepang dilaporkan adanya keracunan merkuri sehingga menyebabkan
beberapa malformasi pada janin yang dikandung. Pada tahun 1959 ditemukan
bahwa penyebab keracunan tersebut adalah berasal dari limbah Chisso
Corporation yang mengandung metil merkuri yang dibuang ke perairan.

Kemudian pada tahun 1967 terjadi pencemaran merkuri di sungai Agano, Nigata.
Di Irak pun terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi gandum yang
disemprot dengan alkil merkuri sehingga menyebabkan 500 orang meninggal
dunia dan 6000 orang memerlukan perawatan di rumah sakit. Penelitian Eto
(1999), telah menyimpulkan bahwa efek keracunan merkuri tergantung dari
kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka tehadap merkuri antara
lain adalah janin, bayi, anak-anak dan orang tua (Sudarmaji, 2006).
Merkuri atau Hg dapat berasal dari alam, industri, maupun hasil
pembakaran dari transportasi. Di alam merkuri dapat ditemukan pada gas gunung
berapi dan penguapan dari air laut. Macam-macam industrinya antara lain,
industri klor alkali, peralatan listrik, cat, industri pengecoran logam, termometer,
tensimeter, industri pertanian, pabrik detonator dan semua indutri yang
menggunakan merkuri sebagai bahan baku utama atau bahan penolong. Selain itu,
sumber pencemaran merkuri juga dapat berasal dari tempat praktek dokter gigi
yang menggunakan amalgam sebagai bahan penambal gigi. Hasil pembakaran
bahan bakar fosil juga merupakan sumber merkuri.
Mekanisme kerja suatu bahan kimia terhadap suatu organ sasaran pada
umumnya melewati suatu rantai reaksi yang dapat dibedakan menjadi 3 fase
utama, yaitu fase eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Fase
eksposisi adalah ketersediaan biologis suatu polutan di lingkungan dan hal ini erat
kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikomikianya. Selama fase eksposisi, zat
beracun dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia atau fisika menjadi senyawa
yang lebih toksik atau lebih kurang toksik. Jalur intoksikasinya lewat oral, saluran
pernafasan dan kulit. Polutan pada fase eksposisi di lingkungan industri memiliki
sifat fisik berupa padatan, larutan dan gas. Paparan di industri terbanyak melalui
inhalasi, karena bahan kimia pencemar berada di udara ambien sebagai airbone
toxicant, yaitu gas, uap, debu, fume, kabut dan asap. Fase toksokinetik merupakan
fase dimana sebagian dari jumlah zat yang diabsorbsi mencapai organ target suatu
zat toksik di dalam tubuh organisme. Prosesnya dibedakan dengan menjadi,
absorbsi dan distribusi (invasi), biotransformasi, akumulasi dan ekskresi. Fase

toksodinamik merupakan suatu fase dari hasil interaksi dari sejumlah proses yang
sangat rumit dan kompleks.
C. Cara Merkuri Masuk ke Dalam Tubuh Manusia
Bentuk racun dari merkuri yang masuk pada tubuh manusia adalah metil
merkuri (CH3Hg+ dan CH3-Hg-CH3) dan garam organik, mercuric khlor (HgCl2).
Metil merkuri dapat dibentuk oleh bakteri pada endapan dan air yang bersifat
asam. Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh
manusia tetapi senyawa metil merkuri terakumulasi di dalam tubuh 10 kali lebih
lama. Metil merkuri terakumulasi pada rantai makanan, misal merkuri bisa masuk
ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup di perairan yang
telah tercemar merkuri. Merkuri juga dapat dilepaskan ke atmosfer melalui
berbagai kegiatan manusia, terutama dari pembakaran sampah rumah tangga,
limbah industri, dan pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara. Asap yang
mengandung merkuri dapat ditransportasikan melalui udara dan mengendap di
daratan maupun air. Asap merkuri dapat dihisap melalui pernapasan
(Anonim, 2011).
Merkuri yang masuk lewat kulit, biasanya merkuri yang terkandung dalam
kosmetik yang dipakai. Merkuri yang masuk melalui kulit, setelah diabsorbsi di
jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg 2+) yang dibantu oleh
enzim katalase. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat
mengakibatkan:
1. Memperlambat pertumbuhan janin
2. Keguguran dan mandul
3. Flek hitam pada kulit akan memucat, seakan pudar dan bila pemakaian
dihentikan, flek tersebut akan timbul kembali dan akan semakin
bertambah parah
4. Memberikan efek rebound atau respon berlawanan saat pemakaian
kosmetik tersebut dihentikan
5. Untuk wajah yang awalnya bersih, lama kelamaan akan timbul flek yang
sangat parah
6. Dapat menyebabkan kanker kulit

