Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak atau minyak memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan
manusia. Di dalam tubuh lemak mempunyai fungsi fisiologis penting antara lain sebagai
sumber asam lemak esensial dan pelarut vitamin A, D, E dan K. Selain bermanfaat untuk
tubuh lemak juga memiliki sifat fungsional yang sangat penting dalam bidang industri
pangan. Lemak atau minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan
nabati. Minyak nabati yang sering dimanfaatkan adalah yang bersumber dari biji-bijian,
diantaranya berasal dari biji kedelai, biji sawit dan biji bunga matahari.
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar
90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan
tokoferol.
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya, tetapi lebih tinggi dari pada kadar minyak serealia. Asam lemak dalam
minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh.
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada
sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki. Metode pengambilan minyak nabati dari kedelai dalam praktikum ini
adalah dengan cara ekstraksi padat cair.

1.2 Tujuan
1. Menjalankan proses ekstraksi dengan aman dan benar.
2. Menjelaskan fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi tersebut).
3. Menghitung kalor terpakai dari steam oleh pemanasan pelarut.

BAB II

1 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Nabati


Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid, yaitu senyawa organik yang
terdapat dalam alam dan tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar
seperti senyawa hidrokarbon atau dietil eter. Minyak dan lemak hewani maupun nabati
memiliki komposisi utama berupa senyawa gliserida dan asam lemak dengan rantai C
nya yang panjang. Asam lemak merupakan asam karboksilat yang diperoleh dari
hidrolisis suatu lemak atau minyak dan umumnya mempunyai rantai karbon panjang dan
tak bercabang. Gliserida merupakan ester dari gliserol. Gliserida ini terdiri dari
monogliserida, digliserida, dan trigliserida tergantung dari jumlah asam lemak yang
terikat pada gliserol. (Wijayanti, 2008)
Kemurnian minyak dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut (Wijayanti,
2008):
1. Angka Asam
Angka asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas. Perhitungannya dinyatakan
sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas
yang terdapat dalam 1 gram sampel minyak atau lemak.
2. Angka Penyabunan
Angka penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Tiga mol KOH akan bereaksi dengan 1 mol
trigliserida. Angka ini menjelaskan banyaknya asam lemak yang terikat sebagai
trigliserida maupun asam lemak bebasnya dalam suatu minyak.
3. Angka Iod
Angka iod adalah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram minyak atau
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi
dengan iod. Jadi, angka iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang ada di dalam
minyak.
4. Angka Peroksida
Angka peroksida adalah banyaknya miliekivalen oksigen aktif yang terdapat dalam
1000 gram minyak atau lemak. Angka peroksida merupakan informasi yang berguna
untuk mengetahui kerusakan yang telah terjadi pada minyak atau lemak akibat reaksi

2 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

oksidasi. Asam lemak tidak jenuh penyusun suatu trigliserida dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya, sehingga membentuk peroksida. Makin besar angka
peroksida menunjukkan makin besar pula derajat kerusakan pada minyak atau lemak.
5. Densitas (berat jenis)
Berat jenis adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu. Metode yang
digunakan untuk menentukan berat jenis adalah ASTM D 1298 atau ASTM D 1480.
Berat jenis minyak sangat dipengaruhi oleh kejenuhan komponen asam lemaknya,
tetapi akan turun nilainya dengan semakin kecilnya berat molekul komponen asam
lemaknya.
Tabel 1. Jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak nabati
Jenis Asam Lemak
Nama Sistematik
Struktur Formula

Jenis Asam Lemak


Nama Sistematik
Struktur Formula

Jenis Asam Lemak


Nama Sistematik
Struktur Formula

Jenis Asam
Lemak Nama
Sistematik
Struktur Formula

Asam Laurat
Asam Miristat
Asam Palmitat
Asam Stearat
Asam Arakidat
Asam Behenat
Asam Lignoserat
Asam Oleat
Asam Linoleat

Dodekanoat
Tetradekanoat
Heksadekanoat
Oktadekanoat
Eikosanoat
Dokosanoat
Tetrakosanoat
cis-9-Oktadekenoat
cis-9,cis-12Oktadekadienoat
cis-9,cis-12,cis-15Oktadekatrienoat
cis-13-Dokosenoat

12:00
14:0
16:0
18:0
20:0
22:0
24:0
18:1
18:2

C12H24O2
C14H28O2
C16H32O2
C18H36O2
C20H40O2
C22H44O2
C24H48O2
C18H34O2
C18H32O2

18:3

C18H30O2

22:1

C22H42O2

Asam Linolenat
Asam Erukat
2.2 Minyak Kedelai

Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam


sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007
dalam Munziah, 2014).
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Polypetales

3 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

Famili

: Leguminosea

Sub-famili

: Papilionoideae

Genus

: Glycine

Species

: Glycine max (L.) Merill

Menurut U.S. Department of Agricultures dalam Kirana (2015), komposisi ratarata kedelai yang didasarkan pada analisis terhadap 10 varietas kedelai dapat dilihat pada
Tabel 1. Komposisi kimia kacang kedelai atas dasar berat kering
Komposisi

Terendah

Tertinggi

Rata-rata

(%)
3,67
14,95
4,34
36,62
2,70
0,42
1,29
0,16

(%)
5,90
22,90
7,60
53,19
11,97
0,82
2,17
0,47

(%)
4,99
19,63
5,53
42,78
7,97
0,66
1,67
0,275

Abu
Lemak kasar
Serat kasar
Protein N x 6,25
Gula (total sykrosa)
P
K
Ca

(U.S. Department of Agricultures dalam Kirana, 2015)

Kadar protein di dalam kedelai berhbungan dengan kadar non proteinnya. Jika
kadar protein naik maka kadar lemak menurun sebesar 0,33 persen, gula 0,33 persen,
sisanya holo selulosa dan pentosan.
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar
90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan
tokoferol.
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya, tetapi lebih tinggi dari pada kadar minyak serealia. Asam lemak dalam
minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Komposisi kimia minyak kedelai, sifat fisika-kimia, serta standar mutu
minyak kedelai dapat dilihat pada tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Komposisi kimia minyak kedelai
Asam Lemak Tidak Jenuh (85%)

Terdiri dari :

Asam linoleat

15-64%

Asam oleat

11-60%

Asam linolenat

1-12%

4 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

Asam arachidonat
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari :

1,5%

Asam palmitat

7-10%

Asam stearat

2-5%

Asam arschidat

0,2-1%

Asam laurat

0-0,1%
Jumlahnya sangat kecil (trace)
-

Fosfolipida
Lesitin
Cephalin
Lipositol
Sumber: Bailey, A. E. (1990) dalam Kirana (2015)

Tabel 3. Sifat fisiko-kimia minyak kedelai


Sifat

Nilai

Bilangan asam

0,3-3,000

Bilangan penyabunan

189-195

Bilangan iod

117-141

Bilangan thiosianogen

77-85

Bilangan hidroksil

4-8

Bilangan Reichert Meissl

0,2-0,7

Bilangan Polenske

0,2-1,0

Bahan yang tak tersabunkan

0,5-1,6%

Indeks bias (25oC)

1,471-1,475

Bobot jenis (25/ 25oC)

0,916-0,922

Titer (oC)

22-27

Sumber: Bailey, A. E. (1950) dalam Kirana (2015)

Tabel 4. Standar mutu minyak kedelai


Sifat
Bilangan asam

Nilai
Maksimum 3

Bilangan penyabunan

Minimum 190

Bilangan iod

129-143

Bilangan tak tersabunkan (%)

Maksimum 1,2

Bahan yang menguap (%)

Maksimum 0,2

Indeks bias (20oC)

1,473-1,477

Bobot jenis (15,5/ 15,5oC)

0,924-0,928

Sumber: Bailey, A. E. (1990) dalam Kirana (2015)

5 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

2.3 Metode Pengambilan Minyak Nabati


Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada
sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki. Metode pengambilan minyak nabati adalah dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu cara mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam
yaitu, rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression (pengepresan
hidraulik dan pengepresan berulir) dan solvent extraction. Metode yang digunakan pada
pada pembuatan minyak kedelai ini adalah solvent extraction.

2.4

Prinsip Ekstraksi Padat Cair


Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat yang dapat larut dalam suatu
pelarut dari campurannya dengan suatu padatan menggunakan suatu pelarut. Komponen
yang dipindahkan dari zat padat ke dalam pelarut disebut solute sedangkan padatan
yang tidak terlarut dalam pelarut disebut inert. Dalam penelitian ini yang berperan
sebagai solute adalah minyak biji teh dan ampas hasil ekstraksi yang tersisa merupakan
inert.
Adapun mekanisme yang terjadi dalam proses ekstraksi padat-cair sebagai berikut :
(Geankoplis, 1993)
1.

Padatan dikontakkan dengan pelarut sehingga pelarut akan bergerak dari bulk
solvent solution menuju permukaan padatan. Kontak padatan dengan pelarut dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu : perkolasi (padatan disusun menyerupai unggun
tetap dan solvent dialirkan melewati unggun tersebut) atau dispersi (padatan
didispersikan ke dalam pelarut hingga seluruh permukaan padatan diselimuti oleh
pelarut, dispersi dapat dibantu dengan pengadukan). Pada penelitian ini, kontak

2.

dilakukan secara dispersi menggunakan magnetic strirrer.


Pelarut berdifusi ke dalam padatan. Pada proses difusi, suatu zat akan berpindah
melewati membran dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah.
Peristiwa difusi dapat terjadi karena adanya driving force berupa perbedaan
konsentrasi. (Bailey, 1983 dalam Prasetyo, 2010)

6 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

3. Solute yang terkandung dalam padatan akan larut dalam pelarut yang telah masuk ke
dalam padatan. Solute dapat larut dalam solvent karena adanya gaya antaraksi
diantara molekul-molekulnya, yaitu gaya dipol-dipol dimana zat yang bersifat polarpolar atau non polar-non polar akan saling berikatan. Selain itu juga terdapat gaya
London ayng terjadi antara dipol-dipol yang lemah sehingga memungkinkan pelarut
polar melarutkan senyawa non polar.
4. Solute akan menuju permukaan padatan dan berdifusi kembali keluar padatan. Difusi
ini terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung solute lebih besar
5.

dibandingkan konsentrasi pelarut di luar padatan yang tidak mengandung solute.


Solute berpindah ke dalam bulk solution
Ekstraksi dilakukan hingga tercapainya waktu kesetimbangan, dimana driving force
bernilai nol (atau mendekati nol).
Selama terjadi kontak antara padatan dengan pelarut, sebagian solute akan

berpindah ke dalam pelarut secara difusi dan berlangsung hingga kesetimbangan


tercapai. Laju difusi ini sebanding dengan luas permukaan partikel padatan dan
berbanding terbalik dengan ketebalan padatan sehingga umumnya bahan dibuat menjadi
serbuk terlebih dahulu.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi yang
baik, antara lain:
1. memperkecil ukuran padatan sehingga lintasan kapiler yang harus dilewati (secara
difusi) menjadi lebih pendek dan tahanan akan berkurang. Solute seringkali terkurung
di dalam sel sehingga perlu dilakukan kontak langsung dengan pelarut melalui
pemecahan dinding sel. Pemecahan dapat dilakukan dengan penekanan atau
penggerusan, namun ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil;

7 | Laporan Praktikum Pilot Plant Leaching

2. temperatur yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan solute lebih
besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi. Namun, temperatur
ekstraksi tidak boleh melebihi titik didih pelarut karena akan menyebabkan pelarut
menguap. Biasanya temperatur ekstraksi yang paling baik adalah sedikit di bawah
titik didih pelarut;
3. semakin banyak pelarut yang digunakan akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi,
namun akan meningkatkan biaya operasi sehingga pemilihan perbandingan pelarut
yang optimal perlu diperhatikan; serta
4. semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi, namun jika
terlalu lama peningkatan perolehan ekstrak terhadap waktu menjadi tidak sebanding
dan tidak efisien.

2.5 Perpindahan Massa dalam Proses Leaching


Asumsi sistem ekstraksi silang (cross current) dengan pelarut (misal campuran airetanol) selalu dalam keadaan murni di setiap tahap.

= massa dari rafinat

= massa dari pelarut

= massa dari solute dalam rafinat

= massa dari solute dalam ekstrak

Neraca Massa (Tahap I)

Massa masuk = Massa keluar


Axf + By0

= Ax1 + By1

dengan y0 = 0, maka:
Axf + 0 = Ax1 + By1
By1
y 1=

= Ax1 + Axf
A (x 1x f )
B

y 1=

A ( x f x 1 )
B

Untuk kalor yang diperlukan/dilepas oleh steam, Q


Q=m s h gms h f +ms hfg
ms

= laju massa steam

hg

= energi dalam/entalpi steam pada tekanan kerja P

hfg

= kalor laten kondensasi penguapan kukus pada T kondensasi

hg

= energi dalam/entalpi kondensat pada T kondensat

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang digunakan


Unit Leaching
Termometer
Gelas kimia
Ember plastik
3.2 Langkah Kerja
a. Membuka katup katup air pendingin V1 dan V2 ke kondensor
b. Membuka tutup wadah dan memasukkan kertas saring disusul 2 kg umpan kedelai
c. Mengatur sudut sifon antara 60-90 0.
d. Memasukan air dingin kewadah umpan samapai terdapat air mengalir melalui sifone
ke labu utama dan mengambil air tersebut melalui pembuangan dibawah wadah,
mencatat sebagai B dan menutup wadah kembali.
e. Mengisi labu utama dengan pelarut (air etanol) sebanyak 40 liter dan menutup
f.
g.
h.
i.

kembali labu utama.


Membuka katup kukus V3 sampai tekanan menunjukan 1 bar.
Setelah satu siklus atau tahap mengambil sampel dari ekstrak untuk analisa.
Mencatat laju dari kukus dan temperatur kondensat.
Setelah selesai mematikan peralatan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai