Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Sotong (Sepia sp)
Cephalopoda merupakan salah satu sumberdaya hayati penting dalam
sektor perikanan laut (Bihan et al. 2006). Cephalopoda adalah salah satu
kelompok binatang lunak (filum moluska), meliputi cumi-cumi (squid), sotong
(cuttlefish), gurita (octopus) dan kerabatnya. Sotong (Sepia recurvirostra)
merupakan salah satu jenis Cephalopoda yang cukup dikenal dan digemari oleh
masyarakat. Terdapat kurang lebih 100 spesies sotong di dunia (Ozyurt et al.
2006).
Suku Sepiidae terdiri atas 3 marga yaitu Sepia, Sepiella dan Metasepia.
Mereka semua termasuk dalam bangsa Sepiida (Ind : Sotong, Eng: Cuttlefish)
yaitu Cephalopoda yang pada umumnya mempunyai perawakan seperti sotong.
Hewan ini sangat sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari karena menjadi
salah satu makanan laut yang digemari.(Mujiono, 2008)
Menurut Mujiono Nova, 2008 Secara umum orang awam sulit membedakan
antara cumi yang termasuk bangsa Teuthida dengan sotong (Sepiida) karena
ada jenis cumi yang mempunyai bentuk tubuh sangat mirip dengan sotong, yaitu
marga Sephioteuthis.
Sepia sp merupakan binatang yang bersifat phototaksis positif, mudah
tertarik dengan cahaya dan naik ke permukaan air. Ciri khas dari Sepia sp adalah
dapat menyemprotkan cairan hitam dari tentakel yang terletak dimulut. Cairan
hitam tersebut berfungsi untuk mengecoh musuhnya dan jari-jari yang
mempunyai mangkuk penghisap untuk menangkap mangsanya. Sepia sp dapat
dijumpai di daerah pantai, perairan laut dangkal, perairan payau dan laut terbuka
sampai kedalaman 400 meter. Ada sekitar 120 spesies yang diketahui dari
genus Sepia yang ditemukan di seluruh dunia (Anonymous, 2014)
: Animalia
Filum
: Mollusca
Kelas
: Cephalopoda
Ordo
: Sepiida
Famili
: Sepiidae
Genus
: Sepia
Spesies
: Sepia sp
Organ
mantel
mencakup
sistem
sirkulasi,
reproduksi,
pencernaan dan ekskresi. Di dalam mantel terdapat struktur yang analog dan
tulang belakang pada vertebrata, yang disebut dengan cuttlebone. Bentuknya
seperti bulu ayam, tersusun atas matriks kalsium sehingga lebih keras dibanding
orang lain. Sirip terdapat dikanan-kiri mantel, pada bagian posterior tidak
menyatu. Dalam kepala terletak organ mata, otak sebagai sistim saraf pusat
serta struktur rahang yang mirip paruh burung beo. Mata dilindungi oleh selaput
transparan, terdapat kelopak mata palsu.(Mujiono, 2008)
Lengan dan tentakel sebenarnya tidaklah sama. Lengan pada Sepiida
berjumlah 8 buah yang tersusun kiri dan kanan, tidak dapat ditarik kedalam
(unretractable) mendelati kepala. Batil isap (sucker) dengan cincin dari khitin
yang terdapat mulai dari pangkal sampai keujung, biasanya lebih pendek dan
berdaging serta penampangnya berbentuk seperti segitiga memanjang. Tentakel
berjumlah 2 buah, tersusun kiri dan kanan dan dapat ditarik masuk (retractable)
ke dalam kantong yang terdapat di pangkalnya, tentakel terletak diantara lengan
ke-3 dan ke-4. Batil isap hanya terletak pada bagian ujung (tentacular club)
(Jereb & Roper, 2005). Pemanjangan organ tentakel ini dikarenakan fungsinya
untuk menangkap mangsa.
Sotong, termasuk Cephalopoda lainnya, pada dasarnya ialah hewan pelagis
yang berenang dengan gaya dorong (jet propulsion). Tenaga dorong tersebut
berasal dari air yang disemburkan dari rongga mantel yang keluar melalui sifon.
Sotong dengan tubuhnya yang pendek dan agak pipih berenang lebih lambat
dibandingkan dengan cumi-cumi yang tubuhnya lebih langsing. Dalam kondisi
bahaya, sotong akan mengeluarkan cairan tinta berwarna cokelat sampai hitam
dengan kandungan pigmen melanin yang lebih tinggi. Tinta yang dikeluarkan
akan menyebabkan air di sekitarnya akan menjadi gelap dan membingungkan
predator sehingga sotong dapat kabur (Karleskint et al. 2010). Sotong juga
mempunyai kemampuan berubah warna seperti bunglon, sehingga tersamar
dengan pola warna latar belakangnya seperti pasir atau batu, kebanyakan
spesies
berubah
warna
apabila
ketakutan.
Perubahan
warna
tersebut
disebabkan karena pada bagian kulit terdapat pigmen yang disebut kromatofor
(Boal et al. 2000).
Menurut
Mentari
(2012),
sotong
(Sepia sp.)
ini
berbeda
dengan
bentuk Cephalopoda yang lain seperti Loligo ataupun Octopus. Sepia ini sangat
mudah diidentifikasi karena tubuhnya yang gemuk dengan sirip yang memanjang
pada bagian posteriornya. Sedangkan Loligo mempunyai tubuh yang lebih
ramping dengan sirip berbentuk segitiga.
2.3 Komposisi Kimia dan Nilai Gizi pada Sotong (Sepia. sp)
Salah satu sumber pangan hewani yang kaya kandungan nutrisi adalah
makanan hasil laut. Makanan laut kaya protein, dengan komposisi asam amino
yang seimbang serta kandungan polyunsaturated fatty acid (PUFA) yang tinggi.
Beberapa spesies makanan laut juga mengandung sebagian besar dari 90 jenis
mineral alami (Laurenco et al. 2009). Ikan merupakan sumber protein utama di
beberapa negara Asia, khususnya Asia Tenggara. Ikan memiliki kandungan
protein yang lebih baik dibandingkan dengan daging, susu atau telur. Ikan juga
merupakan sumber asam lemak omega-3 yang baik, kalsium, fosfor, besi,
tembaga, dan mengandung vitamin B (Hajeb et al. 2009). Cephalopoda, yakni
cumi-cumi, sotong, dan gurita merupakan sumberdaya sektor perikanan laut
yang penting dan hanya memiliki sedikit bagian yang tidak bisa dimanfaatkan.
Cephalopoda tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, tapi juga yang
telah diolah, diantaranya dalam bentuk kering, beku, dan produk dingin
(Thanonkaew et al. 2006). Sotong banyak dijual dalam keadaan segar (Suwignyo
et al. 2005). Cephalopoda hanya mengandung sedikit lemak, namun merupakan
sumber mineral yang bagus, diantaranya kalsium, potassium, seng, besi, fosfor,
dan tembaga (Thanonkaew et al. 2006). Cephalopoda juga mengandung sodium
dan kolesterol (Okuzumi dan Fujii 2000). Berikut disajikan komposisi kimia
sotong pada Tabel 1 dan Komposisi Nilai Gizi Sotong pada takaran penyajian
sebesar 85 gram dapat dilihat pada Tabel 2
Badan
82,78 0,05
1,20 0,24
14,91 0,61
0,47 0,01
Nilai Gizi
67 kalori
95 mg
1g
14 g
95,2 mg
terjadinya
perubahan
secara
autolisis
ini
adalah
dengan
dihasilkannya amoniak sebagai hasil akhir. Penguraian protein dan lemak dalam
autolisis menyebabkan perubahan rasa, tekstur, dan penampakan ikan (Junianto,
2003).
2.4.2
Bakteri adalah jasad hidup yang sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop yang sangat kuat. Pada ikan hidup, bakteri ini terdapat pada bagian
kulit (lendir), insang dan pada makanan di dalam perut ikan. Tetapi setelah ikan
mati, ditunjang oleh kenaikan suhu, bakteri mulai berkembangbiak dengan
sangat pesat dan menyerang tubuh ikan. Hal ini disebabkan oleh karena ikan
tidak lagi mempunyai daya tahan terhadap bakteri (Murniyati dan Sunarman,
2000).
Bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu rendah, maka usaha orang
untuk menghambat atau menghentikan kegiatan bakteri adalah dengan peng-esan ikan segar atau pembekuan. Untuk mengurangi bakteri di dalam insang dapat
dilakukan dengan mencuci atau membuang insangnya, lalu mencucinya dengan
air yang bersih dan cukup banyak. Sedangkan bakteri yang terdapat pada
rongga perut, dapat dikurangi dengan membuang semua isi perut dan mencuci
10
tempat yakni lendir pada kulit, insang, dan isi perut. Sotong yang hidup diperairan
yang bebas pencemaran dapat dikatakan steril, tetapi setelah sotong mati maka
jutaan bakteri terpusat pada tiga kosentrasi tersebut mulai bergerak aktif ke
setiap penjuru jaringan dan organ yang sebelumnya steril, mendobrak
pertahanan sterilisasi antara lain melalui jaringan pembuluh darah sehingga
sotong busuk. Hal ini disebabkan bagian-bagian tubuh sotong pada saat hidup
mempunyai batas pencegahan (barier) terhadap penyerangan bakteri. Setelah
sotong mati, kemampuan barier hilang sehingga Sotong mengalami perubahan
yaitu menjadi lebih pekat, bergetah, amis, mata terbenam dan insang berubah
warna dengan susunan tidak teratur dan bau menusuk (Afrianto dan Liviawati,
2003).
Jenis-jenis bakteri yang biasanya terdapat pada sotong segar termasuk
kedalam golongan Achromobacter dan Flavobacterium serta Pseudomonas
maupun Clostridium. Jenis bakteri yang khusus menyebabkan kerusakan daging
sotong sulit untuk ditentukan karena banyaknya faktor lingkungan yang
mempengaruhi. Dan pada setiap sotong yang busuk akan menyebabkan aroma
yang menyengat. Bau tersebut sebenarnya merupakan campuran berbagai
senyawa yang timbul sebagai akibat proses pembusukan. Jadi selain bakteri
yang menyebabkan daging sotong busuk, diketahui pula berbagai macam bakteri
yang dapat menimbulkan zat bau, misalnya bakteri Streptomyces (Hadiwiyoto,
1993).
2.5 Alur Proses Pengolahan Sotong (Sepia sp) Fillet Beku
11
Diagram alir proses pengolahan Sotong (Sepia sp) Fillet Beku (frozen
fillet cuttlefish) berdasarkan (SNI 6926.2-2011) SNI Sotong Utuh Beku sebagai
acuan secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2.
PENERIMAAN
BAHAN BAKU
SORTASI I I
PENCUCIAN
KEMASAN
PENIMBANGAN I
LABEL
PENCUCIAN II
PENYIANGAN
PENCUCIAN III
PEMFILLETAN
PENYUSUNAN
PEMBEKUAN
SORTASI II
PENIMBANGAN II
PENGGELASAN
PENGEMASAN
PENDETEKSIAN LOGAM
PENYIMPANAN
PEMUATAN
Gambar 2. Diagram alir penanganan dan pengolahan sotong (Sepia sp) fillet
beku (Modifikasi BSN, 2011)
2.6 Rendemen
12
Ukuran ikan
Ikan berukuran kecil mempunyai daging yang sedikit sehingga rendemen
akhir akan didapatkan kecil dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar
yang mempunyai daging lebih banyak dan mempunyai rendemen akhir yang
besar
2)
Kesegaran
Semakin segar bahan baku, maka semakin mudah dikerjakan karena daging
lebih banyak dan tidak lengket pada tulang dan lebih kenyal, sehingga
persentase yang diperoleh lebih tinggi. Penanganan yang kasar menyebabkan
ikan menjadi luka dan memar yang dapat berakibat jelek pada mutu produk akhir.
Hal ini sangat mempengaruhi hasil rendemen produk akhir. Rendemen hasil
olahan sangat ditentukan oleh mutu bahan baku, jika mutu bahan baku yang
digunakan rendah maka akan menghasilkan rendemen yang rendah pula
(Moeljanto, 1992).
3)
Karyawan
Semakin terampil dan berpengalaman karyawan dalam bekerja maka akan
Peralatan
Pisau atau alat yang digunakan dapat mempengaruhi perolehan rendemen
pada pembentukan loin, bila pisau yang digunakan tidak tajam, maka akan
semakin banyak daging yang ikut terbuang dan rendemen yang diperoleh akan
semakin rendah.
13
bahan
suhu
sotong
adalah
perlakuan
penting
untuk
3)
untuk dipakai.
Es keping tebal (plate ice), yaitu es dalam bentuk lempengan yang
besar dan tebal 8-15 mm, kemudian dipecahkan menjadi potonganpotongan kecil dengan diameter kurang dari 5 cm, agar lebih cepat
4)
14
5)
3)
kematian bakteri.
