Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan kodrat alam, manusia sejak lahir hingga meninggal
dunia hidup bersama sama dengan manusia lainnya. Atau dengan kata
lain manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok
manusia lainnya. Seorang ahli pikir bangsa Yunani yang bernama
Aristoteles menyatakan bahwa manusia adalah zoon politication yang
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin
bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia maka manusia disebut
makhluk social. 1Manusia memerlukan hidup bersama dengan manusia
yang lain dalam jangka waktu yang cukup lama dan secara sadar
membentuk kesatuan hidup untuk berbudaya baik di lingkungan yang
terbatas maupun di lingkungan yang lebih luas. Untuk mengatur hal
tersebut lahirlah aturan hukum yang mengatur perbuatan yang berisi
perintah dan larangan baik yaitusistem hukum Indonesia sampai saat ini
masih berlaku adalah sistem hukum yang masih berkiblat kepada negara
Belanda yaitu sistem hukum Eropa Continental atau sistem hukum Civil
Law. Bukti adanya sistem hukum ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
yang sampai saat ini masih tetap berlaku.

1 Chainur Arrasjid, 2008, Dasar Dasar Imu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Pidana merupakan istilah yang lebih khusus dari hukum itu sendiri, maka
perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat
menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang khas. Pengertian tindak
pidana yang dimuat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)

oleh

pembentuk

undang-undang

sering

disebut

dengan

strafbaarfeit. Para pembentuk Undang-Undang tersebut tidak memberikan


penjelasan lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap
maksud dan tujuan mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan
oleh pakar hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana,
peristiwa pidana, serta delik.
Hukum pidana merupakan aturan yang diadakan oleh suatu negara
yang menentukan tentang perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan atau dilarang yang diancam oleh pidana tertentu bagi siapa
yang melanggarnya dan menentukan kapan dan dalam hal apa kepada
mereka yang melanggar larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi
hukuman serta menentukan dengan cara bagaimana hukum itu dapat
dijalankan atas perbuatan yang telah dilakukan. Perbuatan yang dilarang
tersebut seperti pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum.
Tindak pidana adalah suatu kejatahatan yang semuanya itu telah
diatur dalam Undang-Undang dan begitu pula KUHP.Dalam KUHP,
ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap
nyawa orang lain diatur dalam buku II bab XIX, yang terdiri dari 13
Pasalyakni Pasal 338 sampai Pasal 350.Maka dapat dikatakan bahwa
semua tindak pidana selalu mengakibatkan suatu hal yang tidak
2

baik.Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 KUHP yang berbunyi suatu perbuatan


hanya merupakan tindak pidana, jika ini ditentukan lebih dahulu dalam
suatu ketentuan perundang undangan.2 Ketentuan ayat ini memuat asas
yang tercakup dalam rumusan Nullum delictum, nulla poena sine praevia
lege punali, Artinya tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu yang terlebih
dahulu menyebut perbuatan yang bersangkutan, sebagai suatu delik dan
yang memuat suatu hukuman yang dapat dijatuhkan atas delik itu. 3
Adapun bentuk kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa
orang lain ini dapat berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa).
Kesengajaan adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi dengan
direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan.Tetapi yang penting
dari suatu peristiwa itu adalah adanya niat yang diwujudkan melalui
perbuatan yang dilakukan sampai selesai.
Kejahatan merupakan tindakan yang melanggar undang undang atau
ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal.Kejahatan adalah
perbuatan pidana yang berat, seperti yang kita ketahui, ancaman
hukumannya dapat dapat berupa hukum denda, hukum penjara, hukuman
mati, dan kadangkala masih ditambah dengan hukuman

penyitaan

barang barang tertentu, pencabutan hak tertentu, serta pengumuman


keputusan hakim.4
2 Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung
3 Abdullah Marlang,dkk, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, As. Center, Makassar
4 Yulies Tiena Masriani, 2011, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

Kejahatan terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap


nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang
merupakan obyek

kejahatan

ini adalah nyawa (leven) manusia.

Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atas 2 dasar,


yaitu: (1) atas dasar unsur kesalahannya dan (2) atas dasar obyeknya
(nyawa).5 Misalnya perbuatan seperti

Pembunuhan. Banyaknya kasus

pembunuhan yang terjadi di dalam masyarakat yang kita lihat dari media
massa menunjukkan perkembangan kasus pembunuhan akhir akhir ini
cukup meningkat.
Pembunuhan tersebut dilatar belakangi oleh beberapa faktor,
seperti kecemburuan sosial, dendam dan faktor psikologi pelaku
kejahatan. Faktor utama dari sebuah kejahatan sebenarnya adalah faktor
pendidikan, kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh pelaku kejahatan
membuat pelaku tidak memikirkan terlebih dahulu akibat yang akan terjadi
dari tindakan yang dilakukannya.
Pembunuhan itu sendiri diatur dalam Pasal 338 KUHP yang
menyatakan Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang
lain, dipidana karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15
tahunDalam rumusan Pasal 338 KUHP tersebut menghilangkan nyawa
orang lain merupakan wujud perbuatan atau salah satu syarat
terpenuhinya unsur-unsur tindak pidana dalam hal ini yaitu unsur obyektif.
Terjadinya pembunuhan juga tidak terlepas dari kontrol sosial masyarakat,
baik terhadap pelaku maupun terhadap korban pembunuhan sehingga
5 Adami Chazawi, 2001, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, Malang, Raja Grafindo.

tidak memberi peluang untuk berkembangnya kejahatan ini.Dalam


beberapa kasus kejahatan seperti kasus pembunuhan yang telah kita
bahas sebelumnya, ada beberapa kasus yang pembunuhannya telah
direncanakan terlebih dahulu, dan ancaman hukumannya lebih berat dari
pembunuhan biasa karena ada unsur yang direncanakan terlebih dahulu
(Pasal 340 KUHP). Seperti tindak pidana pembunuhan yang terjadi di
Kabupaten Pangkep yang dilakukan oleh Maarif Bin Rusdi tahun 2013
dengan motif sakit hati karena sering dimarahi dan dikatai oleh korban
Nasir Alias Aba Tuwo bin Abu Bakar bahkan ketika terdakwa sudah tidak
bekerja sebagai buruh dikapal milik korban. Hal inilah yang memunculkan
rasa dendam didalam diri tersangka sehingga melatar belakanginya
merencanakan

untuk

melakukan

pembunuhan

terhadap

korban

Nasir.Berdasarkan kasus tersebut Hakim memutuskan penjatuhan (vonis)


sanksi hukuman mati kepada terdakwa Maarif Bin Rusdi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Penulis tertarik untuk membahas
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana
pembunuhan berencana dan juga membahas dakwaan dan tuntutan dari
jaksa melalui tinjauan yuridis, dengan tidak lupa mengaitkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dengan tujuan untuk mengetahui
apakah hal tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang ada. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis memilih
juduTinjauan Yuridis Terhadap Pidana Mati Dalam Tindak Pidana
Pembunuhan

Berencana

(Studi

Kasus

No.

57/Pid.B/2013/PN.Pangkajene).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
penulis merumuskan :
1. Bagaimanakah penerapan Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pembunuhan Berencana dalam Perkara No. 57/Pid.B/2013/PN.
Pangkajene?
2. BagaimanakahPertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Sanksi
Pidanadalam Perkara No. 57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini:
1. Untuk mengetahui penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak
Pidana

Pembunuhan

Berencana

dalam

Perkara

No.

57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene.
2. Untuk mengetahui Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Sanksi
Pidana dalam Perkara No. 57/Pid.B/2013/PN.Pangkajenne.
D. Manfaat Penulisan
Kegunaan penelitian dalam penulisan ini antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran dalam penerapan sanksi pidana terhadap tindak
pidana pembunuhan berencana.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
atau referensi bagi kalangan akademis dan calon peneliti yang
akan melakukan penelitian lanjutan terhadap tinjauan yuridis
terhadap tindak pidana pembunuhan.

3. Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi atau masukan bagi


proses pembinaan kesadaran hukum bagi masyarakat untuk
mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana merupakan istilah dalam ilmu hukum yang
mempunyai pengertian yang abstrak. Dalam hukum pidana Belanda
dikenal dengan strafbaar feit yang didalam bahasa Indonesia memiliki
terjemahan dengan berbagai istilah, karena tidak ada penetapan
penerjemahan istilah yang diberikan oleh pemerintah untuk istilah tersebut
yang menimbulkan berbagai pandangan untuk menyamakan istilah
strafbaar feit, seperti peristiwa pidana, perbuatan pidana, dan
berbagai istilah lain.
Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukuman pidana.
Tindak Pidana menurut pakar-pakar hukum adalah sebagai berikut:
1. Menurut Simons,strafbaar feit adalah kelakuan (handeling)
yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum,
yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggung jawab. 6
2. Wirjono Prodjodikoro, menyatakan bahwa Tindak Pidana itu
adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
hukuman pidana.7
3. Menurut E. Utrecht, Menerjemahkan straafbaarfeit dengan
istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, karena
peristiwa itu suatu Handelen atau doen-positif atau suatu
melalaikan nalaten-negatif maupun akibatnya (keadaan yang
ditimbulkan Karena perbuatan atau melalaikan itu). Peristiwa
pidan merupakan suatu peristiwa hukum (rechtsfeit), yaitu
6I Made Widnyana, 2010, Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, hlm. 34
7 Adami Chazawi, 2010, Pelajaran Hukum Pidana 1, Raja Grafindo persada, Jakarta, hlm. 75

peristiwa kemasyarakatan yang memawa akibat yang diatur


oleh hukum.
Tindakan semua unsur yang disingung oleh suatu
ketentuan pidana dijadikan unsur yang mutlak dari suatu
peristiwa pidana.Hanya sebagian yang dapat dijadikan unsurunsur mutlak suatu tindak pidana.Yaitu perilaku manusia yang
bertentangan dengan hukum (unsur melawan hukum), oleh
sebab itu dapat dijatuhi suatu hukuman dan adanya seorang
pembuat dalam arti kata bartanggung jawab.8
4. Menurut Pompe, Perkataan straafbaarfeitsecara teoritis dapat
dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma atau gangguan
terhadap tertib hukum yang dengan sengaja atau tidak sengaja
telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan
hukuman terhadap pelaku itu adalah penting demi terjaganya
tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum. Menurut
Prof. Pompe Tindak pidana ialah semua aturan-aturan hukum
yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa
seharusnya dijatuhi pidana dan apakah macamnya pidana itu. 9
5. Menurut Moeljatno
Menurut Moeljatno,Tindak pidana adalah keseluruhan
hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasardasar dan aturan-aturan untuk :
a) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dengan ancaman atau sanksi yang
berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar
larangan tersbeut.
b) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka
yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan
atau
dijatuhi
pidana
sebagaimana
yang
telah
diancamkan.Menentukan
dengan
cara
bagaimana
pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang
yang disangka telah melanggar larangan tersebut.
6. Menurut Van Hamel
Hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturanaturan yang dianut oleh suatu negara dalam menyelenggarakan
ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa yang
bertentangan denagan hukum dan mengenakan suat nestapa
kepada yang melanggar larangan-larangan tersebut.
7. Menurut R. Abdoel Jamali
8Evi Hartanti, 2008, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5
9Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum PIdana, Rangkang Education, Yogyakarta. hlm. 20

Tindak pidana adalah hukum yang mengatur tentang


kejahatan
dan
pelanggaran
terhadap
kepentingan
umum.Kejahatan dan Pelanggaran tersebut diancam dengan
hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang
bersangkutan.
2. Unsur unsur Tindak Pidana
Unsur unsur tindak pidana dapat dibedakan dari dua aspek,
yaitu :
a. Unsur Subjektif
1. Kesengajaan atau kealpaan (dolus atau Culpa).
Kesengajaan dalam hukum pidana adalah merupakan
bagian dari kesalahan.Kesengajaan pelaku mempunyai
hubungan kejiwaan yang lebih erat terhadap suatu tindakan
(yang

terlarang)

dibanding

dengan

kealpaan

(culpa).Karenanya ancaman pidana pada suatu delik jauh


lebih berat, apabila adanya kesenggajaan daripada dengan
kealpaan. Bahkan ada beberapa tindakan tertentu, jika
dilakukan dengan kealpaan, tidak merupakan tindakan
pidana, yang pada hal jika dilakukan dengan sengaja, ia
merupakan suatu kejahatan seperti misalnya penggelapan
(Pasal 372 KUHP). Merusak barang-barang (Pasal 406
KUHP) dan lain sebagainya.
Kealpaan, seperti juga kesengajaan adalah salah satu
bentuk dari kesalahan.Kealpaan adalah bentuk yang lebih
rendah derajatnya dari pada kesengajaan.Tetapi dapat pula
dikatakan bahwa kealpaan itu adalah kebalikan dari
kesengajaan, karena bila mana dalam kesengajaan, sesuatu
akibat yang timbul itu dikehendaki, walaupun pelaku dapat

10

memperaktikkan sebelumnya.Di sinilah juga letak salah satu


kesukaran

untuk

membedakan

antara

kesengajaan

bersyarat (dolus eventualis) dengan kealpaan berat (culpa


lata).
2. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau
pogging seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1
KUHP.
3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat
misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan,
pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad
seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan
menurut Pasal 340 KUHP.
Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan
tindak pidana menurutPasal 308 KUHP.
b. Unsur Objektif
1. Sifat melawan hukum
2. Kualitas dari pelaku, misalnya seorang pegawai negeri sipil
melakukan kejahatan yang diatur dalam Pasal 415 KUHP
3. Kausalitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai
penyebab dengan kenyataan sebagai akibat. 10

3. Tempat dan Waktu Tindak Pidana


Tidak mudah untuk menentukan

secara pasti tentang waktu

dan tempat dilakukannya tindak pidana. Hal ini disebabkan oleh


hakikat tindak pidana merupakan tindakan manusia, di mana pada
10 Evi Hartanti, 2008, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta

11

waktu melakukan tindakannya seringkali manusia menggunakan alat


yang dapat menimbulkan akibat dan waktu pada tempat yang lain di
mana otang tersebut menggunakan alat alat itu. Dapat pula yerjadi
bahwa tindakan dari seorang pelaku telah menimbulkan akibat pada
waktu dan tempat yang lain daripada waktu dan tempat di mana
pelaku tersebut telah melakukan perbuatannya. Jadi, tempus delicti
adalah waktu di mana telah terjadi sesuatu tindak pidana sedangkan
locus delicti adalah tempat tindak pidana berlangsung. 11
Menurut Van Bemmelen12 yang dipandang sebagai tempat dan
waktu dilakukannya tindak pidana pada dasarnya adalah tempat di
mana seorang pelaku telah melakukan perbuatan secara materil.
Yang dianggap sebagai locus delicti adalah:
a. Tempat di mana seorang pelaku itu telah melakukan sendiri
perbuatannya;
b. Tempat di mana alat yang telah dipergunakan oleh seorang itu
bekerja;
c. Tempat di mana akibat langsung dari suatu tindakan itu telah
timbul;
d. Tempat di mana akibat konstitutif itu telah timbul.

4. Jenis jenis Tindak Pidana


Di bawah ini akan disebut berbagai pembagian jenis delik:
a. Kejahatan dan Pelanggaran

11ibid, hlm. 8
12ibid

12

Pembagian delik atas kejahatan dan pelanggaran ini disebut oleh


undang-undang.KUHP buku ke II memuat delik-delik.KUHP tidak
memberi

jawaban

memasukkan

tentang

dalam

hal

kelompok

ini.

Ia

pertama

hanya

membrisir

kejahatan

dan

atau
dalam

kelompok kedua pelanggaran.Tetapi ilmu pengetahuan mencari secara


intensif ukuran (kriterium) untuk membedakan kedua jenis delik itu.Ada
dua pendapat :
Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada
perbedaan yang bersifat kwalitatif. Dengan ukuran ini lalu didapati 2
jenis delik, ialah :
1.Rechtdelicten Ialah yang perbuatan yang bertentangan dengan
keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam
suatu undang-undang atau tidak, jadi yang benar-benar
dirasakan oleh masyarakat sebagai bertentangan dengan
keadilan misal : pembunuhan, pencurian. Delik-delik semacam
ini disebut kejahatan (mala perse).
2. Wetsdelicten Ialah perbuatan yang oleh umum baru disadari
sebagai tindak pidana karena undang-undang menyebutnya
sebagai delik, jadi karena ada undang-undang mengancamnya
dengan pidana.Misalnya : memarkir mobil di sebelah kanan
jalan (mala quia prohibita). Delik-delik semacam ini disebut
pelanggaran.Perbedaan secara kwalitatif ini tidak dapat
diterima, sebab ada kejahatan yang baru disadari sebagai delik
13

karena

tercantum

dalam

undang-undang

pidana,

jadi

sebenarnya tidak segera dirasakan sebagai bertentangan


dengan rasa keadilan.Dan sebaliknya ada pelanggaran, yang
benar-benar dirasakan bertentangan dengan rasa keadilan.
Oleh karena perbedaan secara demikian itu tidak memuaskan
maka dicari ukuran lain.
Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada
perbedaan yang bersifat kwantitatif. Pendirian ini hanya meletakkan
kriterium pada perbedaan yang dilihat dari segi kriminologi, ialah
pelanggaran itu lebih ringan dari pada kejahatan.Mengenai
pembagian delik dalam kejahatan dan pelanggaran itu terdapat suarasuara yang menentang. Seminar Hukum Nasional 1963 tersebut di
atas juga berpendapat, bahwa penggolongan-penggolongan dalam
dua macam delik itu harus ditiadakan.
1. Kejahatan ringan :
2. Dalam KUHP juga terdapat delik yang digolongkan sebagai
kejahatan-kejahatan misalnya Pasal 364, 373, 375, 379, 382,
384, 352, 302 (1), 315, 407.
b. Delik formil dan delik materiil (delik dengan perumusan secara
formil dan delik dengan perumusan secara materiil)
1. Delik formil itu adalah delik yang perumusannya dititikberatkan
kepada perbuatan yang dilarang. Delik tersebut telah selesai
dengan dilakukannya perbuatan seperti tercantum dalam
rumusan delik.