Merkuri yang masuk melalui pernapasan akan diabsorbsi melalui sel darah merah,
kemudian ditransformasikan menjadi merkuri divalent yang sebagian akan
menuju otak dan kemudian diakumulasikan di dalam jaringan. Senyawa phenyl
mercury (C6H5Hg+ dan C6H5-Hg-C6H5) bersifat racun moderat dengan waktu
tinggal yang pendek pada tubuh tetapi senyawa ini dapat berubah bentuk menjadi
merkuri organik dengan cepat pada lingkungan. Metil merkuri 50 kali bersifat
racun daripada merkuri organik. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan, kadar
maksimum merkuri di dalam aor adalah 0,001 mg/l.
D. Cara Mendeteksi Merkuri
Berdasarkan hasil penelitian dari Diner dan Brenner (1998) serta
Frackelton dan Christensen (1998) bahwa diagnosa klinis dari keracunan merkuri
tidaklah mudah dan sering disalah artikan dengan diagnosa kelainan psikiatrik dan
autisme. Sulitnya diagnosa merkuri karena panjangnya periode laten dari mulai
terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk gejala yang timbul,
yang hampir serupa dengan kelainan psikiatrik. Untuk memudahkan diagnosa
klinis dari keracunan merkuri, maka Vroom dan Greer (1972) memebuat kriteria
sebagai berikut:
1. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas sensorik, keminduran psikologi dan perilaku, kemunduran
nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran
penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
2. Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.
Gejala yang disebabkan oleh merkuri yaitu gangguan psikologi berupa rasa cemas
dan kadang timbul sifat agresif (Sudarmaji, 2006).
Keracunan merkuri sering disebut dengan mercurialism yang
banyak ditemukan pada negara maju. Deteksi merkuri dapat melalui urine, darah,
kuku dan rambut. Kadar merkuri di udara daerah yang tidak tercemar sekitar 2050 ng/m3. Jika kadar merkuri di udara sebesar 50 ng/m 3, maka dalam waktu 3 hari
banyaknya paru-paru menghisap merkuri sebesar 1 g/hari. Gejala klinis yang
ditimbulkan oleh merkuri tergantung banyaknya merkuri yang masuk ke dalam

tubuh, dengan gejala yang paling ringan berupa parastesia yaitu hilangnya rasa
pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi pengurangan
penglihatan dan pendengaran sampai gejala yang paling berat berupa ataxia,
dysarthria bahkan kematian. Paparan merkuri pada janin akan tampak setelah bayi
lahir yang dapat berupa cerebraly palsy maupun retardasi mental. Hal ini dapat
terjadi karena jika ibu hamil mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan
padi-padian yang disemprot fungisida mengandung metil merkuri atau yang
tercemar merkuri melalui perairan dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium
terlihat adanya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan kerusakan membran
sel pada kasus keracunan merkuri (Sudarmaji, 2006).
Metil merkuri merupakan racun yang mampu mengganggu
susunan saraf pusat maupun saraf perifer. Keracunan merkuri dapat pula
berpengaruh terhadap fungsi ginja yaitu mengakibatkan proteinuria. Selain
mempunyai efek pada susuna saraf, merkuri juga dapat menyebabkan kelainan
psikiatri berupa insomnia, nervus, pusing, mudah lupa, tremor dan depresi. Pada
dasarnya besar resiko akibat terpapar merkuri tergantung dari sumber merkuri di
lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan
hubungan dosis dengan respon (Sudarmaji, 2006).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Merkuri merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu batuan, biji tambang, tanah, air dan udara
sebagai senyawa anorganik dan organik, serta logam berat urutan pertama
dalam sifat racunnya.
2. Mekanisme merkuri mencemari lingkungan dengan 3 fase, yaitu fase
eksposisi, fase toksokinetik dan fase toksodinamik. Merkuri dapat
mencemari lingkungan dengan adanya limbah dari industri yang
mengandung merkuri dan dibuang ke lingkungan sekitar. Sumber merkuri
dapat berasal dari alam, industri maupun dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil.
3. Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara melalui kulit, setelah
diabsorbsi di jaringan akan teroksidasi menjadi merkuri divalent (Hg 2+)
yang dibantu oleh enzim katalase. Metil merkuri terakumulasi pada bahan
makanan yang dikonsumsi, misal ikan. Merkuri juga dapat dilepaskan ke
atmosfer melalui berbagai kegiatan manusia terutama proses pembakaran,
bahan bakar fosil, maupun dari fenomena alam yang dapat masuk ke
dalam tubuh melalui inhalasi.
4. Cara mendeteksi merkuri dengan kriteria yang dibuat Vroom dan Greer
(1972) untuk memudahkan diagnosa klinis dari keracunan merkuri:
a. Observasi kemunduran fungsi, yang berupa: kerusakan motorik,
abnormalitas

sensorik,

keminduran

psikologi

dan

perilaku,

kemunduran nerologik dan kognitif, kelainan bicara, pendengaran,


kemunduran penglihatan, kelainan kulit serta gangguan reflek.
b. Waktu paparan oleh merkuri bersifat akut atau kronis.

DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU Repository.
Anonim. 2011. http://toksikmerkuri.blogspot.com/ [30 desember 2012]
Sudarmaji, J.Mukono, dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2
(2): 129 -142.

Anda mungkin juga menyukai