BAB 1
AKREDITASI
1.1 Pengertian Akreditasi
1. Accreditation is a process by which an institution or disciplinary unit
within an institution periodically evaluates its work and seeks an
independent judgment by peers that it achieves substantially its own
educational objectives and meets the established standards of the body
from which it seeks accreditation.
2. Accreditation is a recognized method by which organizations can achieve
measurable improvements. Accreditation demonstrates willingness to
self-assess against national standards.
3. Usually a voluntary process by which a government or non-government
agency grants recognition to health care institutions which meet certain
standards that require continuous improvement in structures, processes,
and outcomes.
4. Menurut Pasal 40 ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang
diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri, setelah
dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit
yang berlaku. Akreditasi juga merupakan penilaian yang dilakukan oleh
lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur
pencapaian dan cara penerapan standar pelayanan.
Jadi akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu dengan keberhasilan suatu
rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan rumah sakit.
1.2 Dasar Hukum
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementrian Kesehatan
1.3 Tujuan Akreditasi
1.3.1 Umum
1.4.4
standar prosedur.
Bagi Pemilik Rumah Sakit:
1. Sebagai bahan negosiasi untuk kerjasama dengan pihak asuransi,
maupun perusahaan perusahaan lainnya.
2. Sebagai alat pengukur pengelolaan rumah sakit.
Bagi Pihak Asuransi dan Perusahaan Lain:
Sebagai acuan untuk mengadakan kerjasama.
dan
menyetujui
persyaratan akreditasi.
3. Proses akreditasi merupakan perwakilan, responsif, dan sesuai dengan
4.
5.
6.
7.
prestasif.
8. Akreditasi mengakui hak prerogatif institusi untuk mengartikulasikan
misinya dalam konteks yang diakui pendidikan tinggi dan tanggung jawab
untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelaksanaan misinya.
pelayanan
menetapkan
disain
dan
kesehatan
dan
kebutuhanakan
pelayanan
berkelanjutan.
2.) Ada ketentuan atau kriteria bagi pasien yang siap untuk
dipulangkan.
3.) Bila
diperlukan,
perencanaan
untuk
merujuk
dan
dirujuk
dan
dipulangkan
berdasarkan
atas
kebutuhannya.
5.) Kebijakan rumah sakit mengatur proses pasien yang
diperbolehkan meninggalkan rumah sakit, sementara
dalam proses rencana pengobatan dengan izin yang
disetujui untuk waktu tertentu.
b. Standar APK.4.
4. Transportasi
a. Standar APK.5.
Kegiatan proses rujukan, dan pemulangan pasien rawat
inap atau rawat jalan, termasuk perencanaan untuk kebutuhan
transportasi pasien. Elemen penilaian APK.5.
1). Terdapat penilaian terhadap kebutuhan transportasi
apabila pasien dirujuk ke pusat 1. pelayanan yang lain,
ditransfer ke penyedia pelayanan yang lain atau siap
pulang dari rawat inap atau kunjungan rawat jalan.
2). Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien.
3). Kendaraan transportasi milik rumah sakit memenuhi
hukum dan peraturan yang berlaku berkenaan dengan
pengoperasian, kondisi dan pemeliharaannya.
dengan
mendefinisikan
hak
tersebut,
kemudian
Staf
memahami
kebijakan
dan prosedur
yang
Kebijakan
dan
prosedur
mengarahkan
dan
dan
prosedur
dikembangkan
untuk
1).
2).
3).
4).
5).
d. Standar HPK.4.
Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam
mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta
melindungi hak pasien. Elemen Penilaian HPK.4.
1.) Staf memahami peran mereka dalam mengidentifikasi
nilai-nilai
dan
kepercayaan
pasien
maupun
10
trial
yang
relevan
dengan
kebutuhan
pengobatan mereka.
2.) Pasien yang diminta untuk berpartisipasi diberikan
penjelasan tentang manfaat yang diharapkan.
3.) Pasien yang diminta untuk berpartisipasi diberikan
penjelasan tentang potensi ketidak nyamanan dan
risiko.
11
diyakinkan
bahwa
penolakan
untuk
Consent
dalam
diperoleh
penelitian
sebelum
klinis,
pasien
pemeriksaan
dan
didokumentasikan,
berdasarkan
atas
penjelasan
diberi
yang
sakit
mempunyai
sebuah
komite
atau
12
pengawasan
mencakup
prosedur
untuk
keluarganya
tentang
bagaimana
memilih
sakit
mendukung
pilihan
pasien
dan
13
dan
menghormati
badan-badan
dan
di
masyarakat
menerapkan
pilihan
untuk
untuk
mendonasi.
b. Asesmen Pasien (AP)
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan
keputusan tentang pengobatan pasien yang harus segera dilakukan
dan kebutuhan pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif
atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus dan
dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap
dan rawat jalan
1. Standar AP.1.
Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi
kebutuhan pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang
baku.
2. Standar AP.2.
Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu
atas dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons
terhadap pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan
atau untuk pemulangan pasien.
3. Standar AP.3.
Staf yang kompeten melaksanakan asesmen dan asesmen
ulang.
4. Standar AP.4.
Staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung
jawab
atas
pelayanan
pasien,
bekerja
sama
dalam
14
a) Pelayanan Laboratorium
1) Standar AP.5.
Ada pelayanan laboratorium untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan semua jenis pemeriksaan sesuai dengan standar
nasional, undang-undang dan peraturan.
b) Pelayanan Radiologi Dan Diagnostik Imajing
2) Standar AP.6.
Ada pelayanan radiologi dan pelayanan diagnostik imajing
untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua pelayanan
memenuhi
standar
nasional,
perundang-undangan
dan
15
undang-undang
dan
peraturan
serta
standar
profesional.
b. Standar PAB.2.
Seorang individu yang kompeten (qualified) bertanggung
jawab untuk pengelolaan pelayanan anestesi (termasuk sedasi
moderat dan dalam)
16
2. Pelayanan Sedasi
a. Standar PAB.3.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan pasien
untuk sedasi moderat dan dalam
3. Pelayanan Anestesi
a. Standar PAB.4.
Petugas yang kompeten menyelenggarakan asesmen pra
anestesi dan asesmen prainduksi.
b. Standar PAB.5.
Pelayanan anestesia pada setiap pasien direncanakan dan
didokumentasikan di rekam medis pasien
c. Standar PAB.6.
Setiap status post anestesi pasien dimonitor dan
didokumentasikan
dan
pasien
dipindahkan
dari
ruang
4. Pelayanan Bedah
a. Standar PAB.7.
Setiap
asuhan
bedah
pasien
direncanakan
dan
17
penyaluran
(dispensing),
pemberian,
pendokumentasian
dan
18
b.
c.
d.
b.
c.
d.
1. Tahap II
Adapun beberapa aspek yang diakreditasi antara lain:
a. Perinatal resiko tinggi
b. Radiologi
c. Farmasi
d. Laboratorium
e. Kamar operasi
f. K3 dan pengendalian infeksi
Dalam berbagai aspek akreditasi pada tahap 2, standar yang dipakai
sama seperti pada tahap pertama
2. Tahap III
Tahap III merupakan tahap akhir dari proses keseluruhan
akreditasi. Proses akreditasi yang dilakukan pada tahap ini lebih
menekankan pada pelayanan intensif, Rehabilitasi medic Gizi dan
pelayanan darah.
19
Pembinaan
Rumah Sakit
Survey
Self Assessment
POA Akreditasi
Permohonan pemilik Rumah Sakit
Self Assessment
POA Akreditasi
Permohonan pemilik Rumah Sakit
Rekomendasi Dinkes Propinsi
BPT
KARS
20
BAB II
Standard Operating Procedure (SOP)
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Standard (Standar)
Something used as a measure, norm, or model in comparative
evaluations (Oxford Dictionary). Sesuatu yang digunakan sebagai
2.1.2
2.1.3
2.1.4
21
b.
petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiaptiap posisi dalam
c.
organisasi.
Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
d.
e.
f.
inefisiensi.
Memberikan keterangan tentang dokumen- dokumen yang dibutuhkan
dalam suatu proses kerja.
Manfaat yang didapat dengan pembuatan Standar Operasional Prosedur
ini diantaranya:
22
a.
b.
kerja.
Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
c.
merupakan
standardisasi
bagaimana
seorang
karyawan
d.
menyelesaikan tugasnya.
Dapat digunakan sebagai
e.
sarana
untuk
mengkomunikasikan
g.
h.
i.
23
e. SOP
dikoordinasikan
untuk
mengurangi
kemungkinan
terjadinya kesalahan/penyimpangan.
f. SOP tidak terlalu rinci.
g. SOP dibuat sesederhana mungkin.
h. SOP tidak tumpang tindih, bertentangan atau duplikasi dengan
prosedur lain.
i. SOP ditinjau ulang secara periodik dan dikembangkan sesuai
kebutuhan.
2.4.2
Departemen Agama.
Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab dari seluruh jajaran organisasi, dari level yang paling
c.
d.
e.
melaksanakan
perannya
dengan
baik,
maka
akan
24
25
26
27
halaman.
Judul, judul harus jelas terurai dan terukur. Karena, pada setiap
prosedur diuraikan bagaimana mengerjakannya, judul mesti
bergaya bahasa perintah (direktif) untuk menjelaskan siapa
mengerjakan apa. Suatu SOP berjudul "Bahan bakar solar untuk
injeksi motor Diesel tidak menggambarkan prosedur; lebih
cocok diberi judul Proses injeksi bahan bakar solar pada motor
Diesel. Gaya bahasa direktif, seperti., "Pengujian dari...,"
c.
d.
ada kelanjutan.
Identifikasi dan Pengendalian,
mesti
masa
kedaluwarsaan
perubahan.
Akuntabilitas
dan
28
sistem WFI.
Ruang lingkup. Ruang lingkup (scope) harus mempunyai batas
penggunaan prosedur. Apakah itu, sampel tertentu sesuai
pengujian dengan metode ini? Apakah operasi ini terpakai hanya
pada perlengkapan tertentu atau bagian tertentu? Apakah ada
g.
h.
i.
PN 0128."
Kebutuhan Perhitungan / Penanganan data / Dokumensi.
Uraikan bagaimana data mentah diolah dan dilaporkan.
2.6.2
bentuk SOP
Mulai diberlakukan Januari 2002
Format ini dapat diberi tambahan (judul) materi sesuai dng
ketentuan yang berlaku di RS yang bersangkutan, kebutuhan
RS, dan atau standar profesi terkait
29
30
bagi penyusun,
pengimplementasi dan pengendali SOP di dalam unit kerja adalah tahaptahap teknis penyusunan SOP.
Tahap-tahap teknis penyusunan SOP adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Persiapan
Tahapan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan penyusunan
atau pengembangan SOP serta menyusun alternatif tindakan yang harus
dilakukan oleh unit kerja yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu :
a. Mengetahui kebutuhan.
b. Mengevaluasi dan menilai kebutuhan
c. Menetapkan kebutuhan
d. Menetapkan alternatif tindakan
31
3.
Tahap Perencanaan
Tahapan ini bertujuan menyusun serta menetapkan strategi,
metodologi, rencana dan program kerja yang akan digunakan oleh tim
pelaksana penyusunan. Tahap ini terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
a. Menyusun strategi dan metodologi kerja.
b. Menyusun perencanaan kerja
c. Menyusun program-program kerja rinci
d. Menyusun pedoman perencanaan dan program kerja rinci
Produk dari tahap ini adalah pedoman perencanaan dan program
kerja rinci.
4.
Tahap Penyusunan
Tahapan ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan SOP
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahap ini terdiri dari
5 (lima) langkah, yaitu:
32
Tahap Penyempurnaan
Tahapan
ini
bertujuan
menyempurnakan
pedoman
SOP
33
g. Produk dari tahap ini adalah pedoman SOP akhir (final manual
atau final guidance) yang dapat digunakan sebagai pedoman
standar dalam unit kerja.
7.
Tahap Implementasi
Tahapan ini bertujuan untuk mengimplementasikan pedoman
SOP akhir secara menyeluruh dan standar dalam organisasi. Tahap ini
terdiri dari 6 (enam) langkah, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
yang
diterapkan.
Mempersiapkan tim pemeliharaan dan audit.
Melaksanakan pemeliharaan dan audit.
Membuat laporan setiap kegiatan pemeliharaan dan audit.
e. Menyimpulkan temuan-temuan di dalam laporan kegiatan
pemeliharaan
yang diperlukan.
g. Melaksanakan perbaikan sesegera mungkin bila perbaikan yang
dilakukan kecil dan bersifat rutin.
h. Melaksanakan tahap-tahap teknis penyusunan SOP dari awal jika
perbaikan yang harus dilakukan besar dan bersifat tidak rutin.
Produk dari tahap ini adalah : (i) laporan perbaikan rutin, dan
(ii) laporan kebutuhan perbaikan besar atas SOP.
34
Prosedur kerja/urutan kerja tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada.
Adanya perkembangan ilmu dan teknologi
Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru
Pergantian direktur SOP tidak perlu direvisi
35
36
dan
dicantumkan
petugas
yang
berwenang.
alat/formulir/fasilitas
yanag
Didalamnya
digunakan,
dapat
waktu,
BAB III
PATIENT SAFETY
3.1
Pengertian
1. Pengertian Keselamatan
Menurut KBBI:
Selamat adalah terhindar dari bencana, man sentosa, sejahtera, tidak
kurang suatu apa, sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan.
Keselamatan adalah keadaan dari selamat. Sehingga keselamatan adalah
keadaan dari terhindar dari bencana, man sentosa, sejahtera, tidak kurang
suatu apa, sehat, tidak mendapat gangguan, dan kerusakan
37
2. Pengertian Pasien
Menurut KBBI:
pasien adalah seseorang yang memperoleh pelayanan tinggal atau
dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu; yang dirawat di
rumah sakit
3. Pengertian Patient Safety
Beberapa pengertian Patient Safety:
1. Menurut KKP-RS (2008):
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan
terjadi (penyakit,cedera fisik/sosial psikologis, cacat, kematian )
terkait dengan pelayanan kesehatan.
2. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011:
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
3. Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan
sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury
disebabkan
karena
error
yang
meliputi
kegagalan
suatu
Tujuan
1. Mencegah dan menurunkan kejadian yang tidak diharapkan dari
kesalahan medis (Medical Error) di RS
2. Peningkatan Keselamatan Pasien dan menciptakan budaya keselamatan
pasien di RS
3. Mencegah terjadinya kesalahan yang diketahui / tampak serta
mengurangi akibat dari kesalahan tersebut
38
Dasar Hukum
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
c. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
d. Pasal 32n UU No.44/2009
e. Pasal 58 UU No.36/2009
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009
b. Pasal 46 UU No.44/2009
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
4. Hak Pasien
a. Pasal 32e UU No.44/2009
b. Pasal 32j UU No.44/2009
c. Pasal 32q UU No.44/2009
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
3.4
Prinsip
1. Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah sakit.
2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patient
safety.
3. Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait
patient safety.
4. Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety.
5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor
risiko penyebab insiden terkait patient safety.
6. Kemampuan mengdentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait
patient safety.
7. Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi
untuk mencegah kejadian berulang.
3.5
Konsep
3.5.1
Management Risk
1. Pengertian
a.
39
b.
risiko
40
yang
Akurat
Berkualitas
yang
Tepat
Waktu
41
Risiko
dan
kelompok/unit
lainnya
dalam
Keputusan
yang
Disiplin
42
a. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan (ASQC dalam
Wijoyo, 1999).
b. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang
atau jasa yang dihasilkan, didalamnya terkandung sekaligus
pengertian akan adanya rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan
para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din
ISO 8402, 1986).
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984).
2. Pengertian Quality Assurance
a. Quality Assurance adalah suatu upaya yang berkesinambungan,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan
yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk
memperbaiki mutu pelayanan (Maltos dan Keller, 1989).
b. Quality Assurance adalah suatu proses untuk memperkecil
kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan
keluaran yang diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batasbatas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut (Ruels dan
Frank, 1988).
c. Quality Assurance adalah suatu upaya terpadu yang mencakup
identifikasi
dan
penyelesaian
masalah
pelayanan
yang
43
tersedia
untuk
meningkatkan
pelayanan
yang
44
melindungi
pelaksana
pelayanan
kesehatan
dari
pengertian
dan
peningkatan
proses
yang
komitmen
tentang
pengembangan
karyawan
45
1. Pengertian
a. Good Governance :
1)
Penyelenggaraan
pemerintahan
yang
amanah(Bintoro
Tjokroamidjojo),
2) Tata pemerintahan yang baik (UNDP),
3) Pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggungjawab
(LAN)
4) Arti secara sempit sebagai pemerintahan yangbersih.
b. Clinic
Berasal dari kata Yunani = klinein = sandar =baring
Klinikos / Clinicus : bersandar, berbaring
Clinic : Pelayanan / Perawatan Kesehatan denganberbaring
Outpatient clinic: Fasilitas pelayanan kesehatanperorangan dgn
berbaring
Inpatient clinic : Fasilitas pelayanan kesehatan kumunitas dgn
berbaring
Polyclinic : Gabungan beberapa jenis Outpatient clinic
c. Good Clinical Governance
Disebut juga Clinic Management merupakan bagian dari
Corporate Governance yaitu kerangka kerja agar mutu
pelayanan klinikselalu meningkat dan akuntabel, aman dengan
standar yang tinggi, kreatif dan selalu berkreasi untuk
menumbuh suburkan clinical environment.
2. Tujuan
a. Terbentuk Sistem yang selalu memantau mutu praktik klinik
agar tetap berjalan padarelnya.
b. Adanya Pengkajian Praktek Klinik untuk
berkelanjutan.
perbaikan yang
46
yang
merupakan
situasi
dengan
berpotensi
47
2.
a.
b.
c.
d.
tindakan
yang
diusulkan
dan
3.
4.
frekuensi
Sangat jarang
Kejadian aktual
Dapat terjadi dalam lebih
dari 5 tahun
jarang
Dapat terjadi dalam 2-5
tahun
mungkin
Dapat terjadi tiap 1-2
tahun
sering
Dapat terjadi beberapa
kali dalam setahun
Sangat sering
Terjadi
dalam
minggu/bulan
Tabel 1. probabilitas/frekuensi/likelihood
Insiden keselamatan
48
pemecahan
masalah
yang
mencoba
untuk
3. Metode
a. STEP:
1) Untuk kegiatan yang kompleks dengan melibatkan banyak
orang
2) Membutuhkan runtutan waktu
b. FMEA:
1) Dapat mengetahui segala
macam
potensi
yang
menyebabkan kegagalan
2) Mudah dalam penerapan
c. FTA:
1) Mengidentifikasi banyak perbedaan penyebab kegagalana
2) Melibatkan banyak disiplin yang berbeda
4. Tools dalam RCA
Tools yang umum digunakan antara lain:
a.
b.
penyebab
sebuah
masalah
dengan
49
50
51
52
wrong
procedure
surgery
(mengeliminasi
kesalahan
53
menyambung
alat-alat
kepada
pasien
(misalnya
54
BAB IV
KESIMPULAN
Akreditasi merupakan suatu proses pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit dalam rangka peningkatan nilai mutu dengan keberhasilan suatu
rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Standard Operating Procedure (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif
dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan dimana tujuan utama dari penyusunan SOP adalah untuk
mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir adanya kesalahan di dalam
proses pengerjaannya.
Menurut IOM, Keselamatan Pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai
freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang
meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam
mencapai tujuannya yaitu peningkatan keselamatan pasien dan menciptakan
budaya keselamatan pasien di RS. Dalam Patient Safety terdapat konsep-konsep
seperti management risk, good clinical governance, grading risk, quality
assurance, dan root cause analysis.
DAFTAR PUSTAKA
adhikurniawan.wordpress.com. 2012. Patient Safety. [online] Available at:
<http://adhikurniawan.wordpress.com/8/> Accessed [07 Oct 2012]
55