Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PELAYANAN FISKUS DAN


PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPN
PADA KPP MADYA MAKASSAR

AZWIN HARIYANTO CINTA

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PELAYANAN FISKUS DAN


PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPN
PADA KPP MADYA MAKASSAR

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh


gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh


AZWIN HARIYANTO CINTA
A31110275

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

ii

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PELAYANAN FISKUS DAN


PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPN
PADA KPP MADYA MAKASSAR

disusun dan diajukan oleh

AZWIN HARIYANTO CINTA


A31110275

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 21 April 2016

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Haerial, Ak., M.Si., CA


NIP 19631015 199103 1 002

Drs. Yulianus Sampe, Ak., M.Si., CA


NIP 19560722 198702 1 001

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP 19650925 199002 2 001

iii

SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PELAYANAN FISKUS DAN
PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPN
PADA KPP MADYA MAKASSAR
disusun dan diajukan oleh

AZWIN HARIYANTO CINTA


A31110275
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi
pada tanggal 2 Juni 2016 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,
Panitia Penguji

No.

Nama Penguji

Jabatan

Tanda Tangan

1.

Drs. Haerial, M.Si., Ak., CA

Ketua

2.

Drs. Yulianus Sampe, M.Si., Ak., CA

Sekretaris

3.

Drs. Rusman Thoeng, Ak., M.Com., BAP.

Anggota

4.

Drs. Muhammad Ashari, Ak., M.SA., CA

Anggota

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP 19650925 199002 2 001

iv

PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
nama
NIM
departemen/program studi

: Azwin Hariyanto Cinta


: A31110275
: Akuntansi

dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul:


Analisis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan
Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan PPN
pada KPP Madya Makassar
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 15 April 2016


Yang membuat pernyataan,

Azwin Hariyanto Cinta

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Analisis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar ini. Tak lupa pula shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya. Sebagai sang Revolusioner sejati yang telah
membawa kita dari alam kebodohan menuju alam intelektual sejati yang mampu
merobohkan perisai ketidakadilan serta menunjukkan keteladanannya yang patut
untuk diteladani. skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi (S.E.) pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin.
Pada penulisan skripsi ini, peneliti menyadari berbagai cobaan datang
silih berganti. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, baik itu berupa
sokongan moril maupun materiil terutama kepada ayahanda Hamka Cinta, SE
dan ibunda Hj. Rahmawati Mansyur yang tidak hentinya mencurahkan kasih
sayangnya kepada peneliti dan akhirnya cobaan itu dapat berakhir dengan
rampungnya penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak akan diselesaikan dengan baik dan benar. Oleh karena itu,
tak lupa pula peneliti dengan kerendahan hati dan rasa hormat yang setinggitingginya hendak mengucapkan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Gagaring Pagalung, SE., MS., Ak., CA selaku dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

vi

2. Ibu Dr. Hj. Mediaty, SE., M.Si., Ak., CA dan Bapak Dr. Yohanis Rura, SE.,
M.SA., Ak., CA selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Drs. Haerial, M.Si., Ak., CA dan Drs. Yulianus Sampe, M.Si., Ak.,
CA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam
rangka membimbing dan mengarahkan peneliti hingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf pegawai akademik Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Hasanuddin, khususnya Program Studi Akuntansi
yang telah banyak memberikan kontribusi dalam bidang akademik pada
penulisan skripsi ini.
5. Keluarga besar (alm.) H. La Tjinta maupun keluarga besar Hj. Kursiah
yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.
6. Kantor Wilayah DJP Sultanbatara dan Kantor Pelayanan Pajak Madya
Makassar, yang telah memberikan ijin penelitian serta membantu
memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian peneliti.
7. A. Amirullah A., SE, St. Annisa Soraya, SE, Restu Mutmainnah, SE., Ak,
Man Azwan, SE, A. Muklin, SE, A. Novita Paramitha, SH, dan Achbar
Ardiansyah yang sudah memberi saran, mendorong, dan banyak
membantu selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
8. Segenap keluarga besar KPA Kalpataru Smansa Makassar, KPA Handaki
Makassar, HmI Kom. Ekonomi, PIONEER 2010, Monochrome, Repzah,
dan KKN Sebatik 87 yang telah memberikan banyak pembelajaran bagi
peneliti selama ini.
9. Fahriansyah, Abit, Fitrah, Farid, Fajrin, Anisah, Rivki, dan Ulla yang
selama masa perkuliahan menjadi teman carutu peneliti di halte. Terima

vii

kasih juga peneliti ucapkan buat teman-teman Etc. 2010 yang selalu hadir
dengan canda tawanya.
10. Enggenk, Sasky, Dede, Alam, Frans, Gery, Satria, Yaya, Pai, Awal, Rian,
Didid, Wildan, Acil, Ammar, Chaezar, Aan, Naim, Kisman, Prawira, Iank,
Praja, Iccank, Chepy, Sri babon, Endang, (alm.) Andre, Uci, Sucidede,
serta Ical, Ari, Uga, dan Imran adalah sob-sobcu yang selalu hadir
dengan keceriaan mendukung peneliti untuk menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Salute mi Familia!
11. Semua pihak yang telah membantu peneliti. Semoga segala bantuan
yang diberikan dapat memberikan manfaat di masa depan.

Makassar, 25 April 2016

Peneliti

viii

ABSTRAK
Analisis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar
Analyze Effect of Tax Authority Services and Tax Audits on Value Added
Tax Receipts in Tax Service Office of Makassar.

Azwin Hariyanto Cinta


Haerial
Yulianus Sampe
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus dan
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPN di KPP Madya Makassar dengan
metode penelitian kuantitatif. Data primer bersumber dari distribusi kuisioner
terhadap 90 Pengusaha Kena Pajak yang berpopulasi sebanyak 882 orang. Data
sekunder berupa seluruh Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPN
dan jumlah penerimaan PPN yang diterbitkan oleh KPP Madya Makassar dari
tahun 2010 sampai tahun 2014. Teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel data primer adalah random sampling dengan menggunakan rumus
Slovin. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelayanan fiskus dan
pemeriksaan pajak, serta variabel dependen yaitu penerimaan PPN. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan fiskus dan pemeriksaan pajak
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PPN pada
KPP Madya Makassar. Variabel pemeriksaan pajak memberikan pengaruh paling
besar terhadap penerimaan PPN dengan persentase sebesar 54,9% dan sisanya
45,1% dipengaruhi oleh faktor faktor yang lain.
Kata Kunci: pelayanan fiskus, pemeriksaan pajak, penerimaan PPN.
This study aimed to analyze the effect of tax authority services (fiskus) and tax
audits on VAT (Value Added Tax) receipts in Tax Service Office (KPP) of
Makassar by using quantitative research methods. Primary data was sourced
from the distribution of questionnaires to 90 Taxable Entrepreneur with a
population as many as 882 people. Secondary data was an entire tax
underpayment assessment letters (SKPKB), VAT and the amount of VAT
receipts issued by Tax service office of Makassar from 2010 to 2014. Technique
used in the primary data sampling was random sampling by using Slovins
formula. The independent variables in this study were the service of tax
authorities and tax audits, as well as the dependent variable is the VAT receipts.
The results of this study indicated that the service tax authorities and tax audits
impact was partially positive and significant on VAT receipts in Tax Service Office
of Makassar. Variable tax audits provided the most impact on VAT receipts with a
percentage of 54.9% and the remaining 45.1% was influenced by the other
factors.
Keywords: tax authority services, tax inspection, VAT receipts.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .
HALAMAN JUDUL .
HALAMAN PERSETUJUAN ....
HALAMAN PENGESAHAN ....
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .....
PRAKATA ......
ABSTRAK ......
DAFTAR ISI ....
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
ix
x
xiii
xiiii
xv

BAB I PENDAHULUAN ....


1.1 Latar Belakang ...
1.2 Rumusan Masalah .
1.3 Tujuan penelitian ....
1.4 Kegunaan Penelitian .
1.4.1 Kegunaan Teoretis .......
1.4.2 Kegunaan Praktis ..
1.5 Sistematika Penulisan ...

1
1
7
8
8
8
8
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...


2.1 Landasan Teori ...
2.1.1 Pajak ....
2.1.1.1 Pengertian Pajak ...
2.1.1.2 Fungsi Pajak ...
2.1.1.3 Asas - Asas Pemungutan Pajak .....
2.1.1.4 Jenis Pajak .....
2.1.1.5 Cara Pemungutan Pajak ..
2.1.1.6 Surat Pemberitahuan (SPT) ....
2.1.1.7 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ...
2.1.2 Pelayanan Fiskus ......
2.1.2.1 Sosialisasi dan Konseling Perpajakan ...
2.1.2.1.1 Sosialisasi Perpajakan .....
2.1.2.1.2 Konseling Perpajakan .....
2.1.3 Pemeriksaan Pajak .......
2.1.4 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ...
2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak ....
2.1.4.2 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai .
2.1.4.3 Dasar Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai .
2.1.4.4 Tarif Pajak Pertambahan Nilai .
2.1.4.5 Mekanisme Pengenaan dan
Perhitungan PPN .......
2.2 Penelitian Terdahulu ..
2.3 Kerangka Pemikiran ..........

10
10
10
10
11
12
13
14
16
16
17
21
21
23
23
27
27
27

29
31
31
34
36

2.4 Hipotesis Penelitian ....

36

BAB III METODE PENELITIAN ...


3.1 Rancangan Penelitian ...
3.2 Tempat dan Waktu ....
3.3 Populasi dan Sampel .
3.4 Jenis dan Sumber Data .
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .
3.6.1 Variabel Dependen ....
3.6.1.1 Penerimaan PPN ...
3.6.2 Variabel Independen .....
3.6.2.1 Pelayanan Fiskus ......
3.6.2.2 Pemeriksaan Pajak .......
3.7 Instrumen Penelitian ...
3.8 Analisis Data ....
3.8.1 Uji Kualitas Data .....
3.8.1.1 Uji Validitas ......
3.8.1.2 Uji Reliabilitas .........
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ....
3.8.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
3.8.4 Pengujian Hipotesis
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .........
3.8.4.2 Pengujian Parsial (Uji t) ...........

39
39
39
39
41
41
42
42
42
43
43
43
43
44
44
44
45
45
47
47
47
48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...


4.1 Deskripsi Objek Penelitian ....
4.2 Analisis Deskriptif Variabel
Pelayanan Fiskus (X1) ....
4.2.1 Data Demografi Responden .....
4.2.2 Statistik Deskriptif ......
4.3 Analisis Deskriptif Variabel
Pemeriksaan Pajak (X2) ...
4.3.1 Deskripsi Data Penelitian ......
4.3.2 Statistik Deskriptif .......
4.4 Uji Kualitas Data ..
4.4.1 Uji Validitas ......
4.4.2 Uji Reliabilitas ......
4.5 Uji Asumsi Klasik .
4.5.1 Uji Normalitas ......
4.5.2 Uji Heteroskedastisitas ......
4.5.3 Uji Autokorelasi .......
4.6 Analisis Regresi Linier Sederhana ....
4.6.1 Analisis Hasil Regresi Pengaruh
Pelayanan Fiskus Terhadap Penerimaan PPN..
4.6.2 Analisis Hasil Regresi Pengaruh
Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPN
4.7 Pengujian Hipotesis ....
4.7.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) .........
4.7.2 Pengujian Parsial ( Uji t ) .........
4.7.2.1 Pengujian Parsial Pengaruh

49
49

xi

50
50
51
52
52
54
55
55
57
58
58
60
61
62
62
65
67
67
69

Pelayanan Fiskus Terhadap


Penerimaan PPN ...........
4.7.2.2 Pengujian Parsial Pengaruh
Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan PPN ...........
4.8 Pembahasan ........
4.8.1 Pengaruh Pelayanan Fiskus
Terhadap Penerimaan PPN .........
4.8.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak
Terhadap Penerimaan PPN .............

69

70
71
71
72

BAB V PENUTUP........
5.1 Pembahasan ....
5.2 Saran .........
5.3 Keterbatasan Penelitian .....

73
73
73
74

DAFTAR PUSTAKA ....

75

LAMPIRAN ......

78

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Periode 2010-2014 ..........................

4.1 Data Demografi Responden ..........................................................

50

4.2 Statistik Deskriptif ..........................................................................

52

4.3 Jumlah Pemeriksaan dan Penerimaan PPN di KPP Madya


Makassar (Januari 2010 Desember 2014) .................................

53

4.4 Statistik Deskriptif ..........................................................................

54

4.5 Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus (X1) ................................

56

4.6 Uji Validitas Variabel Penerimaan PPN (Y) ...................................

57

4.7 Uji Reliabilitas Variabel Pelayanan Fiskus (X1) ............................

58

4.8 Uji Reliabilitas Variabel Penerimaan PPN (Y) ...............................

58

4.9 Uji Autokorelasi ..............................................................................

61

4.10 Metode Enter X1 ...........................................................................

62

4.11 Analisis Korelasi X1 ......................................................................

63

4.12 Interpretasi Koefisien Menurut Sugiyono ......................................

64

4.13 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ...............................................

64

4.14 Metode Enter X2 ...........................................................................

65

4.15 Analisis Korelasi X2 ......................................................................

66

4.16 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ...............................................

66

4.17 Output Pengujian Koefesien Determinasi (1) ...............................

68

4.18 Output Pengujian Koefesien Determinasi (2) ...............................

68

4.19 Hasil Uji t (1) .................................................................................

70

4.20 Hasil Uji t (2) .................................................................................

70

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Proyeksi Penerimaan Pajak Dalam Trilliun Rupiah ..

2.1 Kerangka Pemikiran ...

36

4.1 Histogram .....

59

4.2 Grafik Normal Probability Plot .......

59

4.3 Scatterplot .....

60

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Biodata ...

78

2.

Kuesioner ...

79

3.

Tabulasi Kuesioner ...

82

4.

Data Penerimaan PPN .....

86

5.

Data SKPKB PPN .....

87

6.

Hasil Statistik Deskriptif Data Primer dan Sekunder ...........

88

7.

Hasil Analisis Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .............

89

8.

Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik ...................................

90

9.

Hasil Analisis Uji Hipotesis ...................................

92

xv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kesejahteraan

rakyat

menjadi

fokus

pemerintah

dalam

menyelenggarakan roda pemerintahan. Pembangunan menjadi jalan utama


untuk mencapai kesejahteraan. Ketersediaan dana tentunya menjadi faktor
penting dalam pelaksanaan pembangunan. Penerimaan pajak merupakan
sumber utama pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Hal ini juga
dipengaruhi oleh usaha pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap
sumber eksternal.
Hampir semua negara di dunia mengenakan pajak kepada warganya.
Tiap negara membuat aturan dalam mengenakan dan memungut pajak yang
berpedoman pada prinsip-prinsip atau kaidah dalam perpajakan. Peranan pajak
bagi tiap negara pada dasarnya berbeda antara satu negara dengan negara
lainnya. Kemampuan setiap negara untuk memungut pajak juga berbeda antara
satu negara dengan negara lainnya. Menurut Diana dan Setiawati (2010:1) pajak
diartikan sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kementerian

Keuangan

Republik

Indonesia

dalam

websitenya

www.kemenkeu.go.id seperti pada tabel 1.1 menunjukkan penerimaan pajak


tahun 2014 periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 mencapai
Rp 985,2 triliun atau 92,0 persen dari target penerimaan pajak dalam APBNP
tahun 2014. Angka tersebut melebihi penerimaan pajak pada tahun 2013 yang

berjumlah 916,2 triliun namun tidak mengalami peningkatan pada persentasi dari
target penerimaan pajak dalam APBNP 2013 yaitu 92,0 persen. Tidak
tercapainya target penerimaan pajak pada tahun 2014, membuat fiskus perlu
mengambil kebijakan dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak pada
tahun-tahun berikutnya.

Tabel 1.1
Realisasi Penerimaan Pajak Periode 2010-2014
Tahun

Pajak Dalam Negeri (Dalam Triliun Rupiah)


Total

Anggaran

PPh

PPN/PPnBM

PBB

Pajak Lainnya

2010

357,1

230,6

28,6

4,0

620,3

2011

432,0

277,7

29,9

4,2

743,8

2012

464,7

337,4

29,0

4,2

835,3

2013

502,6

383,4

25,3

4,9

916,2

2014

546,2

409,2

23,5

6,3

985,2

Sumber: Direktoral Jenderal Pajak Dan Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Berdasarkan tabel di atas salah satu jenis pajak yang merupakan sumber
penerimaan negara untuk mendanai pembangunan nasional adalah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
PPN dan PPnBM menempati urutan kedua sebagai jenis pajak terbesar dalam
penerimaan pajak di Indonesia, namun seringkali belum mencapai target dari
APBNP.
Poesoro (2014:10) memproyeksikan penerimaan pajak 2015-2019
berdasarkan APBNP 2002-2014. Dalam melakukan proyeksi penerimaan pajak,

digunakan dua asumsi yang tertera dalam APBNP 2014 dan juga realisasinya:

Gambar 1.1
Proyeksi Penerimaan Pajak Dalam Triliun Rupiah

Sumber: Inside Tax: Poesoro memproyeksikan berdasarkan APBN 2002-2014

Antaranews.com Makassar menginfokan Kantor Wilayah Direktorat


Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara sepanjang 2014
mengumpulkan penerimaan pajak Rp 8,89 triliun atau 94,89 persen dari target
APBNP. Menurut Kepala Kanwil DJP Sultanbatara, ada pertumbuhan 10,48
persen dibandingkan realisasi penerimaan pajak tahun 2013 sebesar Rp 8,13
triliun.
Pada tahun 2015 target penerimaan pajak meningkat mencapai Rp 13,5
triliun. Guna mencapai target tersebut perlu dilaksanakan beragam pendekatan
dan metode, didukung sosialisasi dan edukasi perpajakan secara efektif, serta
ditunjang perangkat teknologi dan sistem informasi yang handal dan saling
terintegrasi.

Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya pada tabel 1.1, PPN dan
PPnBM menempati urutan kedua sebagai jenis pajak terbesar dalam penerimaan
pajak di Indonesia tetapi belum mampu mencapai target yang sesuai dengan
APBNP. Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bambang P.S.
Brodjonegoro, penyumbang terbesar shortfall pajak di Indonesia adalah PPN
dengan hanya membukukan penerimaan sebesar 86 persen dari target APBNP
Rp 475,6 triliun. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh melambatnya
pertumbuhan ekonomi (CNN Indonesia, 2014). Sedangkan menurut Direktorat
Jenderal Pajak rendahnya penerimaan PPN ini disebabkan rendahnya
kepatuhan penyetoran PPN di sektor retail dan masih banyaknya transaksi yang
tidak tercatat (underground economy) atau kasus faktur fiktif yang sering kali
menjadi celah timbulnya kebocoran penerimaan perpajakan.
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai menganut metode kredit pajak
(credit method) serta metode faktur pajak (invoice method). Dalam metode ini
PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena
Pajak (JKP) oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), apakah ia pabrikan, importer,
agen utama, atau distributor utama (Mardiasmo, 2011:287). Tarif PPN memakai
prinsip tarif tunggal, tidak ada tarif yang berbeda sehingga mudah dalam
pelaksanaannya.
Sejak

dilakukannya

reformasi

pajak

pada

tahun

1983,

sistem

pemungutan pajak di Indonesia berubah official assessment system menjadi self


assessment system. Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh
kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melaporkan seluruh pajak yang menjadi kewajibannya. Dengan kata lain, WP
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Tarjo dan Kusumawati,
2005:2).

Bagi menunjang sistem tersebut, peran fiskus sangat berpengaruh.


Fiskus yang merupakan aparat pemungut pajak memiliki tugas utama untuk
memberikan bimbingan (konseling), penerangan, penyuluhan (sosialisasi)
kepada WP. Fiskus diharapkan dapat mengoptimalkan penarikan pajak kepada
WP untuk meningkatkan potensi penerimaan PPN. Hal ini harus didukung oleh
kesediaan WP untuk menunaikan kewajibannya kepada negara melalui
pembayaran pajak. Peraturan di bidang perpajakan harus memberikan
kejelasan. Fiskus maupun WP harus dibekali pengetahuan yang cukup agar
tercipta kesadaran dan pembayaran pajak dapat berjalan sesuai rambu-rambu
yang ada (Ibtida, 2010:2).
Selain

memberikan

pelayanan dalam

membantu mengurus

atau

menyiapkan segala keperluan WP, pemeriksaan terhadap WP juga merupakan


salah satu peran dan tugas fiskus. Menurut UU Perpajakan No. 16 Tahun 2009
pasal 1 ayat 25, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan pajak dapat menimbulkan rasa diawasi dan efek jera bagi
WP yang melakukan penyimpangan karena akan dikenai sanksi administratif
atau sanksi pidana (Corry, 2010:7). Keadaan ini akan meningkatkan tax
compliance WP untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan kepatuhan
yang semakin meningkat tentu saja akan diikuti peningkatan penerimaan pajak
terkhusus penerimaan PPN.
Terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang
dikhususkan pada penerimaan PPN, beberapa penelitian telah dilakukan

sebelumnya. Diantaranya adalah Dewi (2014) yang melakukan penelitian yang


berjudul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak dan Pemeriksaan
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kepatuhan formal wajib
pajak dan pemeriksaan pajak memiliki pengaruh terhadap penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah secara simultan
yang dinyatakan dalam nilai koefisien determinasi sebesar 67,4% dan sisanya
sebesar 32,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini. Secara parsial tingkat kepatuhan formal wajib pajak dan
pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN dan PPnBM.
Wulandari (2014) juga melakukan penelitian dengan mengukur skala
efektivitas. Penelitian yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP
Pratama Manado ini menggunakan klasifikasi pengukuran efektivitas dengan
Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) sebagai sampelnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemeriksaan PPN pada tahun 2012 tergolong tidak efektif
sedangkan tahun 2013 tergolong kurang efektif.
Ibtida (2010) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Dengan
Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Wajib Pajak Di
Jakarta Selatan). Berbeda dengan penelitian Dewi (2014) dan Wulandari (2014),
Ibtida menggunakan variabel Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel
Intervening sebagai bentuk optimalisasi terhadap variabel kinerja penerimaan
pajak. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak dan
pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan

kepatuhan wajib pajak berhubungan positif terhadap kinerja penerimaan pajak.

Mengacu pada penelitian Dewi (2014), Wulandari (2014), dan Ibtida

(2010), penelitian ini akan membahas tentang analisis pengaruh pelayanan


fiskus dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPN pada KPP Madya
Makassar. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti
menggunakan dua variabel bebas yaitu pelayanan fiskus dan pemeriksaan
pajak. Variabel-variabel ini dipilih karena dianggap oleh peneliti merupakan faktor
penting sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya. Untuk objek penelitian,
peneliti memilih KPP Madya Makassar, dengan alasan kurangnya penelitian
mengenai penerimaan PPN dengan mengefektifkan intensitas pemeriksaan
pajak dan kualitas pelayanan fiskus, sehingga tidak memacu peningkatan
penerimaan PPN di kota Makassar.
Atas pertimbangan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan menuliskan hasil penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul:
Analisis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pemeriksaan Pajak terhadap
Penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut.


1. Bagaimana pengaruh pelayanan fiskus terhadap penerimaan PPN di KPP
Madya Makassar?
2. Bagaimana pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPN di
KPP Madya Makassar?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap penerimaan
PPN di KPP Madya Makassar
2. Untuk menganalisis pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan
PPN di KPP Madya Makassar

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1

Kegunaan Teoretis
Bagi penulis, memperoleh dan memperluas wawasan pengetahuan yang

berkaitan dengan penerimaan pajak, khususnya penerimaan PPN. Bagi pihak


lain, sebagai referensi lebih lanjut dalam penelitian penelitian selanjutnya
terkait dengan penelitian ini, serta memberikan wawasan pengetahuan yang
lebih luas mengenai penerimaan PPN.
1.4.2

Kegunaan Praktis
Sebagai kontribusi dalam memberikan masukan dan dijadikan bahan

pertimbangan

terkait

dengan

penerimaan

PPN

terhadap

fiskus

untuk

menjalankan profesinya sebagai petugas pajak dalam membantu mengurus atau


menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak, terutama bagi
daerah lokasi penelitian.

1.5

Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui lebih jauh

kerangka penulisan, maka dapat dilihat

pada sistematika penulisan sebagai berikut.


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang: latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan: tinjauan pustaka sebagai dasar berpijak dalam
menganalisis permasalahan yang ada. Pada bagian ini berisi landasan teori,
penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat pemaparan mengenai: rancangan penelitian, tempat dan
waktu, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, dan analisis
data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang: hasil dari penelitian yang berisi karakteristik
responden, penentuan range, analisis deskriptif dan perhitungan skor variabel x
dan y, uji kualitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan uji
hipotesis.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang berisi: kesimpulan dan keterbatasan
penelitian yang telah dilakukan, serta saran untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak


Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
(selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU KUP 1984) bahwa:
pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Soemitro dan Sugiharti (2010:8), pajak merupakan pungutan


atau peralihan kekayaan dari rakyat kepada pemerintah berdasarkan UndangUndang tanpa ada imbalannya yang secara langsung dapat ditunjuk untuk
membiayai kepentingan umum masyarakat.
Adriani (dalam Waluyo dan Ilyas, 2003:4) mengemukakan bahwa:
pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi - kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


pajak adalah kontribusi wajib suatu warga negara berupa iuran kepada negara
yang telah diatur dalam undang-undang yang manfaatnya tidak dapat dirasakan
secara langsung dan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan negara
dalam pembangunan nasional untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
Waluyo dan Ilyas (2003:5) menyimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat

10

11

pada pengertian pajak, adalah:


1. Pajak

dipungut

berdasarkan

undang-undang

serta

aturan

pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.


2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Mardiasmo (2011:2) menjelaskan bahwa ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi Pajak Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur
Pajak

sebagai

alat

untuk

mengatur

atau

melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.


Contoh :
a. pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b. pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
c. tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.

12

2.1.1.3 Asas-asas pemungutan pajak


Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asasasas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat
keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan
lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Adam Smith (dalam Waluyo
dan Ilyas, 2003:14) mengemukakan bahwa pemungutan pajak hendaknya
didasarkan pada:
1. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak
dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan
manfaat yang diterima. Adil yang dimaksud bahwa setiap wajib pajak
menyumbangkan uang untuk mengeluarkan pemerintah sebanding
dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.
2. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang wenang. Oleh
karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak
yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai
dengan saat saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sistem ini
disebut Pay as You Earn.
4. Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

13

2.1.1.4 Jenis Pajak


Menurut Mardiasmo (2011:5) jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3
macam, yaitu menurut golongannya, sifatnya, dan lembaga pemungutnya:
1. Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
2. Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan Wajib
Pajak.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3. Lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan
Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak
Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

14

Hiburan.
2.1.1.5 Cara Pemungutan Pajak
Waluyo dan Ilyas (2003:17) mengatakan bahwa ada beberapa cara
pemungutan pajak, yaitu :
1. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel,
yaitu:
a. Stelsel Nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan)
yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang
dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel Anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan suatu
tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada
awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang
terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah
pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan
stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung

15

berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun


besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada
pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah
kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil,
maka kelebihannya dapat diminta kembali.
2. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi

wewenang

kepada

pemerintah

(fiskus)

untuk

menentukan besarnya pajak terutang.


Ciri-ciri Official Assessment System:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
berada pada fiskus;
2. Wajib Pajak bersifat pasif;
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

16

c. With Holding System


Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.1.6 Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Diana dan Setiawati (2010:121):
surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak yang terutang adalah pajak
yang harus dibayar suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau
dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.

Pasal 1, ayat 11 dalam Undang-Undang KUP menyebutkan bahwa:


surat pemberitahuan adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Surat pemberitahuan yang digunakan oleh
Wajib Pajak ini terdiri atas:
1. Surat pemberitahuan masa
Surat pemberitahuan masa adalah surat pemberitahuan untuk
suatu masa pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
2.1.1.7 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) pajak memiliki fungsi yang berbeda bagi
setiap pihak yang berkepentingan. Baik untuk wajib pajak, Pengusaha Kena

17

Pajak maupun bagi pemotong atau pemungut pajak. Menurut Diana dan
Setiawati (2009:121), fungsi surat pemberitahuan bagi wajib pajak penghasilan
adalah sebagai sarana untuk melaporkan. Selain itu surat pemberitahuan juga
berfungsi untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
1. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu
tahun pajak atau bagian Tahun Pajak,
2. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
3. harta dan kewajiban, dan/atau,
4. pembayaran dari pemotongan pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa
Pajak

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

perpajakan.(Diana dan Setiawati,2009:121).


Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan perhitungan jumlah
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1.

pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran dan

2.

pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh


PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.2

Pelayanan Fiskus
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan

segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah

18

petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak
dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
Wajib Pajak (Fikriningrum, 2012:21). Kualitas pelayanan fiskus sangat
berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajaknya. Oleh karena itu,
fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap
saat kepada Wajib Pajak serta dapat memupuk kesadaran masyarakat tentang
tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada
Wajib Pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kesadaran Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pandiangan (2008:10) mengemukakan pelayanan perpajakan dapat
dilakukan melalui 3 organisasi dalam pengawasan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP), yaitu:
1. Kantor Pusat

Kantor Pusat DJP merupakan unit pembuat kebijakan (policy

maker) dan pengembangan organisasi juga proses kerja (transform)


sehingga tidak mengerjakan tugas dan fungsi operasional perpajakan,
kecuali hal yang bersifat khusus.
2. Kantor Wilayah

Secara umum, tugas pokok dan fungsi semua Kantor Wilayah

DJP pada dasarnya adalah sama satu sama lain, yakni sebagai unit
koordinator pelaksanaan tugas perpajakan di lapangan, sekaligus
pengawasan atas pelaksanaan tugas KPP.
3. Kantor Pelayanan Pajak
Dalam implementasinya ada 3 (tiga) model atau jenis KPP, yaitu:

a. KPP Wajib Pajak Besar (Large Taxpayers Office, LTO)

19

KPP Wajib Pajak Besar mengelola Wajib Pajak skala


besar secara nasional dengan jenis badan dan terbatas
jumlahnya. Di KPP ini tidak ada kegiatan ekstensifikasi karena
jumlah Wajib Pajak KPP tersebut sudah tetap sekitar 200-300
yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Tidak
semua jenis pajak dikelola, melainkan hanya PPh, PPN, PPnBM
dan bea materai. Kedudukannya hanya berada di Jakarta dan
jumlahnya hanya 3 kantor.
b. KPP Madya (Medium Taxpayers Office, MTO).
KPP Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan
dalam skala regional (lingkup Kantor Wilayah) dan juga terbatas
jumlahnya. Di KPP ini juga tidak ada kegiatan ekstensifikasi,
karena jumlah Wajib Pajak KPP tersebut sudah tetap sekitar 200500 yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Tidak semua jenis pajak dikelola, melainkan hanya PPh, PPN,
PPnBM dan bea materai. Wilayah kerjanya sama dengan Kantor
Wilayah DJP atasannya.
c. KPP Pratama (Small Taxpayers Office, STO)
KPP Pratama mengelola Wajib Pajak menengah ke bawah
yakni jenis badan di luar yang telah dikelola di KPP Wajib Pajak
Besar dan KPP Madya serta orang pribadi. Di KPP ini ada
kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sehingga jumlah Wajib
Pajaknya dapat selalu bertambah seiring dengan pertambahan
orang pribadi yang memperoleh penghasilan di atas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) atau melakukan kegiatan usaha di
wilayah kerjanya. Semua jenis pajak dikelola, meliputi PPh,

20

PPN, PPnBM, bea materai, PBB dan BPHTP. Kedudukannya


berada di semua Kantor Wilayah di tanah air, kecuali di Kantor
Wilayah Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Jakarta khusus.
Pelayanan fiskus diteliti melalui tiga dimensi yaitu:
1. Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas

fiskus

sangat

menentukan

di

dalam

efektivitas

pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Bila


dikaitkan dengan optimalisasi target penerimaan pajak, maka fiskus
haruslah orang yang berkompenten di bidang perpajakan, memiliki
kecakapan teknis dan bermoral tinggi (Ibtida, 2010:15).
2. Ketentuan Perpajakan
Dengan perkembangan yang terjadi baik dalam perekonomian,
perdagangan internasional, teknologi informasi maupun aspek lainnya,
untuk penyesuaiannya telah dilakukan amandemen terhadap UndangUndang Perpajakan. Amandemen yang dilakukan seirama dengan faktor
internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi dan dipengaruhi.
Ketentuan perpajakan harus dibuat sebaik mungkin agar dapat
dimengerti, diaplikasikan oleh Wajib Pajak dan memiliki dampak yang
baik setelah diterbitkan (Ibtida, 2010:15).
3. Sistem Informasi Perpajakan.
Dalam rangka akurasi data, kecepatan dan memperlancar
perkejaan, Direktorat Jenderal Pajak terdapat beberapa sistem informasi
yang digunakan oleh unit-unit kerja yang ada, seperti Sistem Informasi
Perpajakan (SIP) di KPP, kemudian Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SMIOP) di KPPBB.
Guna mendukung peningkatan pelayanan perpajakan, dilakukan

21

perubahan penggunaan teknologi informasi dan sistem informasi. Saat ini


penerapan sistem informasinya dengan Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) yang berbasis teknologi terkini. Semua alur
pekerjaan (work flow) berada dalam jalur SIDJP dengan case
management.
Dengan demikian setiap jenis pelayanan atas permohonan Wajib
Pajak dapat terpantau oleh pimpinan, yakni sedang di unit mana,
dikerjakan oleh siapa dan sudah berapa lama waktunya sejak diterima di
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) (Ibtida, 2010:15).
Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak tidak memenuhi atau
melebihi harapan wajib pajak, berarti pelayanan yang diberikan tidak berkualitas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan pajak yang
diberikan oleh aparat pajak diduga akan berpengaruh terhadap penerimaan
PPN. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan kepuasan kepada wajib
pajak sehingga akan menjadi patuh dalam memenuhi kewajibannya dan
otomatis optimalisasi penerimaan PPN akan berjalan sukses. Semakin baik
kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak maka semakin tinggi tingkat
penerimaan yang akan diterima.
2.1.2.1 Sosialisasi dan Konseling Perpajakan
2.1.2.1.1 Sosialisasi Perpajakan
Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE- 98/PJ./2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit
Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban
perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:
1. Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal

22

Pajak diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru yang


membutuhkan sosialisasi/penyuluhan.
2. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki ruang yang besar
untuk ditingkatkan.
3. Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan meningkatkan
besarnya tax ratio.
4. Peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.
Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi
calon Wajib Pajak, kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru, dan kegiatan
sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar. Kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak
bertujuan untuk membangun awareness tentang pentingnya pajak serta
menjaring Wajib Pajak baru. Kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya, khususnya bagi mereka yang belum menyampaikan SPT dan
belum melakukan penyetoran pajak untuk yang pertama kali. Sedangkan
kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar bertujuan untuk menjaga
komitmen Wajib Pajak untuk terus patuh (Herryanto dan Toly, 2013:4 ).
Herryanto dan Toly (2013:4) berpendapat bahwa kegiatan sosialisasi atau
penyuluhan perpajakan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.
1. Sosialisasi Langsung
Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
dengan berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon Wajib
Pajak. Bentuk sosialisasi langsung yang pernah diadakan antara lain
Early Tax Education, Tax Goes To School/ Tax Goes To Campus,
perlombaan perpajakan (Cerdas Cermat, Debat, Pidato Perpajakan,

23

Artikel), sarasehan/ tax gathering, kelas pajak/ klinik pajak, seminar/


diskusi/ ceramah, dan workshop/ bimbingan teknis.

2. Sosialisasi Tidak Langsung


Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan interaksi dengan
peserta. Contoh kegiatan sosialisasi tidak langsung antara lain sosialisasi
melalui radio/ televisi, penyebaran buku/ booklet/ leaflet perpajakan.
2.1.2.1.2 Konseling Perpajakan
Berdasarkan Perdirjen Nomor 170/PJ/2007, Konseling Pajak adalah
sarana yang disediakan bagi Wajib Pajak untuk melakukan klarifikasi terhadap
data yang tercantum dalam Surat Himbauan.Konseling merupakan salah bentuk
untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak secara sukarela, dengan tujuan
untuk mewujudkan transparansi proses pengawasan pemanfaatan data Wajib
Pajak. Petugas konseling adalah Account Representative (AR) yang menangani
Wajib Pajak yang bersangkutan atau Koordinator Pelaksana yang ditugaskan
oleh Kepala Kantor.
Pelaksanaan Konseling dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama
14 hari sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam surat
himbauan. Yang artinya, diterbitkan dahulu surat himbauan lalu ketika dalam
jangka waktu tersebut tidak direspon akan diterbitkan undangan untuk
menghadiri konseling.

2.1.3

Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan pasal 1 ayat 25 UU KUP 1984 bahwa:
pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

24

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Gunadi, dkk. (1997:51) mempunyai pendapat bahwa:


pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa atau seluruh jenis pajak,
baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan (Diana dan Setiawati,
2010:78). Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan berwenang melakukan pemeriksaan untuk:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak

dan/atau
2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Menurut Gunadi, dkk. (1997:51), Pemeriksaan yang dimaksudkan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam hal-hal
sebagai berikut.
1. Surat

Pemberitahuan

menunjukkan

kelebihan

pembayaran

pajak

dan/atau rugi;
2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada
waktu yang telah ditetapkan.
3. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktur
Jenderal Pajak; dan
4. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada point
ke 2 tidak dipenuhi.

25

Sedangkan pemeriksaan yang dimaksudkan untuk tujuan lain dapat


dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut.
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan NPWP;

2. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);


3. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak
bagi Wajib Pajak baru;
4. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding;
5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan;
6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah tertentu;
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai
dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 21;
9.

Pelaksanaan ketentuan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan


lain selain point pertama sampai dengan point ke 6.
Pelaksanaan pemeriksaan pajak diawali dengan dikeluarkannya Surat

Perintah Pemeriksaan Pajak oleh pejabat yang berwenang dan berakhir


dengan disetujuinya Laporan Pemeriksaan Pajak. Laporan Pemeriksaan Pajak
disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan
pemeriksaan, memuat kesimpulan Pemeriksaaan Pajak yang didukung temuan
yang kuat tentang ada tidaknya penyimpangan terhadap peraturan perundangundangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang
terkait (Corry, 2010:15).
Laporan pemeriksaan pajak adalah laporan tentang hasil pemeriksaan

26

yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai
dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan. Laporan Pemeriksaan Pajak
digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat
Tagihan Pajak (STP) atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
Dewi (2014:34) mengatakan ada beberapa jenis Surat Ketetapan Pajak,
antara lain:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah yang ditetapkan (SKPKB, SKPN, SKPLB).
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Adalah Surat Ketetapan Pajak yang menunjukkan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah yang diterbitkan sehubungan
dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT LB yang diajukan restitusi, SPT
LB yang tidak diajukan restitusi, SPT Nihil, maupun SPT KB.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Adalah surat ketetapan yang diterbitkan dalam hal jumlah pokok

pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak. SKPN diterbitkan


sehubungan dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT Nihil, SPT KB,
maupun SPT LB.
5. Surat Tagihan Pajak (STP)

27

Adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan penagihan pajak


dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. STP
mempunyai kekuatan hukam yang sama dengan SKP sehingga dalam hal
penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. STP diterbitkan
setelah dilakukan penelitian administrasi perpajakan atau berdasarkan
hasil pemeriksaan pajak.
2.1.4

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak


Penerimaan pajak menjadi kunci sisi penerimaan negara. Ketika
pemerintah bertekad mengurangi utang luar negeri, timbul konsekuensi berupa
pergeseran penerimaan pemerintah (goverment receipt) pada sisi domestik.
Karena penerimaan negara dari minyak yang tidak bisa terlalu diharapkan seperti
beberapa dekade lalu, maka optimalisasi potensi perpajakan domestik menjadi
jawaban paling rasional (Corry, 2010:17).
Hutagaol (2007:275) berpendapat bahwa Penerimaan pajak merupakan
sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus-menerus dan dapat
dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintahan serta kondisi
masyarakat. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan negara atau arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan yang terdiri
dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
2.1.4.2 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Dalam UU PPN tidak terdapat defenisi mengenai Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, sehingga setiap orang dapat
secara bebas memberikan definisi mengenai pajak tersebut. Berdasarkan obyek
yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah konsumsi barang atau jasa,

28

maka Pajak Pertambahan Nilai secara bebas dapat diartikan pajak yang
dikenakan atas pertambahan nilai suatu barang atau jasa. Secara sistematis,
pertambahan nilai atau nilai tambah suatu barang atau jasa dapat dihitung dari
nilai/harga penjualan dikurangi nilai/harga pembelian sehingga salah satu unsur
pertambahan nilai atau nilai tambah suatu barang atau jasa adalah laba yang
diharapkan. (Intan, 2009:21)
Menurut pasal 4, pasal 16C, dan pasal 16D Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan atau Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 42 Tahun 2009 (selanjutnya dalam tulisan ini disebut UU PPN
1984) bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas berikut.
1.

Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha. Syarat-syaratnya adalah:
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak;
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud;
c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya.

2.

Impor Barang Kena Pajak;

3.

Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha. Syarat-syaratnya adalah:
a.

Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;

b.

Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

c.

Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau

29

pekerjaanya.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean;
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Nilai Pertambahan dalam pasal 16C dikenakan atas:
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan
sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pajak Nilai Pertambahan dalam pasal 16D dikenakan atas:
10. Penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali
atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c yakni
perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan
station wagon kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2.1.4.3 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai


Dalam Pasal 1 ayat 17 UU PPN 1984 dirumuskan: Dasar Pengenaan

30

Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Selanjutnya, beberapa pengertian dasar pengenaan pajak menurut Pasal 1 UU
PPN 1984 yaitu:
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan
Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar
atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan
bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai
untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut menurut
Undang-Undang ini.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

31

diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.


5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai dasar
pengenaan pajak yang diatur oleh menteri keuangan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai
Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.03/2015
2.1.4.4 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Mardiasmo (2011:286) berpendapat bahwa tarif PPN yang berlaku saat
ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif PPN sebesar 0% (nol persen)
diterapkan atas:
1. Ekspor BKP Berwujud;
2. Ekspor BKP Tidak Berwujud; dan
3. Ekspor JKP.
Pengenaan tarif 0% tidak berarti pembebasan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai. Dengan demikian Pajak Masukan yang telah dibayar untuk
perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.
Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau peningkatan
kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah
tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling
tinggi 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat ini dikemukakan oleh
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2.1.4.5 Mekanisme Pengenaan dan Perhitungan PPN
1. Mekanisme Pengenaan
Menurut Mardiasmo (2011:287), mekanisme pengenaan PPN

32

dapat digambarkan sebagai berikut.


a. Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN
oleh PKP penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP
penjual tersebut merupakan pembayaran pajak di muka dan
disebut dengan Pajak Masukan. Pembeli berhak menerima bukti
pemungutan berupa faktur pajak.
b. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain,
wajib memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupakan
Pajak Keluaran. Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP wajib
membuat faktur pajak.
c. Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya
sama dengan satu bulan takwim) jumlah Pajak Keluaran lebih
besar

daripada

jumlah

Pajak

Masukan,

selisihnya

harus

disetorkan ke kas negara.


d. Apabila dalam suatu masa pajak jumlah Pajak Keluaran lebih kecil
daripada Pajak Masukan, selisihnya dapat direstitusi (diminta
kembali) atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
e. Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak
dengan

menggunakan

Surat

Pemberitahuan

Masa

Pajak

Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).


Contoh :
Sepanjang bulan Maret 2011, PT ABC mempunyai transaksi sebagai
berikut.

Membeli bahan baku seharga Rp. 100.000.000,- (dipungut PPN


sebesar Rp. 10.000.000,-. -> DPP x 10%)

33

Membeli bahan penolong seharga Rp. 40.000.000,- (dipungut


PPN sebesar Rp. 4.000.000,-)

Menjual produknya seharga Rp. 200.000.000,- ( memungut PPN


sebesar Rp. 20.000.000,-)

Perhitungan PPN :
Jumlah Pajak Keluaran

Rp. 20.000.000,-

Jumlah Pajak Masukan

Rp. 14.000.000,-

PPN kurang bayar

Rp. 6.000.000,-

Jumlah PPN kurang bayar sebesar Rp. 6000.000,- ini harus disetorkan ke
kas negara.
2. Mekanisme Perhitungan
Cara menghitung PPN menurut Mardiasmo (2011:288) adalah
sebagai berikut.
PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Contoh:
1. Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai BKP kepada Pengusaha
Kena Pajak B dengan Harga Jual Rp. 25.000.000,-. PPN yang
terutang :
10% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 2.500.000,PPN sebesar Rp. 2.500.000,- tersebut merupakan Pajak Keluaran,
yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A. Sedangkan bagi
Pengusaha Kena Pajak B, PPN tersebut merupakan Pajak
Masukan.
2. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai
Impor Rp. 15.000.000,-. PPN yang dipungut melalui Direktorat

34

Jendral Bea dan Cukai = 10% x Rp. 15.000.000,- = Rp.


1.500.000,-

2.2

Penelitian Terdahulu
Penelitian penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk

melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan


dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Dewi (2014) yang melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak dan Pemeriksaan
Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat kepatuhan formal wajib
pajak dan pemeriksaan pajak memiliki pengaruh terhadap penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah secara simultan
yang dinyatakan dalam nilai koefisien determinasi sebesar 67,4% dan sisanya
sebesar 32,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini. Secara parsial tingkat kepatuhan formal wajib pajak dan
pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN dan PPnBM.
Wulandari (2014) juga melakukan penelitian dengan mengukur skala
efektivitas. Penelitian yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP
Pratama Manado ini menggunakan klasifikasi pengukuran efektivitas dengan
Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) sebagai sampelnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemeriksaan PPN pada tahun 2012 tergolong tidak efektif
sedangkan tahun 2013 tergolong kurang efektif.

35

Ibtida (2010) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib


Pajak dan Pelayanan Fiskus terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Dengan
Kepatuhan Wajib Pajak sebagai Variabel Intervening (Studi pada Wajib Pajak Di
Jakarta Selatan). Berbeda dengan penelitian Dewi (2014) dan Wulandari (2014),
Ibtida menggunakan variabel Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel
Intervening sebagai bentuk optimalisasi terhadap variabel kinerja penerimaan
pajak. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak dan
pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan
kepatuhan wajib pajak berhubungan positif terhadap kinerja penerimaan pajak.
Corry (2010) melakukan penelitian dengan judul Analisa Pengaruh
Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pemeriksaan pajak yang diukur dengan melihat jumlah pemeriksaan setiap bulan
berpengaruh terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Kota. Corry menggunakan desain penelitian kausal dalam
penelitian ini. Jenis data yang digunakan adalah data primer, diperoleh dari
tempat penelitian yaitu di KPP Pratama Medan Kota. Pengolahan data dilakukan
dengan alat bantu program statistik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan
adalah uji normalitas uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi, sedangkan
model analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Penelitian ini
membuktikan bahwa pemeriksaan pajak yang diukur melalui jumlah Surat
Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota.

36

2.3

Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema

berikut.

Pelayanan
Fiskus
Penerimaan
PPN
Pemeriksaan
Pajak
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4

Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut.
1. Pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap Penerimaan PPN
Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak
dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan Wajib Pajak (Fikriningrum, 2012:21). Kualitas pelayanan
fiskus sangat berpengaruh terhadap Wajib Pajak dalam membayar
pajaknya, Oleh karena itu, fiskus dituntut untuk memberikan pelayanan
yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada Wajib Pajak serta dapat

37

memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar


pajak.
Dalam rangka menunjang sistem self assessment di Indonesia,
peran fiskus sangat berpengaruh. Fiskus yang merupakan aparat
pemungut pajak memiliki tugas utama untuk memberikan bimbingan
(konseling), penerangan, penyuluhan (sosialisasi) kepada WP. Fiskus
diharapkan dapat mengoptimalkan penarikan pajak kepada WP untuk
meningkatkan potensi penerimaan PPN. Hal ini harus didukung oleh
kesediaan WP untuk menunaikan kewajibannya kepada Negara melalui
pembayaran pajak.
Pelayanan fiskus yang memadai dapat meningkatkan potensi
penerimaan PPN. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ibtida
(2010) yang melihat pengaruh pelayanan fiskus terhadap penerimaan
pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin efektif pelayanan
fiskus maka semakin meningkatnya potensi penerimaan pajak.
H1: Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap penerimaan PPN.
2. Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan PPN
Berdasarkan UU KUP pasal 1 ayat 25, pemeriksaan pajak adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka

melaksanakan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

perpajakan. Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa atau
seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian

38

Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan.
Pemeriksaan pajak dapat menimbulkan rasa diawasi dan efek jera
bagi WP yang melakukan penyimpangan karena akan dikenai sanksi
administratif atau sanksi pidana (Corry, 2010:7). Keadaan ini akan
meningkatkan

tax

compliance

WP

untuk

memenuhi

kewajiban

perpajakannya. Dengan kepatuhan yang semakin meningkat tentu saja


akan diikuti peningkatan penerimaan pajak terkhusus penerimaan PPN.
Pemeriksaan pajak secara berkala dapat meningkatkan potensi
penerimaan PPN. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dewi
(2014), dan Wulandari (2014) yang melihat pengaruh pemeriksaan pajak
terhadap penerimaan PPN. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
semakin baik dan berkualitasnya pemeriksaan pajak maka semakin
meningkatnya potensi penerimaan PPN.
H2: Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan
PPN.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian korelasional, dimana ingin ditinjau

sejauh mana variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen.


Pada penelitian ini terfokus pada pelayanan fiskus dan pemeriksaan pajak
sebagai variabel independen terhadap penerimaan PPN pada KPP Madya
Makassar sebagai variabel dependennya. Masing- masing variabel independen
mempunyai

pengujian

yang

berbeda

terhadap

variabel

dependennya

dikarenakan jenis data yang berbeda pada masing-masing variabel independen.


Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan studi cross-sectional
yang maksudnya data hanya dikumpulkan sekali dalam periode harian,
mingguan, hingga bulanan dalam rangka mendapatkan jawaban atas pertanyaan
penelitian.

3.2

Tempat dan Waktu


Tempat penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul Analisis

Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan PPN


pada KPP Madya Makassar ini adalah pada Kantor Pelayanan Pajak Madya
Kota Makassar di Kompleks Gedung Keuangan Negara, Jalan Urip Sumoharjo
KM 4. Penelitian dilakukan selama kurang lebih 40 hari yaitu pada Desember
2015 sampai dengan Februari 2016.

3.3

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Surat Ketetapan Pajak

39

40

Kurang Bayar (SKPKB) PPN yang diterbitkan oleh KPP Madya Makassar dari
tahun 2010 sampai tahun 2014, jumlah penerimaan PPN yang diterima oleh KPP
Madya Makassar dari tahun 2010 sampai tahun 2014, dan Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang tercatat di KPP Madya Makassar sebanyak 882 orang. Guna
efisiensi waktu dan biaya, maka tidak semua PKP tersebut menjadi objek dalam
penelitian ini. Oleh karena itu dilakukanlah pengambilan sampel. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simple
random sampling. Sampelnya adalah orang-orang yang ditemui oleh peneliti
secara acak.
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin:

= jumlah sampel

= populasi

= persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan


sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini
adalah 0,1
Berdasarkan data dari KPP Madya Makassar hingga awal tahun 2015,

tercatat sebanyak 882 pengusaha kena pajak. Oleh karena itu, jumlah sampel
untuk penelitian dengan margin of error sebesar 10% adalah :

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil


dalam penelitian ini adalah sebanyak 89,81 yang dibulatkan menjadi 90
pengusaha kena pajak.

41

3.4

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer diperlukan untuk melakukan pengujian pada variabel
pelayanan

fiskus

(X1),

sedangkan

variabel

pemeriksaan

pajak

(X2)

menggunakan data sekunder dalam pengujiannya. Data primer yaitu data yang
berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan
berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data primer
pada penelitian ini diperoleh langsung dari para PKP yang terdaftar di KPP
Madya Makassar. Data ini berupa kuesioner yang telah diisi oleh para PKP yang
menjadi responden terpilih dalam penelitian ini. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh peneliti secara langsung pada tempat penelitian yaitu KPP Madya
Makassar. Data sekunder berupa seluruh Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) PPN dan jumlah penerimaan PPN yang diterbitkan oleh KPP Madya
Makassar dari tahun 2010 sampai tahun 2014.

3.5

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data yang diperlukan dengan

menggunakan cara sebagai berikut.


1. Pengumpulan data primer maupun data sekunder dilakukan dengan
metode survey. Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan media
angket (kuesioner). Kuesioner berasal dari penelitian yang dilakukan oleh
Alfiah (2014) dan Tiara (2015) dengan sedikit perubahan yang dilakukan
oleh peneliti. Sejumlah pertanyaan akan diajukan kepada responden dan
kemudian responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka.
Untuk mengukur pendapat responden, digunakan skala Likert lima angka,
perinciannya adalah sebagai berikut.

42

1. Kategori Sangat Setuju (SS) diberi skor 5.


2. Kategori Setuju diberi (S) skor 4.
3. Kategori Netral (N) diberi skor 3.
4. Kategori Tidak Setuju (TS) diberi skor 2.
5. Kategori Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
.

Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder, peneliti akan


melakukan

pengamatan

langsung

ke

obyek

penelitian

untuk

mendapatkan dan mencatat data yang diperlukan, yaitu pada Kantor


Pelayanan Pajak (KPP) Madya Makassar.
2. Interview, peneliti akan

melakukan

wawancara

dengan

pegawai-

pegawai yang bertugas di KPP Madya Makassar yang memberikan


informasi untuk keperluan penelitian.
3. Dokumentasi, peneliti mengumpulkan data dengan mencatat dokumendokumen yang berkaitan dengan penerimaan pajak dan data-data yang
lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.6

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1

Variabel Dependen

3.6.1.1 Penerimaan PPN


Dalam penelitian ini penerimaan PPN menjadi variabel dependen.
Hutagaol (2007:275) menjelaskan penerimaan pajak merupakan sumber
penerimaan

yang

dapat

diperoleh

secara

terus-menerus

dan

dapat

dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintahan serta kondisi


masyarakat. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan negara atau arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan yang terdiri

43

dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

3.6.2

Variabel Independen

3.6.2.1 Pelayanan Fiskus


Pelayanan fiskus (Fikriningrum, 2012:21) dapat diartikan sebagai cara
petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan
yang dibutuhkan Wajib Pajak. Kualitas pelayanan fiskus sangat berpengaruh
terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajaknya. Oleh karena itu, fiskus dituntut
untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada
Wajib Pajak serta

dapat memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung

jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada Wajib Pajak
besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kesadaran Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
3.6.2.2 Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka
pengawasan

kepatuhan

pemenuhan

kewajiban

perpajakan

berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Gunadi, etc, 1997:51).

3.7

Instrumen Penelitian
Instrumen dalam

penelitian

ini adalah alat yang dipakai untuk

menghimpun data. Data yang diharapkan dalam penelitian ini bersumber dari
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian
lapangan yang berasal dari responden yang termasuk dalam sampel penelitian.
Kuesioner adalah pernyataan logis yang berhubungan dengan masalah
penelitian, dimana setiap pertanyaan mempunyai makna. Kuesioner diadopsi

44

dari penelitian yang dilakukan oleh Alfiah (2014) dan Tiara (2015). Data sekunder
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke obyek penelitian untuk
mendapatkan dan mencatat data yang diperlukan.

3.8

Analisis Data
Aplikasi perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data pada

penelitian ini adalah Statistical Product and Service Solution (SPSS) 20,0.
Dikarenakan adanya perbedaan data yang diperoleh dari masing-masing
variabel independen, maka peneliti akan menggunakan metode analisis yang
berbeda pula. Uji kualitas data yang berupa uji validitas dan uji reliabilitas akan
digunakan pada data primer (X1), sedangkan uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi akan digunakan pada
data sekunder (X2).
3.8.1

Uji Kualitas Data


Komitmen pegukuran dan pengujian suatu kuesioner atau hipotesis

sangat bergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.
Data penelitian tidak akan berguna dengan baik jika instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data tidak memiliki tingkat keandalan (Reliability) dan
tingkat keabsahan (Validity) yang tinggi. Oleh karena itu, terlebih dahulu
kuesioner harus diuji keandalan dan keabsahannya.
3.8.1.1 Uji Validitas
Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dianggap memiliki
validitas tinggi jika dapat memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan
tujuannya (Ibtida, 2010:35).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode korelasi product

45

moment pearson yang kemudian dibandingkan dengan r tabel. Apabila nilai


korelasinya lebih besar dari r tabel, maka pernyataan tersebut dianggap
konsisten secara internal. Jika nilai korelasinya lebih kecil dari nilai r tabel, maka
pernyataan dianggap tidak valid dan harus dikeluarkan dari pengujian.
3.8.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan prosedur pengujian statistik yang dianggap
relevan untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau konsistensi internal dari
suatu instrumen penelitian (Ibtida, 2010:35). Untuk menguji reliabilitas digunakan
Cronbachs Alpha dengan bantuan SPSS for windows 20,0. Koefisien
Cronbach`s alpha yang lebih dari 0,6 disebut reliabel. Hal ini menunjukkan
keandalan instrumen. Selain itu, Cronbach`s alpha yang semakin mendekati 1
menunjukkan semakin tinggi reliabilitasnya.

3.8.2. Uji Asumsi Klasik


Model regresi harus memenuhi beberapa asumsi yang disebut asumsi
klasik. Uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji heterokedasitas, dan uji
autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model

regresi,

variabel

dependen

dan

variabel

independennya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal (Corry, 2010:36).
Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik. Pengambilan keputusan dengan analisis
grafik dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui grafik histogram dan
normal probability plot. Untuk grafik histogram, jika data rill membentuk

46

garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U) maka dapat
dikatakan

data

berdistribusi

tidak

normal,

begitupun

sebaliknya.

Sementara untuk cara normal probability plot, dikatakan berdistribusi


normal jika garis data rill mengikuti garis diagonal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007) dalam Corry (2010:36) jika
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap,
maka disebut homokedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi adanya
heteroskedastisitas. Metode yang dapat digunakan untuk membuktikan
kesamaan varians yaitu melalui gambar/grafik penyebaran nilai-nilai
residual terhadap nilai-nilai prediksi. Keadaan homokedastisitas terpenuhi
jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola tertentu seperti
meningkat atau menurun.
3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
tingkat kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang
lainnya (Corry, 2010:36). Hal ini sering ditemukan pada time series.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan nilai Uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Prof.
Singgih, sebagai berikut:

angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

47

angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.8.3. Analisis Regresi Linier Sederhana


Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi

linier

sederhana. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji apakah ada pengaruh


dari variabel bebas (independen) terhadap variabel dependen. Analisis regresi
linier sederhana dilakukan dengan menggunakan metode enter, karena dengan
metode enter seluruh variabel akan dimasukkan ke dalam analisis untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.

3.8.4. Pengujian Hipotesis


.

Hipotesis pada dasarnya adalah suatu proporsi atau tanggapan yang


sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau solusi atas
persoalan. Sebelum diuji, maka suatu data terlebih dahulu harus dikuantitatifkan.
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi sederhana.
Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji apakah ada pengaruh dari variabel
bebas (independen) terhadap variabel dependen.
3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya
persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dilihat
dari seberapa besar nilai koefisien determinasi R 2. Nilai koefisien R2 antara nol
dan satu. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi dapat menerangkan variasi variabel dependen

48

penelitian. Artinya apabila nilai R2 mendekati satu, berarti semua variabel


dependen dapat diterangkan oleh variabel-variabel independen, sehingga
semakin tepat model ini digunakan untuk menjelaskan variabel dependen oleh
variabel independen. Koefisien determinasi dirumuskan :
R2 = Adjusted R Square x 100%
3.8.4.2 Pengujian Parsial ( Uji t )
Statistik uji t digunakan untuk menguji secara sendiri-sendiri hubungan
antara variabel independen (Variabel X) dan variabel dependen (Variabel Y).
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t dengan
model regresi sederhana adalah sebagai berikut.
Y = a+bX
Keterangan:
Y

= Penerimaan PPN;

= Konstanta;

= Koefisien regresi

= Pelayanan Fiskus / Pemeriksaan Pajak

Untuk mencari t tabel dengan df = N-2, taraf nyata 5% (= 0,05) dapat


dilihat dengan menggunakan tabel statistik. Nilai t tabel dapat dilihat dengan
menggunakan tabel T. Dasar pengambilan keputusan adalah :
a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima.
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Deskripsi Objek Penelitian


Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Makassar dibentuk berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan (Pemenkeu) Nomor 132/PMK.01/2006 tanggal 22


Desember 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat
Jenderal

Pajak.

KPP

Madya

Makassar

dibentuk

bersamaan

dengan

pembentukan 13 KPP Madya lainnya dengan sistem administrasi modern di


seluruh Indonesia.
Berdasarkan KEP-31/PJ/2007 tanggal 26 januari 2007 Kantor Pelayanan
Pajak Madya Makassar mulai beroperasi pada tanggal 9 April 2007 dengan
mengadministrasikan 301 wajib pajak. Kemudian berdasarkan KEP-33/PJ/2008
tanggal 25 Maret 2008, terhitung mulai tanggal 7 April 2008 wajib pajak yang
terdaftar di KPP Madya Makassar bertambah menjadi 821 wajib pajak yang
kemudian berdasarkan KEP-26/PJ/2011 di tambah lagi menjadi 1105 wajib
pajak.
Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar meliputi
3 (tiga) provinsi di pulau Sulawesi, yaitu :
.

Sulawesi Selatan

Sulawesi Barat

Sulawesi Tenggara
Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Makassar adalah

sebagai berikut:
3. Visi: Menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang senantiasa menjunjung tinggi
nilai-nilai

kementerian

keuangan,

49

terpercaya

dan

dapat

50

dibanggakan
4. Misi: Memberikan pelayanan terbaik guna meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dalam rangka menghimpun penerimaan pajak negara secara
efektif dan efisien berdasarkan UU perpajakan

4.2

Analisis Deskriptif Variabel Pelayanan Fiskus (X1)

4.2.1

Data Demografi Responden


Responden dalam penelitian ini yaitu Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang

terdaftar di KPP Madya Makassar

dengan jumlah responden sebanyak 90

orang. 90 eksamplar kuesioner yang diberikan kepada responden telah diisi


secara lengkap dan benar sehingga layak untuk dianalisis lebih lanjut untuk
kepentingan penelitian ini.
Tabel 4.1 di bawah ini, menyajikan informasi umum mengenai kondisi responden
yang dapat dianalisis secara kualitatif berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir dan bidang usaha yang mewakili sebagai responden dalam
penelitian ini.

Tabel 4.1
Data Demografi Responden
No.
1

Keterangan
Usia
a. 20 - 35
b. 36 - 46
c. > 46
Total
Jenis Kelamin
a. Laki laki
b. Perempuan
Total
Pendidikan Terakhir
a. S3
b. S2

Jumlah

Presentase (%)

60
17
13
90

67%
19%
14%
100%

54
36
90

60%
40%
100%

1
7

1%
8%

51

c. S1
d. D3
e. Lainnya
Total
Bidang Usaha
a. Perdagangan
b. Industri
c. Jasa
d. Lainnya
Total

61
9
12
90

68%
10%
13%
100%

33
9
36
12
90

37%
10%
40%
13%
100%

Sumber: Data primer, diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, data responden yang terkumpul sebanyak


90 responden. Ditinjau dari usia, responden dapat dibagi menjadi tiga kelompok
usia, yaitu responden kelompok pertama: usia 20 35 tahun sebesar 67%;
kelompok kedua: usia 36 46 tahun sebesar 19%; dan kelompok ketiga usia
lebih dari 46 tahun sebesar 14%. Sebagian besar responden penelitian ini
didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 54 orang (60%), sedangkan perempuan
sebanyak 36 orang (40%). Untuk tingkat pendidikan para responden ialah
jenjang pendidikan S3 1%, S2 8%, S1 sebesar 68%, D3 sebesar 10% dan yang
lainnya sebesar 13%. Ditinjau berdasarkan bidang usahanya, diketahui bahwa
responden yang bergerak dibidang usaha jasa merupakan responden dengan
jumlah terbesar sebanyak 36 orang atau 40%. Sedangkan responden yang
bergerak dibidang usaha industri merupakan responden dengan jumlah terendah
sebanyak 9 orang atau 10%.
4.2.2

Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.Berikut
ini ditampilkan hasil statistik deskriptif dari masing-masing variabel,yaitu
Pelayanan Fiskus dan Penerimaan PPN.

52

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

PELAYANAN FISKUS

90

17

30

25.03

3.018

PENERIMAAN PPN

90

15

25

21.10

2.375

Valid N (listwise)

90

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Tabel 4,2 menunjukkan hasil pengukuran deskripsi statistik masingmasing variabel dari 90 data pengamatan. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
variabel pelayanan fiskus memiliki kisaran empiris antara 17 sampai dengan 30
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 25,03 dan standar deviasi sebesar 3,018.
Sedangkan dari variabel penerimaan PPN dari tabel 4.2 menunjukkan kisaran
empiris antara 15 sampai dengan 25 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 21,10
dan standar deviasi sebesar 2,375.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif yang ditampilkan pada tabel
4.2 di atas, nilai standar deviasi dari variabel X dan Y adalah 3,018 dan 2,375
menunjukkan angka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean) pada variabel-variabel tersebut sebesar 25,03 dan 21,10. Hal ini
menunjukkan hasil yang baik karena standar deviasi yang merupakan
penyimpangan dari data tersebut lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

4.3

Analisis Deskriptif Variabel Pemeriksaan Pajak (X2)

4.3.1

Deskripsi Data Penelitian


Data yang diperoleh untuk dilakukan analisa adalah jumlah pemeriksaan

pajak yang dilihat dari jumlah SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)
yang diterbitkan oleh fiskus dan jumlah penerimaan PPN di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Madya Makassar.

53

Tabel 4.3
Jumlah Pemeriksaan dan Penerimaan PPN di KPP Madya Makassar
(Januari 2010 Desember 2014)
Bulan
Januari 2010
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari 2011
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari 2012
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari 2013
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli

Jumlah Pemeriksaan /
Jumlah SKPKB
(X)
32
70
33
132
105
42
175
200
288
140
330
492
65
74
15
216
95
78
308
144
432
640
343
1164
46
152
183
336
325
420
294
448
279
390
649
1020
27
52
36
240
265
216
126

Penerimaan PPN
(Y)
39.879.878.274
22.423.543.832
19.825.538.216
31.927.323.475
31.907.197.648
43.726.720.315
43.349.333.435
43.759.966.097
40.632.195.961
57.461.289.383
58.034.273.023
164.567.066.326
46.958.056.286
34.301.311.671
50.080.291.598
40.515.394.082
42.804.323.850
53.604.572.051
59.709.109.488
59.191.577.729
53.976.126.836
54.694.152.536
77.285.455.937
174.252.021.381
73.661.790.795
55.648.974.670
64.106.205.287
47.261.098.423
45.769.738.522
55.987.063.379
85.607.494.330
84.483.711.765
107.965.811.767
100.840.324.349
127.260.261.290
194.046.433.841
85.378.047.357
67.881.429.300
84.416.056.200
66.281.311.602
114.076.947.533
89.727.451.734
167.239.259.645

54

Agustus
176
September
234
Oktober
320
November
440
Desember
1200
Januari 2014
80
Februari
56
Maret
198
April
468
Mei
325
Juni
480
Juli
259
Agustus
408
September
666
Oktober
860
November
814
Desember
1656
Sumber: KPP Madya Makassar, diolah kembali (2016)

82.747.903.397
88.439.964.127
129.671.170.783
139.958.709.095
246.639.086.632
86.590.019.229
70.720.205.202
92.175.843.831
65.571.682.270
75.236.096.203
112.604.237.148
87.070.396.192
85.103.065.598
133.829.947.684
124.520.543.793
120.234.018.654
187.398.536.613

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah pemeriksaan (SKPKB


yang diterbitkan) terbanyak dilakukan pada bulan Desember 2014 dengan total
pemeriksaan sebanyak

1656, sedangkan

jumlah

pemeriksaan

terendah

dilakukan pada bulan Maret 2011 sebanyak 15. Jumlah penerimaan PPN
terbesar di KPP Madya Makassar diperoleh pada bulan Desember 2013 sebesar
Rp 246.639.086.632 dan penerimaan PPN terendah diperoleh pada bulan Maret
2010 sebesar Rp19.825.538.216.
4.3.2

Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari masing-masing variabel disajikan dalam tabel

4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4
Statistik Deskriptif
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

PEMERIKSAAN

60

15

1656

329.28

323.810

PENERIMAAN PPN
Valid N (listwise)

60 19825538216
60

246639086632

83183625961.17

46586496630.598

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

55

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang digunakan


adalah sebanyak 60 sampel. Selain itu, dalam tabel diatas menunjukkan:
Rata-rata jumlah penerimaan PPN yang diperoleh dari waktu 60 bulan adalah Rp
83.183.625.961,17 dengan standar deviasi 46.586.496.630,598.
Rata-rata jumlah pemeriksaan pajak (SKPKB yang diterbitkan) dari waktu 60
bulan adalah 329,28 per bulan dengan standar deviasi 323,81.

4.4

Uji Kualitas Data

4.4.1

Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk menguji apakah pernyataan-

pernyataan yang telah disusun dalam variabel independen yakni Pelayanan


Fiskus (X1), dan dependen Penerimaan PPN (Y) pada kuisioner penelitian telah
akurat, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian
validitas kuisioner penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS
Versi 20.0.
Uji validitias dalam penelitian ini dilakukan terhadap 90 sampel kuisioner
yang telah didistribusikan kepada responden. Secara keseluruhan terdapat 11
penyataan dalam instrumen kuisioner, yang terbagi dalam pos variabel berikut:
Pelayanan Fiskus (X1) sebanyak 6 pernyataan; dan Penerimaan PPN (Y)
sebanyak 5 pernyataan. Pengujian dlilakukan untuk melihat signifikansi atas
semua pernyataan yang digunakan dalam instrumen kuisioner.
Dalam menghitung tingkat validitas setiap pernyataan pada instrumen
kuisioner digunakan nilai korelasi person (r) hitung yang terdapat pada Corrected
Item-Total Colleration dan nilai r tabel yang diketahui sebesar 0,30. Jika angka
korelasi yang diperoleh lebih besar dari angka kritik (r hitung > r tabel), maka
pertanyaan dalam kuisioner tersebut dikatakan valid.Hasil dari pengujian validitas

56

untuk masing-masing pernyataan pada variabel Pelayanan Fiskus (X1) dan


Penerimaan PPN (Y) dapat dilihat pada tabel serta penjelasan berikut.

Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus (X1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance
Item Deleted if Item Deleted

Corrected ItemTotal Correlation

Squared Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

PEL1

20.6778

6.356

.558

.492

.738

PEL2

20.9889

5.629

.741

.644

.685

PEL3

20.8889

6.302

.605

.411

.726

PEL4

20.9778

6.853

.528

.305

.747

PEL5

21.0333

7.179

.354

.152

.788

PEL6

20.6000

7.321

.385

.190

.778

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Dari tabel di atas, dapat dilihat hasil pengujian validitas yang dilakukan
terhadap 6 penyataan yang digunakan dalam variabel Pelayanan Fiskus (X1).
Nilai r hitung untuk 6 pernyataan instrumen secara masing-masing dapat dilihat
dari kolom Corrected Item-Total Correlation yaitu 0,558; 0,741; 0,605; 0,528;
0,354; dan 0,385. Secara keseluruhan nilai r hitung >dari nilai r tabel (0,30),
sehingga keseluruhan enam pernyataan di atas dapat dikatakan valid. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa pernyataan yang digunakan untuk mengukur
variabel pelayanan fiskus bersifat signifikan, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur variabel tersebut.

57

Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Penerimaan PPN (Y)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance
if Item Deleted

Corrected ItemTotal Correlation

Squared Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

PEN1

16.8222

4.215

.411

.194

.755

PEN2

16.8667

3.712

.621

.563

.685

PEN3

16.9000

3.484

.652

.581

.670

PEN4

16.8889

3.718

.517

.333

.722

PEN5

16.9222

4.005

.451

.270

.744

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Dari tabel tersebut dapat dilihat hasil pengujian validitas yang dilakukan
terhadap 5 penyataan yang digunakan dalam variabel Penerimaan PPN (Y). Nilai
r hitung untuk 5 pernyataan instrumen secara masing-masing dapat dilihat dari
kolom Corrected Item-Total Correlation yaitu 0,411; 0,621; 0,652; 0,517; dan
0,451. Secara keseluruhan nilai r hitung > dari nilai r tabel (0,30), sehingga
keseluruhan 5 pernyataan di atas dapat dikatakan valid. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel
penerimaan PPN bersifat signifikan, sehingga dapat digunakan untuk mengukur
variabel tersebut.
4.4.2

Uji Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah

memiliki validitas. Kegunaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil


pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
koefisien Cronbach Alpha lebih besar 0,6. Instrumen yang reliabel akan
menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Hasil analisis
SPSS untuk uji reliabilitas terhadap instrumen pada dua variabel yang terdapat
pada kuesioner dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

58

Tabel 4.7
Uji Reliabilitas Variabel Pelayanan Fiskus (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's

Cronbach's Alpha

Alpha

Based on

N of Items

Standardized
Items
.779

.775

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Tabel 4.8
Uji Reliabilitas Variabel Penerimaan PPN (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's

Cronbach's Alpha

Alpha

Based on

N of Items

Standardized
Items
.760

.760

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai Cronbachs Alpha untuk


semua pernyataan variabel pelayanan fiskus dan Penerimaan PPN > 0,6 yaitu
masing-masing sebesar 0,779 dan 0,760. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua instrumen dalam variabel pelayanan fiskus dan penerimaan PPN pada
kuesioner tersebut bersifat reliabel.

4.5

Uji Asumsi Klasik

4.5.1

Uji Normalitas
Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.1 dan

4.2 berikut ini.

59

Gambar 4.1
Histogram

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Gambar 4.2
Grafik Normal Probability Plot

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

60

Dengan melihat tampilan histogram maupun grafik Normal Probability


Plot, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang
normal dan berbentuk simetris yang tidak melenceng ke kanan atau pun ke kiri.
Sedangkan pada grafik normal plot, terlihat titik-titik yang menyebar disekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik
ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
4.5.2

Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3
Scatterplot

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola


tertentu pada grafik scatterplot dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik
yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar
kemudian menyempit maka terjadi heteroskedastisitas, dan jika (2) tidak ada

61

pola yang jelas dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Dari grafik scatterplot
pada penelitian ini terlihat bahwa titik- titik menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk menjelaskan pengaruh Pemeriksaan Pajak sebagai
variabel independen terhadap Penerimaan PPN sebagai variabel dependen.
4.5.3

Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini

digunakan uji Durbin Watson (D-W test) dengan membuat hipotesis pengujian
sebagai berikut:

Ho: tidak ada autokorelasi

Ha: ada autokorelasi

Tabel 4.9
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1

R
.746a

R Square

Adjusted R
Square

.557

.549

Std. Error of the


Estimate
31277057595.146

DurbinWatson
1.073

a. Predictors: (Constant), SKPKB


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Tabel 4.9 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,073. Angka ini
terletak di antara -2 dan +2. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

62

4.6

Analisis Regresi Linier Sederhana

4.6.1

Analisis Hasil Regresi Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap


Penerimaan PPN
Analisis regresi linier sederhana dilakukan dengan menggunakan metode

enter. Data diolah dengan menggunakan metode enter pada input alat bantu
program statistik dan dihasilkan output seperti yang diperlihatkan tabel 4.10
berikut ini.
Tabel 4.10
Metode Enter X1
Variables Entered/Removeda
Model
1

Variables
Removed

Variables Entered
PELAYANANb

Method
Enter

a. Dependent Variable: PENERIMAAN


b. All requested variables entered.

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan analisis statistik deskriptif


sebagai berikut.
a. Variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah variabel
independen yaitu pelayanan fiskus.
b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (removed).
c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter.

63

Tabel 4.11
Analisis Korelasi X1
Correlations
PEN.
PENERIMAAN

PEL.

1.000

.441

PEL.

.441

1.000

PEN.

.000

PEL.

.000

PEN.

90

90

PEL.

90

90

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel di atas:


a. Arah hubungan yang positif antara pelayanan fiskus dan penerimaan
PPN (tidak ada tanda negatif pada angka 0,441) menunjukkan semakin
tinggi tingkat pelayanan yang dilakukan oleh fiskus, maka akan semakin
baik tingkat penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar.
b. Besar hubungan antara variabel pelayanan fiskus dengan penerimaan
PPN adalah 0,441 yang berarti terdapat korelasi yang sedang (0,40
sampai 0,599). Skala pengukuran tingkat hubungan dalam penelitian ini
didasarkan pada interpretasi koefisien menurut Sugiyono (2004) dalam
Corry (2010:52).

64

Tabel 4.12
Interpretasi Koefisien Menurut Sugiyono
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 0,199

Sangat Rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2004) dalam Corry (2010:52)

Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error
12.404

1.898

.347

.075

Sig.

Beta
6.536

.000

4.616

.000

1
PEL.

.441

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Hasil pengolahan data seperti yang ditunjukkan tabel Unstandardized


Coefficients menunjukkan model persamaan regresi sebagai berikut.
Y= 12,404 + 0,347 X1 +
Dari persamaan regresi di atas maka nilai konstanta dengan koefisien regresi
pada tabel 4.13 dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Angka 12,404 merupakan nilai konstanta, yang menunjukkan penerimaan
PPN yang diperoleh apabila variabel pelayanan fiskus diabaikan. Jika
variabel ini atau variabel pelayanan fiskus diasumsikan tidak mengalami
perubahan (konstan) maka nilai kepatuhan wajib pajak adalah sebesar
12,404.

65

2. Angka 0,347 menunjukkan bahwa variabel pelayanan fiskus berpengaruh


positif terhadap penerimaan PPN dengan nilai koefisien regresi positif
yaitu sebesar 0,347. Hal ini menunjukkan bahwa nilai penerimaan PPN
akan mengalami peningkatan sebesar 0,347 untuk setiap kenaikan 1
satuan pelayanan fiskus.
3. Standar error menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.
4.6.2

Analisis Hasil Regresi Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap


Penerimaan PPN
Analisis regresi linier sederhana dilakukan dengan menggunakan metode

enter. Data diolah dengan menggunakan metode enter pada input alat bantu
program statistik dan dihasilkan output seperti yang diperlihatkan tabel 4.14
berikut ini.

Tabel 4.14
Metode Enter X2
Variables Entered/Removeda
Model
1

Variables
Removed

Variables Entered
PEMERIKSAANb

Method
Enter

a. Dependent Variable: PENERIMAAN


b. All requested variables entered.

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukkan analisis statistik deskriptif


sebagai berikut.
a. Variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah variabel
independen yaitu pemeriksaan pajak.
b. Tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan (removed).
c. Metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter.

66

Tabel 4.15
Analisis Korelasi X2
Correlations
PEN.
PENERIMAAN

PEM.

1.000

.746

PEM.

.746

1.000

PEN.

.000

PEM.

.000

PEN.

60

60

PEM.

60

60

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel di atas:


a. Arah hubungan yang positif antara pemeriksaan pajak dan penerimaan
PPN (tidak ada tanda negatif pada angka 0,746) menunjukkan semakin
tinggi tingkat pemeriksaan pajak yang dilakukan, maka akan semakin
baik tingkat penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar.
b. Besar hubungan antara variabel pemeriksaan pajak dengan penerimaan
PPN adalah 0,746 yang berarti terdapat korelasi yang kuat (0,60 sampai
0,799).

Tabel 4.16
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Std. Error

47830658843.808

5783604717.044

107363366.252

12575049.200

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta
8.270

.000

8.538

.000

1
PEM.

.746

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Hasil pengolahan data seperti yang ditunjukkan tabel Unstandardized

67

Coefficients menunjukkan model persamaan regresi sebagai berikut.


Y= 47.830.658.843,808+ 107.363.366,252 X2 +
Dimana:

Y = Penerimaan PPN di KPP Madya Makassar


X = Pemeriksaan Pajak
= Standar Error

Persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.


a. Konstanta (a) = 47.830.658.843,808; menunjukkan harga konstan dimana
jika nilai variabel independen sama dengan nol, maka penerimaan PPN di
KPP Madya Makassar (Y) sama dengan 47.830.658.843,808.
b. Koefisien X (b) = 107.363.366,252; menunjukkan bahwa variabel
pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan PPN di
KPP Madya Makassar. Artinya jika pemeriksaan pajak ditingkatkan
maka penerimaan PPN di KPP Madya Makassar akan naik sebesar
107.363.366,252.
c. Standar error menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.

4.7

Pengujian Hipotesis

4.7.1

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berikut ini adalah hasil uji determinasi yang akan ditunjukkan pada dua
tabel di bawah ini.

68

Tabel 4.17
Output Pengujian Koefesien Determinasi (1)
Model Summaryb
Model

R Square

.441a

Adjusted R Square

.195

.186

Std. Error of the


Estimate
2.143

DurbinWatson
1.659

a. Predictors: (Constant), PELAYANAN


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Tabel 4.18
Output Pengujian Koefesien Determinasi (2)
Model Summaryb
Model
1

R
.746a

R Square

Adjusted R Square

.557

.549

Std. Error of the


Estimate
31277057595.146

DurbinWatson
1.073

a. Predictors: (Constant), PEMERIKSAAN


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Tabel 4.17 menunjukkan daya ramal model sebesar 19,5% yang


diperoleh dari nilai R Square 0,195. Sedangkan tingkat pengaruh variabel
independen yaitu pelayanan fiskus terhadap penerimaan PPN pada KPP Madya
Makassar ialah sebesar sebesar 18,6% dan sisanya 81,4% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar variabel independen dalam penelitian ini. Angka tersebut dapat
dilihat dari tabel 4.17 dimana Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar
0,186 atau 18,6%.
Sedangkan pada tabel 4.18, daya ramal model ditunjukkan sebesar
55,7% yang diperoleh dari nilai R Square 0,557. Tingkat pengaruh pemeriksaan
pajak terhadap penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar ialah sebesar
54,9% dan sisanya 45,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel
independen dalam penelitian ini. Angka tersebut dapat dilihat dari tabel 4.18

69

dimana Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,549 atau 54,9%.
4.7.2

Pengujian Parsial ( Uji t )


Pengujian ini dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah setiap

variabel bebas yaitu pengendalian internal dan kompensasi mempunyai


pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu kecenderungan
kecurangan (Fraud) secara parsial. Dalam uji ini, nilai h dibandingkan
dengan dengan ketentuan sebagai berikut.

Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima.

Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak.

Dimana :
Y = a+bX
Keterangan:
Y

= Penerimaan PPN;

= Konstanta;

= Koefisien regresi

= Pelayanan Fiskus / Pemeriksaan Pajak

4.7.2.1 Pengujian Parsial Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Penerimaan


PPN
Merujuk pada tingkat signifikansi menggunakan = 5% dan derajat
kebebasan (df) = n - 2 = 90 - 2 = 88. Dengan merujuk pada tabel T, maka
diperoleh hasil dari t tabel yaitu sebesar 1,987.

Tabel 4.19

70

Hasil Uji t (1)


Coefficientsa
Model

Standardized
Coefficients

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Std. Error
12.404

1.898

.347

.075

Sig.

Beta
6.536

.000

4.616

.000

1
PEL.

.441

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel pelayanan


fiskus memiliki nilai t hitung sebesar 4,616 yang lebih besar dari t tabel yaitu
1,987 dan taraf signikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pelayanan fiskus
terhadap penerimaan PPN.
4.7.2.2 Pengujian

Parsial

Pengaruh

Pemeriksaan

Pajak

Terhadap

Penerimaan PPN
Merujuk pada tingkat signifikansi menggunakan = 5% dan derajat
kebebasan (df) = n - 2 = 60 - 2 = 58. Dengan merujuk pada tabel T, maka
diperoleh hasil dari t tabel yaitu sebesar 2,002.

Tabel 4.20
Hasil Uji t (2)
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Std. Error

47830658843.808

5783604717.044

107363366.252

12575049.200

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta
8.270

.000

8.538

.000

1
PEM.

.746

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

Sumber: Data diolah dengan SPSS (2016)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel pemeriksaan

71

pajak memiliki nilai t hitung sebesar 8,538 yang lebih besar dari t tabel yaitu
2,002 dan taraf signikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pemeriksaan pajak
terhadap penerimaan PPN.

4.8

Pembahasan

4.8.1

Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Penerimaan PPN


Berdasarkan hasil statistik deskriptif variabel pelayanan fiskus pada tabel

4.2,

nilai standar deviasi dari variabel X dan Y adalah 3,018 dan 2,375

menunjukkan angka yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai rata-rata
(mean) pada variabel-variabel tersebut sebesar 25,03 dan 21,10. Hal ini
menunjukkan hasil yang baik karena standar deviasi yang merupakan
penyimpangan dari data tersebut lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Adapun hasil
analisis regresi pada tabel 4.13 menunjukkan taraf signifikansi yaitu 0,000, yang
lebih kecil dari 0,05. Sementara, hasil uji t pada tabel 4.19 menunjukkan t hitung
> t tabel dengan nilai t hitung sebesar 4,616 dan t tabel sebesar 1,987 yang
berarti bahwa pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerimaan PPN.
Dengan demikian hipotesis pertama (H 1) Pelayanan fiskus berpengaruh
secara parsial terhadap Penerimaan PPN dapat diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pelayanan yang dilakukan oleh fiskus, maka akan
semakin baik tingkat penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar. Ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Ibtida (2010) yang juga melihat pengaruh
pelayanan fiskus terhadap penerimaan pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin efektif pelayanan fiskus maka semakin meningkatnya potensi
penerimaan pajak.

72

4.8.2

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPN


Berdasarkan hasil statistik deskriptif variabel pelayanan fiskus pada tabel

4.4,

Rata-rata jumlah penerimaan PPN yang diperoleh dari waktu 60 bulan

adalah Rp 83.183.625.961,17 dengan standar deviasi 46.586.496.630,598.


Selain itu, rata-rata jumlah pemeriksaan pajak (SKPKB yang diterbitkan) dari
waktu 60 bulan adalah 329,28 per bulan dengan standar deviasi 323,81.
Adapun hasil analisis regresi pada tabel 4.16 menunjukkan taraf signifikansi
yaitu 0,000, yang lebih kecil dari 0,05. Sementara itu, hasil uji t pada tabel 4.20
menunjukkan t hitung > t tabel dengan nilai t hitung sebesar 8,538 dan t tabel
sebesar 2,002 yang berarti bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penerimaan PPN.
Dengan demikian hipotesis kedua (H 2) Pemeriksaan pajak berpengaruh
secara parsial terhadap Penerimaan PPN dapat diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pemeriksaan pajak yang dilakukan, maka akan
semakin baik tingkat penerimaan PPN pada KPP Madya Makassar. Ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2014) dan Wulandari (2014) yang
juga melihat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPN. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa semakin baik dan berkualitasnya
pemeriksaan pajak maka semakin meningkatnya potensi penerimaan PPN.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pengujian hipotesis yang telah

diajukan dapat disimpulkan sebagai berikut.


1. Pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan
PPN. Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan Ibtida (2010), sehingga penelitian ini didukung. Hal ini
membuktikan bahwa semakin efektif pelayanan fiskus maka semakin
meningkatnya potensi penerimaan PPN.
2. Pemeriksaan

pajak

berpengaruh

positif

dan

signifikan

terhadap

penerimaan PPN. Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitianpenelitian sebelumnya yang dilakukan Dewi (2014) dan Wulandari (2014),
sehingga penelitian ini didukung. Hal ini membuktikan bahwa semakin
tinggi tingkat pemeriksaan pajak yang dilakukan, maka akan semakin
baik tingkat penerimaan PPN

5.2

Saran
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan sebagai berikut.


1. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya memperluas dan menambah
variabel-variabel lain diluar variabel ini sehingga dapat memperoleh hasil
yang variatif dan memperluas cakupan dalam menjelaskan atau
menggambarkan

hal-hal

yang

penerimaan PPN.

73

dapat

mempengaruhi

peningkatan

74

2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam informasi dan referensi


bagi fiskus dan aparat pajak dalam setiap kebijakan untuk meningkatkan
potensi penerimaan pajak terkhusus PPN dalam kaitannya dengan
pelayanan fiskus dan pemeriksaan pajak
3. Bagi KPP Madya Makassar dalam menghimpun penerimaan pajak
terkhusus PPN dapat selalu mengevaluasi kualitas pelayanan fiskus dan
pemeriksaan pajak sehingga dapat memaksimalkan upaya peningkatan
kepatuhan wajib pajak dalam rangka mendapatkan hasil penerimaan
PPN yang maksimal.

5.3 Keterbatasan Penelitian


Meskipun penelitian ini telah dirancang dan direncanakan semaksimal
mungkin namun masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang
masih perlu direvisi penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut.
1. Dimana dari model penelitian yang digunakan, diketahui bahwa variabel
penelitian

yang digunakan yakni pelayanan fiskus hanya dapat

menjelaskan sebesar sebesar 18,6% sedangkan 81,4% dijelaskan oleh


faktor lain yang tidak diteliti, sehingga variabel penelitian yang digunakan
terbatas dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap penerimaan PPN.
2. Variabel pemeriksaan pajak hanya diukur secara kuantitas yaitu jumlah
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus setiap bulan, sedangkan
secara kualitatif tidak diukur dalam penelitian ini.
3. Masing- masing variabel independen dalam penelitian ini mempunyai
metode analisis dan pengujian yang berbeda terhadap variabel
dependennya dikarenakan jenis data yang diperoleh berbeda sehingga
pengujian secara simultan tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini.

75

DAFTAR PUSTAKA

Alfiah, Irma. 2014. Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus,
Lingkungan Pajak, Pengetahuan Akan Peraturan Perpajakan, Persepsi
Atas Efektifitas Sistem Perpajakan, Kemauan Membayar Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di DPPKAD Grobogan-Purwodadi.
Skripsi. Kudus: Universitas Muria Kudus.
Antarasulsel.com. 2015. Penerimaan Pajak Kanwil DJP Sultanbatara 2014 Rp8,9
Triliun. (Online), (http://www.antarasulsel.com/berita/62501/penerimaanpajak-kanwil-djp-sultanbatara-2014-rp89-triliun, diakses 15 Maret 2015).
CNN Indonesia. 2014. Penerimaan Pajak 2014 Meleset Rp 90 Triliun. (Online),
(http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150105184140-7822529/penerimaan-pajak-2014-meleset-rp-90-triliun/, diakses 14 Maret
2015).
Corry,

Renold. 2010. Analisa Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap


Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Kota. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Dewi, T. C. 2014. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak dan


Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Skripsi. Bandung:
Universitas Widyatama.
Diana, A. dan Setiawati, L. 2010. Perpajakan Indonesia, Edisi 3. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Penerimaan Pajak Dalam
Negeri
2009-2012.
(Online),
(http://www.pajak.go.id/sites/default/files/PenerimaanPajakDalamNegeri2
009-2012_0.xlsx, diakses 14 Maret 2015).
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Tabel Penerimaan Pajak
2013.
(Online),
(http://www.pajak.go.id/sites/default/files/Penerimaan%20Desember%20d
an%20Pertumbuhannya.pdf, diakses 14 Maret 2015).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Edisi Pertama.
Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Fatimah, Euis. 2011. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Perpajakan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Fikriningrum, W.K. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak (Studi
Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Candisari).

76

(Online), (http://core.ac.uk/download/pdf/11734642.pdf, diakses 20 Maret


2015).
Gunadi., Hutagaol, John., Burton, Richard., Pandiangan, Liberty., Ilyas,
Wirawan., dan Satiotomo, Yayok. 1997. Perpajakan, Buku 1. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Herryanto, M. dan Toly A. A. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan
Sosialisasi Perpajakan, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Di KPP Pratama Surabaya Sawahan. (Online),
(http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/akuntansipajak/article/view/450, diakses 8 Februari 2015).
Hutagaol, John. 2007. Perpajakan Isu-Isu Kontemporer, Jakarta: Graha Ilmu.
Ibtida, Reisya. 2010. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pelayanan Fiskus
Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak
Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Wajib Pajak Di Jakarta
Selatan). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Intan. 2009. Pengaruh With Holding System Terhadap Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai Pada Pengusaha Kena Pajak (Studi Kasus Kpp
Pratama
Medan
Barat).
(Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23048/7/Cover.pdf,
8
Februari 2015).
Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Perdirjen Nomor 170/Pj/2007 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Konseling Terhadap Wajib Pajak Sebagai Tindak
Lanjut
Surat
Himbauan.
(Online),
(http://kanwiljogja.pajak.go.id/ppajak.php?id=13216, diakses 1 April
2015).
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Tabel Penerimaan Pajak 2014.
(Online), (http://www.kemenkeu.go.id/Data/realisasi-apbn-ta-2014-25-juli2014-i-account, diakses 14 Maret 2015).
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011.Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ortax.org. 2011. Surat Edaran Dirjen Pajak No. Se- 98/Pj./2011 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan
Perpajakan Unit Vertikal Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.
(Online),
(http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14907, diakses
1 April 2015).
Pajak.go.id. 2012. Dirjen Pajak: Penerimaan Pajak 2011 Capai 99,3 Persen.
(Online), (http://www.pajak.go.id/content/dirjen-pajak-penerimaan-pajak2011-capai-993-persen, diakses 15 Maret 2015).

77

Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan


Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Poesoro, A. A. L. 2014. Proyeksi Penerimaan Pajak Indonesia 2015-2019.
(Online),
(http://dannydarussalam.com/wpcontent/uploads/2014/12/26InsideHEADLINE_secured.pdf, diakses 14 Maret 2015).
Santi, A. N. 2012. Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional,
Lingkungan, Sanksi Denda, dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. (Online), (http://eprints.undip.ac.id/35025/1/Skripsi_01.pdf, diakses
20 Maret 2015).
Soemitro, R. dan Sugiharti, D. K. 2010. Asas dan Dasar Perpajakan 1. Edisi
Revisi. Bandung: Penerbit Refika Aditama
Tarjo dan Kusumawati. 2005. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System. Simposium Riset
Ekonomi II.
Tiara, Brilyan. 2015. Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
PPN Pada KPP Madya Makassar. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Waluyo dan Ilyas, W.B. 2003. Perpajakan Indonesia: Pembahasan Sesuai
Dengan Ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan dan Aturan
Pelaksanaan Perpajakan Terbaru. Buku 1, Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Wulandari, Sri. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Dalam Rangka
Meningkatkan Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Pada KPP Pratama
Manado.
(Online),
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4871, diakses 8
Februari 2015).

78

LAMPIRAN
Lampiran 1: Biodata
BIODATA
IDENTITAS DIRI
Nama

: Azwin Hariyanto Cinta

Tempat, Tanggal Lahir

: Pare-pare, 8 Agustus 1992

Jenis Kelamin

: Laki Laki

Alamat Rumah

: Komp. BTP Blok B No. 518

Nomor Handphone

: 081 333 977 784

Alamat e-mail

: Azwni88@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
1998 2002

SD Inpres Tamalanrea IV Makassar Sulawesi Selatan

2002 2003

SD Negeri Sudirman I Makassar Sulawesi Selatan

2003 2004

SD Yapis Al-Jihad Sorong - Papua

2004 2005

SMP Negeri 1 Sorong - Papua

2005 2007

SMP Negeri 5 Makassar Sulawesi Selatan

2007 2010

SMA Negeri 1 Makassar Sulawesi Selatan

2010 2016

Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan

Pengalaman Organisasi
a. Ketua Divisi Bahari Periode 2009 2010 KPA Kalpataru Smansa
b. Anggota Bidang PTKP Periode 2012 2013 Himpunan Mahasiswa Islam
(HmI) Komisariat Ekonomi Unhas
c. Dewan Pendiri KPA Handaki Makassar
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, Maret 2016
Hormat saya,

_________________
____

Azwin Hariyanto Cinta

79

Lampiran 2: Kuesioner

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lampiran

: Kuesioner Penelitian

Perihal

: Permohonan Bantuan Pengisian Kuesioner Penelitian

Kepada Yth
Bapak/Ibu Pengusaha Kena Pajak
Di
Makassar
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan maksud untuk menyusun skripsi yang berjudul
Analisis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pemeriksaan Pajak Terhadap
Penerimaan PPN Pada KPP Madya Makassar, maka diperlukan data
penelitian sesuai dengan judul tersebut.
Identitas peneliti:
Nama/NIM

: Azwin Hariyanto Cinta/A311 10 275

Program Studi/Fakultas

: Akuntansi/Ekonomi

Peneliti menyadari sepenuhnya, kuesioner ini sedikit meminta waktu


aktivitas Bapak/Ibu yang sangat padat. Namun demikian dengan segala
kerendahan hati peneliti memohon kiranya Bapak/Ibu berkenan meluangkan
waktu untuk mengisi kuesioner ini. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu sepenuhnya
dijamin dan jawaban tersebut semata-mata hanya diperlukan untuk kepentingan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Atas perhatian serta kerjasama Bapak/Ibu, Peneliti ucapkan Terima
Kasih.
Hormat saya,

(Azwin Hariyanto Cinta)

80

KUESIONER
KUESIONER INI BERSIFAT RAHASIA.
SEMUA DATA SEMATA-MATA UNTUK KEPENTINGAN PENELITIAN
A. Identitas Responden
Nama Pengusaha Kena Pajak :.....................................................(boleh diisi/tidak)
Umur
: .....................................................
Jenis Kelamin
: a. Laki-laki
b. Perempuan
Pendidikan Terakhir
: a. S3
b. S2

c. S1
d. D3
e. Lainnya
Bidang Usaha
: a. Perdagangan
b. industri
c. Jasa
d. Lainnya
*silahkan beri tanda silang (X) jika perlu untuk pilihan jawaban Bapak/Ibu.