Misal : penghasutan (Pasal 160 KUHP), di

14

muka umum menyatakan perasaan kebencian, permusuhan


atau penghinaan kepada salah satu atau lebih golongan
rakyat di Indonesia (Pasal 156 KUHP); penyuapan (Pasal 209,
210 KUHP); sumpah palsu (Pasal 242 KUHP); pemalsuan
surat (Pasal 263 KUHP); pencurian (Pasal 362 KUHP).
2. Delik materiil adalah delik yang perumusannya dititikberatkan
kepada akibat yang tidak dikehendaki (dilarang). Delik ini baru
selesai apabila akibat yang tidak dikehendaki itu telah terjadi.
Kalau belum maka paling banyak hanya ada percobaan. Misal
: pembakaran (Pasal 187 KUHP), penipuan (Pasal 378
KUHP), pembunuhan (Pasal 338 KUHP). Batas antara delik
formil dan materiil tidak tajam misalnya Pasal 362.
c. Delik commisionis, delik ommisionis dan delik commisionis
perommisionen commissa
1. Delik commisionis : delik yang berupa pelanggaran terhadap
larangan, ialah berbuat sesuatu yang dilarang, pencurian,
penggelapan, penipuan.
2. Delik ommisionis : delik yang berupa pelanggaran terhadap
perintah, ialah tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan /
yang diharuskan, misal : tidak menghadap sebagai saksi di
muka pengadilan (Pasal 522 KUHP), tidak menolong orang
yang memerlukan pertolongan (Pasal 531 KUHP).
3. Delik commisionis per ommisionen commissa : delik yang
berupa pelanggaan larangan (dus delik commissionis), akan

15

tetapi dapa dilakukan dengan cara tidak berbuat. Misal :


seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak memberi
air susu (Pasal 338, 340 KUHP), seorang penjaga wissel yang
menyebabkan kecelakaan kereta api dengan sengaja tidak
memindahkan wissel (Pasal 194 KUHP).
d. Delik dolus dan delik culpa (doleuse en culpose delicten)
1. Delik dolus : delik yang memuat unsur kesengajaan, misal : Pasal
187, 197, 245, 263, 310, 338 KUHP
2. Delik culpa : delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu
unsur misal : Pasal 195, 197, 201, 203, 231 ayat 4 dan Pasal 359,
360 KUHP.
e. Delik tunggal dan delik berangkai (enkelvoudige en samenge-stelde
delicten)
1. Delik tunggal : delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu
kali.
2. Delik berangkai : delik yang baru merupakan delik, apabila
dilakukan beberapa kali perbuatan, misal : Pasal 481 (penadahan
sebagai kebiasaan)

f. Delik yang berlangsung terus (voordurende en aflopende delicten)


Delik yang berlangsung terus : delik yang mempunyai ciri bahwa
keadaan terlarang itu berlangsung terus, misal : merampas
kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP).

16

g. Delik Biasa dan Delik Aduan


Tindak

pidana

biasa

adalah

tindak

pidana

yang

untuk

dilakukannya penuntutan pidana tidak disyaratkan adanya aduan dari


yang berhak. Sedangkan delik aduan adalah tindak pidana yang
untuk dilakukannya penuntutan pidana disyaratkan adanya aduan
dari yang berhak.
Contoh-contohnya:
a. Delik biasa: pembunuhan (Pasal 338) dll.
b. Delik aduan: pencemaran (Pasal 310), fitnah (Pasal 311), dll.
h. Delik sederhana dan delik yang ada pemberatannya / peringannya
(eenvoudige dan gequalificeerde / geprevisilierde delicten)
Delik yang ada pemberatannya, misal : penganiayaan yang
menyebabkan luka berat atau matinya orang (Pasal 351 ayat 2, 3
KUHP), pencurian pada waktu malam hari dsb. (Pasal 363). Ada
delik yang ancaman pidananya diperingan karena dilakukan dalam
keadaan tertentu, misal : pembunuhan kanak-kanak (Pasal 341
KUHP). Delik ini disebut geprivelegeerd delict. Delik sederhana;
misal : penganiayaan (Pasal 351 KUHP), pencurian (Pasal 362
KUHP).
i. Delik ekonomi (biasanya disebut tindak pidana ekonomi) dan bukan
delik ekonomi
Apa yang disebut tindak pidana ekonomi itu terdapat dalam Pasal 1
Undang-Undang Darurat No. 7 tahun 1955, Undang-Undang darurat
tentang tindak pidana ekonomi.

17

Adapun jenis jenis pidana menurut Pasal 10 Kitab Undang


Undang Hukum Pidana (KUHP) ialah sebagai berikut :
a. Pidana Pokok terdiri dari :
1. Pidana Mati
Jenis pidana mati, yang dalam rancangan KUHP baru
disebut bersifat khusus.13Pidana mati
karena

pidana

ini

berupa

pidana

adalah pidan yang berat,


yang

terberat,

yang

pelaksanaannya berupa penyerangan terhadap hak hidup bagi


manusia, yang sesungguhnya hak ini hanya berada ditangan
Tuhan, maka tidak heran sejak dulu sampai sekarang menimbulkan
pendapat pro dan kontra, bergantung dari kepentingan dan cara
memandang pidana mati itu sendiri.14
Tentang bagaimana pidana mati dilaksanakan, ketentuan
didalam Pasal 11 KUHP dijalankan oleh algojo di tempat tiang
gantungan/digantung telah ditiadakan, dan diganti dengan cara
ditembak oleh regu penembak sapai mati, yang pelaksanaannya
telah ditetapkan secara rinci dalam UU No. 2 (PNPS) tahun 1964. 15

13 Bambang Waluyo, 2008, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 12
14 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, op.cit, hlm. 29
15ibid, hlm. 32

18

Pidana mati ditunda jika terpidana sakit jiwa atau wanita


yang sedang hamil, ini sesuai dengan ketentuan dalam Undangundang

Pokok

pelaksanaan

Kekuasaan

pidana

mati

Kehakiman

dilakukan

yang

dengan

mengatakan

memperhatikan

kemanusiaan.16
2. Pidana Penjara
Ada dua jenis pidana hilang kemerdekaan yang bergerak,
yakni pidana penjara

dan pidana kurungan. Dari

sifatnya

menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan bergerak, dalam


arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat (Lembaga
Permasyarakatan) dimana terpidana tidak bebas untuk keluar
masuk

dan

didalamnya

wajib

untuk

tunduk,

menaati

dan

menjalankan semua perturan tata tertib yang berlaku, maka


keduajenis pidana itu tampaknya sama. Akan tetapi, dua jenis
pidana itu sesungguhnya berbeda jauh. 17
Stelsel pidana penjara, menurut Pasal 12 (1), dibedakan
menjadi:
a. Pidana penjara seumur hidup
b. Pidana penjara sementara waktu.18
3. Pidana Kurungan
16 website:
http://www.academia.edu/6377313/PENGERTIAN_JENIS_JENIS_DAN_TUJUAN_PEMIDANAAN,
di akses pada tanggal 10 Januari 2015, pukul 01:22 WITA

17 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, op. cit, hlm 32


18ibid, hlm. 34

19

Berdasarkan Pasala 69 KUHP pidana kurungan lebih ringan


dari pada pidana penjara. Lamanya pidana kurungan ini ditentukan
dalam Pasal 18 KUHP yang berbunyi :
1) Lamanya pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari
dan paling lama satu tahun.
2) Hukuman tersebut dapat dijatuhkan untuk paling lama satu
tahun empat bulan jika ada pemberatan pidana yang
disebabkan karena gabungan kejahatan atau pengulangan,
atau ketentuan pada Pasal 52 dan 52 a.
3) Hukuman itu sekali kali tidak boleh lebih lama dari satu
tahun empat bulan.19
4. Pidana Denda
Pidana denda diancamkan pada banyak jenis pelanggaran
(Buku III) baik sebagai alternatif dari pada pidana kurungan
maupun berdiri sendiri.20Uang denda yang dibayar terpidana
menjadi milik Negara (Pasal 42).Oleh karena itu, kejaksaan setelah
menerima dari terpidana, uang itu harus disetor ke kas Negara. 21
5. Pidana Tutupan (ditambahkan berdasarkan UU No. 20 Tahun
1946).
Pada Pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa pidana tutupan tidak
dijatuhkan apabila perbuatan yang merupakan kejahatan itu, cara
melakukan perbuatan itu atau akibat dari perbuatan itu adalah
19 R. Soesilo, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, hlm. 47
20Adami Chazawi,Pelajaran Hukum Pidana, op. cit, hlm. 40
21ibid, hlm. 42

20

sedemikian rupa sehingga hakim berpendapat bahwa pidana


penjara itu lebih cepat.22
b. Pidana Tambahan terdiri dari :
1. Pencabutan beberapa hak-hak tertentu;
Menurut hukum, pencabutan hak yang dimiliki seseorang
dapat mengakibatkan kematian perdata tidak diperkenankan (Pasal
3 BW). UU hanya memberikan kepada Negara wewenang (melalui
alat/lembaganya) melakukan pencabutan hak tertentu saja, yang
berdasarkan Pasal 35 ayat 1 KUHP, hak hak yang dapat dicabut
tersebut adalah :
a. Hak memegang jabatan pada umumnya;
b. Hak menjalankan jabatan dalam Angkatan Bersenjata;
c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan
berdasarkan aturan aturan umum;
d. Hak unutk menjadi penasihat hukum atau pengurus atas
penetapan pengadilan, hak menjadi wali pengawas,
pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang bukan
anak sendiri;
e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian
atau pengampuan atas anak sendiri;
f. Hak menjalankan mata pencarian.23
2. Perampasan barang-barang tertentu;
Pidana ini dapat dijatuhkan apabiloa ancaman pidana
penjara tidak lebih dari tujuh tahun atau terpidana hanya dikenakan
tindakan. Adapuna barang barang yang dapat dirampas yaitu :
a. Barang milik terpidana atau orang lain yang seluruhnya atau
sebagian besar diperoleh dari tindak pidana;
b. Barang yang ada hubungannya dengan terwujudnya tindak
pidana;
22ibid, hlm. 42
23ibid, hlm. 44

21

c. Barrang yang digunakan untuk mewujudkan atau


mempersiapkan tindak pidana;
d. Barang yang digunakan untuk menghalang halangi
penyidikan tindak pidana; atau
e. Barang yang dibuat atau diperuntuhkan bagi terwujudnya
tindak piadana.24
Berdasarkan

Pasal

39

ayat

(1) yang

secara

tegas

menyebutkan barang milik terpidana (bukan tersangka atau


terdakwa),

barang

itu

milik

terpidana

pada

saat

pidana

dijatuhkan.25
3. Pengumuman putusan hakim.
Pidana pengumuman putusan hakim ini hanya dapat
dijatuhkan dalam hal hal yang telah ditentukan oleh UndangUndang, misalnya terdapat dalam Pasal 128, 206, 361, 377, 395,
405.
Setiap putusan hakim memang harus diucapkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum (Pasal 195 KUHAP, dulu
Pasal 317 HIR).Bila tidak, putusan itu batal demi hukum.Tetapi
pengumuman putusan hakim sebagai suatu pidana bukanlah
seperti yang disebutkan di atas.Pidana pengumuman putusan
hakim ini merupakan suatu publikasi ekstra dari suatu putusan
pemidaan seseorang dari pengadilan pidana.

24Bambang waluyo, 2008, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 22
25 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, op. cit, hlm.51

22

Dalam pidana pengumuman putusan hakim ini, hakim bebas


menentukan perihal cara melaksanakan pengumuman itu. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui surat kabar, plakat yang
ditempelkan pada papan pengumuman, melalui media radio
maupun

televisi,

yang

pembiayaannya

dibebankan

pada

terpidana.26
B. Tindak Pidana Pembunuhan
1. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan
Kata pembunuhan berasal dari kata dasar bunuh, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata bunuh ialah menghilangkan (menghabisi,
mencabut) nyawa, atau mematikan, pembunuhan adalah suatu tindakan
untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar
hukum, maupun yang tidak melawan hukum. Pembunuhan biasanya
dilatarbelakangi

oleh

bermacam-macam

motif,

misalnya

politik,

kecemburuan, dendam, membela diri, dan sebagainya. Pembunuhan


dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum adalah dengan
menggunakan senjata api atau senjata tajam. Pembunuhan dapat juga
dapat dilakukan dengan menggunakan bahan peledak, seperti bom.
Dalam

istilah

KUHP

pembunuhan

adalahkesengajaan

menghilangkan nyawa orang lain.Dari definisi tersebut, maka tindak


pidana pembunuhan dianggapsebagai delik material bila delik tersebut
selesai dilakukan oleh pelakunyadengan timbulnya akibat yang dilarang
26ibid, hlm. 53-54

23

atau yang tidak dikehendaki olehUndang-undang.Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP), ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan
yang ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam Buku II BAB XIX,
yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai Pasal 350. Bentuk
kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini dapat
berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan adalah
suatu perbuatan yang dapat terjadi dengan direncanakan terlebih dahulu
atau tidak direncanakan.Tetapi yang penting dari suatu peristiwa itu
adalah adanya niat yang diwujudkan melalui perbuatan yang dilakukan
sampai selesai.Berdasarkan unsur kesalahan, tindak pidana pembunuhan
dapatdibedakan menjadi, pertama, pembunuhan biasa. Tindak pidana
yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam
bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu delik yang telah
dirumuskan secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya. Adapun
rumusan Pasal 338 KUHP adalah
Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam,
karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun
Pasal 340 KUHP menyatakan :
Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan
dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP menyatakan bahwa
pemberian sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara paling
lama lima belas tahun. Di sini disebutkan paling lama jadi tidak menutup

24

kemungkinan hakim akan memberikan sanksi pidana kurang dari lima


belas tahun penjara. Perbuatan ini dapat berwujud macam macam, yaitu
dapat berupa menembak dengan senjata api, menikam dengan pisau,
mmemukul dengan sepotong besi, mencekik leher dengan tangan,
memberikan racun dalam makanan, dan sebagainya, bahkan dapat
berupa diam saja dalam hal seseorang berwajib bertindak seperti tidak
memberikan makan kepada seorang bayi. Perbuatan perbuatan ini
harus ditambah dengan unsur kesengajaan dalam salah satu dari tiga
wujud, yaitu sebagai tujuan (oogmerk) untuk mengadakan akibat tertentu,
atau sebagai keinsafan kepastian akan datangnya akibat itu (opzet bij
zekerheidsbewustzijn)

atau

sebagai

keinsafan

kemungkinan

akan

datangnya akibat itu (opzet bij mogelijk heidsbewustzijn).27Berdasarkan


ketentuan dalam Pasal tersebut, maka unsur-unsur dalam pembunuhan
biasa yaitu :
a. Unsur subyektif: perbuatan dengan sengaja.
Dengan sengaja (Doodslag) artinya bahwa perbuatan itu
harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga,
karena sengaja (opzet/dolus) yang dimaksud dalam Pasal 338
adalah perbuatan sengaja yang telah terbentuk tanpa direncanakan
terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud sengaja dalam Pasal
340 adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk menghilangkan
nyawa orang lain yang terbentuk dengan direncanakan terlebih
dahulu (Met voorbedachte rade).
b. Unsur obyektif : perbuatan menghilangkan, nyawa orang lain.
27 Wirjono Prodjodikoro, 2012,Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Refika Aditama.
Bandung, hlm. 68.

25

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu


menghilangkan, unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya
pelaku

harus

menghendaki,

dengan

sengaja,

dilakukannya

tindakan menghilangkan tersebut, dan ia pun harus mengetahui,


bahwa tindakannya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa
orang lain.
Sebagian pakar mempergunakan istilah "merampas jiwa orang
lain".

Setiap

perbuatan

menghilangkan/merampas

yang
jiwa

dilakukan
orang

lain

dengan
adalah

segaja

untuk

pembunuhan.

Pembunuhan yang mana dapat merampas/menghilangkan nyawa orang


lain, menimbulkan beberapa pendapat :
1. Teori Aequivalensi dari Von Buri yang disebut teori condition
sine qua non yang menyamaratakan semua faktor yang turut
serta menyebabkan suatu akibat.
2. Teori Adaequate dari Van Kries yang juga disebut dengan teori
keseimbangan yakni perbuatan yang seimbang dengan akibat.
3. Teori individualis dan teori generalis dari DR. T. Trager yang
pada dasarnya mengutarakan bahwa yang paling menentukan
terjadinya akibat tersebut itulah yang menyebabkan; sedangkan
menurut teori generalis. berusaha memisahkan setiap faktor
yang menyebabkan akibat tersebut.28
2. Jenis jenis Tindak Pidana Pembunuhan
Dari ketentuan ketentuan mengenai pidana tentang kejahatan
kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang juga dapat mengetahui
bahwa pembentu Undang Undang telah membedakan jenis jenis
tindak pidana pembunuhan antara lain :
1. Pembunuhan biasa merupakan tindak pidana dalam bentuk
pokok (doodslag), yang diatur dalam Pasal 338 KUHP;
2. Pembunuhan yang dikualifikasi atau pembunuhan dengan
pemberatan, yakni pembunuhan yang diikuti, disertai, atau
didahului dengan tindak pidana lain, yang diatur dalam Pasal
28Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap tubuh & nyawa, op. cit, hlm. 60

26

3.
4.
5.
6.
7.

339 KUHP. Dalam perbuatan yang diperberat ini terjadi 2


macam tinndak pidana sekaligus, ialah yang satu adalah
pembunuhan biasa dalam bentuk pokok dan tindak pidana lain
(selain pembunuhan).
Pembunuhan berencana atau moord, yang diatur dalam Pasal
340 KUHP;
Pembunuhan oleh Ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak
lama setelah dilahirkan, diatur dalam Pasal 341, 342, 343
KUHP;
Pembunuhan atas permintaan korban atau yang disebut
euthanasia, yang diatur dalam Pasal 344 KUHP;
Mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolong atau memberi
sarana untuk bunuh diri, yang diatur dalam Pasal 345 KUHP;
Pengguguran dan pembunuhan terhadap kandungan, diatur
dalam Pasal 346, 347, 348, 349 KUHP.29

C. Tinjauan Yuridis Terhadap PidanaMati Yang Dijatuhkan Oleh


Hakim Dalam Tindak Pidna Pembunuhan
Bentuk hukuman yang paling ultim adalah hukuman mati.Disebut ultim
sebab pelaku tidak sekedar diisolasi sementara dari masyarakat
melainkan dilenyapkan secara total keberadaannya.Hukuman mati
menggamjar pelaku kejahatan dengan sebuah fakta bernama kekosongan
eksistensial.Namun, keultiman hukuman mati menuntut argument yang
kuat mengenai legitimasinya.
Menurut Mantan Menteri Kehakiman dan HAM, Yusril Ihza
Mahendra, mengklaim bahwa hukuman mati adalah bagian yang sah dari
system hukum nasional.30Selama era reformasi sejak 1998 hingga
desember 2009, terpidana mati yang telah dieksekusi sebanyak 21
orang.Tiga besar kasus yang melatari eksekusi mati adalah Pembunuhan
(13 kasus), narkoba (5 kasus), dan terorisme (3 kasus).Jika dilihat dari
29ibid, hlm. 56
30Tim Imparsial, 2010, Menguak Hukuman Mati Di Indonesia, Imparsial, Jakarta, hlm. xv-xvi

27

vonis mati yang dijatuhkan, terdapat 119 orang terpidana yang menerima
vonis mati dari otoritas pengadilan, dari mulai Pengadilan Negeri hingga
Mahkamah Agung.31
Konsepsi dasar HAM adalah pengakuan bahwa semua manusia dilahirkan
bebas dan sama dalam hal hak dan martabatnya. Konsepsi dasar itu
melahirkan tiga prinsip tentang keberadaan HAM.Pertama, HAM bersifat
universal, melekat pada diri setiap insane manusia tanpa memandang
perbedaan etnis, ras, gender, usia, agama, keyakinan politik, maupun
bentuk pemerintahan. Kedua, HAM tidak dapat dibantah karena bukan
merupakan pemberian Negara sehingga tidak dapat dihilangkan atau
ditolak oleh otoritas politik apapun.Ketiga, HAM bersifat subyektif yang
dimiliki secara individual karena kapasitasnya sebagai manusia rasional
dan otonom.Salah satu kekuasaan yang dimiliki oleh Negara adalah
Kekuasaan membentuk dan menegakkan hukum.Dengan sendirinya
hukum juga harus dibuat dan ditegakkan dengan orientasi utama untuk
memberikan perlindungan HAM. Hukum inilah yang akan menjadi dasar
legitimasi dari setiap tindakan yang dilakukan oleh Negara. 32
Dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 ditegaskan 7 (tujuh) hak sebagai hak
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apaun. Hak itu meliputi hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hakuntuk diakui

31ibid, hlm. 45-46


32ibid, hlm. 52-53

28

sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut.33
Oleh karena itu hukuman mati secara prinsipil melanggar hak hidup
seseorang, dan dengan sendirinya hukuman mati bertentangan dengan
UUD 1945.Hukuman mati tidak dapat dikatakan sebagai pembatasan
karena bukan lagi membatasi, melainkan menghilangkan hak hidup
seseorang.Kesakralan konstitusi sebagai sumber hukum tidak dirujuk
secara inherent oleh undang undang.Seharusnya secara mutatis
mutandis dengan pengakuan hak untuk hidup seluruh undang undang
yang masih menganut hukuman mati tidak dapat lagi diberlakukan di
Indonesia.Namun tindakan melawan konstitusi tersebut masih terus
dilakukan

para

pembuat

undang

undang

dengan

terus

pula

mempertahankan dan mengusulkan undang undang yang di dalamnya


mengatur ancaman hukuman mati.34
Dalam tataran Yuridis Normatif, pertimbangan yang demikian dapat
dibenarkan, akan tetapi perluh diketahui bahwa berbicara tentang hukum,
bukan hanya sederetan sederetan pasal pasal atau teks, berbicara
hukum juga harus utuh menyeluruh dan mencakup seluruh aspek
kehidupan.35
Perihal peengaturan pidana mati menurut Konsep KUHP tahun 1999
2000, diberlakukan hal hal berikut:
33ibid, hlm. 55
34ibid, hlm. 57
35Waluyadi, 2009, Kejahatan, Pengadilan Dan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, hlm. 63

29

1. Pidana mati bukan merupakan pidana pokok dan merupakan jenis


pidana yang berfifat khusus, yang dalam penerapannya selalu
dibarengi dengan pidana alternative (pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling lama 20 tahun dan paling sedikit
5 tahun).
2. a. Seseorang yang dijatuhi pidana mati, pelaksanaannya dapat
ditunda selama 10 tahun (pidana mati bersyarat).
b. Apabila dalam masa 10 tahun/masa pidana mati bersyarat
tersebut menunjukkan sikap terpuji, maka pidana mati itu dapat
diubah menjadi pidana seumur hidup atau penjara 20 tahun.
c. Apabila pada masa menjalani pidana seumur hidup, 10 tahun
pertama menunjukkan sikap terpuji, maka dapat diubah menjadi
pidana penjara 15 tahun, sehingga terbuka kemungkinan
mendapatkan pelepasan bersyarat.36
Hukuman atau sanksi pidana merupakan salah satu bentuk sanksi hukum
berupa pengenaan penderitaan atau hal yang dirasakan sebagai hal yang
tidak enak atau merugikan bagi yang dikenai.Penjatuhan hukuman
dilakuakn sebagai akibat dan bentuk pertanggungjawaban dari perbuatan
tertentu.Pengenaan hukuman perluh dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu, yang dikenal dengan Tujuan Pemidanaan.
Dalam hukum pidana dikenal beberapa teori tujuan pemidanaan,
antara lain37 :
a. Teori absolut (teori pembalasan)
Menurut teori ini pidana dijatuhkan semata mata karena
orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. 38
b. Teori relative (teori prevensi)
Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan
tuntutan absolute dari keadilan.Menurut Nigel Walker teori ini lebih
tepat disebut teori atau aliran reduktif karena dasar pembenaran
pidana menurut teori ini ialah untuk mengurangi frekuensi
kejahatan.
c. Teori gabungan
36ibid, hlm. 131
37Tim Imparsial, op.cit, hlm. 64
38 Muladi,dkk, 2005, Teori Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, hlm. 10

30

Teori gabungan mendasarkan jalan pikiran bahwa pidana


hendaknya
didasarkan
atas
tujuan
pembalsan
dan
mempertahankan ketertiban masyarakat, yang diterabkan secara
kombinasi dengan menitikberatkan pada salah satu unsurnya tanpa
menghilangkan unsur lain maupun pada semua unsur yang ada.
Menurut Pasal 340 KUHPmenyatakan :

Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu


merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan
dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Kejahatan ini dinamakan pembunuhan dengan direncanakan lebih
dahulu, boleh dikatakan ini adalah suatu pembunuhan biasa dalam Pasal
338, akan tetapi dilakuakn dengan direncanakan

terlebih dahulu.

Direncanakan terlebih dahulu yaitu antara timbulnya maksud untuk


membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempoh bagi si
pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara
bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan. Tempoh ini tidak boleh
terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perluh terlalu lama, yang
penting ialah apakah didalam tempoh itu si pembuat dengan tenang masih
bisa berpikir pikir, yang sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk
membatalkan niatnya akan membunuh itu, akan tetapi tidak ia
pergunakan.39 Jika dibandingkan dengan dengan pembunuhan dalam
Pasal 338 maupun Pasal 339, pembunuhan berencana lebih berat
ancaman pidananya, diletakkan pada adanya unsur dengan rencana
terlebih dahulu itu.40
39R.Soesilo, 1995, Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor, hal. 241
40 Adami Chazawi, 2001, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, Raja Grafindo, Malang, hal. 81

31

D. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana

Hakim adalah pejabat Peradilan Negara yang diberi wewenang


oleh Undang-Undang untuk mengadili.Kemudian kata mengadili sebagai
rangakain tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus
perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak dalam sidang
suatu perkara dan menjunjung tinggi 3 (tiga) asas peradilan yaitu
sederhana, cepat dan biaya ringan.41
Dalam memutuskan suatu perkara pidana, hakim harus mempunyai
pertimbangan pertimbangan sebagai dasar dalam suatu putusan.Faktor
fakor yang menjadi bahan pertimbangan yang diambil oleh hakim untuk
memutuskan suatu perkara.Selain itu hakim juga mempertimbangkan hal
hal yang meringankan dan memberatkan bagi terdakwa. Keputusan
dalam pemidanaan akan mempunyai konsekuensi yang luas, baik yang
menyangkut langsung dengan pelaku tindak pidana maupun masyarakat
secara luas.42
Sementara itu, Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari,
menegaskan bahwa ada 2 faktor utama yang memengaruhi putusan
hakim, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor interna,
yakni faktor yang mempengaruhi kemandirian hakim dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya yang datangnya dari dalam diri hakim itu
sendiri.Jadi, faktor internal di sini ialah segala hal yang berkaitan dengan
sumber daya manusia (SDM) hakim itu sendiri, yaitu mulai dari
41 Pasal 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP),

42Muladi.dkk, 1998, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hlm. 52

32

rekrutmen/seleksi untuk diangkat menjadi hakim, pendidikan hakim dan


kesejahteraan hakim.Kedua, faktor eksternal, yakni faktor faktor yang
memengaruhi putusan hakimyang berasal dari luar diri hakim, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Peraturan perundang undangan


Adanya intervensi terhadap proses peradilan
Hubungan hakim dengan penegak hukum lainnya
Adanya berbagai tekanan
Faktor kesadaran hukum, dan
Faktor system pemerintahan (politik).43
Dasar hukum mengenai pertimbangan hakim itu sendiri diatur

dalam Pasal 197 ayat (1) d KUHAP yang bunyinya :


Pertimbangan disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan
di sidang yang menjadi dasar penentuan-penentuan kesalahan
terdakwa.
Adapun pertimbangan non yuridis itu sendiri, hakim melihat dari
latar belakang terdakwa melakukan tindak pidana, hal-hal apa yang
menyebabkan timbulnya keinginan atau dorongan untuk melakukan tindak
pidana tersebut. Dan bagaimana akibat dari perbuatan terdakwa serta
melihat keadaan atau kondisi diri terdakwa, keadaan fisik maupun psikis
terdakwa sebelum dan pada saat melakukan kejahatan, termasuk pula
status sosial yang melekat pada terdakwa.
Dalam

praktik

peradilan

dalam

putusan

Hakim

sebelum

pertimbangan yuridis dibuktikan dan dipertimbangkan maka Hakim


terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan beriorentasi
pada dimensi tentang locus dan tempus delicti, modus operandi
bagaimanakah tindak pidana tersebut dilakukan, penyebab atau latar
43Antonius Sudirman, 2007, Hati Nurani Hakim Dan Putusannya, Citra Aditya Bakti, hlm. 92

33

belakang mengapa terdakwa sampai melakukan tindak pidana, kemudian


bagaimanakah akibat langsung dan tidak langsung dari perbuatan
terdakwa dalam melakukan tindak pidana tersebut, dan sebagainya yang
berasal dari dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi dan
keterangan terdakwa serta barang bukti.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih penulis untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai permasalahan adalah bertempat di Kabupaten
Pangkep. Lokasi tersebut menjadi pilihan Penulis sebab Kabupaten
Pangkep merupakan wilayah hukum Pengadilan Negeri Pangkajene yang
telah mengadili Tindak Pidana Pembunuhan pada putusan perkara
Nomor: 56/Pid.B/2013/PN. Pangkajene.Pengumpulan data dan informasi
dilaksanakan

di

berbagai

tempat

yang

dianggap

penulis

dapat

memberikan kontribusi dalam penelitian ini.Tempat tempat yang


dimaksud adalah Pengadilan Negeri Pangkajene. Selain itu proses
penelitian juga berlangsung di Universitas Hasanuddin terkait dengan
referensi referensi yang diperoleh dari studi pustaka yang dilakukan di
Perpustakaan Pusat Unhas dan Perpustakaan Fakultas Hukum Unhas.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan sebagai dasar
untuk menunjang penelitian ini terdiri dari 2 data, yaitu data primer dan

34

data sekunder.Mengenai data primer yaitu dariPengadilan Negeri


Pangkajene. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
bahan-bahan laporan dan dokumen lain yang telah ada sebelumnya serta
mempunyai hubungan erat dengan masalah yang dibahasa dalam
penulisan skripsi.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk menjaring data yang diperlukan sebagai analisis dalam
penelitian ini maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara (interview), yakni penulis mengadakan tanya jawab
dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan masalah yang
dibahas seperti hakim dan jaksa yang menangani kasus tersebut
(kasus yang diangkat menjadi judul skripsi).
2. Studi

dokumentasi,

yakni

penulis

mengambil

data

dengan

mengamati dokumen-dokumen perkara (bukti bukti) seperti halnya


BAP Kepolisian, Surat Dakwaan, Surat Tuntutan, BAP Persidangan,
putusan Hakim dan Perintah Eksekusi.

D. Teknik Analisis Data


Seluruh data yang

dikumpulkan

oleh

penulis,

selanjutnya

diklasifikasai dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan dan bahan


yang didapatkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.Bahanbahan hukum tersebut dianalisis dan digunakan untuk menguji dan
membahas permasalahan untuk diteliti oleh penulis pada penelitian

35

ini.Hal-hal tersebut dimaksud untuk memperoleh pembahasan dan


kesimpulan yang relevan, tepat dan sesuai permasalahan yang diteliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pidana Mati
Ada perbedaan pendapat tentang Hukuman Mati.Sebagian
Negara telah menghapuskannya. Di Indonesia ada juga pendapat yang
ingin menghapuskanhukuman mati, sebagian berpendapat bahwa dalam
halhal tertentu, dapat dapat dibenarkan adanya hukuman mati itu, yaitu
apabila si pelaku telah memperlihatkan dari perbuatannya bahwa ia
adalah individu yang sangat berbahaya bagi masyarakat, dan oleh karena
itu harus tidak berbahaya lagi dengan cara dikeluarkan dari masyarakat
atau pergaulan hidup.
Menurut Pakar Hukum Suhaidi, yang mendukung hukuman mati
tetap berlaku .beliau berpendapat, penerpan hukuman mati di Indonesia
masih relevan dan tidak perluh dihapuskan karena hukuman tersebut
sesuai dengan hak asasi manusia (HAM), yakni untuk melindungi
masyarakat luas. jadi penerapan hukuman mati itu masih tetap diperlukan
dan sampai sekarang masih tercantum dalam hukum positif Indonesia.
Tujuannya adalah untuk membuat efek jera, sehingga masyarakat merasa
takut melakukan perbuatan salah dan melanggar hukum itu.Hal serupa
juga dikatakan seorang Ahli Hukum Andi Hamzah yang mengatakan,
bahwa pidana mati sangat dibutuhkan jika terpidana yang telah bersalah
memperlihatkan bahwa ia adalah seorang makhluk yang sangat

36

berbahaya bagi masyarakat yang benar benar harus dikeluarkan dari


pergaulan hidup.
Perdebatan panjang mengenai pemberlakuan pidana mati ini
sebenarnya bertitik tolak pada permasalahan keadilan rasa kemanusiaan
dan pencegaha terhadap kemungkinan timbulnya kejahatan lagi. Alasan
para pakar yang menentang adanya penjatuhan pidana mati terhadap
pelaku tindak pidana pembunuhan adalah karena alasan kemanusiaandan
penjatuhan pidana mati tidak akan dapat mencegah kejahatan dan
mengurangi angka kejahatan.
Menurut pandangan Ketua Komnas HAM ifdhal Kasim, beliau
menjelaskan bahwa karena Indonesia telah meratifikasi Konvenan
Internasional PBB tentang Hak Sipil Politik, seharusnya ancaman
hukuman mati tidak lagi dipergunakan.Oleh karena itu ancaman yang
seharusnya paling tinggi dikenakan adalah pidana penjara seumur hidup.
Menurut penulis, cenderung berpendapat tidak setujuh mengenai
hukuman mati di Indonesia.Karena beberapa hal.Pertama, hal itu karena
hukuman mati merupakan jenis pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
yang paling penting, yaitu hak untuk hidup.Hak fundamental/dasar ini
merupakan jenis hak yang tidak bisa dilanggar, dikurangi atau dibatasi
dalam keadaan apapun, baik itu dalam keadaan darurat atau perang.
Kedua, yaitu karena penerapan hukuman mati jelas melanggar Konstitusi
RI UUD 1945 sebagai produk hukum positif tertinggi di negeri ini
Pasal
menyebutkan

28A amandemen
bahwa,

setiap

kedua

UUD

orang

berhak

1945

dengan

untuk

hidup

tegas
dan

37

kehidupannya, pasal 28I Ayat 1 amandemen kedua UUD 1945


menyatakan bahwa Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan fikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asai
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
Berdasarkan kedua ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pandangan tentang hak hak individu yang dianut oleh Negara Kesatuan
RI mengakui apa yang dikenal oleh para filsuf dengan Hukum Kodrat,
sebagaiman dijelaskan di atas, yang menyatakan bahwa hak untuk hidup
adalah hak yang melakat pada setiap individu yang tidak dapat dirampas
dan dikurang kurangi (non-derogable rights) oleh siapapun, atas nama
apapun dan dalam situasi apapun termasuk oleh negara, atas nama
hukum, agama atau dalam situasi darurat. Perubahan nilai dasar hukum
diatas seharus membawa konsekuensi adanya amandemen terhadap
seluruh Undang Undang yang masih memasukkan hukuman mati
sebagai salah satu hukuman karena sudah bertentang dengan konstitusi.
Namun

apabila

diungkap

teks-teks

implisit,

islam

secara

substantive menawarkan gagasan gagasan yang pro hak asasi


manusia. Salah satu yang menjadi perdebatan terkait argumen islam dan
HAM adalah hukuman mati dimana menurut HAM bertentangan,
sementara dalam islam seolah mendukung hukuman mati.
DalamHAM, penerapan hukuman mati digolongkan sebagai bentuk
hukuman yang kejam dan tidak manusiawi, disamping melanggar Pasal 3

38

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human


Rights).
Pasal 3 Deklarasi Universal : Setiap orang mempunyai hak atas
penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan seseorang.
Sementara dalam hukum islam, sanksi pidana yang dapat
menyebabkan pelakunya dihukum mati terjadi pada tiga kasus.
Tidak halal darah seseorang muslim kecuali sebab tiga hal

karena membunuh jiwa seorang janda/duda berzina dan orang yang


meninggalkan agama yang memisahkan jati diri jamaah.(Riwayat Bukhari
dan Muslim).
Umumnya para fuqaha menyebut 7 macam hukuman-hukuman
yang dijatuhkan kepada para pelaku kemaksiatan disebut hudud, zina,
menuduh zina (qadazf), mencuri (sirq), merampok,menyamun (hirobah),
minum minuman keras (surbah), dan murtad (riddah).
Hukuman mati merupakan hukuman puncak, terutam untuk tindak
pidana yang dinyatakan sangat berbahaya seperti pembunuhan dimana
jika tidak ada pengampunan dari pihak keluarga dengan membayar denda
pengganti, maka pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati sebagai bentuk
hukum balas/timbal balik.Dalam konsefsi ini, maka kejahatan dibalas
dengan hukuman yang serupa.
Dalam

islam

hukuman

mati

hanya

bisa

ditegakkan

oleh

Pemerintahan Islam, dimana Konstitusi dan Undang Undang yang


berlaku adalah Hukum Islam. Itupun harus melalui mekanisme peradilan
bukan semata mata bersandar pada fatwa seorang ulama. Hukuman

39

mati hanya berlaku berdasarkan pertimbangan pertimbangan yang


sangat ketat, seperti kontes yang melatar belakangi suatu tindakan pidana
yang diancam hukuman mati.Hukum Islam membedakan antara mereka
yang sengaja, tidak sengaja, terpaksa atau bahkan dipaksan untuk
melakukan suatu tindak pidana yang membawa konsekuensi jatuhnya
hukuman mati. Dalam

kondisi kondisi demikian, putusan untuk

menjatuhkan hukuman mati dapat dipertimbangkan kembali.


Berdasarkan konsep tujuan pemidanaan rancangan KUHPN dalam
Pasal 2 Rancangan KUHP yang disusun oleh BPHN :
1. Maksud tujuan pemidanaan ialah:
a. Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana demi pengeyoman
Negara, masyarakat, dan penduduk.
b. Untuk membimbing agar terpidana insyaf dan menjadi anggota
masyarakat yang berbudi baik dan berguna.
c. Untuk menghilangkan noda-noda yang diakibatkan oleh perbuatan
pidana.
2. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak
diperkenangkan merendahkan martabak manusia.
B. Penerapan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan
Berencana Dalam Perkara No. 57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene
1. Posisi kasus
Pada hari Rabu tanggal 13 Maret

2013 sekitar jam.09.00 Wita

bertempat di Desa Pamantauang Masalima Kecamatan Liukang Kalmas


Kabupaten Pangkep, Maarif Bin Rusdi dengan membawa parang, yang
sebelumnya telah diasah selama kurang lebih 1 (satu) jam dengan
maksud agar parang tersebut menjadi tajam, Kemudian menemui Nasir
Alias Aba Tuwo yang saat itu sedang berada di belakang rumah Hajjah

40

Hasnawiah Bin Mahmud, membantu Hajjah Hasnawiah mengangkat kasur


untuk dijemur di atas pagar.
Setelah sama sama saling melihat Nasir Alias Aba Tuwo
menghampiri dan bertanya kepada Maarif Bin Rusdi (Terdakwa) dengan
bahasa mandar ada apa, cikali? lalu Maarif Bin Rusdi menjawab saya
sudah berani melawan kamu sekarang. Kemudian Maarif Bin Rusdi
langsung

menghunuskan

mengayunkannya

kearah

parangnya
Nasir

Alias

sambil
Aba

mengangkat

dan

Tuwo

Abu

Bin

Bakar,akibatnyaNasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar langsung melarikan


diri kearah selatan atau kebelakang rumah haji Adong,tetapi Maarif Bin
Rusdi mengejarnya sambil mengangkat parangnya, kurang lebih seratus
meter Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar jatuh tersungkur dan saat
terjatuh itu Maarif Bin Rusdi berhasil mengejarnya dan langsung
mengayungkan parangnya ke arah Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
secara berkali kali, sehingga Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
mengalami luka luka sekujur tubuhnya. Setelah melihat Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar tidak berdaya dan tidak mampu lagi melakukan
perlawanan Maarif Bin Rusdi langsung meninggalkan dan membiarkan
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dalam kondisi yang berlumuran darah
di tempat tersebut.
Akibat dari perbuatan Maarif Bin Rusdi tersebut, Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar meninggal dunia di tempat kejadiandengan lukadisekujur
tubuhnya yaitu luka roberk tidak beraturan diatas kepala panjang6 cm
kedalaman 2 cm, luka robek beraturan pada kepala agak kebelakang
41

sepanjang 5 cm kedalam 1 cm, luka robek beraturan pada leher belakang


sepanjang 4 cm kedalaman 1 cm, luka robek beraturan pada dahi panjang
9 cm kedalamam 3 cm, luka robek leher kiri samping pipi sepanjang 18
cm kedalaman 4cm luka robek beraturan lengan kiri ukuran, lengan
korban, luka robek beraturan pada siku kiri hanpir putus, luka robek
beraturan pada punggung kanan panjang 13 cm kedalaman 4 cm, luka
robek beraturan pada punggung kiri sepanjang 9 cm kedalaman 3cm, luka
robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari, dan jari telunjuk kanan
putus beraturan dengan kersimpulan kedaaan tersebut diatas disebabkan
persentuhan benda tajam sebagaimana Visum Et Revertum dari
PuskesmasPamantauang No.042/Pusk-PMT/III/2013.

2. Dakwaan Penuntut Umum


Terdakwa dalam kasus ini didakwa oleh Jaksa penuntut Umum
dengan dakwaan subsidaritas, yaitu :
PRIMAIR:
Bahwa terdakwa MAARIF BIN RUSDI pada hari Rabu tanggal 13
Maret 2013 sekitar jam.09.00 Wita atau setidak-tidaknya pada waktuwaktu lain dalam bulan Maret 2013 bertempat di belakang rumah Haji
Adong di Pulau Pamantauang Desa Pamantauang Masalima Kecamatan
Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep atau setidak-tidaknya ditempattempat lain yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan
Negeri Pangkep, dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu
menghilangkan nyawa orang lain yang dilakukan dengan cara-cara
antara lain sebagai berikut:
-

Bahwa berawal ketika terdakwa bekerja sebagai buruh di


kapal milik korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar ,
terdakwa sering dimarahi dan dikatai pemalas sehingga terdakwa
sering merasa kesal dan sakit hati atas perlakuan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terhadapnya, bahkan

42

ketika terdakwa sudah tidak bekerja sebagai buruh di kapal milik


korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, terdakwa
masih sering dimarahi oleh korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar bahkan sempat menantang terdakwa untuk
berkelahi, namun tantangan korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar tersebut tetap ditolak oleh terdakwa, atas
perlakuan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
tersebut terhadap terdakwa semakin menambah kekesalan dan
sakit hati terdakwa, sehingga kemudian terdakwa merencanakan
untuk menghadapi tantangan korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar dan menghabisinya, dan untuk melaksanakan
maksudnya tersebut, terdakwa lalu mengambil sebilah parang
miliknya yang kemudian diasah selama kurang lebih sejam hingga
parang tersebut tajam.
Setelah terdakwa sudah merasa yakin dengan ketajaman
parangnya, selanjutnya terdakwa berjalan menuju rumah korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan sesampainya
dirumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar,
saat itu Korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
sedang menjemur kasur bersama Hasnawiah didepan rumah
Hasnawati yang sekitar 30 meter dari rumah korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, lalu terdakwa menatap korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, sehingga korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar meletakkan kasur
dan berjalan kearah terdakwa sambil berkata ada apa cikali?
yang artinya ada apa sepupu sambil melangkah kearah
terdakwa dan dijawab terdakwa: kamu kan selama ini selalu
mengajak saya untuk berkelahi,sekarang saya sudah siap
melayanimu, terdakwa yang saat itu saling berhadapan dengan
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar yang
jaraknya
kurang lebih satu meter, terdakwa langsung
menghunuskan
parangnya
sambil
mengangkat
dan
mengayunkannya kearah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar,akibatnya korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar langsung melarikan diri kearah selatan atau
kebelakang rumah haji Adong,tetapi terdakwa mengejarnya sambil
mengangkat parangnya, padahal saat itu cukup waktu bagi
terdakwa untuk berfikir dan mengurungkan niatnya untuk
menghabisi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar,
tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh terdakwa, malah terdakwa
tetap mengejar korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakarhingga kurang lebih seratus meter, akhirnya korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar lari masuk kedalam
sela-sela kebun pisang lalu jatuh tersungkur, akhirnya terdakwa
dapat menemukan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar, saat korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
masih dalam posisi duduk, terdakwa langsung mengayunkan
parangnya ke arah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu

43

Bakar dan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
sempat menangkis ayunan parang terdakwa dengan menggunakan
lengan tangan kanannya, sehingga lengan tangan kanan korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terluka,selanjutnya
terdakwa kembali memarangi korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar, namun korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar kembali menangkisnya dengan menggunakan
telapak tangan kanannya, sehingga telapak tangan kanan korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar juga terluka, saat
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar tidak kuat
lagi atas luka yang dideritanya sambil membaringkan dirinya
dengan posisi agak miring kekanan dengan memegang telapak
tangan kanannya yang terluka, terdakwa kembali memarangi
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar pada
bagian lengan kiri atasnya sebanyak dua kali, dan memarangi
bagian leher korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sebanyak dua kali, namun saat korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar masih menggerakkan kepalanya,
terdakwa kembali memarangi bagian dahi korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak satu kali hingga korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar tidak bergerak
lagi,dan untuk memastikan kalau korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar sudah mati, maka terdakwa kembali
memarangi lagi bagian kepala korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali dan memarangi pula
punggung sebelah kanan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar sebanyak satu kali sampai terdakwa yakin bahwa
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sudah
benar-benar mati, selanjutnya terdakwa meninggalkan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dangan berjalan menuju
rumahnya, namun ditengah jalan sekitar 50 meter dari tempat
kejadian, terdakwa bertemu Asyari dan bertanya kepada terdakwa
ada apa Maarif dan dijawab oleh terdakwa Ambil Aba Tuwo
sana, saya sudah membunuhnya,sambil menunjukan posisi
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar kepada
Asyari, saat terdakwa melihat orang sudah banyak berdatangan,
maka terdakwa langsung berlari menuju rumahnya dan ditengah
jalan terdakwa lalu diamankan oleh tokoh Masyarakat dan
membawanya ke Kantor Polsek Liukang Kalmas untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa tersebut, korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami luka-luka
sedemikan
rupa
dan
meninggal
dunia
di
tempat
kejadiansebagaimana yang diuraikan dalam Visum Et Revertum
dari PuskesmasPamantauang No.042/Pusk-PMT/III/2013 dengan
hasil pemeriksaan sebagai berikut :
1 Luka roberk tidak beraturan diatas kepala panjang,6 Cm
kedalaman 2 Cm

44

2 Luka robek beraturan dikepala agak kebelakang, panjang


5Cm kedalam 1Cm
3 Luka robek beraturan di leher belakang panjang, 4 Cm
kedalaman 1 Cm
4 Luka robek beraturan didahi panjang, 9 Cm kedalamam 3 Cm
5 Luka robek leher kiri samping pipi panjang,18Cm kedalaman
4Cm
6 Luka robek beraturan lengan kiri ukuran, lengan korban
7 Luka robek beraturan siku kiri hanpir putus
8 Luka robek beraturan punggung kanan panjang, 13 Cm
kedalaman 4 Cm
9 Luka robek beraturan punggung kiri panjang,9Cm kedalaman
3Cm
10 Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11 Jari telunjuk kanan putus beraturan
Kersimpulan : kedaaan tersebut diatas disebabkan persentuhan
benda tajam
-----------Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
berdasarkan pasal 340 KUHP. -------------------------------------SUBSIDAIR:
Bahwa terdakwa MAARIF BIN RUSDI, pada waktu dan tempat
sebangimana yang telah diuraikan dalam Dakwaan Primair diatas, dengan
sengaja menghilangkan nyawa orang lain, yang dilakukan dengan caracara sebagai berikut:
-

Bahwa berawal ketika terdakwa bekerja sebagai buruh di


kapal milik korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar ,
terdakwa sering dimarahi dan dikatai pemalas sehingga terdakwa
merasa kesal dan sakit hati atas perlakuan korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terhadapnya, bahkan ketika
terdakwa sudah tidak bekerja sebagai buruh di kapal milik korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, terdakwa kembali
dimarahi oleh korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar bahkan sempat menantang terdakwa untuk berkelahi, namun
saat itu tantangan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar tersebut ditolak oleh terdakwa, namun saat terdakwa merasa
sudah memiliki keberanian menghadapi tantangan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar , selanjutnya terdakwa
berjalan menuju rumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar dan sesampainya dirumah korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saat itu Korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar sedang menjemur kasur bersama
Hasnawiah didepan rumah Hasnawati yang sekitar 30 meter dari
rumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, lalu

45

terdakwa menatap korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar, sehingga korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar meletakkan kasur dan berjalan kearah terdakwa sambil
berkata ada apa cikali? yang artinya ada apa sepupu sambil
melangkah kearah terdakwa dan dijawab terdakwa: kamu kan
selama ini selalu mengajak saya untuk berkelahi,sekarang
saya sudah siap melayanimu, terdakwa yang saat itu saling
berhadapan dengan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar yang jaraknya kurang lebih satu meter, terdakwa
langsung menghunuskan parang yang dibawanya sambil
mengangkat dan mengayunkannya kearah korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar,akibatnya korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar langsung melarikan diri kearah
selatan atau kebelakang rumah haji Adong,tetapi terdakwa
mengejarnya sambil mengangkat parangnya hingga kurang lebih
seratus meter, akhirnya korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar lari masuk kedalam sela-sela kebun pisang lalu jatuh
tersungkur, akhirnya terdakwa dapat menemukan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saat korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar masih dalam posisi duduk,
terdakwa langsung mengayunkan parangnya ke arah korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sempat menangkis ayunan
parang terdakwa dengan menggunakan lengan tangan
tangankanannya, sehingga lengan tangan kanan korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terluka,selanjutnya terdakwa
kembali memarangi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar, namun korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar kembali menangkisnya dengan menggunakan telapak
tangan kanannya, sehingga telapak tangan kanan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar juga terluka, saat korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar tidak kuat lagi atas
luka yang dideritanya sambil membaringkan dirinya dengan posisi
agak miring kekanan dengan memegang telapak tangan kanannya
yang terluka, terdakwa kembali memarangi korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar pada bagian lengan kiri
atasnya sebanyak dua kali, dan memarangi bagian leher korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali,
namun saat korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
masih menggerakkan kepalanya, terdakwa kembali memarangi
bagian dahi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
sebanyak satu kali hingga korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar tidak bergerak lagi,dan untuk memastikan kalau
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sudah mati,
maka terdakwa kembali memarangi lagi bagian kepala korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali dan
memarangi pula punggung sebelah kanan korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak satu kali sampai terdakwa

46

yakin bahwa korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sudah benar-benar mati, selanjutnya terdakwa meninggalkan
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dangan
berjalan menuju rumahnya, namun ditengah jalan sekitar 50 meter
dari tempat kejadian, terdakwa bertemu Asyari dan bertanya
kepada terdakwa ada apa Maarif dan dijawab oleh terdakwa
Ambil Aba Tuwo sana, saya sudah membunuhnya,sambil
menunjukan posisi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar kepada Asyari, saat terdakwa melihat orang sudah banyak
berdatangan, maka terdakwa langsung berlari menuju rumahnya
dan ditengah jalan terdakwa lalu diamankan oleh tokoh Masyarakat
dan membawanya ke Kantor Polsek Liukang Kalmas untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa tersebut, korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami luka-luka
sedemikan rupa dan meninggal dunia di tempat kejadian
sebagaimana yang diuraikan dalam Visum Et Revertum dari
PuskesmasPamantauang No.042/Pusk-PMT/III/2013 dengan hasil
pemeriksaan sebagai berikut :
1 Luka roberk tidak beraturan diatas kepala panjang,6 Cm
kedalaman 2 Cm
2 Luka robek beraturan dikepala agak kebelakang,
panjang 5Cm kedalam 1Cm
3 Luka robek beraturan di leher belakang panjang, 4 Cm
kedalaman 1 Cm
4 Luka robek beraturan didahi panjang, 9 Cm kedalamam 3
Cm
5 Luka robek leher kiri samping pipi panjang,18Cm
kedalaman 4Cm
6 Luka robek beraturan lengan kiri ukuran, lengan
korban
7 Luka robek beraturan siku kiri hanpir putus
8 Luka robek beraturan punggung kanan panjang, 13 Cm
kedalaman 4 Cm
9 Luka robek beraturan punggung kiri panjang,9Cm
kedalaman 3Cm
10 Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11 Jari telunjuk kanan putus beraturan
Kersimpulan : kedaaan tersebut diatas disebabkan persentuhan
benda tajam

---------- Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana


berdasarkan pasal 338 KUHP. -------------------------------------LEBIH SUBSIDAIR:

47

Bahwa terdakwa MAARIF BIN RUSDI, pada waktu dan tempat


sebagaimanayang telah diuraikan dalam Dakwaan Primair diatas,
melakukan
penganiyaan
yang
direncanakan
terlebih
dahulu
mengakibatkan kematian, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
-

Bahwa berawal ketika terdakwa bekerja sebagai buruh di


kapal milik korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar ,
terdakwa sering dimarahi dan dikatai pemalas sehingga terdakwa
sering merasa kesal dan sakit hati atas perlakuan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terhadapnya, bahkan
ketika terdakwa sudah tidak bekerja sebagai buruh di kapal milik
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, terdakwa
masih sering dimarahi oleh korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar bahkan sempat menantang terdakwa untuk
berkelahi, namun tantangan korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar tersebut tetap ditolak oleh terdakwa, atas
perlakuan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
tersebut terhadap terdakwa semakin menambah kekesalan dan
sakit hati terdakwa, sehingga kemudian terdakwa merencanakan
untuk menghadapi dan melayani tantangan berkelahi dari korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, dan untuk
melaksanakan maksudnya tersebut, terdakwa lalu mempersiapkan
diri dengan mengambil sebilah parang miliknya yang kemudian
diasah selama kurang lebih sejam hingga parang tersebut tajam.
Setelah terdakwa sudah merasa yakin dengan ketajaman
parangnya, selanjutnya terdakwa berjalan menuju rumah korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan sesampainya
dirumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar,
saat itu Korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
sedang menjemur kasur bersama Hasnawiah didepan rumah
Hasnawati yang sekitar 30 meter dari rumah korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, lalu terdakwa menatap korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, sehingga korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar meletakkan kasur
dan berjalan kearah terdakwa sambil berkata ada apa cikali?
yang artinya ada apa sepupu sambil melangkah kearah
terdakwa dan dijawab terdakwa: kamu kan selama ini selalu
mengajak saya untuk berkelahi,sekarang saya sudah siap
melayanimu, terdakwa yang saat itu saling berhadapan dengan
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar yang
jaraknya
kurang lebih satu meter, terdakwa langsung
menghunuskan
parangnya
sambil
mengangkat
dan
mengayunkannya kearah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar,akibatnya korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar langsung melarikan diri kearah selatan atau
kebelakang rumah haji Adong,tetapi terdakwa mengejarnya sambil
mengangkat parangnya, padahal saat itu cukup waktu bagi
48

terdakwa untuk berfikir dan mengurungkan niatnya untuk


melakukan kekerasan dan melukai korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar, tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh
terdakwa, malah terdakwa tetap mengejar korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakarhingga kurang lebih seratus meter,
akhirnya korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar lari
masuk kedalam sela-sela kebun pisang lalu jatuh tersungkur,
akhirnya terdakwa dapat menemukan korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saat korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar masih dalam posisi duduk, terdakwa langsung
mengayunkan parangnya ke arah korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar sempat menangkis ayunan parang terdakwa
dengan menggunakan lengan tangan kanannya, sehingga lengan
tangan kanan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar terluka,selanjutnya terdakwa kembali memarangi korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, namun korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar kembali menangkisnya
dengan menggunakan telapak tangan kanannya, sehingga telapak
tangan kanan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar juga terluka, saat korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar tidak kuat lagi atas luka yang dideritanya sambil
membaringkan dirinya dengan posisi agak miring kekanan dengan
memegang telapak tangan kanannya yang terluka, terdakwa
kembali memarangi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar pada bagian lengan kiri atasnya sebanyak dua kali, dan
memarangi bagian leher korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar sebanyak dua kali, namun saat korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar masih menggerakkan
kepalanya, terdakwa kembali memarangi bagian dahi korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak satu kali,
memarangi lagi bagian kepala korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali dan memarangi pula
punggung sebelah kanan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar sebanyak satu kali sampai terdakwa yakin bahwa
korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sudah
benar-benar tidak dapat melakukan perlawanan lagi, selanjutnya
terdakwa meninggalkan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar dangan berjalan menuju rumahnya, namun ditengah
jalan terdakwa lalu diamankan oleh tokoh Masyarakat dan
membawanya ke Kantor Polsek Liukang Kalmas untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Bahwa akibat dari kekerasan dengan menggunakan sebilah
parang yang dilakukan terdakwa tersebut, korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami luka-luka sedemikan
rupa dan meninggal dunia di tempat kejadian sebagaimana yang
diuraikan dalam Visum Et Revertum dari PuskesmasPamantauang

49

No.042/Pusk-PMT/III/2013 dengan hasil pemeriksaan sebagai


berikut :
1 Luka roberk tidak beraturan diatas kepala panjang,6 Cm
kedalaman 2 Cm
2 Luka robek beraturan dikepala agak kebelakang,
panjang 5Cm kedalam 1Cm
3 Luka robek beraturan di leher belakang panjang, 4 Cm
kedalaman 1 Cm
4 Luka robek beraturan didahi panjang, 9 Cm kedalamam 3
Cm
5 Luka robek leher kiri samping pipi panjang,18Cm
kedalaman 4Cm
6 Luka robek beraturan lengan kiri ukuran, lengan
korban
7 Luka robek beraturan siku kiri hanpir putus
8 Luka robek beraturan punggung kanan panjang, 13 Cm
kedalaman 4 Cm
9 Luka robek beraturan punggung kiri panjang,9Cm
kedalaman 3Cm
10 Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11 Jari telunjuk kanan putus beraturan
Kersimpulan : kedaaan tersebut diatas disebabkan persentuhan
benda tajam
----------- Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
berdasarkan pasal 353 Ayat (3) KUHP. ------------------------------LEBIH SUBSIDAIR LAGI:
Bahwa terdakwa MAARIF BIN RUSDI, pada waktu dan tempat
sebagaimana yang telah diuraikan dalam Dakwaan Primair diatas,
melakukan penganiyaan yang mengakibatkan kematian, yang dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
-

Bahwa berawal ketika terdakwa bekerja sebagai buruh di


kapal milik korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar ,
terdakwa sering dimarahi dan dikatai pemalas sehingga terdakwa
merasa kesal dan sakit hati atas perlakuan korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar terhadapnya, bahkan ketika
terdakwa sudah tidak bekerja sebagai buruh di kapal milik korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, terdakwa kembali
dimarahi oleh korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar bahkan sempat menantang terdakwa untuk berkelahi, namun
saat itu tantangan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar tersebut ditolak oleh terdakwa, namun saat terdakwa merasa
sudah memiliki keberanian menghadapi tantangan korban atas
50

nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, selanjutnya terdakwa
berjalan menuju rumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar dan sesampainya dirumah korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saat itu Korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar sedang menjemur kasur bersama
Hasnawiah didepan rumah Hasnawati yang sekitar 30 meter dari
rumah korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, lalu
terdakwa menatap korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar, sehingga korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar meletakkan kasur dan berjalan kearah terdakwa sambil
berkata ada apa cikali? yang artinya ada apa sepupu sambil
melangkah kearah terdakwa dan dijawab terdakwa: kamu kan
selama ini selalu mengajak saya untuk berkelahi,sekarang
saya sudah siap melayanimu, terdakwa yang saat itu saling
berhadapan dengan korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar yang jaraknya kurang lebih satu meter, terdakwa
langsung menghunuskan parang yang dibawanya sambil
mengangkat dan mengayunkannya kearah korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar,akibatnya korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar langsung melarikan diri kearah
selatan atau kebelakang rumah haji Adong,tetapi terdakwa
mengejarnya sambil mengangkat parangnya, hingga kurang lebih
seratus meter, akhirnya korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar lari masuk kedalam sela-sela kebun pisang lalu jatuh
tersungkur, akhirnya terdakwa dapat menemukan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saat korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar masih dalam posisi duduk,
terdakwa
langsung
melakukan
kekerasan
dengan
caramengayunkan parangnya ke arah korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar sempat menangkis ayunan parang
terdakwa dengan menggunakan lengan tangan
kanannya,
sehingga lengan tangan kanan korban atas nama Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar terluka,selanjutnya terdakwa kembali
memarangi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar, namun korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar kembali menangkisnya dengan menggunakan telapak
tangan kanannya, sehingga telapak tangan kanan korban atas
nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar juga terluka, saatkorban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar tidak kuat lagi atas
luka yang dideritanya sambil membaringkan dirinya dengan posisi
agak miring kekanan dengan memegang telapak tangan kanannya
yang terluka, terdakwa kembali memarangi korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar pada bagian lengan kiri
atasnya sebanyak dua kali, dan memarangi bagian leher korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali,
namun saat korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
masih menggerakkan kepalanya, terdakwa kembali memarangi

51

bagian dahi korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakarsebanyak satu kali, memarangi lagi bagian kepala korban
atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak dua kali
dan memarangi pula punggung sebelah kanan korban atas nama
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak satu kali,
selanjutnya terdakwa meninggalkan korban atas nama Nasir Alias
Aba Tuwo Bin Abu Bakar dangan berjalan menuju rumahnya,
namun ditengah jalan terdakwa lalu diamankan oleh tokoh
Masyarakat dan membawanya ke Kantor Polsek Liukang Kalmas
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Bahwa akibat dari kekerasan dengan menggunakan sebilah
parang yang dilakukan terdakwa tersebut, korban atas nama Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami luka-luka sedemikan
rupa dan meninggal dunia di tempat kejadian sebagaimana yang
diuraikan dalam Visum Et Revertum dari PuskesmasPamantauang
No.042/Pusk-PMT/III/2013 dengan hasil pemeriksaan sebagai
berikut :
1 Luka roberk tidak beraturan diatas kepala panjang,6 Cm
kedalaman 2 Cm
2 Luka robek beraturan dikepala agak kebelakang,
panjang 5Cm kedalam 1Cm
3 Luka robek beraturan di leher belakang panjang, 4 Cm
kedalaman 1 Cm
4 Luka robek beraturan didahi panjang, 9 Cm kedalamam 3
Cm
5 Luka robek leher kiri samping pipi panjang,18Cm
kedalaman 4Cm
6 Luka robek beraturan lengan kiri ukuran, lengan
korban
7 Luka robek beraturan siku kiri hanpir putus
8 Luka robek beraturan punggung kanan panjang, 13 Cm
kedalaman 4 Cm
9 Luka robek beraturan punggung kiri panjang,9Cm
kedalaman 3Cm
10 Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11 Jari telunjuk kanan putus beraturan
Kersimpulan : kedaaan tersebut diatas disebabkan persentuhan
benda tajam

--------- Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana


berdasarkan pasal

351 Ayat (3) KUHP. --------------------------------------

3. Tuntutan Penuntut Umum

52

Tuntutan Pidana dari Penuntut Umum sebagaimana dalam surat


dakwaannya yang pada pokoknya menuntut sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa MAARIF BIN RUSDI terbukti bersalah
melakukan tindak pidana, Pembunuhan berencana melanggar
Pasal 340 KUHP sebagaimana yang telah kami uraikan dalam
dakwaan Primair.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa MAARIF BIN RUSDI
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 20 (dua puluh)
tahun dikurangi selama terdakwa dalam tahanan sementara
dengan perintah supaya terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa:
1 (satu) lembar baju kaos warna hitam dalam keadaan
robek;
1 (satu) lembar sarung bermotif kotak-kotak warnah abu-abu
kombinasi warna coklat dan putih
1 (satu) bilah parang bergagang
Dirampas untuk dimusnahkan
4. Menetapkan agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara
sebesar Rp.1.000.- (seribu rupiah).
4. Amar putusan
1. Menyatakan Terdakwa MAARIF BIN RUSDI terbukti secara sah
dan

meyakinkan

bersalah

melakukan

tindak

pidana

PEMBUNUHAN BERENCANA;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut
dengan pidana MATI;
3. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
4. Menetapkan Barang bukti Yaitu :

1 (satu) lembar baju kaos warna hitam dalam keadaan


robek;

1 (satu) lembar sarung bermotif kotak-kotak warna abu-abu


kombinasi warna coklat dan putih;
dikembalikan kepada yang berhak

53

1 (satu) bilah senjata tajam berupa parang bergagang kayu


dengan panjang mata 42 cm;
Dirampas untuk dimusnahkan;

5. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya


perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).
5. Analisis penulis
Dalam perkara yang penulis bahas ini Penuntut Umum mendakwa
terdakwa dengan Dakwaan Subsidaritas yakni Dakwaan PrimairPasal
340 KUHP, Subsidair Pasal 338 KUHP, Lebih Subsidair Pasal 353 Ayat
(3) KUHP, Lebih Subsidair lagiPasal 351 Ayat (3) KUHP.
Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan primair terlebih
dahulu, kemudian apabila dakwaan primair tidak terbukti Majelis Hakim
akan

mempertimbangkan

dakwaan

subsidair, lebih

subsidair dan

sebaliknya apabila dakwaan primair terbukti maka dakwaan subsidair,


lebih subsidair tidak perlu dibuktikan lagi.
Untuk membuktikan tuntutan Jaksa Penuntut Umum bahwa para
terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan secara
bersama-sama sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP, maka unsurunsur tentang tindak pidana tersebut harus terpenuhi seluruhnya.
Adapun unsur-unsur tindak pidana pembunuhan berencana yang
dilakukan secara bersama-sama atau Pasal 340 KUHP sebagai berikut :
a. Barangsiapa;
Barang

siapa

disini

memilikikemampuanbertanggung

adalah
jawab

subjek
adalah

hukum

yang

didasarkan

kepada

54

keadaan dan kemampuan jiwanya (geetelijke vermogens), yang dalam


doktrin hukum pidana ditafsirkan sebagai dalam keadaan sadar.
Berdasarkan fakta-fakta yang muncul dipersidangan terungkap
bahwa terdakwa Maarif Bin Rusdi adalah subjek hukum yang dalam
keadaan dan kemampuan jiwanya menunjukkan kondisi yang mampu
bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar), oleh karenanya mengenai
unsur barang siapa ini telah terpenuhi.

b. Dengan sengaja;
Bahwa mengenai unsur kedua yang dimaksud dengan sengaja
atau opzetilijk, undang-undang tidak memberikan pengertian yang jelas
tentang maknanya, akan tetapi dalam doktrin hukum pidana diketahui
bahwa dengan sengaja atau opzetilijk haruslah menunjukkan adanya
hubungan sikap batin pelaku, baik dengan wujud perbuatannya maupun
dengan akibat dari perbuatannya.
Bahwa jika dihubungkan arti dengan sengaja diatas didapati
kenyataan bahwa pemarangan dan penikaman yang dilakukan oleh
terdakwa adalah suatu perbuatan yang dikehendakinya, hal ini dapat
dilihat dari pemarangan dan penikaman oleh terdakwa Maarif Bin Rusdi
yang emosi sering dimarahi dan dikatai pemalas oleh Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar (Korban) ketika terdakwa bekerja sebagai buruh di
kapal milik korban dan korban sempat menantang terdakwa untuk
berkelahi dan mengancam akan membunuh terdakwa, bahkan ketika
terdakwa sudah tidak bekerja sebagai buruh di kapal milik korban

55

sehingga

terdakwa

melampiaskan

sakit

hatinya.

Terdakwa

juga

mengetahui kalau perbuatannya dapat membuat orang lain kehilangan


nyawa tetapi terdakwa tetap melakukan perbuatan itu.
Bahwa

kehendak

dan

pengetahuan

akan

hubungan

antara

perbuatan dengan akibat yang akan muncul sudah diketahui oleh


terdakwa sebelum melakukan perbuatannya itu atau setidak-tidaknya
pada saat memulai perbuatan tersebut, oleh karena itu maka unsur kedua
ini majelis hakim berpendapat telah terpenuhi.

c. Direncanakan terlebih dahulu;


Bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah antara timbulnya
maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo
bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkannya dengan cara
bagaimana perbuatan itu dilakukan, kemudian tempo ini tidak boleh terlalu
sempit, dan juga sebaliknya yang terpenting masih ada kesempatan
baginya untuk mengurungkan niatnya membunuh.
Bahwa fakta-fakta tersebut telah menunjukkan bahwa niat untuk
membunuh korban telah ada dan terdakwa mempunyai waktu atau
kesempatan untuk mengurungkan niatnya, namun tidak dilakukannya dan
ia dalam melakukan perbuatannya itu telah ada persiapan yaitu terdakwa
mengambil sebilah parang miliknya yang kemudian diasah selama kurang
lebih sejam hingga parang tersebut tajam, dengan demikian unsure
direncanakan terlebih dahulu telah terpenuhi oleh perbuatan terdakwa,
sehingga menjadi bukti secara sah dan meyakinkan.

56

d. Menghilangkan nyawa orang lain


Bahwa mengenai unsur menghilangkan nyawa orang lain dalam
literatur hukum pidana haruslah dipenuhi 3 (tiga) syarat, yakni pertama,
adanya wujud perbuatan, kedua, adanya suatu kematian, dan ketiga,
adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara wujud perbuatan
dengan akibat kematian (hilangnya nyawa orang lain).
Bahwa mengenai wujud perbuatan, dapat dilihat dalam bentuk
gerakan dari sebagian anggota tubuh pada saat melakukan perbuatan
tersebut. Dalam hal ini, dipersidangan didapati fakta bahwa terdakwa
melakukan pemarangan dengan cara mengayunkan parang yang
dibawanya kepada korban Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak
11 (sebelas) kali yang mengenai sekujur tubuh korban selanjutnya
terdakwa meninggalkan korban. Dari perbuatan terdakwa tersebut telah
nyata menunjukkan adanya gerakan dari anggota tubuh para terdakwa
yaitu pada saat menggerakkan parang dan badik ke arah korbanNasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, dengan demikian nyatalah terungkap
bahwa telah ada wujud dari perbuatan yang dimaksud.
Bahwa mengenai adanya kematian, dipersidangan terungkap bahwa
korban Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami luka-luka
sehinggan

mengakibatkan

korban

meninggal

dunia,

sebagaimana

diuraikan dalam Visum et Repertum dari Puskesmas Pamantauang No.


042/Pusk-PMT/III/2013, yang pada pokoknya menerangkan bahwa korban
Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami beberapa luka tusukan
dan pemarangan yang diakibatkan adanya benturan dengan benda tajam,

57

luka-luka tersebutlah yang membuat korban meninggal dunia, dengan


demikian

mengenai

kematian

korban

ini

telah

nyata

terungkap

dipersidangan.

C. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana dalam


perkara No. 57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene
1. Pertimbangan Hakim
PERTIMBANGAN HUKUM
[1]Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka
segala sesuatu yang tercatat dalam Berita Acara Persidangan dianggap
telah termasuk dan dipertimbangkan serta merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari putusan ini;
[2]Menimbang bahwa Fakta dan Keadaan di persidangan adalah
sebagaimana telah diuraikan diatas;
I. PERTIMBANGAN DALAM TAHAP KONSTATIR
[I.1]

Menimbang bahwa Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum telah

melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana dimuat dalam uraian


perbuatan dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum;
[I.2]

Menimbang:
1. Bahwa telah ternyata Terdakwa dalam keterangannya di
persidangan menyatakan yang pada pokoknya pada hari Rabu
tanggal 13 Maret
Pamantauang
Liukang

2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau

Desa

Kalmas

Pamantauang

Kabupaten

Masalima

Pangkep

Kecamatan

Terdakwa

telah

menyerang Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dengan


menggunakan parang yang dibawanya dan akibat perbuatan

58

terdakwa tersebut telah menyebabkan matinya Nasir Alias Aba


Tuwo tersebut;
2. Bahwa dalam keterangannya di persidangan tersebut Terdakwa
menyatakan setelah Terdakwa berhasil mengejar Nasir Alias
Aba Tuwo saat korban atas nama Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar masih dalam posisi duduk setelah sempat jatuh
tersungkur, terdakwa langsung mengayunkan parangnya ke
arah Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar sempat menangkis ayunan parang
terdakwa dengan menggunakan lengan tangan kanannya,
sehingga lengan tangan kanan Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar terluka,selanjutnya terdakwa kembali memarangi Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, namun Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar kembali menangkisnya dengan menggunakan
telapak tangan kanannya, sehingga telapak tangan kanan Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar juga terluka, saat Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar tidak kuat lagi atas luka yang dideritanya
sambil

membaringkan dirinya dengan posisi agak miring

kekanan dengan memegang telapak tangan kanannya

yang

terluka, terdakwa kembali memarangi Nasir Alias Aba Tuwo Bin


Abu Bakar pada bagian lengan kiri atasnya sebanyak dua kali,
dan memarangi bagian leher Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sebanyak dua kali, namun saat Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar masih menggerakkan kepalanya, terdakwa
kembali memarangi bagian dahi Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sebanyak satu kali hingga Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar tidak bergerak lagi,dan untuk memastikan kalau Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sudah mati, maka terdakwa
kembali memarangi lagi bagian kepala Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar sebanyak dua kali dan memarangi pula punggung
sebelah kanan Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak

59

satu kali sampai terdakwa yakin Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sudah benar-benar mati;
3. Bahwa keterangan Terdakwa tersebut berkesesuaian dengan
keterangan Ahli yang termuat dalam Surat Visum Et Repertum /
Keterangan

Luka

No.042/Pusk-PMT/III/2013dari

PuskesmasPamantauang dengan hasil pemeriksaan yang pada


pokoknya menyatakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013
telah memeriksa mayat laki-laki atas nama NASIR BIN ABU
BAKAR berumur 34 tahun dengan hasil pemeriksaan luar pada
tubuh mayat tersebut ditemukan :
1. Luka robek tidak beraturan di atas kepala panjang 6 cm
kedalaman 2 cm;
2. Luka robek beraturan di kepala agak ke belakang panjang
5 cm kedalaman 1 cm
3. Luka robek beraturan di leher belakang panjang 4 cm
kedalaman 1 Cm
4. Luka robek beraturan di dahi panjang 9 cm kedalaman 3
Cm
5. Luka robek beraturan leher kiri samping pipi panjang 18
cm kedalaman 4 cm
6. Luka robek beraturan lengan kiri ukuran lengan korban
7. Luka robek beraturan siku kiri hampir putus
8. Luka robek beraturan punggung kanan panjang 13 cm
kedalaman 4 cm
9. Luka robek beraturan punggung kiri panjang 9cm
kedalaman 3 cm
10. Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11. Jari telunjuk kanan putus beraturan
dan keadaan mayat tersebut disimpulkan terjadi disebabkan
persentuhan dengan benda tajam;
4. Bahwa selain itu keterangan Terdakwa tersebut ternyata
dikuatkan oleh keterangan Haji Adong yang di persidangan
menyatakan saksi Haji Adong menyatakan pada hari Rabu
tanggal 13 Maret
Pamantauang

Desa

2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau


Pamantauang

Masalima

Kecamatan

Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep ketika saksi hendak


pulang ke rumahnya dari pantai, saksi diberitahu orang-orang
yang saksi sudah lupa namanya jika di belakang rumah saksi

60

ditemukan ada orang yang sudah dalam keadaan mati dan


kemudian setelah saksi mendatangi tempat yang dimaksud
saksi melihat jasad Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
tergeletak di atas tanah dan disekitar tubuhnya banyak ceceran
darah;
5. Bahwa keterangan saksi Haji Adong tersebut dikuatkan pula
dengan adanya keterangan dari saksi Ahsal yang menyatakan
ketika saksi pergi ke tempat ditemukannya Aba Tuwo dalam
keadaan sudah mati dan di tempat tersebut saksi melihat Jasad
Aba Tuwo masih terbaring di tanah dan saksi sempat
mengambil fotonya dan saksi menyatakan 2 (dua) buah foto
pertama yang memuat jasad Aba Tuwo yang terlampir dalam
berkas perkara adalah Foto yang saksi ambil menggunakan
kamera milik saksi yang diminta oleh petugas kepolisian;
6. Bahwa keterangan saksi Ahsal tersebut dikuatkan pula dengan
keberadaan foto-foto sebagaimana terlampir dalam berkas
perkara;
7. Bahwa terhadap barang bukti berupa 1 (satu) bilah senjata
tajam berupa parang bergagang kayu dengan panjang mata 42
cm karena di persidangan dalam keterangannya masing-masing
Saksi Asyari menyatakan parang tersebut sebagai parang yang
dilihatnya dibawa Terdakwa dalam keadaan terdapat bercakbercak darah dan saksi Hajjah Hasnawiyah menyatakan
sebagai parang yang dilihatnya ketika Terdakwa mendatangi
saksi tersebut bersama Aba Tuwo dan saksi Ahsal yang
menyatakan sebagai parang yang dibawa Terdakwa ketika
Terdakwa saksi lihat mengejar Aba Tuwo dan Terdakwa sendiri
menyatakan parang tersebut sebagai parang yang Terdakwa
gunakan untuk menyerang Aba Tuwo maka Pengadilan
berkesimpulan keterangan-keterangan saksi maupun Terdakwa
tentang barang bukti tersebut saling berkesesuaian satu dengan
yang lain serta saling menguatkan sehingga oleh karenanya

61

Pengadilan berkeyakinan barang bukti tersebut adalah parang


yang pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013 sekitar jam 09.00
Wita di Pulau Pamantauang Desa Pamantauang Masalima
Kecamatan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep berada dalam
penguasaan

Terdakwa

dan

digunakan

Terdakwa

untuk

menyerang Nasir Alias Aba Tuwo;


8. Bahwa terhadap barang bukti berupa 1 (satu) lembar baju kaos
warna hitam dalam keadaan robek 1 (satu) dan lembar sarung
bermotif kotak-kotak warna abu-abu kombinasi warna coklat
dan putih karena setelah di periksa di persidangan dari
keterangan Terdakwa sendiri dan dikuatkan dengan foto-foto
keadaan Nasir Alias Aba Tuwo ketika masih berada di tempat
kejadian perkara yang terlampir dalam berkas perkara maka
Pengadilan berkesimpulan barang-barang bukti tersebut adalah
kaos dan sarung yang dikenakan Nasir Alias Aba Tuwo ketika
Terdakwa menyerangnya;
9. Bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
mengalami kematian pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013
sekitar jam 09.00 Wita disebabkan mengalami luka-luka akibat
dari serangan yang dilakukan oleh Terdakwa kepadanya
dengan menggunakan sebilah parang;
[I.3]

Menimbang:
1. Bahwa dalam keterangannya di persidangan, saksi Hajjah
Hasnawiah Bin Mahmud menyatakan yang pada pokoknya
bahwa pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013 sekitar jam 09.30
Wita di Pulau Pamantauang Desa Pamantauang Masalima
Kecamatan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep ketika saksi
usai mengangkat kasur ke pagar di belakang rumahnya dibantu
oleh Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar, saksi melihat
Terdakwa dengan memegang sebilah parang datang ke arah
saksi dan Nasir Alias Aba Tuwo berada sehingga saksi langsung

62

merasa ketakutan dan masuk ke dalam rumah dan sebelum


masuk ke dalam rumah, saksi masih sempat mendengar Nasir
Alias

Aba

Tuwo

bertanya

kepada

Terdakwa

dengan

menggunakan bahasa mandar Ada apa, Sepupu? tetapi


setelah itu saksi tidak tahu apa lagi yang terjadi diantara
keduanya karena saksi pergi ke depan rumahnya memberitahu
saksi Asyari tentang keadaan tersebut;
2. Bahwa

keterangan

saksi

Hajjah

Hasnawiah

tersebut

dibenarkan oleh Terdakwa bahkan selain daripada itu ternyata


berkesesuaian

dengan

keterangan

persidangan yang menyatakan

Terdakwa

sendiri

di

pada pokoknya pada waktu

sebagaimana tersebut Terdakwa berhasil menemukan Nasir


Alias Aba Tuwo saat Nasir Alias Aba Tuwo sedang berada di
belakang rumah saksi Hajjah Hasnawiah sedang membantu
saksi tersebut mengangkat kasurnya ke atas pagar;
3. Bahwa dalam keterangannya di persidangan, saksi Asyari
menyatakan pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013 sekitar jam
09.00 Wita di Pulau Pamantauang Desa Pamantauang
Masalima Kecamatan Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep
setelah saksi yang sedang keluar dari rumahnya hendak pergi
ke kantor didatangi saksi Hajjah Hasnawiah Binti Mahmud yang
berkata kepada saksi mate mi! mate mi Aba Tuwo! mate mi
anak Aba Tuwo! maka saksi pergi berjalan ke arah dari
datangnya saksi Hajjah Hasnawiah dan tidak berapa lama saksi
bertemu dengan Terdakwa yang sedang berjalan membawa
sebuah parang panjang yang ada bercak-bercak darahnya dan
bercak darah juga terdapat pada baju yang terdakwa kenakan
saat itu lalu setelah jarak diantara keduanya relatif dekat,
Terdakwa berkata kepada saksi Ambil mi itu! dan saksi
bertanya siapa? lalu dijawab oleh Terdakwa Aba Tuwo sudah
mati mendengar hal tersebut saksi bertanya lagi kepada

63

Terdakwa Kenapa kau lakukan itu? dan dijawab oleh Terdakwa


karena saya dendam lalu Terdakwa pergi ke arah rumahnya;
4. Bahwa keterangan saksi Asyari tersebut dibenarkan oleh
Terdakwa

dan

berkesesuaian

pula

dengan

keterangan

Terdakwa di persidangan kecuali tentang jawaban Terdakwa


yang menurut saksi Asyari Terdakwa menyatakan karena saya
dendam sedangkan Terdakwa sendirinya menyatakan jawaban
Terdakwa kepada saksi Asyari adalah karena dia mau bunuh
saya akan tetapi hal tersebut tidak secara serta membatalkan
persesuaian

di

antara

keterangan

saksi Asyari

dengan

Terdakwa karena Terdakwa membenarkan adanya pertemuan


antara dirinya dan saksi tersebut;
5. Bahwa selain daripada itu pertemuan saksi Asyari dan
Terdakwa tersebut ternyata dikuatkan pula oleh keterangan
saksi Haji Adong yang ketika saksi Haji Adong sedang berjalan
menuju ke belakang rumahnya, saksi Haji Adong sempat
melihat dari jarak jauh saksi Asyari bertemu dan berbicara
dengan seseorang yang ketika saksi Haji Adong bertanya
kepada saksi Asyari dijawabnya jika orang yang baru bertemu
dengannya tersebut adalah Terdakwa dan ternyata keterangan
saksi Asyari pun di persidangan berkesesuaian dengan
keterangan saksi Haji Adong tersebut dengan menyatakan saksi
Asyari bertemu Haji Adong setelah bertemu Terdakwa dan saat
itu Haji Adong bertanya kepada dirinya tentang orang yang baru
saja bertemu dengannya dan saksi Asyari menyampaikan
kepada Haji Adong bahwa orang tersebut adalah Terdakwa;
6. Bahwa dalam keterangannya di persidangan, saksi Ahsal, S.Pd.
Bin Sangkala Dg. Gassing menyatakan pada hari Rabu tanggal
13 Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau Pamantauang
Desa Pamantauang Masalima Kecamatan Liukang Kalmas
Kabupaten Pangkep ketika saksi sedang berjalan kaki menuju
ke arah pantai di jalan yang biasa disebut jalan tiga di dekat

64

lapangan voly tiba-tiba dari jarak kurang lebih sekitar 10 meter,


saksi melihat Aba Tuwo berlari menuju selatan ke arah
rumahnya dan di belakangnya Aba Tuwo ada Terdakwa yang
mengejar Aba Tuwo dengan menggenggam sebilah parang
panjang di tangannya;
7. Bahwa keterangan saksi tersebut berkesesuaian dengan
keterangan Terdakwa yang di persidangan menyatakan setelah
ditantang oleh Terdakwa, Nasir Alias Aba Tuwo sempat
mendatangi Terdakwa dan berusaha memukul Terdakwa tetapi
Terdakwa berhasil menghindari pukulan Nasir Alias Aba Tuwo
lalu setelah itu Nasir Alias Aba Tuwo pergi dengan berlari ke
arah belakang rumah Haji Adong dan Terdakwa mengejarnya
dan saat mengejar Nasir Alias Aba Tuwo itu Terdakwa sempat
melewati lapangan Voly;
8. Bahwa berdasarkan persesuaian antara keterangan Terdakwa
dan keterangan saksi-saksi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa sebelum Terdakwa menyerang Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar dengan sebilah parang pada hari Rabu tanggal 13
Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau Pamantauang Desa
Pamantauang

Masalima

Kecamatan

Liukang

Kalmas

Kabupaten Pangkep Terdakwa terlebih dahulu menemui Nasir


Alias Aba Tuwo yang

sedang membantu

saksi Hajjah

Hasnawiah mengangkat kasur di belakang rumah saksi Hajjah


Hasnawiah dan kemudian ketika Nasir Alias Aba Tuwo berusaha
menghindari Terdakwa dengan pergi berlari ternyata Terdakwa
mengejarnya dan setelah melewati lapangan voly tepatnya di
belakang rumah Haji Adong, Terdakwa berhasil mengejar Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan langsung menyerangnya
menggunakan sebilah parang yang telah dibawanya dan
setelah melakukan perbuatannya Terdakwa pergi meninggalkan
Nasir Alias Aba Tuwo di belakang rumah Haji Adong;

65

[I.4]

bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan tersebut diatas

Pengadilan berkesimpulan fakta-fakta hukum yang dapat diyakini


kebenarannya dalam perkara a quo adalah sebagai berikut:
bahwa Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar mengalami kematian
pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita
disebabkan mengalami luka-luka akibat dari serangan yang
dilakukan oleh Terdakwa kepadanya dengan menggunakan
sebilah parang;
bahwa sebelum Terdakwa menyerang Nasir Alias Aba Tuwo Bin
Abu Bakar dengan sebilah parang pada pada hari Rabu tanggal
13 Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau Pamantauang
Desa Pamantauang Masalima Kecamatan Liukang Kalmas
Kabupaten Pangkep Terdakwa terlebih dahulu menemui Nasir
Alias Aba Tuwo yang sedang membantu saksi Hajjah Hasnawiah
mengangkat kasur di belakang rumah saksi Hajjah Hasnawiah
dan kemudian ketika Nasir Alias Aba Tuwo berusaha
menghindari Terdakwa dengan pergi berlari ternyata Terdakwa
mengejarnya dan setelah melewati lapangan voly tepatnya di
belakang rumah Haji Adong, Terdakwa berhasil mengejar Nasir
Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar dan langsung menyerangnya
menggunakan sebilah parang yang telah dibawanya dan setelah
melakukan perbuatannya Terdakwa pergi meninggalkan Nasir
Alias Aba Tuwo di belakang rumah Haji Adong;
Bahwa luka-luka yang dialami oleh Nasir Alias Aba Tuwo yang
mengakibatkannya meninggal dunia yakni :
1. Luka robek tidak beraturan di atas kepala panjang 6 cm
kedalaman 2 cm;
2. Luka robek beraturan di kepala agak ke belakang panjang
5 cm kedalaman 1 cm
3. Luka robek beraturan di leher belakang panjang 4 cm
kedalaman 1 Cm
4. Luka robek beraturan di dahi panjang 9 cm kedalaman 3
Cm
5. Luka robek beraturan leher kiri samping pipi panjang 18
cm kedalaman 4 cm
6. Luka robek beraturan lengan kiri ukuran lengan korban
7. Luka robek beraturan siku kiri hampir putus
8. Luka robek beraturan punggung kanan panjang 13 cm
kedalaman 4 cm
9. Luka robek beraturan punggung kiri panjang 9cm
kedalaman 3 cm
10. Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu jari
11. Jari telunjuk kanan putus beraturan
II. PERTIMBANGAN DALAM TAHAP KUALIFISIR

66

[II.1] Menimbang:
1. bahwa

Terdakwa

didakwa

oleh

Penuntut

Umum

telah

melakukan suatu perbuatan yang masuk kategori tindak pidana


sebagaimana dimuat dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum
yaitu:
Primair
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 340 KUHP;
Subsidair
tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP;
Lebih Subsidair
tindak pidana yang diatur dalam

pasal

353 Ayat (3)

KUHP;
Lebih Subsidair lagi
tindak pidana yang diatur dalam 351 Ayat (3) KUHP;
2. bahwa karena Surat Dakwaan Penuntut Umum tersebut
berbentuk dakwaan subsidaritas maka Pengadilan akan terlebih
dahulu mempertimbangkan dakwaan primair dan jika dakwaan
primair tersebut ternyata terbukti maka dakwaan lainnya tidak
akan dipertimbangkan lagi dan begitu pula sebaliknya jika
dakwaan primair ternyata tidak terbukti maka Pengadilan akan
mempertimbangkan dakwaan selebihnya;
3. bahwa dengan mengingat ketentuan pasal Pasal 340 KUHP
yang menyatakan sebagai berikut:
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan berencana, dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun
maka Pengadilan berkesimpulan unsur dalam rumusan tindak
pidana dari pasal yang didakwakan dalam dakwaan primair
yang harus dipertimbangkan dalam perkara a quo adalah:

67

dengan sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu


merampas nyawa orang lain;
[II.2] bahwa terhadap unsur-unsur dalam dakwaan primair pengadilan
mempertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang :
1. bahwa dalam dakwaan primair Penuntut Umum mendakwa
Terdakwa telah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
sebagaimana diatur dalam pasal 340 KUHP;
2. bahwa agar suatu perbuatan dapat dikualifikasikan sebagai tindak
pidana pembunuhan berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 340 KUHP maka perbuatan Terdakwa harus merupakan
perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan yang
memenuhi unsur dengan sengaja dan dengan direncanakan
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain;
3. bahwa yang dimaksud frasa merampas nyawa orang lain dalam
unsur

tersebut

adalah

melakukan

suatu

perbuatan

yang

mengakibatkan matinya orang lain;


4. bahwa frasa dengan sengaja dalam unsur tersebut mengandung
arti perbuatan

merampas nyawa orang lain tersebut dilakukan

dengan dikehendaki secara sadar oleh pelaku dan kematian orang


yang dirampas nyawanya adalah maksud yang dituju oleh pelaku
melalui perbuatannya tersebut;
5. bahwa frasa dengan direncanakan terlebih dahulu dalam unsur
tersebut mengandung maksud bahwa selain perbuatan merampas
nyawa orang lain tersebut dilakukan dengan sengaja juga pelaku
telah terlebih dahulu berfikir dalam waktu yang cukup tentang
bagaimana perbuatan merampas nyawa orang lain itu akan
dilakukan;
68

6. bahwa dengan demikian yang dimaksud dengan unsur dengan


sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan
orang lain meninggal dunia yang dilakukan dengan dikehendaki
secara sadar oleh pelaku dan kematian orang yang dirampas
nyawanya adalah maksud yang dituju oleh pelaku melalui
perbuatannya tersebut serta pelaku telah terlebih dahulu berfikir
dalam waktu yang cukup tentang bagaimana perbuatan merampas
nyawa orang lain itu akan dilakukan;
7. bahwa sebagaimana dalam fakta hukum yang dapat diyakini
kebenarannya dalam perkara a quo telah ternyata Nasir Alias Aba
Tuwo Bin Abu Bakar meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 13
Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita disebabkan mengalami lukaluka akibat dari serangan yang dilakukan oleh Terdakwa kepadanya
dengan menggunakan sebilah parang yang berarti in casu
perbuatan Terdakwa tersebut adalah suatu perbuatan yang
mengakibatkan orang lain in casu Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar meninggal dunia;
8. bahwa sebagaimana dalam fakta hukum yang dapat diyakini
kebenarannya dalam perkara a quo telah ternyata sebagai berikut:
I.

sebelum Terdakwa menyerang Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu


Bakar dengan sebilah parang pada pada hari Rabu tanggal
13 Maret

2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau

Pamantauang Desa Pamantauang Masalima Kecamatan


Liukang Kalmas Kabupaten Pangkep Terdakwa terlebih
dahulu menemui Nasir Alias Aba Tuwo yang sedang
membantu saksi Hajjah Hasnawiah mengangkat kasur di
belakang rumah saksi Hajjah Hasnawiah;
II.

luka-luka yang dialami oleh Nasir Alias Aba Tuwo yang


mengakibatkannya meninggal dunia yakni :
69

1. Luka robek tidak beraturan di atas kepala panjang 6


cm kedalaman 2 cm;
2. Luka robek beraturan di kepala agak ke belakang
panjang 5 cm kedalaman 1 cm
3. Luka robek beraturan di leher belakang panjang 4
cm kedalaman 1 Cm
4. Luka robek beraturan di dahi panjang 9 cm
kedalaman 3 Cm
5. Luka robek beraturan leher kiri samping pipi panjang
18 cm kedalaman 4 cm
6. Luka robek beraturan lengan kiri ukuran lengan
korban
7. Luka robek beraturan siku kiri hampir putus
8. Luka robek beraturan punggung kanan panjang 13
cm kedalaman 4 cm
9. Luka robek beraturan punggung kiri panjang 9cm
kedalaman 3 cm
10. Luka robek beraturan antara jari telunjuk dengan ibu
jari
11. Jari telunjuk kanan putus beraturan

dan jika fakta hukum tersebut dihubungkan dengan keterangan


Terdakwa yang menyatakan :
i.

