Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK

Perekonomian Indonesia
Peran sektor pertanian dalam perekonomian indonesia

Disusun oleh :

Fransiska Luwina Amelia


Refika Apriliani
Renita
Ulfa Mutmainna Hasa

FAKULTAS EKONOMI STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
BEKASI INDONESIA

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................
BAB 2 ISI....................................................................................................................
A
Pertanian Indonesia......................................................................................
B
Manfaat Sektor Pertanian................................................................................
C
Kendala Sektor Pertanian yang Sedang Terjadi di Indonesia..........................
D
Kebijakan Pemerintah.....................................................................................
BAB 3 PENUTUP..
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmatnya
hingga kami bisa menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini terdapat kesulitan-kesulitan yang kami alami
dalam pencarian referensinya. Alhamdulillah, dengan adanya bantuan dari teman-teman
yang lainnya semua bisa teratasi dengan baik.
Harapan kami dengan adanya makalah ini, dapat membantu teman-teman untuk
lebih memahami Materi Perekonomian Indonesia dan perumusannya pada pelajaran
Perekonomian Indonesia dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang kami susun ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
tunggu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Dengan demikian kami harapkan makalah ini berguna bagi yang telah
membacanya. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Penulis

KELOMPOK 4

BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang
tersebar luas di seluruh kawasan di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan
yang terkenal dengan sebutan negara agraris yang berarti sebagian besar masyarakat
Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Selain dari pada itu, Indonesia juga terkenal
dengan tanahnya yang subur sehingga di mana saja menanam tanaman bisa tumbuh dengan
subur.
Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian
merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian
juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu
perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar
dalam negeri maupun di luar negeri.
Pembangunan pertanian yang sudah cukup berhasil dicapai oleh Indonesia pada tahun
1970-an sampai tahun 1980-an yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan PDB
(Produk Domestik Bruto) sektor pertanian sebesar 3,2% per tahunnya. Kemudian pada 1984
swasembada beras dapat tercapai dan berhasil memicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
Sayangnya, swasembada beras tersebut hanya dapat dipertahankan hingga tahun 1993.
Tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah yang tertinggi dari negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keunggulan
yaitu beras sebagai subtitusi impor.
Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997
menunjukkan bahwa sektor pertanian dapat bertahan dari sektor yang dibangga-banggakan
pada tahun tersebut yaitu sektor industri. Bahkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan
sebesar 0,22%. Padahal perekonomian Indonesia pada saat itu mengalami penurunan
pertumbuhan sekitar 13,68%.

Agar sektor pertanian dapat terus memberikan peran pada perekonomian Indonesia,
diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan di sektor ini. Salah satunya adalah
dengan melakukan investasi. Dengan adanya investasi di sektor ini diharapkan akan memicu
kenaikan output dan input demand yang akan berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan,
kesempatan kerja, serta mendorong tumbuhnya perekonomian Indonesia.
Dengan adanya usaha pembangunan pertanian, muncul pula masalah-masalah yang
akan memperlambat laju perkembangan pertanian di Indonesia. Masalah tersebut muncul
mulai dari kerusakan alam yang diakibatkan oleh pelaku produksi dan konsumen pertanian
hingga minimnya pendidikan petani. Hal tersebut disebabkan oleh pola hidup yang berubah
dari petani itu sendiri, misalnya minimnya pengetahuan akan pemanfaatan dan
pengembangan pertanian modern, politik pertanian serta mulai hilangnya nilai budaya dan
semangat yang dimiliki oleh petani.
Peran pertanian dalam pembangunan dapat dikelompokan menjadi 3 kegiatan
pokok,antara lain :
1. Menyumbang produk domestic bruto nasional
2. Memberikan kesempatan kerja
3. Sebagai sumber penerimaan devisa hasil ekspor komoditi
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat luas sehingga
mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah pada sektor pertanian. Pertanian dapat
dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan
output dibidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai
sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti industri
manufaktur dan perdagangan.
Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik
bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya.
Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Kontribusi terhadap kesempatan kerja
Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masi
berkembang Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai
pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Kontribusi devisa
Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu
lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut
terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup
bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai
macam sayur dan buah. Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan
perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap
pasar dan industri domestic bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor
atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk
impor. Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar
dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi
suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada dua
hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing
produknya. Namun bagi banyak Negara agraris, termasuk Indonesia melaksanakan dua
pekerjaan ini tidak mudah terutama karena keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
Kontribusi terhadap produktivitas
Banyak orang memperkirakan bahwa dengan laju pertumbuhan penduduk di dunia yang
tetap tinggi setiap tahun, sementara lahan-lahan yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan
pertanian semakin sempit, maka pada suatu saat dunia akan mengalami krisis pangan
(kekurangan stok), seperti juga diprediksi oleh teori Malthus. Namun keterbatasan stok
pangan bisa diakibatkan oleh dua hal: karena volume produksi yang rendah ( yang
disebabkan oleh faktor cuaca atau lainnya), sementara permintaan besar karena jumlah
penduduk dunia bertambah terus atau akibat distribusi yang tidak merata ke sluruh dunia.
Mungkin sudah merupakan evolusi alamiah seiring dnegan proses industrialisasi dimana
pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relatif menurun, sedangkan dari industri
manufaktur dan sektor-sektor skunder lainnya, dan sektor tersier meningkat. Perubahan
struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Penurunan kontribusi output dari
pertanian terhadap pembentukan PDB bukan berarti bahwa volume produksi berkurang
(pertumbuhan negatif). Tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju
pertumbuhan output disektor-sektor lain.
Bukan hanya dialami oleh Indinesia tetapi secara umum ketergantungan negara agraris
terhadap impor pangan semakin besar, jika dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun yang lalu,

misalnya dalam hal beras. Setiap tahun Indonesia harus mengimpor beras lebih dari 2 juta
ton. Argumen yang sering digunakan pemerintah untuk membenarkan kebijakan M-nya
adalah bahwa M beras merupakan suatu kewajiban pemerintah yang tak bisa dihindari,
karena ini bukan semata-mata hanya menyangkut pemberian makanan bagi penduduk, tapi
juga menyangkut stabilitas nasional (ekonomi, politik, dan sosial).
Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk swasembada dalam
penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor eksternal maupun internal. Satusatunya faktor eksternal yang tidak bisa dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun
dengan kemajuan teknologi saat ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi
pertanian bisa diminimalisir. Dalam penelitian empiris, factor iklim biasanya dilihat dalam
bentuk banyaknya curah hujan (millimeter). Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola
panen, dan proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa
dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit, berbagai
macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan kualitas infrastruktur,
termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM), K, dan T. kombinasi dari faktorfaktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang optimal akan menentukan tingkat produktivitas
lahan (jumlah produksi per hektar) maupun manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini
Indonesia, terutama pada sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk
menigkatkan produktivitas pertanian
Sejak menurunya peranan minyak bumi dan gas, perhatian dan harapan banyak diarahkan
kepada agribisnis untuk melanjutkan kegiatan pembangunan nasional. Harapan yang
diberikan kepada agribisnin ditentukan oleh kondisi yang ada itu sendiri (intern) dan kondisi
luar (ekstern). Salah satu factor intern yang mempengaruhi perkembangan pertanian di
Indonesia adalah kurangnya tenaga kerja yang mempunyai tingkat keahlian yang selanjutnya
akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas komoditas yang dihasilkan. Artinya, tingkat
upah buruh di sektor pertanian terlalu kecil untuk sekadar bertahan hidup, sehingga suatu
norma tertentu terkadang dijadikan basis pengambilan keputusan alokasi produksi. Proses
industria1isasi yang dicirikan oleh karakter dualistik tersebut umumnyamenghadapi kondisi
asimetri produksi dan asimetri organisasi. Asimetri produksi maksudnya adalah bahwa
penggunaan faktor produksi modal tidak digunakan sepenuhnya dalam sektor pertanian dan
lahan tidak digunakan sepenuhnya dalam sektor industri. Sedang asimetri organisasi

