Anda di halaman 1dari 12

ANALISA DINAMIK DAN DESAIN DONUT FENDER

DI TELUK BINTUNI
ZULKIFLI NUR KURNIAWAN1
PEMBIMBING : MUSLIM MUIN, Ph.D2
Program Studi Sarjana Teknik Kelautan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung 40123
zulkiflinur.kurniawan@gmail.com1muslimmuin@yahoo.com2
ABSTRAK : Pasang surut yang terjadi di Teluk Bintuni memiliki tunggang pasut yang cukup tinggi.
Sementara itu diperlukan suatu pelabuhan untuk mengakomodasi kebutuhan bongkar muat penumpang dari satu
tempat ke tempat lainnya. Sebagaimana pelabuhan pada umumnya, diperlukan struktur fender untuk menahan
beban tumbukkan kapal pada struktur dermaga. Desain fender yang digunakan harus memperhatikan tunggang
pasut yang terdapat di lokasi. Tunggang pasut di Teluk Bintuni cukup besar, sehingga untuk itulah diperlukan
jenis fender tipe donut karena donut fender mampu menyesuaikan diri dengan elevasi permukaan air. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut maka jenis fender yang tepat untuk mengakomodir kebutuhan dermaga adalah
jenis donut fender. Analisa lebih jauh yang dilakukan terhadap tiang fender adalah analisa respons dinamika
tiang dalam keadaan single degree of freedom untuk mengetahui simpangan maksimum tiang fender, gaya
gaya dalam yang terjadi pada tiang fender, serta tegangan tiang. Analisa masa layan (fatigue life) tiang fender
akibat beban gelombang, dan jenis vortex yang dapat timbul dibelakang tiang fender. Pemodelan struktur tiang
dengan SAP 2000 dilakukan untuk menguji kekuatan struktur terhadap beban kombinasi yang bekerja. Output
yang dihasilkan dari pemodelan adalah berupa gaya gaya dalam yang bekerja pada tiang dan unity check ratio
untuk mengetahui kekuatan struktur.
Kata Kunci : Fender, Single Degree of Freedom, Vortex, Pemodelan Struktur, Kekuatan Struktur.

PENDAHULUAN
Sebuah dermaga hendak dibangun di wilayah Teluk Bintuni, Papua Barat untuk
mengakomodasi kebutuhan bongkar muat baik penumpang dan barang dari dan ke Teluk
Bintuni. Lokasi dari pembangunan dermaga di Teluk Bintuni dapat dilihat pada Gambar 1
dibawah ini.

Gambar 1: Lokasi Proyek


Diperlukan suatu struktur fender yang cocok untuk menahan beban tumbukkan kapal pada
dermaga. Berdasarkan keadaan hidro oseanografi di lokasi diketahui lokasi tersebut
memiliki tunggang pasut yang cukup tinggi, oleh karena itu dipilih fender dengan jenis donut
fender untuk mengantisipasi tunggang pasut yang tinggi tersebut. Untuk mendapatkan ukuran
dan spesifikasi fender yang optimal diperlukan analisa dan perhitungan terhadap beban yang
bekerja pada fender seperti beban akibat tumbukkan kapal. Donut fender merupakan jenis
fender yang sedikit berbeda dengan fender pada umumnya karena donut fender ini tidak
menempel pada struktur seperti pada fender dengan tipe cone fender atau v-fender. Donut
fender bertumpu pada tiang tunggal di depan dermaga. Oleh karena itu perlu dilakukan
analisa kekuatan tiang fender terhadap beban beban yang bekerja pada tiang fender seperti
beban angin, beban arus, beban gelombang, dan beban gempa. Perhitungan beban tersebut
memerlukan data data berupa parameter gelombang seperti ketinggian gelombang, perioda
gelombang, dan panjang gelombang serta data geoteknik tanah untuk menganalisa ketahanan
lateral tanah. Hal yang tidak kalah penting untuk dianalisa adalah respons dinamika tiang
terhadap beban gelombang yang bekerja pada tiang. Analisa tersebut menjadi penting untuk
dilakukan agar dapat diketahui besar simpangan yang terjadi pada tiang akibat beban siklik
gelombang. Tiang fender sebagaimana struktur pada umumnya juga memiliki masa layan atau
disebut juga fatigue life yang besarnya bergantung pada jumlah beban siklik yang bekerja
pada struktur tiang tersebut. Masa layan tiang dapat diketahui dengan terlebih dahulu
2

mengetahui besar tegangan tiang yang bekerja akibat beban siklik gelombang. Masa layan
struktur dapat juga dipengaruhi oleh ada tidaknya vortex yang timbul akibat arus yang melalui
tiang. Namun pada kasus ini fatigue life akibat vortex shedding tidak dianalisa melainkan
hanya mencakup ada tidaknya vortex dan jenis vortex yang terbentuk.
TEORI DAN METODOLOGI
Dermaga dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan jenis kapal tertentu. Begitu pula halnya
pada perencanaan fender. Dimensi dan bentuk fender bergantung pada jenis dan ukuran kapal
yang akan bertambat. Komponen komponen struktur seperti tiang fender dan donut fender
didesain sedemikian rupa agar dapat menerima beban beban yang bekerja. Perhitungan
energi dan reaksi beban kapal yang bersandar pada fender dilakukan menggunakan standar
OCDI. Dermaga di Teluk Bintuni dibangun untuk mengakomodasi kapal dengan jenis crew
boat yang memiliki kapasitas 98 GRT dan panjang total kapal (LOA) 19.8 meter.
Tabel 1: Spesifikasi Kapal

Type

GRT Displacement

Crew Boat

98

100

LOA

LBP

19.8

16

FL

DL

5.19 1.6 1.2

Dalam upaya untuk menghitung besarnya energi dan reaksi beban akibat tumbukkan kapal,
persamaan yang digunakan adalah persamaan yang didapatkan dari OCDI seperti yang
tercantum pada persamaan (1) berikut ini.
(1)
dimana:
M = massa kapal (displacement tonnage)
V

= komponen kecepatan kapal saat merapat dalam arah tegak lurus(m/s)

Cm = koefisien added mass


Ce = koefisien eksentrisitas
Cc = koefisien konfigurasi berthing
Cs = koefisien softness
Dengan menggunakan persamaan (1) dapat ditentukan besar reaksi yang terjadi pada fender
menggunakan tabel fender yang didapatkan dari Fentek Engineering seperti yang terdapat
pada Tabel 2 berikut ini
3

Tabel 2: Reaksi Fender

.
Dari tabel reaksi fender tersebut dapat diketahui ukuran fender yang optimum untuk menahan
beban akibat kapal.
Perhitungan beban akibat angin, arus, dan gelombang mengikuti standar dari API RP2A
dengan persamaan (2) sampai dengan persamaan (4) berikut ini.
(2)
| |

(3)

| |

(4)

dimana,
Fw = beban akibat angin
Fc = beban akibat arus
F

= beban akibat gelombang

CD = koefisien drag
D

= diameter tiang

= kecepatan angin

= kecepatan partikel air


4

CM = koefisien inersia

= massa jenis air

w = massa jenis udara


= percepatan partikel air

Beban horizontal yang juga berpengaruh terhadap struktur adalah beban akibat gempa.
Meskipun pengaruh beban gempa cukup kecil karena struktur hanya berupa tiang tunggal,
perhitungan beban gempa perlu dilakukan untuk mengetahui besar gaya geser dasar pada
tiang yang diakibatkan oleh gempa. Besar gaya geser ini nantinya dibandingkan dengan
kapasitas lateral tanah untuk menentukan kuat tidaknya tanah menahan beban lateral. Besar
beban gempa bergantung pada berat struktur tersebut. Karena berat satu buah tiang fender
sebesar 3.4Ton, gaya geser dasar akibat beban gempa akan sangat kecil. Oleh karena itulah
pada analisa gaya geser dasar, beban yang digunakan adalah beban tiang fender ditambah
dengan beban kapal pada saat bersandar pada tiang. Perhitungan beban gempa berdasarkan
SNI Gempa 1726-2002 tercantum pada persamaan (5) berikut.
(

(5)

dimana,
V1 = gaya geser dasar akibat gempa
C1 = nilai faktor respons gempa
I

= faktor keutamaan struktur

= faktor redundansi gempa

W = berat struktur
Besar gaya geser dasar yang dihasilkan dari persamaan diatas perlu dibandingkan dengan
besar tahanan lateral tanah untuk mengetahui apakah tanah mampu menahan beban lateral
gempa. Besar tahanan lateral bergantung pada lokasi fixity point tiang.
Pemodelan struktur menggunakan SAP 2000 dilakukan dengan lima kombinasi pembebanan
yang berbeda beda tiap kasus. Lima kombinasi pembebanan yang digunakan pada
pemodelan terdapat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3: Kombinasi Pembebanan


Kombinasi Pembebanan
COMB1

1.4 DL

1.4 W

COMB2

1.2 DL

1.0 G

COMB3

1.2 DL

1.2 B

COMB4

1.2 DL

1.6 B

COMB5

1.2 DL

1.2 M

1.2 M

1.2 W

1.0 G

Geometri struktur tiang yang dimodelkan dalam SAP 2000 dapat dilihat pada Gambar 2
dibawah ini.

Gambar 2: Geometri Struktur Tiang Fender

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari perhitungan beban yang bekerja pada tiang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4: Beban Pada Tiang
Beban

Unit

Nilai

FC (arus)

kN/m 1.31

FW (angin)

kN/m 0.075

FF (fender) kN

37.8

Fwave

2.5

kN

Dari hasil perhitungan, reaksi yang terjadi pada fender adalah sebesar 37.8kN sehingga
ukuran fender yang dipilih adalah dengan diameter luar 1.3 meter dan tinggi 1.22 meter.
Perhitungan reaksi dan momen pada tiang dilakukan untuk mengetahui besarnya tegangan
izin tiang. Hasil perhitungan reaksi dan momen tiang pada kondisi high tide terdapat pada
Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5: Reaksi Tiang
Gaya

Unit

Angin

kN/m 0.075

0.3

0.023

Arus

kN/m

1.31

9.2

12.05

2.5

9.2

2.5

Gelombang kN

Nilai

Luas area Besar

Mooring

kN

35.07

35.07

Berthing

kN

37.8

37.80

Rax(kN)

87.45

Tabel 6: Momen Tiang


Gaya

Unit

Nilai

Luas area Besar

Angin

kN/m

0.08

0.3

0.44

Arus

kN/m

1.31

9.2

175.96

Gelombang kN

25.65

9.2

25.65

Mooring

kN

35.07

1.0

673.34

Berthing

kN

37.80

1.0

725.76

Mx(kN-m)

1601.17

Untuk simpangan maksimum yang terjadi pada struktur dapat diketahui dengan melakukan
analisa dinamik tiang. Besar simpangan maksimum yang terjadi dianalisa menggunakan
sistem single degree of freedom dengan hasil seperti Gambar 3 dan Gambar 4 berikut.

Respons Dinamika
0.01

y(t)

0.005
0
0

10

20

30

40

50

-0.005
-0.01

Gambar 3: Respons Dinamika Tiang Kondisi 1

60

70

Respons Dinamika
0.03
0.02

y(t)

0.01
0
-0.01

10

20

30

40

50

60

70

-0.02

-0.03

Gambar 4: Respons Dinamika Tiang Kondisi 2


Pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa simpangan struktur adalah sebesar 0.0085 meter.
Simpangan sebesar ini terjadi dengan kondisi tanpa terdapat kapal yang bersandar kepada
tiang. Sementara pada Gambar 4 ditunjukkan besar simpangan struktur pada kondisi ketika
terdapat kapal yang bersandar pada tiang adalah sebesar 0.023 meter. Tegangan tiang pada
kondisi 1 adalah sebesar 4.1kPa dan pada kondisi 2 adalah sebesar 11.1kPa. Analisa multi
degree of freedom untuk continuous beam dengan menganggap massa terdistribusi secara
merata disepanjang tiang sehingga memiliki frekuensi natural yang tidak terhingga. Lima
node pertama memberikan nilai frekuensi natural seperti tertera pada Tabel 7. berikut.
Tabel 7: Frekuensi Natural Untuk 5 Node Pertama
n
1
2
3
4
5

Cn
15.41
49.97
104.25
178.27
272.03

an
n
0.2
8.79
0.36 28.5
0.52 59.47
0.68 101.7
0.85 155.19

n
-0.18
-0.29
-0.39
-0.48
-0.56

Dengan menggunakan frekuensi natural pada node pertama didapatkan nilai dynamic
amplification factor sebesar 1.01. Sehingga dengan mengalikan simpangan statis struktur
didapatkan besar simpangan maksimum struktur adalah sebesar 0.008 meter. Momen yang
bekerja pada tiang adalah sebesar 12.87kN-m dan tegangan yang terjadi akibat momen
tersebut adalah sebesar 3.89kPa.
Masa layan struktur (fatigue life) tiang fender dengan beban siklik berupa beban gelombang
dapat bertahan selama 19 tahun. Analisa fatigue life ini menggunakan metoda deterministik
sederhana dimana beban yang bekerja hanya berupa beban gelombang tanpa ada beban
tumbukkan kapal pada tiang dan tidak ada pengurangan masa layan akibat vortex induced
vibration. Jenis vortex yang timbul akibat arus yang melalui tiang fender adalah jenis
9

boundary layer transition to turbulent dengan nilai bilangan Strouhal sebesar 0.22 dan besar
frekuensi vortex shedding adalah 0.72 rad/s. Frekuensi ini tidak sama dengan frekuensi
natural struktur tiang fender sehingga dapat disimpulkan tidak ada resonansi yang terjadi pada
tiang akibat adanya vortex shedding. Masa layan struktur (fatigue life) akibat vortex shedding
adalah 13 tahun. Hasil perhitungan masa layan struktur akibat vortex shedding lebih kecil
daripada masa layan struktur akibat beban gelombang. Hal ini dapat disebabkan karena
frekuensi vortex shedding lebih kecil daripada frekuensi gelombang.

Dari hasil pemodelan menggunakan SAP 2000 besar reaksi dan momen yang terjadi pada
tiang akibat kombinasi pembebanan tidak terlampau jauh dari hasil perhitungan manual.
Untuk mengetahui hasil dari pemodelan struktur menggunakan SAP 2000 dapat dilihat pada
Tabel 8 dan Tabel 9 berikut ini.
Tabel 8: Reaksi Tiang Menggunakan Pemodelan SAP 2000
TABLE: Joint Reactions
Joint

OutputCase

CaseType

StepType

F1

F2

F3

M1

Text

Text

Text

Text

KN

KN

KN

KN-m

COMB3

Combination

Max

0.936

87.82

40.606

2111.1957

COMB3

Combination

Min

-0.936

-117.104

40.606

1685.1096

Tabel 9: Unity Check Ratio


TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-LRFD93
Frame DesignSect DesignType
Text
3

Text
PILE

Text
Column

Status

Ratio

RatioType

Combo

Location

Text

Unitless

Text

Text

No Messages 0.686639 PMM

COMB5

Dapat dilihat pada Tabel 8 reaksi maksimum yang terjadi pada tiang adalah sebesar 87.82kN
sementara besar momen maksimum yang terjadi adalah 2111.19kN-m. Reaksi maksimum
terjadi pada saat kondisi pembebanan kombinasi ketiga. Pada Tabel 9 dapat diketahui besar
unity check ratio adalah 0.68 dan terjadi pada kondisi pembebanan kombinasi kelima. Nilai
dari unity check ratio masih lebih kecil daripada 1 sehingga dapat disimpulkan struktur aman
terhadap kombinasi pembebanan yang bekerja.

10

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil studi kasus sederhana dan pemodelan menggunakan SAP 2000 dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Dari hasil pengecekan terhadap maximum bending moment, tegangan geser, dan kapasitas
lateral akibat beban beban horizontal yang bekerja pada struktur, dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan struktur tiang fender di Teluk Bintuni aman terhadap kegagalan
struktur.
2. Beban horizontal terbesar yang berpengaruh terhadap struktur adalah beban berthing.
3. Jenis fender yang dipilih adalah jenis donut fender dengan diameter luar 1.3 meter dan
tinggi fender 1.22 meter.
4. Dari hasil perhitungan kapasitas lateral tanah diperoleh kedalaman fixity point adalah
sedalam 6 meter dari seabed. Dengan kedalaman tersebut cukup memberikan ketahanan
lateral terhadap berbagai kombinasi pembebanan yang terjadi pada struktur.
5. Dari hasil analisa dinamika struktur derajat tunggal didapatkan simpangan maksimum
struktur pada saat kondisi pertama adalah sebesar 0.0085 meter. Sementara pada saat
kondisi kedua, simpangan maksimum yang terjadi pada struktur adalah 0.023 meter.
Analisa tegangan untuk kekuatan struktur pada kondisi single degree dan multi degree
masih dalam ambang batas aman yaitu sebesar 4.1kPa dan 11.1kPa.
6. Berdasarkan hasil perhitungan masa layan atau fatigue life secara deterministik didapatkan
masa layan struktur adalah selama 19 tahun.
7. Vortex terbentuk di belakang struktur akibat aliran arus air dengan frekuensi vortex
shedding sebesar 0.72rad/s. Frekuensi akibat vortex shedding ini tidak sama dengan
frekuensi alami struktur. Sehingga dapat disimpulkan struktur tidak beresonansi terhadap
pengaruh vortex shedding. Dari hasil perhitungan masa layan struktur didapatkan masa
layan struktur akibat pengaruh vortex shedding adalah 13 tahun.
8. Hasil pemodelan struktur menggunakan software SAP 2000 dapat disimpulkan bahwa
tegangan yang terjadi pada struktur ini masih dalam rentang dibawah tegangan batas yang
diijinkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai unity check ratio struktur yang masih lebih kecil
daripada 1 dari hasil pemodelan menggunakan software SAP.
Hasil pemodelan struktur dari studi kali ini dapat digunakan untuk diterapkan dalam
keadaan sebenarnya. Namun, perlu dilakukan cross check kembali terhadap beban gempa
yang bekerja pada struktur dan kombinasi pembebanan karena pada perhitungan momen
tiang terdapat perbedaan pada hasil pemodelan dengan perhitungan manual. Masa layan
struktur tidak cukup ditentukan dengan metoda deterministik sederhana seperti yang sudah
dilakukan pada Tugas Akhir ini namun juga memerlukan studi mendalam agar
mendapatkan hasil yang lebih tepat. Agar hasil lebih akurat lagi dapat ditambahkan
pengaruh kapal yang menumbuk tiang fender.

11

DAFTAR PUSTAKA
Dean, R. dan Dalrymple, R., Water Wave Mechanics For Engineers and Scientists, 2nd Edition,
Routledge, Singapore, 1984
Paz, Mario, Structural Dynamics Theory And Computation, Van Nostrand Reinhold Environmental
Engineering Series, Canada, 1980
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan (OCDI), Technical Standards For Port
And Harbour Facilities in Japan, Daikousha Printing Co. Ltd., Tokyo Japan, 2002
SNI 1726 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung,
Badan Standarisasi Nasional., Jakarta, 2002

12

Anda mungkin juga menyukai