Nasir Alias Aba Tuwo telah sering mengancam akan


membunuh Terdakwa;

ii.

sejak malam sebelumnya Terdakwa sudah bertekad untuk


melawan Nasir Alias Aba Tuwo;

iii.

serta pagi harinya Terdakwa langsung mengambil sebilah


parang yang sebelum pergi menemui Nasir Alias Aba Tuwo,
oleh Terdakwa parang tersebut terlebih dahulu diasah
selama kurang lebih 1 jam agar menjadi tajam;

iv.

untuk memastikan kalau Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu


Bakar sudah mati, maka terdakwa kembali memarangi lagi
bagian kepala Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar
sebanyak dua kali dan memarangi pula punggung sebelah
kanan Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar sebanyak satu
70

kali sampai terdakwa yakin Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar sudah benar-benar mati;
maka Pengadilan berpendapat ketika terdakwa merampas nyawa
orang lain in casu Nasir Alias Aba Tuwo saat itu Terdakwa telah
melakukannya dengan sengaja dengan alasan-alasan sebagai
berikut:
a. parang adalah benda tajam yang meskipun tidak selalu
digunakan sebagai senjata tetapi jika dikenakan dengan cara
tertentu kepada badan setiap orang yang dalam keadaan
normal maka selain dapat melukai juga dapat mengakibatkan
kematian dan keadaan tersebut adalah pengetahuan yang
diketahui orang pada umumnya;
b. Terdakwa

dalam

pengamatan

Pengadilan

adalah

orang

sebagaimana orang yang normal pada umumnya sehingga


pengetahuan yang umumnya diketahui orang lain maka
Terdakwa pun akan mengetahui;
c. dengan keadaan Terdakwa tersebut dihubungkan dengan ketika
bertekadnya Terdakwa untuk melawan Nasir Alias Aba Tuwo
yang menurut Terdakwa sering mengancam akan membunuh
Terdakwa yang ditindak lanjuti Terdakwa membawa parang
yang telah diasah terlebih dahulu agar lebih tajam sedangkan
Terdakwa sendiri tahu parang tersebut dengan perlakuan
tertentu dapat berubah fungsi menjadi senjata tajam serta
dengan mengingat cara Terdakwa melakukan perbuatannnya
yang ketika Nasir Alias Aba Tuwo sudah tidak bergerak ternyata
Terdakwa

menyatakan di

persidangan

masih membacok

beberapa bagian tubuh Nasir Alias Aba Tuwo dan terakhir


bagian kepalanya maka keadaan-keadaan tersebut memberi
petunjuk perbuatan Terdakwa merampas nyawa orang lain in
casu Nasir Alias Aba Tuwo telah dilakukannya dengan
71

dikehendaki secara sadar dan maksud Terdakwa melakukan


perbuatannya adalah ditujukan agar Nasir Alias Aba Tuwo
mengalami kematian;
9. bahwa sebagaimana dalam fakta hukum yang dapat diyakini
kebenarannya dalam perkara a quo telah ternyata:
sebelum Terdakwa menyerang Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar dengan sebilah parang pada pada hari Rabu tanggal
13 Maret 2013 sekitar jam 09.00 Wita di Pulau Pamantauang
Desa Pamantauang Masalima Kecamatan Liukang Kalmas
Kabupaten Pangkep Terdakwa terlebih dahulu menemui
Nasir Alias Aba Tuwo yang sedang membantu saksi Hajjah
Hasnawiah mengangkat kasur di belakang rumah saksi
Hajjah Hasnawiah dan kemudian ketika Nasir Alias Aba
Tuwo berusaha menghindari Terdakwa dengan pergi berlari
ternyata Terdakwa mengejarnya dan setelah melewati
lapangan voly tepatnya di belakang rumah Haji Adong,
Terdakwa berhasil mengejar Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar dan langsung menyerangnya menggunakan sebilah
parang yang telah dibawanya
dan jika fakta hukum tersebut dihubungkan dengan keterangan
Terdakwa di persidangan yang menyatakan setelah bertekad untuk
melawan Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu Bakar yang sering
mengancam akan membunuhnya, pada pagi harinya Terdakwa
mengambil sebilah parang dan mengasahnya agar menjadi lebih
tajam sebelum Terdakwa datang menemui Nasir Alias Aba Tuwo
maka

Pengadilan

berpendapat

ketika

melakukan

perbuatan

merampas nyawa orang lain Terdakwa telah melakukannya dengan


direncanakan terlebih dahulu dengan alasan-alasan sebagai
berikut:

72

a. keputusan Terdakwa untuk mengambil sebilah parang dan


mengasahnya sebelum pergi menemui Nasir Alias Ambo Tuwo
memberi petunjuk pada saat itu Terdakwa telah berfikir tentang
alat yang akan dia gunakan untuk mewujudkan perbuatannya;
b. berfikirnya Terdakwa tentang alat yang akan digunakan
menunjukan pula dengan sendirinya bahwa Terdakwa telah
berfikir

tentang

bagaimana

cara

Terdakwa

mewujudkan

perbuatannya tersebut;
c. interval waktu dari Terdakwa mulai mengambil sebilah parang
sampai Terdakwa melakukan perbuatannya adalah interval
waktu yang sangat cukup bagi Terdakwa untuk berfikir tentang
bagaimana perbuatannya akan diwujudkan;
d. keputusan Terdakwa mengejar Nasir Alias Aba Tuwo ketika
Nasir hendak lari menghindari Terdakwa semakin menunjukan
bahwa Terdakwa telah bertetap hati tentang apa yang harus
dilakukannya agar perbuatannya tetap bisa terwujud;
10. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas maka pembelaan
Penasihat

Hukum

Terdakwa

yang

menyatakan

Terdakwa

melakukan perbuatannya bukan dengan direncanakan melainkan


terjadi secara tiba-tiba setelah terlebih dahulu si korban menyerang
Terdakwa tidak dapat diterima karena dalam pembelaannya
tersebut Penasihat Hukum Terdakwa sama sekali tidak menjadikan
keadaan Terdakwa yang sudah membawa sebilah parang dan
keterangan Terdakwa yang menyatakan sudah bertekad untuk
melawan sebagai dasar bagi pembelaannya;
11. bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan tersebut diatas
karena perbuatan Terdakwa tersebut adalah suatu perbuatan yang
mengakibatkan orang lain in casu Nasir Alias Aba Tuwo Bin Abu
Bakar meninggal dunia yang perbuatan tersebut telah dilakukannya

73

dengan

dikehendaki

secara

sadar

dan

maksud

Terdakwa

melakukan perbuatannya adalah memang ditujukan agar Nasir


Alias Aba Tuwo mengalami kematian serta perbuatannya tersebut
telah pula dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu maka
dengan demikian unsur tindak pidana dengan sengaja dan dengan
direncanakan terlebih dahulu merampas nyawa orang lain telah
terpenuhi oleh Terdakwa melalui perbuatannya;
12. bahwa karena perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur dengan
sengaja dan dengan direncanakan terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain yang merupakan unsur dalam rumusan tindak
pidana dalam pasal 340 KUHP maka dengan sendirinya perbuatan
Terdakwa tersebut masuk dalam kualifikasi tindak pidana pasal
tersebut yaitu Pembunuhan Berencana;
13. bahwa karena perbuatan Terdakwa termasuk kualifikasi tindak
pidana Pembunuhan Berencana

sebagaimana diatur dalam

Pasal 340 KUHP yang dalam perkara a quo didakwakan oleh


Penuntut Umum dalam dakwaan primair maka dengan demikian
dakwaan primair tersebut telah terbukti;
[II.2] Menimbang bahwa karena dakwaan primair telah terbukti maka
dakwaan Penuntut Umum selebihnya tidak akan dipertimbangkan lagi;

III. PERTIMBANGAN DALAM TAHAP KONSTITUIR


[III.1] bahwa selanjutnya Pengadilan harus mempertimbangkan atas
perbuatannya tersebut yang telah ternyata termasuk kualifikasi tindak
pidana PEMBUNUHAN BERENCANA, apakah ada kesalahan dalam diri
Terdakwa sehingga perbuatan tersebut harus dipertanggung jawabkan
kepadanya;

74

[III.2] bahwa untuk menentukan apakah ada kesalahan dalam diri


Terdakwa sehingga perbuatan tersebut harus dipertanggung jawabkan
kepadanya maka Pengadilan mempertimbangkannya sebagai berikut:
Menimbang :
1. bahwa Kesalahan adalah suatu keadaan yang patut dicela yang
harus ada dalam diri seseorang ketika orang itu melakukan suatu
perbuatan yang dilarang dan dengan adanya keadaan itu maka diri
orang pelaku perbuatan itu terhubung langsung dengan perbuatan
yang telah dilakukannya dan dengan adanya hubungan langsung
antara

perbuatan

dengan

pelaku

perbuatan

menjadikan

pertanggungan jawab dapat dimintakan terhadap orang pelaku


perbuatan tersebut;
2. bahwa berdasarkan pengertian tentang Kesalahan diatas dapat
dipahami kesalahan bukan semata keadaan batin dari Terdakwa
yang secara pastinya hanya diketahui oleh Terdakwa sendiri, tetapi
Kesalahan juga merupakan penilaian dari orang lain dalam
keadaan wajar pada umumnya in casu Majelis Hakim yang dalam
perkara a quo ditetapkan untuk mengadili perkara atas diri terdakwa,
terhadap sikap Terdakwa ketika melakukan perbuatannya apakah
sikap

Terdakwa

yang

menjadi

dasar

Terdakwa

melakukan

perbuatannya tersebut patut untuk dicela ataukah tidak;


3. Bahwa hal yang paling menentukan tentang dapat tidaknya
seseorang itu dicela karena melakukan suatu perbuatan yang
dilarang adalah ditentukan dari apakah ketika melakukann perbuatan
tersebut orang itu memiliki kehendak bebas ketika melakukan
perbuatannya tersebut sehingga sebelum mewujudkan perbuatannya
menjadi nyata orang itu sebenarnya masih memiliki pilihan juga
untuk tidak melakukan perbuatan tersebut;
4. bahwa di persidangan, tidak ada satu pun alat bukti yang dihadirkan
Penuntut Umum yang mampu membuktikan motif dari Terdakwa
ketika melakukan perbuatannya kecuali dari Keterangan Terdakwa
sendiri sehingga oleh karenanya pula alasan Terdakwa ketika
75

melakukan perbuatannya menjadi satu-satunya alat bukti untuk


mengukur kesalahan Terdakwa tersebut dalam perkara a quo;
5. bahwa di persidangan telah ternyata dalam keterangannya Terdakwa
menyatakan alasan Terdakwa melakukan perbuatannya adalah
karena sejak Terdakwa bekerja kepada Nasir alias Aba Tuwo dan
sampai Terdakwa berhenti bekerja kepadanya sekitar 2 (dua) bulan
sebelum Terdakwa melakukan perbuatannya, Nasir Alias Aba Tuwo
Bin Abu Bakar sering memarahi Terdakwa dan mengancam akan
membunuh Terdakwa dan karena ancaman tersebut terus menerus
dilakukan oleh Nasir Alias Aba Tuwo setiap bertemu Terdakwa
akhirnya Terdakwa yang merasa terancam memutuskan untuk
melawan Nasir Alias Aba Tuwo sehingga berujung pada kematian
Nasir Alias Aba Tuwo akibat dari perbuatan Terdakwa;
6. bahwa meskipun alasan Terdakwa adalah demikian sebagaimana
tersebut diatas, akan tetapi alasan tersebut bukan merupakan suatu
alasan yang dapat diterima baik secara hukum maupun secara sosial
karena jika memang benar Nasir Alias Aba Tuwo melakukan
pengancaman
ancamannya

kepada
tersebut

terdakwa
tidak

berulang-ulang

pernah

terbukti

dan

ternyata

sehingga

lebih

merupakan suatu terror bagi Terdakwa maka sesungguhnya saat itu


Terdakwa memiliki pilihan hukum untuk melaporkan perbuatan yang
dilakuan Nasir Alias Aba Tuwo tersebut kepada pihak kepolisian atau
pilihan

sosial

meminta

bantuan

tokoh

masyarakat

untuk

menyelesaikannya secara kekeluargaan bukan malah mengambil


pilihan menyelesaikan sendiri dengan cara yang melawan hukum;
7. bahwa jika mengingat jarak waktu yang disampaikan Terdakwa
mengenai awal mula terjadinya pengancaman sampai pada waktu
terakhir

Terdakwa

bertemu

dengan

Nasir

Alias

Aba

Tuwo,

sesungguhnya Terdakwa masih memiliki waktu yang sangat cukup


untuk memilih apakah menyelesaikan permasalahannya dengan
Nasir Alias Aba Tuwo secara hukum maupun secara sosial atau
melawan Nasir Alias Aba Tuwo dengan cara yang melawan hukum;

76

8. bahwa selain itu, waktu dari ketika Terdakwa mulai memutuskan


mengambil parang dan mengasahnya sampai waktu Terdakwa
menemui Nasir Alias Aba Tuwo juga merupakan waktu yang cukup
bagi Terdakwa untuk memutuskan apakah Terdakwa tetap akan
mewujudkan niatnya untuk melawan Nasir Alias Aba Tuwo atau
malah membatalkannya;
9. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa Terdakwa telah melakukan perbuatannya
atas pilihannya sendiri yang bersumber dari suatu kehendak bebas
yang ada dalam diri terdakwa;
10. bahwa nyawa bagi suatu makhluk hidup adalah hal yang paling
berharga yang tidak dapat tergantikan dan tidak ternilai dengan
apapun sehingga hilangnya nyawa merupakan akhir dari kehidupan
dan eksistensi seseorang sebagai makhluk hidup;
11. bahwa selain itu dampak dari hilangnya nyawa seorang manusia
secara hukum dan sosial tidak hanya berdampak kepada orang
tersebut

tetapi

juga

berdampak

kepada

keluarganya

yang

ditinggalkannya baik itu isterinya, anak-anaknya, orang tuanya dan


keluarga kerabatnya maupun juga kepada orang yang memiliki
hubungan hukum dengannya sehingga penghilangan nyawa seorang
manusia secara paksa tanpa alasan hukum yang sah adalah suatu
kejahatan kepada nilai-nilai

kemanusiaan karena pasti akan

menimbulkan gejolak hukum dan sosial dalam masyarakat;


12. bahwa karena itu alasan yang dijadikan oleh Terdakwa untuk
melakukan perbuatannya dalam perkara a quo merupakan alasan
yang tidak dapat diterima baik secara hukum maupun secara sosial
selain karena Terdakwa masih punya pilihan bebas untuk melakukan
perbuatan lain jika memang benar Nasir Alias Abu Tuwo mengancam
Terdakwa juga karena akibat dari perbuatan Terdakwa memberi
dampak yang buruk secara hukum dan sosial kepada masyarakat
terutama pihak keluarga yang anggota keluarganya menjadi korban
perbuatan Terdakwa;

77

13. Bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan tersebut dengan


demikian Pengadilan berpendapat sikap Terdakwa yang menjadi
sumber timbulnya tindak pidana dalam perkara a quo adalah sikap
Terdakwa

yang

berfikir

pendek

dan

sama

sekali

tidak

mempertimbangkan dampak dari perbuatannya sehingga dapat


diartikan Terdakwa sama sekali tidak menghargai nyawa seorang
manusia dan nilai-nilai kemanusian yang ada dalam diri korban
sebagai seorang manusia;
[III.3] bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dikarenakan
telah ternyata dalam penilaian Hakim Pengadilan, Terdakwa melakukan
perbuatannya dengan didasari oleh sikap Terdakwa yang sama sekali
tidak menghargai nyawa seorang manusia dan nilai-nilai kemanusian yang
ada dalam diri korban sebagai seorang manusia padahal sikap tersebut
adalah sikap yang tercela dalam pandangan masyarakat manapun dan
seharusnya Terdakwa memiliki sikap yang berlawanan dengan sikapnya
tersebut maka Pengadilan berpendapat dalam perkara a quo sudah
sepatutnya Terdakwa untuk dicela;
[III.4] Bahwa karena telah ternyata Terdakwa patut untuk dicela atas
sikap yang dimilikinya ketika melakukan perbuatannya dan dari kenyataan
yang diperoleh selama persidangan perkara ini, Pengadilan tidak
menemukan hal-hal yang dapat melepaskan Terdakwa dari pertanggung
jawaban atas perbuatannya, baik sebagai alasan pembenar maupun
alasan pemaaf, yang berarti Terdakwa adalah orang yang mampu
bertanggung

jawab

atas

segala

perbuatannya

maka

Pengadilan

berkeyakinan telah ternyata ada Kesalahan pada diri Terdakwa ketika


Terdakwa melakukan perbuatan tersebut;
[III.5] Bahwa karena telah ternyata ada kesalahan dalam diri Terdakwa
ketika melakukan perbuatannya dan karena telah ternyata pula perbuatan
Terdakwa dalam perkara a quo telah dikualifikasikan sebagai tindak
pidana PEMBUNUHAN BERENCANA maka oleh karenanya Pengadilan
berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

78

melakukan tindak pidana PEMBUNUHAN BERENCANA sebagaimana


yang didakwakan kepadanya dalam Dakwaan Penuntut Umum;
[III.6] Menimbang bahwa karena Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan

bersalah

melakukan

melakukan

tindak

pidana

PEMBUNUHAN BERENCANA sebagaimana yang didakwakan kepadanya


dalam dakwaan Penuntut Umum maka perbuatan Terdakwa tersebut
harus

dipertanggungjawabkan

kepadanya

menurut

ketentuan

pertanggungjawaban pidana sebagaimana diatur dalam pasal 340 KUHP;


[III.7] Menimbang bahwa karena perbuatan Terdakwa tersebut harus
dipertanggungjawabkan

kepadanya

menurut

ketentuan

pertanggungjawaban pidana dalam pasal 340 KUHP sedangkan pasal


tersebut menentukan pidana yang dapat dijatuhkan sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas tindak pidana pembunuhan berencana adalah
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun maka Pengadilan
akan mempertimbangkan terlebih dahulu bentuk pertanggung jawaban
yang patut bagi Terdakwa agar pidana yang dijatuhkan setimpal dengan
kadar kesalahannya dalam perkara a quo;
[III.8] Menimbang bahwa untuk mempertimbangkan bentuk pertanggung
jawaban yang patut bagi Terdakwa agar pidana yang dijatuhkan setimpal
dengan kadar kesalahannya maka Pengadilan harus terlebih dahulu
memperhatikan keadaan yang memberatkan serta keadaan yang
meringankan berkaitan dengan diri Terdakwa;
[III.9] bahwa keadaan yang memberatkan terhadap Terdakwa dalam
perkara ini adalah
bahwa cara Terdakwa mengejar Nasir Alias Aba Tuwo yang
bagaikan

hewan

buas

sedang

memburu

mangsa

sebelum

Terdakwa berhasil mengejar dan membunuhnya menunjukan


dengan jelas sikap batin jahat dari Terdakwa yang sudah tidak

79

memiliki belas kasihan dan sudah tidak memandang Nasir Alias


Aba Tuwo sebagai manusia yang memiliki hak hidup;
bahwa akibat perbuatan Terdakwa, tubuh korban mengalami lukaluka yang sangat memilukan dan hal tersebut menunjukan
perbuatan

Terdakwa

sangat

keji

dan

biadab

serta

tidak

berperikemanusiaan;
bahwa akibat perbuatan Terdakwa, seorang isteri telah menjadi
janda dan beberapa anak telah menjadi yatim;
bahwa akibat perbuatan Terdakwa, telah membuat isteri dan anakanak dari Nasir Alias Aba Tuwo menghadapi kesulitan ekonomi
karena Nasir Alias Aba Tuwo adalah sosok suami dan ayah yang
selama ini menjadi satu-satunya pemberi nafkah keluarganya;
bahwa akibat perbuatan Terdakwa, telah memberi dampak trauma
psikologis yang akan berlangsung lama bukan hanya kepada saksisaksi yang melihat kejadian yang di persidangan dengan sangat
jelas menyatakan merasa sangat ketakutan ataupun kepada isteri
dan anak-anak dari Nasir Alias Aba Tuwo yang secara tiba-tiba
harus mendapati kenyataan ditinggal oleh orang yang sangat
disayangi secara tragis dan tiba-tiba tetapi juga bagi masyarakat di
Pulau Pamantauang yang menjadi tempat kejadian perkara karena
peristiwa pembunuhan pasti akan mengganggu keseimbangan
sosial dalam masyarakat dan memerlukan proses pemulihan yang
tidak sederhana terutama diantara keluarga korban dan keluarga
Terdakwa;
[III.10] bahwa dalam perkara a quo Pengadilan berpendapat tidak ada hal
yang yang meringankan terhadap Terdakwa karena meskipun Terdakwa
telah beralasan melakukan perbuatannya karena diancam namun
mencermati cara Terdakwa melakukan perbuatannya yang sama sekali
tidak menunjukan orang yang sedang membela diri dan lebih menunjukan
perbuatan seorang yang sudah kalap dan membabi buta maka alasan
Terdakwa tersebut bukanlah keadaan yang meringankan.

80

[III.11] Menimbangbahwa setelah mempertimbangkan keadaan-keadaan


tersebut diatas sebagai upaya untuk mengukur kadar kesalahan
Terdakwa, Pengadilan berpendapat perbuatan yang telah Terdakwa
lakukan dengan sendirinya telah menunjukan sikap batin Terdakwa yang
jahat dan sikap batin jahat yang dimiliki oleh Terdakwa tersebut
menjadikan Terdakwa sebagai orang yang berpotensi menjadi ancaman
dan bahaya bagi kehidupan sosial masyarakat di kemudian hari sehingga
oleh karena itu sebagai upaya menghilangkan potensi ancaman dan
bahaya tersebut dan sebagai upaya untuk menjamin rasa aman di
masyarakat serta untuk mencegah terulangnya kembali perbuatan seperti
yang telah Terdakwa lakukan dan juga sebagai sebuah peringatan kepada
setiap orang agar tidak mencontoh perbuatan yang Terdakwa lakukan
maka pertanggung jawaban yang patut dikenakan kepada Terdakwa
dalam perkara aquo adalah dalam bentuk penjatuhan PIDANA MATI;
[III.12] Menimbang bahwa karena Terdakwa dalam perkara ini sudah
menjalani penahanan dengan alasan yang sah dan untuk menghindari
Terdakwa melarikan diri sehingga pidana atas Terdakwa dapat dijalankan
perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada di dalam tahanan;
[III.13] Menimbang bahwa terhadap Barang bukti berupa 1 (satu) lembar
baju kaos warna hitam dalam keadaan robek dan 1 (satu) lembar sarung
bermotif kotak-kotak warna abu-abu kombinasi warna coklat dan putih
dikarenakan barang bukti tersebut telah selesai dipergunakan untuk
pembuktian dalam perkara a quo dan tidak pula ada kepentingan hukum
lainnya terhadap barang bukti tersebut serta merupakan milik Nasir Alias
Aba Tuwo yang menjadi korban dari tindak pidana dalam perkara a quo
maka barang bukti tersebut harus dikembalikan kepada Ahli Waris dari
Nasir Alias Aba Tuwo sebagai orang yang berhak atas barang tersebut;
[III.14] Menimbang bahwa terhadap barang bukti berupa 1 (satu) bilah
senjata tajam berupa parang bergagang kayu dengan panjang mata 42
cm dikarenakan barang bukti tersebut telah selesai dipergunakan untuk
pembuktian dalam perkara a quo dan tidak pula ada kepentingan hukum

81

lainnya terhadap barang bukti tersebut dan ternyata pula barang bukti
tersebut merupakan alat yang dipergunakan Terdakwa untuk melakukan
tindak pidana sehingga dikhawatirkan disalahgunakan kembali maka
barang bukti tersebut harus dirampas untuk dimusnahkan;
[III.15] Menimbang bahwa karena Terdakwa dinyatakan terbukti bersalah
maka kepadanya dibebankan untuk membayar biaya perkara yang
besarnya akan disebutkan dalam amar putusan ini;
[III.16] Mengingat pasal 340 dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dan pasal 197 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, serta
peraturan-peraturan hukum lainnya.

Berdasarkan putusan tersebut Terdakwa bersama Penasihat


Hukumnya

mengajukan

banding

terhadap

Putusan

Nomor:

57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene. Dan memohon kehadapan yang mulia


Majelis Hakim Tingkat/Banding kiranya berkenaan mempertimbangan dan
memutuskan sebagai berikut:
1. Menerima permohonan banding dari Terdakwa/Pembanding;
2. Membatalkan putusan Hakim Tingkat Pertama No.:57/Pid.B/2013/PN.
Pangkajene tersebut;
3. Membebaskan Terdakwa dengan dakwaan primair 340 KUHPid;
4. Menghukum Terdakwa dengan hukuman yang seringan-ringannya.
Adapun Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Banding pada
Putusan Nomor: 231/PID/2013/PT.MKS :
Menimbang, bahwa permintaan pemeriksaan dalam tingkat
banding oleh Kuasa Hukum Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum, telah
diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Undang Undang, maka permohonan
Banding tersebut dapat diterima;...........................
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding
membanca dan mencermati dengan seksama materi pokok memori
bandingdari Kuasa Hukum Terdakwa yang pada intinya menyimpulkan

82

tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti dengan


alasan dan argumentasi tersebut, maka Majelis Hakim Tingkat Banding
tidak sependapat dengan alasan-alasan tersebut, karena alasan-alasan
tersebut merupakan pendapat dari Penasihat Hukum Terdakwa sendiri
yang tidak didukung oleh bukti dan alasan-alasan tersebut dinilai bertolak
belakang dengan berita acara persidangan di Pengadilan Negeri
sebagaimana keterangan saksi-saksi maupun keterangan terdakwa yang
saling bersesuaian pula dengan Visum Et Revertum serta foto-foto korban
beberapa saat setelah kejadian sebagaimana terlampir dalam berita acara
penyidikan, oleh karena itu alsan memori banding Penasihat Hukum
Terdakwa haruslah dikesampingkan;
Menimbang, bakwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari dengan
seksama berkas perkara dan salinan resmi putusan Pengadilan Negeri
Pangkajene tanggal 30 Juli 2013 Nomor: 57/pid.B/2013/PN. Pangkajene
serta memori banding tanpa kontrak memori banding, Majelis Hakim
Tingkat Banding sependapat dengan Pertimbangan Majelis Hakim Tingkat
Pertama dalam putusannya bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan
kepadanya dan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut
diambil alih dan dijadikan sebagai pertimbangan Majelis Hakim Tingkat
Banding sendiri dalam memutus perkara ini ditingkat banding, kecuali
terhadap pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa yang menurut Majelis
Hakim Tingkat Banding pidana yang dijatuhkan tersebut terlalu berat;

Menimbang, bahwa terdapat alasan pertimbangan Majelis Hakim


Tingkat Pertama dalam putusan halaman 37 angka III.10., yang
berkesimpulan tidak ada hal-hal yang meringankan,Majelis Hakim Tingkat
Banding tidak sependapat dengan alasan pertimbangan tersebut, sebab
untuk menilai ada tidaknya hal-hal yang meringankan pada diri terdakwa
tidak saja dnilai dari cara Terdakwa melakukan perbuatan itu sendiri, tetapi
dapat juga dinilai dari sikap dan prilaku terdakwa selama di dalam
persidangan
berlangsung;

Menimbang, bahwa dengan membaca dan mencermati berita acara


persidangan khususnya tanggapan Terdakwa terhadap keterangan saksisaksi serta keretangan terdakwa sendiri, ternyata menurut Majelis Hakim
Tingkat Banding ada menemukan hal-hal yang meringankan yaitu:
-

Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya;


Terdakwa sopan dan jujur dipersidangan dan menyesali
perbuatannya;
Terdakwa masih mudah dan belum pernah dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,


maka putusan Pengadilan Negeri Pangkajene tanggal 30 Juli 2013
Nomor: 57/pid.B/2013/PN. Pangkajene tersebut haruslah diubah sekedar
mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, sedangkan terhadap
83

putusan selebihnya dapat dikuatkanyang amar putusannya sebagaimana


tersebut di bawah ini;
Menimbang, bahwa karena terdakwa tetap dinyatakn bersalah,
maka kepadanya dibebankan untuk membayar biaya perkara dalam
kedua tingkat pengadilan;.
Mengingat pasal Pasla 21, 27, 241, 242 KUHAP Jo. Pasal 340
KUHP Jo.Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman Jo. Undang-Undang No. 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan
Umum serta Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan;
.
M E N GAD I LI :
-

Menerima permohonan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum


tersebut;
Merubah
putusan
Pengadilan
Negeri
Pangkajene
Nomor:
57/pid.B/2013/PN. Pangkajene tanggal 30 Juli 2013 yang dimohonkan
banding tersebut, sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada
terdakwa, sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa Maarif bin rusdi terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa tersebut
dengan pidana penjara lamanya seumur hidup;
3. Memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan;
4. Menetapkan barang bukti yaitu:
1 (satu) lembar baju kaos warna hitam dalam keadaan robek;
1 (satu) lembar sarung bermotif kotak-kotak warna abu-abu
kombinasi warna coklat dan putih;
Dikembalikan kepada yang berhak.
1 (satu) bilah senjata tajam berupa parang bergagang kayu
dengan panjang mata 42 cm;
Dirampas untuk dimusnakan.
5. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara ini
dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).
2. Analisis Penulis
Putsan akhir (Vonis) oleh Hakim merupakan akhir dari suatu proses

peradilan yang menentukan apakah tersangka dalam kasus tersebut


terbukti bersalah melakukan tindak pidana atau tidak. Hakim dalam
menjatuhkan pidana harus berdasarkan pada dua alat bukti yang

84

sah,sebagaimana yang diatur dalam Pasal 183 KUHAP.Putusan akhir


yang menyatakan tersangka terbukti melakukan suatu tindak pidana
didalamnya terdapat penjatuhan sanksi pidana terhadapnya sebagai amar
putusan.Sebelumnya dalam putusan tersebut hakim mengemukakan
pertimbangan-pertimbangannya.
Pertimbangan-pertimbangan hakim tersebut meliputi pertimbangan
yuridis yang terdiri dari dakwaan penuntut umum, keterangan terdakwa,
keterangan saksi, barang bukti serta pasal-pasal hukum pidana dan
pertimbangan non yuridis yang terdiri dari latar belakang terdakwa dalam
melakukan tindak pidana.
Tapi, di dalam menjatuhkan putusan Nomor: 57/Pid.B/2013/PN.
Pangkajene, hukuman terhadap terdakwa, Penulis kurang sependapat
dengan

Pertimbangan

non

yuridis

Hakim

yang

pada

dasarnya

menyatakan, bahwa tidak ada hal-hal yang dapat meringankan dan


alasan atau latar belakang terdakwa melakukan tindak pidana bukan
merupakan suatu alasan yang dapat diterima baik secara hukum maupun
secara sosial.
Berdasarkan latar belakang yang terungkap di dalam persidangan
yang menyatakan bahwa alasan terdakwa melakukan perbuatannya
adalah karena sejak terdakwa bekerja kepada korban sekitar 2 (dua)
bulan sebelum terdakwa melakukan perbuatannya, korban sering
memarahi terdakwa dan mengancam akan membunuh terdakwa dan
karena ancaman tersebut terus menerus dilakukan korban setiap bertemu
terdakwa, akhirnya terdakwa yang merasa terancam memutuskan untuk

85

melawan korban sehingga berujung pada kematian korban akibat dari


perbuatan terdakwa.
Menurut penulis, terdakwa yang telah mengakui terus terang dan
menyesali perbuatannya, terdakwa sopan dan jujur di persidangan,
terdakwa masih muda dan belum pernah dijatuhi pidana.Hal tersebut
dapat dijadikan hal hal yang meringankan dalam pertimbangan hakim
dalam memutus perkara putusan Nomor: 57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene
tersebut. Sehingga dengan melihat pertimbangan yang ada seharusnya
terdakwa dijatuhi hukuman seumur hidup, yang sama halnya denga
pertimbangan pertimbanga Majelis Hakim Tingkat banding pada
Putusan Nomor: 231/PID/2013/PT.MKS dan menjatuhkan pidana kepada
terdakwa dengan pidana penjara lamanya seumur hidup, karena telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
pembunuhan berencana.
Menurut Rusdiyanto Loleh, selaku Ketua Pengadilan Negeri
Pangkajenne yang juga merupakan Hakim Ketua Majelis dalam perkara
tersebut menyebutkan bahwa penerapan Pidana Mati dalam perkara
tersebut sudah benar dan tidak bertentangan dengan Undang-undang
Dasar 1945. Berdasarkan Putusan MK Nomor 2-3/PUU-V/2007 tanggal 30
Oktober 2007 yang menyatakan bahwa hukuman mati masih berlaku di
Indonesia, sekalipun masih dalam konteks Tindak Pidana Narkotika.
Hakim Konstitusi Ahmad Roestandi menyatakan, bahwa larangan
pembatasan terhadap tujuh jenis hak asasi manusia yang tercantum
dalam pasal 28 I ayat 1 adalah bersifat mutlak. Sedangkan menurut

86

Hakim Konstitusi Laica Marzuki menyatakan, Tetapi bagi hak hidup, tidak
terdapat petunjuk yang menyatakan pembatasan hak itu dapat dilakukan
dengan menghilangkan hidup itu sendiri, meskipun diakui dan telah
menjadi bagian dari hak asasi orang lain yang harus pula dihormati, hak
untuk

hidupboleh

dibatasi

karena

membutuhkan

keadilan

untuk

mengembalikan keseimbangan yang dicederai oleh pelanggaran yang


dilakukannya berupa pembatasan ruang geraknya dengan ditempatkan
dalam tempat khusus serta menjalani pembinaan-pembinaan tertentu
yang diwajibkan.

87

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan Hukum Pidana Materiil oleh Jaksa Penuntut dalam
Putusan No. 57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene sudah tepat. Jaksa
Penuntut

Umum

mendakwa

terdakwa

dengan

Dakwaan

Subsidaritas yakni Dakwaan Primair Pasal 340 KUHP, Subsidair


Pasal 338 KUHP, Lebih Subsidair Pasal 353 Ayat (3) KUHP, Lebih
Subsidair lagiPasal 351 Ayat (3) KUHP. Dimana, antara perbuatan
dan unsur unsur pasal saling mencocoki
2. Pertimbangan hakim sebelum menjatuhkan

Putusan

No.

57/Pid.B/2013/PN. Pangkajene tersebut meliputi pertimbangan


yuridis yang terdiri dari dakwaan penuntut umum, keterangan
terdakwa, keterangan saksi, barang bukti serta pasal-pasal hukum
pidana dan pertimbangan non yuridis yang terdiri dari latar
belakang terdakwa dalam melakukan tindak pidana. Tapi, di dalam
menjatuhkan putusan hukuman terhadap terdakwa, Penulis kurang
sependapat dengan Pertimbangan non yuridis Hakim yang pada
dasarnya menyatakan bahwa tidak ada hal-hal yang dapat
meringankan dan alasan atau latar belakang terdakwa melakukan
tindak pidana bukan merupakan suatu alasan yang dapat diterima
baik secara hukum maupun secara sosial.

88

B. Saran
1. Dalam menyusun surat dakwaan jaksa penuntut umum harus teliti
dan cermat serta lebih memahami asas-asa hukum pidana agar
tidak terjadi kesalahan dalam penerapan hukum pidana materiil
yakni dalam hal menentukan mana perbuatan yang sesuai dengan
unsure yang didakwakan kepada terdakwa.
2. Hakim dalam memutus suatu perkara lebih memperhatikan fakta-

fakta yang timbul pada saat persidangan dengan melihat


pertimbangan yuridis dan pertimbangan non yuridisnya serta lebih
memperhatikan

pula

unsur-unsur

tindak

pidananya,

apakah

terdakwa dapat dipidana atau tidak dapat dipidana. Dan juga dalam
memutus

suatu

perkara

harus

melihat

faktor-faktor

yang

memberatkan dan faktor-faktor yang meringankan terdakwa.

89

Anda mungkin juga menyukai