maksudnya tingkat penerimaan upah di kedua sektor tersebut tidak akan mencapai
keseimbangan karena perbedaan produktivitas marjinal tenaga kerja.
Prinsip yang diperjuangkan para ekonom pertanian ini cukup sederhana, namun
menyentuh sendi-sendi kehidupan perekonomian, misalnya bahwa laju penyediaan bahan
pangan minimal harus sama atau lebih besar dari laju permintaan pangan, yang sangat
ditentukan oleh tingkat pertumbuhan penduduk, pendapatan serta elastisitas atau persentase
pendapatan untuk konsumsi pangan. John Mellor terus konsisten memperjuangkan fungsi
strategis sektor pertanian sebagai pengganda pendapatan dan pengganda lapangan kerja, yang
sekaligus sangat menentukan proses perubahan teknologi dan industrialisasi baik di negara
berkembang, maupun di negara maju.
Ketika ekonomi pertanian semakin memperoleh tempat di tengah masyarakat, maka
perubahan teknologi berikut ini menandai kehidupan dunia pertanian dan peradaban manusia
umumnya. Di antaranya adalah penemuan varietas unggul baru dalam komoditas pangan bijibijian, penambahan zat hara tanah dalam bentuk pupuk buatan, penanggulangan hama dan
penyakit tumbuhan dengan bahan kimia, pengaturan populasi tanaman, serta manajemen
pengaturan air irigasi dan drainase, dan sebagainya. Era perubahan teknologi yang sangat
pesat itulah yang kemudian dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau, karena memang
ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama bahan pangan, sebagai jawaban
para ilmuwan lain terhadap ancaman kekurangan pangan dan kelaparan yang begitu mudah
dijumpai di banyak tempat.
Revolusi Hijau telah mampu menyelamatkan manusia dan jenis peradabannya dari
kepunahan atau kematian karena kelaparan, yang sekaligus memupus keraguan aliran
pemikiran pesimisme ala Thomas Malthus dan pengikutnya. Lonjakan produksi pangan dan
biji-bijian yang dihasilkan oleh teknologi baru dalam hal benih dan varietas unggul baru serta
bahan kimia yang menjadi pupuk dan pestisida tercatat sampai pangan 4-5 kali lipat dari
sebelumnya, sesuatu yang tidak pemah terbayangkan sebelumnya.
Para ekonom pertanian sering menyebutnya dengan teknologi biologis-kimiawi, yang
sangat diandalkan pada lahan sempit dengan penduduk yang padat, sekaligus untuk
membedakannya dengan teknologi mekanis yang mengandalkan mesin dan alat pertanian
yang sangat memadai untuk areal luas dengan tenaga kerja yang terbatas.

Dalam hal teknologi mekanis, ekonomi pertanian melihatnya sebagai suatu respons
rasional karena kecilnya rasio lahan terhadap tenaga kerja, sebagaimana yang diadopsi di
negara-negara dengan areal lahan sangat luas, seperti di Amerika Serikat, Eropa Barat, Rusia
dan lain-lain. Aplikasi teknologi mekanis sering juga dianggap sebagai varian dari Revolusi
Industri, yang telah berlangsung sejak abad 19, walaupun para ekonom pertanian belum
terlalu sepakat tentang keterkaitannya dengan Revolusi Hijau atau revolusi di dunia pertanian
tersebut. Maksudnya, revolusi pertanian bukan sekadar penerapan atau adopsi metodemetode industrialisasi kepada proses produksi pertanian. Jika di industri proses mekanisasi
merangsang terspesialisasinya tenaga kerja, di pertanian proses mekanisasi mengandung
dimensi ruang dan waktu yang amat rumit. Keterpautan waktu antara pengolahan lahan,
tanam, penanggulangan gulma, hama dan penyakit, panen dan sebagainya itu memang
memerlukan mesin pertanian spesialis khusus. Pada sistem pertanian yang sangat mekanis,
mobilitas dan spesialisasi seringkali mengakibatkan biaya investasi per tenaga kerja yang
lebih tinggi dari pada di sektor industri. Hal itu berarti bahwa teradopsinya mekanisasi dalam
bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian itu
sendiri. Singkatnya, perkembangan proses mekanisasi pertanian memiliki tujuan untuk
meningkatkan produksi per tenaga kerja atau dalam hal ini untuk memperluas lahan produktif
melalui proses ekstensifikasi pertanian.
Persoalan menjadi sedikit lebih rumit ketika dihadapkan pada pertanyaan apakah proses
perubahan teknologi itu merupakan faktor eksogen dalam suatu sistem ekonomi --di sini
berarti pengembangan kedua jenis teknologi merupakan produk atau hasil kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi-- ataukah proses perubahan teknologi itu merupakan faktor
endogen suatu sistem ekonomi. Dalam suatu sistem perekonomian yang dinamis, perubahan
harga permintaan produk dan harga penawaran faktor produksi tidaklah dapat dipisahkan.
Misalnya, ketika permintaan terhadap bahan makanan naik karena naiknya jumlah penduduk
atau meningkatnya pendapatan per kapita, permintaan terhadap faktor produksi tersebut ikut
naik secara proporsional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pembangunan pertanian merupakan hal mutlak yang
perlu dipikirkan setiap pihak, baik kalangan masyarakat, swasta dan pemerintah. Namun, di
satu

sisi

motivasi

memprihantinkan.

generasi

muda

untuk

menggeluti

bidang

pertanian

terlihat

Sebagai contoh, berdasarkan informasi Departemen Pendidikan Nasional, selama


kurun waktu 2005 sampai Juni 2006 saja, sebanyak 40 fakultas pertanian sudah ditutup.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengemukakan gagasan konsep strategis
pengembangan karakter unggulan SDM pertanian dalam upaya meningkatkan peran
pertanian tropika masa depan. Adapun manfaat yang ingin diharapkan adalah dapat
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya karakter unggulan kaitannya
dengan upaya peningkatan peran pertanian tropika masa depan, serta dapat memberikan
masukan kepada instansi terkait dan pemerintah sebagai acuan untuk merumuskan grand
design kebijakan berkaitan dengan strategi pembentukan SDM pertanian yang unggul dalam
mengembangkan pertanian tropika. Secara sistematis, metode yang digunakan dalam
penulisan ini dilakunan melalui beberapa tahapan, antara lain: penggailian ide, pengumpulan
data dan informasi, pengolahan data dan informasi, analisis dan sintesis, serta perumusan
kesimpulan dan saran.

BAB II

ISI

A. PERTANIAN DI INDONESIA
Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian
merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian
juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu
perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar
dalam negeri maupun di luar negeri.
Pembangunan pertanian yang sudah cukup berhasil dicapai oleh Indonesia pada tahun
1970-an sampai tahun 1980-an yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan PDB
(Produk Domestik Bruto) sektor pertanian sebesar 3,2% per tahunnya. Kemudian pada 1984
swasembada beras dapat tercapai dan berhasil memicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
Sayangnya, swasembada beras tersebut hanya dapat dipertahankan hingga tahun 1993.
Tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah yang tertinggi dari negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keunggulan
yaitu beras sebagai subtitusi impor.
Terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 menunjukkan
bahwa sektor pertanian dapat bertahan dari sektor yang dibangga-banggakan pada tahun
tersebut yaitu sektor industri. Bahkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar
0,22%. Padahal perekonomian Indonesia pada saat itu mengalami penurunan pertumbuhan
sekitar 13,68%.
Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan
pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain
pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di
Indonesia :
(1) potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,
(2) pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,
(3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan

(4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan

Subsektor Pertanian
Di bawah ini terdapat beberapa peran dari subsektor-subsektor yang ada di sektor pertanian
1. Perkebunan Sebagai Komoditi Ekspor
Perkebunan di Indonesia memiliki beberapa komoditas penting, diantaranya adalah karet,
kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu. Pertumbuhan kelapa sawit, karet dan kakao
mengalami laju yang pesat diantara tanaman perkebunan yang lainnya yaitu diatas 5% per
tahun. Pertumbuhan tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusaha
komoditas tersebut yang relatif baik. Selain itu adanya kebijakan pemerintah untuk
mendorong perluasan areal untuk komoditas tersebut.
2. Agroindustri Sebagai Pemoles Hasil Pertanian
Di Indonesia, kita jumpai banyak sekali industri-industri yang bergerak dalam mengelola
hasil-hasil dari sektor pertanian. Selain itu banyak hasil karya anak bangsa yang mengubah
hasil pertanian sebagai bahan baku yang kemudian disulap menjadi barang yang sangat
bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Contohnya pemanfaatan pelepah pisang yang dibuat
menjadi berbagai kerajinan tangan. Biji-biji jarak yang kemudian diolah menjadi biodiesel.
Hasil dari perkebunan tembakau, karet, kopi, tanaman sayur dan hortikultura serta masih
banyak lagi industri-industri pertanian yang dimiliki oleh Indonesia.
Dalam proses pengelolaan yang tidak tepat pada subsektor ini, banyak keuntungan dari
hasil produksi yang dimiliki oleh badan usaha asing sehingga penghasilan dari ekspor bisa
berkurang dari nilai tertingginya. Kurangnya modal dan hutang luar negeri Indonesia
memaksa hal tersebut terjadi. Oleh karena itu, seharusnya ada usaha-usaha yang dilakukan
agar keuntungan negara dapat meningkat dan laju inflasi dapat diturunkan sehingga kondisi
ekonomi negara Indonesia dapat stabil dan terjamin untuk keberlanjutan proses pembangunan.
3. Agroekowisata Sebagai Pemikat Wisatawan
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang
menjadi ciri khas tersendiri sebagai negara yang beriklim tropis. Hal ini jarang sekali

diperhatikan dan dirawat oleh masyarakat Indonesia itu sendiri sehingga kurang optimal
dalam pemanfaatannya. Salah satu manfaatnya adalah sebagai objek wisata.
Agroekowisata menawarkan berbagai ekosistem pertanian serta bentang alam yang khas
yang akan menjadi wahana baru untuk para wisatawan baik wisatawan lokal maupun
wisatawan asing. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian
Indonesia dalam bentuk penghasilan devisa.
Arah Pembangunan Sektor Pertanian Masa Datang
Secara teoritis arah pembangunan secara umum adalah untuk memaksimumkan
kesejahteraan sosial (social welfare) yang harus memenuhi empat komponen tujuan utama,
yakni: pertumbuhan, pemerataan, kelestarian, hak asasi manusia. Oleh karena itu dalam
pembangunan pertanian tujuan utama ini dicoba akan diwujudkan sesuai dengan potensi dan
peluangnya. Berdasarkan identifikasi masalah dan isu pembangunan pertanian sesuai dengan
tuntutan demokratisasi dan globalisasi tersebut, maka dapat dibuat arah pembangunan
pertanian pada masa datang.. Arah pembangunan pertanian tersebut dirumuskan dalam
bentuk visi, misi, tuan dan strategi pembangunan pertanian.
a. VISI
Visi pembangunan pertanian adalah membangun petani melalui bisnis pertanian yang
modern,

efisien,

dan

lestari

yang

terpadu

dengan

pembanguna

wilayah.

Ciri-ciri dari visi ini adalah :


(a) Membangun petani mengandung pengertian prioritas pembangunan pertanian harus
mendahulukan kesejahteraan petani dalam arti luas sehingga mampu menumbuh
kembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial-ekonomi
petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
(b) Bisnis pertanian harus dikembangkan dalam suatu sistem agribisnis pertanian mulai
dari bisnis input produksi, hasil produksi pertanian, deversifikasi usaha pertanian,
serta bisnis hasil olahannya yang mampu akses ke pasar internasional. Melalui
aktifitas agribisnis pertanian yang lebih luas ini diharapkan mampu lebih
meningkatkan peran pertanian terhadap pembangunan nasional baik terhadap
penyerapan tenaga kerja, pendapatan nasional, perolehan devisa, maupun peningkatan
gizi masyarakat

(c) Modern mengandung pengertian menggunakan teknologi yang dinamis dan spesifik
lokasi pengembangan sesuai dengan tutuntan zaman.
(d) Efisien mengandung pengertian mampu berdaya saing di pasar internasional yang
dicirikan pada pengembangan yang didasarkan sumberdaya yang mempunyai
keunggulan komparatif dan berkualitas tinggi
(e) Lestari mengandung pengertian menggunakan sumberdaya yang optimal dan tetap
memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya pertanian.
(f) Terpadu dengan pembangunan wilayah mengandung pengertian pembangunan
pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur
maupun pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan.
b. MISI
Berdasarkan visi pembangunan tersebut, maka misi pembangunan pertanian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Memfasilitasi dan mengembangkan pusat-pusat petumbuhan komoditas unggulan
yang berdaya saing yang terorganisasi oleh organisasi ekonomi petani dalam system
agribisnis.
2. Memodernisasi sektor pertanian sebagai aktifitas bisnis berspektrum luas mulai dari
bisnis input produksi, deversifikasi usaha pertanian, penangan pasca panen, serta
bisnis hasil olahannya yang mampu akses ke pasar internasional melalui inovasi
teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan
3. Memfasilitasi dan mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia
4. Memfasilitasi dan mendorong berkembangnya usaha-usaha agroindustri hulu maupun
pengolahan hasil dengan prioritas skala kecil di setiap wilayah
5. Memfasilitasi dan mendorong keterpaduan pembangunan agribisnis dengan
pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial
ekonomi kemasyarakatan.
6. Memfasilitasi dan mendorong citra produk-produk pertanian Indonesia melalui
promosi di pasar internasional
c. Tujuan
1. Meningkatkan kesejahteraan petani terutama kelompok masyarakat yang mata
pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian.

2. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk agribisnis baik produk


primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di pasar internasional
3. Meningkatkan kesempatan kerja di wilayah melalui pengembangan agroindustri skala
kecil
4. Mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya
lokal
5. Menjadikan sektor pertanian sebagai pusat pertumbuhan khususnya pada wilayahwilayah berbasiskan sumberdaya pertanian
6. Meningkatkan layanan informasi teknologi, perkreditan, sarana produksi dan
prasarana pertanian kepada petani

B. MANFAAT SEKTOR PERTANIAN


Kegiatan pertanian merupakan mata pencaharian terbesar penduduk didunia termasuk
di Indonesia. Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian (menghasilkan bahan
baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan (menghasilkan buah-buahan) terutama
pada masa kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian dan perkebunan menjadi penentu
tingkat social dan perekonomian seseorang. Meskipun kegiatan pertanian hanya
menyumbang rata-rata 4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara namun kegiatan
pertanian ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi setiap negara. Berdasarkan
data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar
44,3% bagi penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan
domestik bruto.
Berikut adalah beberapa manfaat sektor pertanian :

1. Potensi Sumber Daya Yang Sangat Besar dan Beragam


Yang artinya negara Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau
yang amat subur memiliki letak astronomis 6 LU 11LS dan 94BT 141BT
menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang subur dan beriklim
tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam pengembangan sektor
pertanian.

2. Pangsa Pasar Terhadap Pendapatan Nasional Cukup Besar


Bisa dikatakan tidak banyak orang yang tahu dan paham bahwa sektor pertanian menaruh
keuntungan yang cukup besar pada PDB negara dan banyak yang beranggapan bahwa
sektor pertanian hanya sektor sampingan yang tidak perlu terlalu diperhatikan. Meskipun

hanya memberi 17,3% bagi PDB tiap tahunnya, sektor ini menjadi barang komoditi yang
paling dicari oleh masyarakat karena menjadi kebutuhan primer dalam pemenuhan
kebutuhan pangan yaitu menjadi kebutuhan sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya
karena bisa berdampak fatal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena bila terjadi
suatu kesalahan yang tidak terencana penyediaannya atau habis didalam negeri sendiri
kita bisa kerepotan untuk mengimpor dari negara luar.

3.

Peranan Petani Dalam Penyediaan Pangan Masyarakat


Peranan petani tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian
karena petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia tentu
tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mngimpor barang-barang pangan dari
luar. Namun dibeberapa negara besar seperti arab yang sering mengimpor hasil tani
kedalam negaranya, kurang memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan
faktor ketidaksediaan modal melainkan faktor ketidakmampuanndari segi tanah dan
iklim mereka untuk bercocoktanam, sehingga sektor pertanian kurang berkembang
dinegara timur tersebut.

4.

Menjadi Basis Pertumbuhan Ekonomi


Sektor pertanian menjadi salah satu dari unsur-unsur yang mengisi pertumbuhan
perekonomian disetiap Negara. Dengan kata lain sektor pertanian meski hanya
menyumbang tidak sampai dari pendapatan negara tetapi menjadi penopang terhadap
pendapatan dari setiap negara terutama di Indonesia yang tiap tahunya mengekspor biji
mete, beras, dan berbagai bahan pokok lainya dalam pangan menjadi pemasukan devisa
negara tiap tahunya.

5.

Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja


Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76
persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05
persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998
sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar
1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

6.

Kontribusi Pertanian Terhadap Devisa

Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu
lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut
terhadap impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup
bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai
macam sayur dan buah.

C. KENDALA SEKTOR PERTANIAN YANG SEDANG TERJADI DI


INDONESIA
Dalam pengembangan sektor pertanian di negara kita, kita tidak bisa begitu saja menutup
mata dan mengabaikan setiap kendala yang terjadi karena dalam setiap usaha pasti menemui
batu kerikil yang menjadi penghambat dalam kemajuan. Begitu pula yang kita lihat pada
sektor pertanian di Indonesia banyak sekali kendala atau faktor yang menjadi penghambat
dalam pengembangan sektor pertanian misalnya seperti ketersediaan lahan, keterbatasan
modal, kondisi iklim yang kurang mendukung dan lain-lain. Perlu kita kaji demi penemuan
solusinya dalam penuntasan masalah tersebut. Berikut beberapa penjelasan umum mengenai
problema yang menghampiri para petani di Indonesia yang terperinci sebagai berikut :
1. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia
Semakin sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunan gedung-gedung
industry

yang

bertambah

jumlahnya

disetiap

lokasi. Hal

ini

tentunya

dapat

mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam. Sedangkan kebutuhan manusia
akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan dan
pembangunan gedung-gedung industry yang tidak terencana tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap lingkungan. Sedangkan pada daerah-daerah pedalaman masih
banyaknya Lahan Tidur yang artinya lahan tersebut belum tergarap maupun tersentuh
oleh tangan-tangan manusia sementara lahan disuatu wilayah strategis cenderung menjadi
rebutan dengan harga yang mahal. Ini mencerminkan bahwa penyebaran penduduk
diwilayah Indonesia yang belum merata.
2. Masalah Dari Petani Sendiri dan Mentalitasnya
Pendidikan formal petani yang masih rendah menyebabkan pengetahuannya dalam
pengembangan sektor pertanian tidak berkembang dan cenderung monoton hanya
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian tanpa menciptakan inovasi-inovasi

terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah. Hasil panen yang tidak seberapa
menyebabkan petani tidak memiliki modal dalam pengembangan usahanya ini menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan kehidupan para petani kurang sejahtera di wilayah
Indonesia. Serta menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sementara 50
juta penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
3. Masalah Teknologi
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan
pangan, belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang lebih banyak
menggunakan peralatan tradisional seperti : cangkul, arit, dll. Yang pada kenyataannya
lebih banyak memakan waktu dan tenaga. Dibanding menggunakan peralatan dan
teknologi modern yang telah diterapkan dinegara-negara luar. Penerapan teknologi di
negara kita terkadang kurang tepat pada sasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi
tersebut mampu membantu dan meningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan
tersebut merusak ekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.

D. KEBIJAKAN PEMERINTAH
Kebijakan Pemerintah yang dibuat untuk sector pertanian di Indonesia :
1.

Kebijakan Harga
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak Negara dan
biasanya digabung dengan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga dan pendapatan
(price and income policy). Segi harga dari kebijakan itu bertujuan untuk mengadakan
stabilisasi harga, sedangkan segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak
terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun.
Secara teoritis kebijakan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:
a) Stabilisasi harga-harga hasil pertanian terutama pada petani
b) Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan nilai tukar (term of trade)
c) Memberikan arah dan petunjuk pada jumlah Produksi

2.

Kebijakan Struktural
Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misalnya luas
pemilikan tanah, pengenalan dan penguasaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan

prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun social ekonomi.
Kebijakan structural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa
lembaga pemerintah.
3.

Menyediakan lahan pertanian yang tepat


Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dalam negeri. Karena
seperti yang diketahui, lahan pertanian saat ini sangatlah sempit. Ini terjadi karena
banyaknya perumahan dan gedung-gedung pembelajaan menggunakan lahan pertanian
yang ada.

4.

Melakukan penyuluhan kepada petani


Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memahami secara jelas tentang cara bercocok
tanam yang baik agar hasil produksi yang dihasilkan dapat memiliki nilai yang
berkualitas tinggi.

BAB III
KESIMPULAN

Sektor pertanian merupakan penopang tertinggi dalam pendapatan negara serta menjadi
mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia mengingat wilayah kita yang kaya akan
lahan, subur, dan iklim mendukung. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas
merupakan komoditi terbesar Negara Indonesia yang menduduki posisi teratas dalam BPS
terhadap perhitungan PDB di Indonesia tiap tahunnya. Untuk itu perlu adanya perhatian
khusus terhadap sector pertanian ini guna peningakatan hasil tani ditahun-tahun kedepannya
dengan melihat berbagai factor kendala seperti masalah minimnya modal para petani,
masalah kepemilikan lahan, maupun ketidakmampuan dalam penggunaan alat yang
berteknologi canggih menjadi PR khusus dalam penanganannya mengenai sector pertanian
tersebut sehingga perlu adanya partisipasi dan dukungan dari pihak pemerintah maupun
kepedulian segenap masyarakat dalam menangani kasus tersebut.
Dalam masalah kepemilikan lahan pemerintah beserta masyarakat harus tururt membela
hak lahan milik petani guna menjaga kelangsungan lingkungan dan pengolaan lahan untuk
kegiatan pertanian. Pembangunan yang berkelanjutan pula harus memperhatikan segi
lingkungan alam yang ada diwilayahnya jangan sampai memakan wilayah pertanian dan
merusak kondisi lingkungan kita. Masalah kepemilikan modal pula perlu dibentuknya sejenis
koperasi petani, organisasi tani, serta modal simpan pinjam bagi rakyat kecil guna membantu
kegiatan para petani dalam pengeloaan lahan mulai dari pemberian bibit unggul, pemberiaan
pupuk, hingga memperoleh hasil akhir dari pertanian yaitu ketika tiba musim panen yang
memang membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Perlu pula adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat guna meningkatkan semangat para petani dalam pengeloaan lahan, penyampaian
informasi tani yang tepat dalam peningkatan hasil pangan, cara-cara mengkreasikan hasil
tani, serta cara-cara penggunaan alat-alat teknologi canggih guna mendapatkan hasil yang
optimal dari kegiatan bertani dengan efektif dan efisien tanpa memakan waktu lama dan
tenaga yang besar serta dengan modal yang sekecil-kecilnya sesuai dengan prinsip ekonomi.
Jadi dalam penanganan permasalahan pertanian di negara kita perlu adanya dukungan
dari berbagai pihak seperti pemerintah sebagai pendana bagi kegiatan pertanian, masyarakat
sebagai penyampai informasi yang tepat dalam pengeloaan lahan, serta partisipasi para petani

dalam penerima dan penerap informasi serta ilmu-ilmu pertanian yajng telah didapat dalam
kegiatan pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

NN. 2010. Pembangunan Pertanian di Indonesia


http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=20&jd=CAFTA+terhadap+Pertanian+Indonesia
%2C+Peluang+atau+Ancaman&dn=20100508204424
Irsanarham. 2011. Potensi Strategis Pertanian dalam Membangun Perekonomian. [Serial
Online].http://ihsanarham.multiply.com/journal/item/25/Potensi_Strategis_Pertanian_dalam_
Membangun_Perekonomian_Indonesia.
Rudy.

2004.

Perkebunan

Pedesaan.

[Serial

Online].

http://www.ipard.com/art_perkebun/des14-04_wrs-I.asp
http://ocw.usu.ac.id/course/download/...pertanian/3_4_peran_pertanian.pdf
Syariahi.

2007.

Reorientasi

Gerakan

Mahasiswa.

[Serial

Online].

http://pksyariahimmciputat.blogspot.com/2007/04/reorientasi-gerakan-mahasiswa.html
Aldorahman.

2010.

Peran

Pertanian

Dalam

Perekonomian.

[Serial

http://aldorahman.blogspot.com/2010/05/peran-pertanian-dalam-perekonomian.html

Online].

Anda mungkin juga menyukai