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner


Pertanyaan berikut ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan
fiskus terhadap penerimaan PPN. Mohon Bapak/Ibu memberikan tanda checklist
() pada salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
Keterangan:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-ragu (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)

Variabel Pelayanan Fiskus


No

Indikator Pertanyaan

Petugas pajak bersikap ramah


dan sopan dalam melayani
Bapak/Ibu selaku Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

Petugas pajak cepat tanggap atas


keluhan dan kesulitan yang
Bapak/Ibu alami.

Petugas pajak memberikan


informasi dan penjelasan dengan
jelas dan mudah dimengerti oleh

STS

TS

SS

81

Bapak/Ibu serta memberikan


solusi yang tepat.
Dalam penyelenggaraan pajak,
sejauh ini petugas pajak
berkapasitas untuk mengarahkan
tanpa mempengaruhi Bapak/Ibu.
Fasilitas Call Center atau Kring
Pajak adalah salah satu sarana
bertanya Bapak/Ibu selain datang
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Kualitas pelayanan yang
memuaskan akan membuat
Bapak/Ibu merasa tertolong dan
menguntungkan dalam hal waktu
dan pelayanan.

Variabel Penerimaan PPN


No

Indikator Pertanyaan

Bapak/Ibu selalu mengisi formulir


pajak dengan lengkap dan jelas.

Bapak/Ibu selalu menghitung


pajak dengan jumlah yang benar.

3
4

Bapak/Ibu selalu
memperhitungkan pajak dengan
jumlah yang benar.
Bapak/Ibu selalu membayar pajak
terutang tepat pada waktunya.
Bapak/Ibu selalu melaporkan SPT
masa PPN ke kantor pajak tiap
bulan selambat- lambatnya pada
hari terakhir (tanggal 30 atau 31)
bulan berikutnya.

STS

TS

SS

82

Lampiran 3: Tabulasi Kuesioner


TABULASI KUESIONER

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

1
1
4
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
5
5
5

X1 (Pelayanan Fiskus)
2
3
4
5
2
4
4
4
3
4
4
5
3
3
5
3
5
5
5
3
4
5
4
3
3
4
4
4
5
5
4
3
4
3
5
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
3
5
4
3
5
5
4
5
4
3
3
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
5
5
4
5
5
4
5
5

6
4
5
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5

Total
19
25
21
28
25
24
27
25
27
26
28
24
24
29
22
26
26
24
25
22
28
29

1
5
3
5
5
5
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
3
5
5

Y (Penerimaan PPN)
2
3
4
5
3
3
5
5
4
5
5
5
5
5
3
5
5
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
3
4
3
5
4
5
4
5
5
5
4
3
3
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5

5
3
4
3
3
4
3
3
4
3
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5

Total
19
21
23
21
22
19
20
20
18
21
23
24
18
22
21
20
19
20
20
20
22
25

83

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

4
5
4
4
5
3
4
5
4
4
5
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
3
2
5
4
4
2

4
4
4
4
5
3
4
5
4
3
5
5
4
4
5
4
3
3
4
5
4
4
3
4
5
4
2

5
4
4
5
5
4
4
5
4
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
4
4
5
4
3

4
4
4
5
5
3
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
3
3
4
5
4
3
3
3
5
4
3

4
5
4
5
5
4
4
5
4
3
4
5
4
4
4
4
3
4
4
5
4
5
4
3
5
2
3

5
4
5
5
5
4
4
3
5
3
5
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
4
3
3
4
5
4

26
26
25
28
30
21
24
27
25
20
29
30
25
25
27
24
22
23
25
30
24
22
19
22
28
23
17

4
4
5
5
5
3
4
3
4
5
5
5
4
5
4
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
3
5

4
4
5
5
5
3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
5
5
3
4
4
5

4
5
5
4
5
3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
5
3
4
3
5

4
5
5
5
5
3
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5
5
5
4
3
5
3
4

4
5
5
5
5
3
4
5
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4

20
23
25
24
25
15
20
21
21
25
25
25
20
22
22
20
19
18
21
25
21
23
22
17
22
17
23

84

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

4
4
5
5
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4

4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
3

4
5
5
4
4
3
5
5
3
4
5
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
3

5
4
5
4
4
3
4
5
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
3

4
4
5
4
3
3
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
5
5
4
3
4
3
4
5
3
4

4
5
5
4
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
4
5
5
4
5
4
5
5

25
26
30
25
24
21
26
29
24
26
25
23
24
25
28
29
26
29
27
27
26
29
22
27
27
25
22

4
5
5
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5

4
4
5
4
3
4
4
4
3
4
5
3
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4

4
4
5
4
4
4
4
3
3
3
5
3
3
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
3
4
4
4

4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
3
4
4
5
5
5
5
5
5
5
3
4
4
3
3

4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
2
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
4
4
3
3

20
21
25
20
19
21
21
20
17
19
24
18
15
19
22
23
24
25
25
23
23
25
19
19
20
18
19

85

77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

4
5
4
3
3
4
5
4
5
5
5
4
5
5

2
5
4
2
3
3
4
4
5
3
4
3
5
4

3
5
4
3
2
2
5
4
5
3
4
3
5
4

3
5
4
5
3
4
4
4
5
5
4
3
5
3

3
4
4
4
3
3
4
4
5
5
4
4
3
4

3
4
4
5
3
5
4
5
5
5
4
3
5
5

18
28
24
22
17
21
26
25
30
26
25
20
28
25

4
5
4
5
3
4
4
5
4
5
4
5
5
5

4
5
4
4
3
4
4
4
4
5
4
3
4
4

4
5
4
4
4
4
5
5
5
5
4
3
4
4

4
4
4
5
4
4
5
4
4
3
4
4
5
4

4
5
4
3
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4

20
24
20
21
18
21
22
22
21
23
20
20
23
21

86

Lampiran 4: Data Penerimaan PPN


RENCANA DAN REALISASI PENERIMAAN PPN PER BULAN KPP MADYA MAKASSAR TAHUN 2010-2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total

2010
Rencana

Realisasi
39,879,878,274
22,423,543,832
19,825,538,216
31,927,323,475
31,907,197,648
43,726,720,315
43,349,333,435
43,759,966,097
40,632,195,961
57,461,289,383
58,034,273,023
164,567,066,326
597,494,325,985

2013
Rencana
Realisasi
81,299,830,052
85,378,047,357
59,127,149,128
67,881,429,300
133,036,085,539
84,416,056,200
133,036,085,539
66,281,311,602
129,340,638,718
114,076,947,533
129,340,638,718
89,727,451,734
125,645,191,898
167,239,259,645
125,645,191,898
82,747,903,397
125,645,191,898
88,439,964,127
133,036,085,539
129,671,170,783
144,122,426,001
139,958,709,095
156,903,933,273
246,639,086,632
1,476,178,448,201 1,362,457,337,405

2011
Rencana
Realisasi
52,344,514,368
46,958,056,286
39,538,734,855
34,301,311,671
60,569,391,355
50,080,291,598
68,864,308,988
40,515,394,082
64,959,436,994
42,804,323,850
72,274,447,950
53,604,572,051
70,113,194,713
59,709,109,488
72,690,073,573
59,191,577,729
74,165,544,533
53,976,126,836
56,128,136,632
54,694,152,536
58,125,987,426
77,285,455,937
90,670,473,670
174,252,021,381
780,444,245,057
747,372,393,445
2014
Rencana
Realisasi
105,868,602,630
86,590,019,229
105,868,602,630
70,720,205,202
105,868,602,630
92,175,843,831
105,868,602,630
65,571,682,270
105,868,602,630
75,236,096,203
105,868,602,630
112,604,237,148
115,951,326,690
87,070,396,192
115,951,326,690
85,103,065,598
115,951,326,690
133,829,947,684
176,447,671,050
124,520,543,793
176,447,671,050
120,234,018,654
176,447,671,050
187,398,536,613
1,512,408,609,000 1,241,054,592,417

2012
Rencana
Realisasi
96,811,761,765
73,661,790,795
89,693,249,871
55,648,974,670
118,167,297,449
64,106,205,287
121,014,702,207
47,261,098,423
105,013,981,943
45,769,738,522
107,575,298,576
55,987,063,379
108,855,956,892
85,607,494,330
108,855,956,892
84,483,711,765
108,855,956,892
107,965,811,767
115,259,248,474
100,840,324,349
115,259,248,474
127,260,261,290
128,065,831,638
194,046,433,841
1,323,428,491,074
1,042,638,908,418

87

Lampiran 5: Data SKPKB PPN

SKPKB PPN DALAM NEGERI PER BULAN


KPP MADYA MAKASSAR TAHUN 2010-2014
Bulan

Jumlah SKPKB terbit


2010

2011

2012

2013

2014

32

65

46

27

80

70

74

152

52

56

33

15

183

36

198

132

216

336

240

468

105

95

325

265

325

42

78

420

216

480

175

308

294

126

259

200

144

448

176

408

288

432

279

234

666

10

140

640

390

320

860

11

330

363

649

440

814

12

492

1164

1020

1200

1656

Jumlah

2039

3594

4542

3332

6270

88

Lampiran 6: Hasil Statistik Deskriptif Data Primer dan Sekunder


Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

VAR00001

90

17

30

25.03

3.018

VAR00002

90

15

25

21.10

2.375

Valid N (listwise)

90

Descriptive Statistics
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

PEMERIKSAAN

60

15

1656

329.28

323.810

PENERIMAAN PPN

60

19825538216

246639086632

83183625961.17

46586496630.598

Valid N (listwise)

60

89

Lampiran 7: Hasil Analisis Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Variabel Pelayanan Fiskus
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance
Item Deleted if Item Deleted

Corrected ItemTotal Correlation

Squared Multiple
Correlation

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

PEL1

20.6778

6.356

.558

.492

.738

PEL2

20.9889

5.629

.741

.644

.685

PEL3

20.8889

6.302

.605

.411

.726

PEL4

20.9778

6.853

.528

.305

.747

PEL5

21.0333

7.179

.354

.152

.788

PEL6

20.6000

7.321

.385

.190

.778

Reliability Statistics
Cronbach's

Cronbach's

N of Items

Alpha

Alpha Based on
Standardized
Items
.779

.775

Variabel Penerimaan PPN


Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

Scale Mean if
Item Deleted

Scale Variance
if Item Deleted

Corrected ItemTotal Correlation

Squared Multiple
Correlation

PEN1

16.8222

4.215

.411

.194

.755

PEN2

16.8667

3.712

.621

.563

.685

PEN3

16.9000

3.484

.652

.581

.670

PEN4

16.8889

3.718

.517

.333

.722

PEN5

16.9222

4.005

.451

.270

.744

Reliability Statistics
Cronbach's

Cronbach's

Alpha

Alpha Based on

N of Items

Standardized
Items
.760

.760

90

Lampiran 8: Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas

91

Uji Heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Model
1

R
.746a

R Square
.557

a. Predictors: (Constant), SKPKB


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Adjusted R
Square
.549

Std. Error of the


Estimate
31277057595.146

DurbinWatson
1.073

92

Lampiran 9: Hasil Analisis Uji Hipotesis


Variabel Pelayanan Fiskus (Data Primer)
Variables Entered/Removeda
Model

PELAYANANb

Variables
Removed

Variables Entered

Method

Enter

a. Dependent Variable: PENERIMAAN


b. All requested variables entered.

Correlations
PEN.
PENERIMAAN

PEL.

1.000

.441

PEL.

.441

1.000

PEN.

.000

PEL.

.000

PEN.

90

90

PEL.

90

90

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

Variabel Pemeriksaan Pajak (Data Sekunder)


Variables Entered/Removeda
Model
1

Variables
Removed

Variables Entered
PEMERIKSAANb

Method

Enter

a. Dependent Variable: PENERIMAAN


b. All requested variables entered.

Correlations
PEN.
PENERIMAAN

PEM.

1.000

.746

PEM.

.746

1.000

PEN.

.000

PEM.

.000

PEN.

60

60

PEM.

60

60

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

93

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Variabel Pelayanan Fiskus (Data Primer)
Model Summaryb
Model

R
.441a

R Square

Adjusted R Square

.195

.186

Std. Error of the


Estimate

DurbinWatson

2.143

1.659

a. Predictors: (Constant), PELAYANAN


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Variabel Pemeriksaan Pajak (Data Sekunder)


Model Summaryb
Model

R
.746a

R Square

Adjusted R Square

.557

.549

Std. Error of the


Estimate

DurbinWatson

31277057595.146

1.073

a. Predictors: (Constant), PEMERIKSAAN


b. Dependent Variable: PENERIMAAN

Pengujian Parsial ( Uji t )


Variabel Pelayanan Fiskus (Data Primer)
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Standardized
Coefficients

Std. Error
12.404

1.898

.347

.075

Sig.

Beta
6.536

.000

4.616

.000

1
PEL.

.441

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

Variabel Pemeriksaan Pajak (Data Sekunder)


Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients
B
(Constant)

Std. Error

47830658843.808

5783604717.044

107363366.252

12575049.200

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta
8.270

.000

8.538

.000

1
PEM.

a. Dependent Variable: PENERIMAAN

.746

Anda mungkin juga menyukai