Suhu yang sangat rendah menyebabkan bakteri yang tidak tahan
15
16
Bangunan Pabrik
Konstuksi bangunan pabrik yang higienis sangatlah penting untuk
Fasilitas Bangunan
Persyaratan fisik pada fasilitas bangunan unit pengolahan menurut
17
18
19
Lingkungan
20
Udara harus dialirkan dari produk yang bersih ke produk yang kotor untuk
meminimalkan penyebaran kontaminasi mikrobal oleh udara. Filter, saluran, dan
komponen lain yang menggunakan air conditioning (AC) harus diperiksa secara
berkala, dibersihkan, dipelihara dengan baik. Tehperatur ruang harus dikontrol
agar tidak terlalu berbeda dengan produk sehingga dapat menyebabkan
kondensasi dan menjadi sumber-sumber kontaminasi mikrobal (Thaheer, 2005)
Menurut Holah dan Lalieveld (2011) membagi rancangan pabrik higienis
menjadi 3 level yaitu:
1
baku tidak berasal dari perairan yang tidak tercemar. perairan tercemar adalah
perairan yang memerlukan tindakan pengawasan karena pencemaran bahan
kimia, biologi, fisik, dan biotoxin. Bahan baku harus bersih, bebas dari setiap bau
yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan,
21
bebas dari sifat-sifat alamiah antara lain yang dapat menurunkan mutu serta
tidak membahayakan kesehatan. Kemudian di unit pengolahan bahan baku diuji
secara organoleptik untuk mengetahui mutunya, baik dari jenis maupun ukuran
bahan baku yang digunakan harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis
atau produk olahan yang akan dihasilkan. bahan baku sangat menentukan
produk akhir, artinya bahan baku harus benar-benar memenuhi persyaratan
(bahan baku ikan beku sesuai SNI 6926.2:2).
b
Pengemasan
Pengemasan suatu produk perikanan harus memperhatikan jenis
22
Penyimpanan
Penyimpanan produk akhir dilakukan untuk dapat mempertahankan
Distribusi
Sarana Distribusi hasil perikanan baik yang digunakan untuk hasil
tangkapan maupun budidaya harus dijaga dalam keadaan bersih dan baik, untuk
menghindari kontaminasi dan kerusakan fisik. Sarana distribusi harus di desain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan dan disanitasi. Sarana berupa
kendaraan tidak digunakan untuk tujuan selain hasil perikanan, karena akan
mengkontaminasi hasil perikanan. Bila pada saat yang sama sarana kendaraan
digunakan juga untuk mengangkut produk lain, harus dipisahkan dan dijamin
kebersihannya. Sarana pengangkut harus dapat melindungi produk dari resiko
penurunan mutu dan keamanan hasil perikanan.
2)
23
dengan bahan dan produk akhir halus, bebas dari lubang dan celah-celah yang
tidak menyerap air, tidak berkarat, tidak beracun. Kerangka dan kaki dari semua
perlengkapan dimana ikan diolah dan diwadahi dan atau dibungkus harus dibuat
dari logam dan tidak boleh dibuat dari kayu.
Wadah untuk menyimpan ikan (ruangan palka dan lain-lain) harus dilapisi
dengan material penutup yang keras dan kedap air. Wadah penyimpanan ikan
harus dikonstruksi menurut kebutuhan sehingga mempunyai sistem drainase
yang baik, dan dapat disusun tanpa menimbulkan kerusakan fisik pada ikan
karena himpitan. Apabila dilakukan penyimpanan secara bersusun (bulk system),
24
terjadi pada industri makanan akibat kurang dipahaminya masalah ini. Beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara
lain : tindakan karyawan untuk mencegah kontaminasi silang, pemisahan bahan
dengan produk siap konsumsi, disain sarana dan prasarana mencegah
kontaminasi silang.
25
perlu
pengapungan
dilakukan
terlebih
pengurangan
dahulu.
Limbah
dengan
cair
cara
yang
pengendapan
banyak
atau
mengandung
26
dalamkondisi higienis. Toilet dan tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan
penyentor air dengan penggunaan pedal kaki untuk menghindari kontaminasi
yang berasal dari pegangan kran. Adapun jumlah penyediaan toilet dihubungkan
dengan pegawai dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Jumlah Penyediaan Toilet Pada Unit Pengolahan
Jumlah pegawai
Jumlah Toilet
19
1 unit
10 24
2 unit
25 49
3 unit
50 - 100
5 unit
Tempat buang air kecil bisa menggantikan toilet, namun jumlahnya tidak
boleh lebih dari 1/3 dari toilet total. Untuk setiap penambahan 30 orang pekerja
membutuhkan 1 buah toilet apabila jumlah karyawan lebih dari 100 orang. Kamar
toilet harus berventilasi cukup kearah luar gedung, dinding dan langit-langit
terbuat dari bahan halus dan rata, mudah dibersihkan dan berwarna terang,
mempunyai satu saluran pembangunan kotoran dan dilengkapi dengan
penerangan cukup. Ruang pengolahan harus mempunyai sejumlah tempat cuci
tangan yang cukup, sekurang-kurangnya satu tempat cuci tangan untuk 10
karyawan, tersedia air panas dan dingin yang cukup, dilengkapi dengan sabun
dan lap sekali pakai dan tempat sampah.
Tempat
cuci
tangan
harus
diletakkan
ditempat-tempat
ruangan
pengolahan yang dapat terlihat oleh pengawas dan didekat masuk ruangan
pengolahan. Air pencuci tangan harus mengalir dan tidak boleh dipakai berulang
27
28
Jenis Air
1-10 ppm
100 ppm
halus
Bahan yang terbuat dari kayu
kasar
1) Pembersih Alkali
Pembersih alkali terdiri atas alkali kuat, sedang, atau lemah. Pembersih
alkali kuat memilki daya bersih dan kelarutan yang tinggi, namun sangat korosif
dapat
dicat. Bahan aktif yang terdapat dalam pembersih alkali kuat adalah natrium
hidroksida (NaOH/kaustik soda) dan silikat. Jenis pembersih ini hanya digunakan
untuk menghilangkan cemaran berat, misalnya yang terdapat dalam ruang
pengasapan. Pembersih alkali lemah memiliki sifat korosif dan daya bersih yang
rendah, sehingga bahan-bahan ini lebih aman digunakan, serta banyak dijumpai
pada kebanyakan bahan pembersih.
2) Pembersih Asam
Pembersih asam memiliki efektivitas yang lebih rendah dari pembersih
alkali, terutama bila digunakan untuk membersihkan cemaran yang mengandung
lemak, minyak, atau protein.
3) Sabun
Secara kimiawi sabun adalah garam natrium (sodium) dari asam organik.
Karena sifatnya yang tidak menyebabkan iritasi pada kulit, maka sabun banyak
dimanfaatkan untuk membersihkan kulit (pencucian tangan).
4) Deterjen
Deterjen merupakan bahan pembersih mirip sabun, tetapi diperkaya
dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Fungsi deterjen
dalam menghilangkan kotoran berminyak serupa dengan sabun, yaitu dengan
29
cara mengemulsi lemak, minyak atau gemuk (grease), tetapi deterjen tidak
menyebabkan adanya gumpalan seperti sabun. Deterjen sintetik disebut juga
surfaktan (surface active agents), atau bahan pembasah (wetting agent), karena
akan menurunkan tegangan permukaan larutan, membantu membasahkan
partikel
cemaran,
memecahkan
gumpalan
partikel
cemaran
dan
label mencantumkan isi, merk dagang, asal negara, perusahaan produsen, berat
bersih, komposisi, masa kadaluarsa dan persyaratan penyimpanan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pelabelan bahwa pelabelan dalam wadah asal
harus menunjukkan :
1) Nama bahan atau laruan dalam wadah
2) Nama dan alamat produsen atau distributor
3) Petunjuk penggunaan
Syarat penyimpanan harus selalu terjaga kebersihannya. Penyimpanan
disesuaikan dengan persyaratan dan jenis produk.
g
Hygiene Personil
Hygiene dan kesehatan karyawan ternyata berpengaruh besar pada
kualitas produk akhir. Bila mesin-mesin dan alat-alat serta bahan baku bisa dicuci
dan dibersihkan dengan desinfektan, karyawan tidak bisa diperlakukan dengan
cara yang sama. Oleh karena itu, diperlukan prosedur standar bagi hygiene dan
kesehatan karyawan, terutama bagi mereka yang langsung berkontak dengan
produk dan bekerja di ruang pengolahan.
Karyawan yang menderita penyakit menular dan luka terbuka, tidak
diizinkan bekerja di ruang penanganan, pengolahan dan pengemasan.
Kesehatan karyawan diperiksa secara periodik untuk menjamin agar karyawan
tidak menderita penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan dan bertindak
sebagai pembawa mikroorganime penyebab penyakit/carrier (Ditjenkan, 1997).
30
Pengendalian Pest
Pest harus dicegah agar tidak apat masuk ke dalam unit pengolahan.
Demikian pula tikus dan serangga tidak boleh ada diseluruh daerah yang
berhubungan dengan makanan. Caranya adalah antara lain dengan melindungi
tempat-tempat keluar dan masuknya tikus dan serangga, tidak ada bekas-bekas
kotak kayu dan tumpukan sampah yang tertinggal, konstruksi harus anti tikus,
dan menerapkan cara-cara pengawasan tikus dengan berbagai metode yang
ada, dan mempekerjakan orang yang ahli/exterminator.
31
2.8.3
dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam suatu pabrik atau industri
pangan yang sangat diperlukan untuk memberi kepastian bahwa proses produksi
yang aman telah dilaksanakan untuk menghasilkan produk pangan dengan mutu
yang diharapkan (Winarno dan Surono, 2004). Unit pengolahan yang berhak
mendapat Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) adalah unit pengolahan yang
telah dinyatakan layak, sedangkan jika suatu unit pengolahan dinyatakan tidak
layak maka tidak akan mendapatkan SKP melainkan diberi kesempatan untuk
melakukan perbaikan dan melanjutkan permohonan untuk ditinjau selambatlambatnya satu minggu kemudian dengan mengacu pada pedoman pembinaan
kelayakan UPI. Penilaian ulang SKP dilakukan agar Program Persyaratan Dasar
suatu unit pengolahan dapat tetap terjaga baik konsistensinya, efektivitas
maupun kontinuitas dari penerapan GMP dan SSOP. Kategori penilaian untuk
aspek manajemen atau aspek teknis yang menggambarkan kelayakan unit
pengolahan ikan apabila UPI dinyatakan layak maka simbol Y (Yes), apabila UPI
dinyatakan tidak layak maka simbol N (No) dan apabila tidak dapat diterapkan
maka simbol NA (Not Applicable). Pembinaan mengacu pada perbaikan
pembinaan kelayakan Unit Pengolahan Ikan (BKIPM, 2011).
32
Sikap mental yang berupa motivasi kerja, yaitu suatu dorongan kehendak
yang mempengaruhi perilaku tenaga kerja untuk berusaha meningkatkan
produktivitas kerja karena adanya keyakinan bahwa peningkatan
produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya. Disiplin kerja yaitu sikap
atau tingkah laku berupa kepatuhan atau ketaatan secara sadar terhadap
aturan yang berlaku di lingkungan kerja karena adanya keyakinan bahwa
dorongan aturan ini tujuannya dapat dicapai. Etika kerja yaitu seperangkat
nilai nilai atau norma norma yang diterima sebagai pedoman pola
tingkah laku tenaga kerja.
pentingnya
produktivitas
mendorong
tenaga
kerja
yang
untuk
mengelola
atau
memimpin
serta
mengendalikan
karyawan bawahannya.
5
33
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk
betah bekerja dan meningkatkan tanggung jawab dalam melaksanakan
pekerjaan dengan baik ke arah peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Peningkatan
produktivitas
dapat
dilakukan
dengan
cara
memberi
Pemberian insentif.
Bentuk pemberian bonus yang berorientasi pada penampilan adalah
pemberian bonus, dimana hasil kerja yang baik segera diberi hadiah dengan
bonus yang sesuai.
Pemberian premi.
Pemberian premi sering digunakan sebagai sarana untuk memacu tenaga
kerja dalam mencapai standar pelaksanaan yang diinginkan. Pembayaran
dihitung bulanan berdasarkan hasil kerja harian yang diukur.
34
sebelum diterima oleh badan air (sungai, danau dan sebagainya). Hal ini
disebabkan karena lingkungan penerima limbah cair organik ini pada umumnya
sudah tidak mempunyai daya dukung yang memadai untuk menerima beban
pencemaran tersebut (Akbar,2008).
Menurut
(Akbar,2008)
Secara
umum,
kondisi
Padatan tersuspensi
Warna dan kekeruhan
Nitrogen dan fosfor
Minyak
bahan
pencemar
dapat
35