Anda di halaman 1dari 6

TUGAS JIWA

A. Delirium dan Demensia


Kasus : Pasien laki- laki berumur 65 tahun, suku Bali, datang pertama kali ke UGD
RSUP Sanglah diantar oleh anak dan menantu pasien. Pasien diwawancara dalam posisi
duduk, awalnya tidak mengenakan pakaian dan hanya mengenakan kain warna putih
untuk menutup tubuhnya. Pasien mau mengenakan pakaian setelah disuruh oleh anaknya.
Pasien dengan rambut tercukur pendek, kulit sawo matang, dan kuku terpotong dan
terkesan kotor. Raut wajah pasien terlihat kesal, kedua matanya merah, terlihat gelisah,
dan sering berubah posisi dari duduk ke berdiri dan sebaliknya. Pasien berkali-kali
menoleh ke kanan dan kiri, serta sering tiba-tiba duduk bersila dan mencakupkan tangan
seperti sedang sembahyang. Pasien juga berkali-kali mengatakan ingin pergi ke luar
ruangan pemeriksaan. Selama diwawancara pasien tidak selalu menatap mata pemeriksa
dan sering menjawab pertanyaan sambil menatap ke arah lain. Dalam menjawab
pertanyaan, pasien menggunakan Bahasa Indonesia yang sesekali diselingi dengan bahasa
daerah Bali, menjawab secara singkat, dan intonasinya seringkali tidak jelas. Pasien dapat
menyebutkan nama dan alamat asalnya dengan benar. Pasien juga dapat mengenali
keluarga yang mengantar sebagai anak dan menantunya. Namun saat ditanya tempatnya
berada saat wawancara, pasien menjawab, Di pura Besakih. Pasien dapat mengulang
tiga nama benda saat diminta, yaitu buku, pulpen, dan senter. Pasien dapat menyebutkan
pekerjaannya adalah sebagai petani yang bekerja menggarap sawah milik sendiri. Saat
diminta menyebutkan kembali tiga nama benda sebelumnya, pasien menolak menjawab.
Pasien menolak menjawab pertanyaan hitungan sederhana 100 dikurangi tujuh.Pasien
tidak menjawab saat ditanya jumlah kabupaten di Bali dan saat ditanya mengenai nama
presiden Indonesia saat ini, pasien menjawab, Tidak suka. Selanjutnya pasien
mengucapkan tidak suka berkali-kali walaupun tanpa ditanya. Pasien tidak mengetahui
alasan mengapa dirinya dibawa ke rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa saat ini ia
merasa marah karena pembagian warisan yang tidak adil oleh saudaranya. Pasien juga
mengatakan ada dewa yang masuk kedalam pikirannya untuk mengatakan bahwa dia
harus rajin sembahyang untuk menghindari guna-guna dan ilmu hitam. Pasien sering
menyendiri dan sembahyang. Pasien sering mendengar suara-suara dari suara laki-laki

dan perempuan bahwa dirinya akan di guna-guna. Pasien tidak ingat bahwa pernah
mengamuk dan berkata keras. Pasien juga pernah memukuli anggota keluarganya karena
dia curiga anggota keluarganya itu akan mencelakakannya. Pasien juga menolak
berbicara saat di wawancara dan diam saja. Pasien mengalami diorientasi tempat dan
orang. Sebelumnya pasien juga pernah masuk RSUP Sanglah 3 tahun yang lalu dirawat
10 hari dengan keluhan sering bicara sendiri. Setelah itu pasien dipulangkan karena
membaik.
Pasien di diagnosa awal skizoprenia paranoid remisi tidak sempurna dengan Delirium
bertumpang tindih Dimensia.
Faktor Presipitasi :
Pasien sering bicara sendiri, demensia, waham curiga
Factor Predisposisi :
Pasien pernah di rawat di RSUP 3 tahun yang lalu dengan keluhan bicara sendiri,
psikososial dan lingkungan, usia 65 tahun.
Pohon Masalah :
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
GSP Halusinasi : Pendengaran
Kerusakan komunikasi
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi : Pendengaran
2. Kerusakan komunikasi
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Prinsip Tindakan
1. Tujuan jangka panjang
Pasien dapat berorientasi dan menyesuaikan diri dengan keluarga dan lingkungannya
sesuai dengan kemampuannya secara optimal, dapat mengontrol halusinasi.
2. Tujuan jangka pendek
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar dan perawatan dirinya, serta meningkatkan
orientasi pasien.
3. Intervensi

a. Penuhi kebutuhan dasar


- Penuhi nutrisi dan cairan
- Pemenuhan kebutuhan tidur seperti penerangan cukup, ruangan tenang dan
temani menjelang tidur.
b. Kondisi halusinasi
- Biarkan lampu menyala
- Orientasi tempat, waktu dan orang
- Jika memungkinkan,perawat satu-satu mudah observasi dan orientasi.
c. Komunikasi
- Berikan pesan yang jelas
- Tunjukkan sikap positif
- Hindari penggunaan kata ganti
- Hindari memberikan pilihan
- Gunakan pertanyaan langsung dan sederhana
d. Dukung Mekanisme koping
- Hindari konfrontasi pada klien
- Kaji sumber kecemasan
- Hindari pemaksaan
- Berikan penguatan pada koping yang efektif
- Berikan jadwal aaktifitas.

B. Depresi dan Mania


Kasus Depresi : Tuan A adalah seorang bapak berusia pertengahan 30-an. Ia datang
berkonsultasi ke psikiater atas anjuran dari salah seorang rekannya. Saat datang untuk
pertama kalinya, terlihat bahwa mimik wajahnya murung dan nampak tidak
bersemangat. Ketika dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatrik, suaranya pelan,
gerak-geriknya minimal, dan ia sering menanyakan ulang pertanyaan yang ditanyakan
oleh psikiater pemeriksa.
Tuan A menceritakan bahwa ia sudah merasa sedih berkepanjangan di mana hampir tak
ada satu haripun ia merasa bahagia selama 1 bulan terakhir dan aktivitasnya terbatas di
dalam rumah saja. Satu bulan lalu ternyata ia baru saja di PHK dari pekerjaannya.

Rasa sedihnya disertai dengan penurunan berat badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena
hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
sulit untuk jatuh tidur atau kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya.
Setelah beberapa saat kemudian, Tuan A bercerita bahwa perasaan sedihnya bertambah
parah semenjak dua minggu terakhir, ia menjadi mudah menangis tanpa sebab-sebab
yang jelas dan ia merasa pesimis dengan masa depannya serta keluarganya. Akhirakhir ini, ia berpikir bahwa hidupnya tidak berharga dan lebih baik ia mati saja.
Semenjak di PHK Tuan A juga tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru
karena merasa putus asa dengan hidupnya selain itu saat ini dia menjadi menarik diri
dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal sebagai orang yang aktif dalam kegiatan RT
di lingkungannya. Rasa sedihnya menjadi bertambah parah karena Tuan A mulai
kebingungan akan pembiayaan hidupnya sehari-hari beserta keluarganya.
Kasus Mania : Nn Y,Seorang wanita berumur 30 tahun dirawat di RS Jiwa.Dikeluhkan
oleh keluarga sering mengalami euphoria,sehingga tertawa-tawa sendiri,sering agitasi dan
cukup agresif,namun terkadang setelah periode agresif tersebut Nn Y kemudian
diam,bengong dan tidak mau bicara.Nn.Y mengalami periode mania dan depresi setelah
putus hubungan percintaan dengan tunangannya. Nn.Y temasuk pribadi yang perfeksionis
dan sekaligus introvert.Sekarang Nn.Y. belum mau bicara kepada perawat dan selalu
mengambil posisi menarik diri di pojok ruangan.
Faktor Predisposisi :
Perasaan sedih berkepanjangan, kehilangan pekerjaan, penilaian negative pada diri
sendiri, pribadi yang perfeksionis dan introvert,dan

mekanisme koping yang tidak

efektif.
Faktor Presipitasi :
Reaksi kehilangan : PHK, peran yang belum terpenuhi untuk mencari nafkah, kehilangan
semangat dan hilangnya napsu makan dan putus cinta dengan tunangannya
Pohon Masalah :
Resiko mencederai diri sendiri : Bunuh diri
Gangguan Nutrisi

Ketidakberdayaan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Ketidakberdayaan
3. Harga diri rendah
Prinsip Tindakan
1. Pertahankan hubungan terapeutik
2. Bantu klien untuk mengenal dan mengekspresikan emosinya
3. Motivasi klien untuk aktif mencapai tujuan
4. Bantu klien untuk melakukan hubungan interpersonal
5. Tingkatkan kebutuhan dasar klien
6. Bantu mengembangkan diri klien
7. Modifikasi pola kognitif yang negative

TUGAS KEPERAWATAN JIWA


KASUS DELIRIUM
KASUS DEMENSIA
KASUS MANIA
KASUS DEPRESI

DISUSUN OLEH :
FEBRIAN FALENTINO
NRP : 1310712016

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


VETERAN
JAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai