Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Menjalankan proses ekstraksi dengan aman dan benar.
2. Menjelaskan fenomena perpindahan massa (proses fisis ekstraksi tersebut).
3. Menghitung kalor terpakai dari steam oleh pemanasan pelarut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oksidasi. Asam lemak tidak jenuh penyusun suatu trigliserida dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya, sehingga membentuk peroksida. Makin besar angka
peroksida menunjukkan makin besar pula derajat kerusakan pada minyak atau lemak.
5. Densitas (berat jenis)
Berat jenis adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu. Metode yang
digunakan untuk menentukan berat jenis adalah ASTM D 1298 atau ASTM D 1480.
Berat jenis minyak sangat dipengaruhi oleh kejenuhan komponen asam lemaknya,
tetapi akan turun nilainya dengan semakin kecilnya berat molekul komponen asam
lemaknya.
Tabel 1. Jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak nabati
Jenis Asam Lemak
Nama Sistematik
Struktur Formula
Jenis Asam
Lemak Nama
Sistematik
Struktur Formula
Asam Laurat
Asam Miristat
Asam Palmitat
Asam Stearat
Asam Arakidat
Asam Behenat
Asam Lignoserat
Asam Oleat
Asam Linoleat
Dodekanoat
Tetradekanoat
Heksadekanoat
Oktadekanoat
Eikosanoat
Dokosanoat
Tetrakosanoat
cis-9-Oktadekenoat
cis-9,cis-12Oktadekadienoat
cis-9,cis-12,cis-15Oktadekatrienoat
cis-13-Dokosenoat
12:00
14:0
16:0
18:0
20:0
22:0
24:0
18:1
18:2
C12H24O2
C14H28O2
C16H32O2
C18H36O2
C20H40O2
C22H44O2
C24H48O2
C18H34O2
C18H32O2
18:3
C18H30O2
22:1
C22H42O2
Asam Linolenat
Asam Erukat
2.2 Minyak Kedelai
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polypetales
Famili
: Leguminosea
Sub-famili
: Papilionoideae
Genus
: Glycine
Species
Menurut U.S. Department of Agricultures dalam Kirana (2015), komposisi ratarata kedelai yang didasarkan pada analisis terhadap 10 varietas kedelai dapat dilihat pada
Tabel 1. Komposisi kimia kacang kedelai atas dasar berat kering
Komposisi
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
(%)
3,67
14,95
4,34
36,62
2,70
0,42
1,29
0,16
(%)
5,90
22,90
7,60
53,19
11,97
0,82
2,17
0,47
(%)
4,99
19,63
5,53
42,78
7,97
0,66
1,67
0,275
Abu
Lemak kasar
Serat kasar
Protein N x 6,25
Gula (total sykrosa)
P
K
Ca
Kadar protein di dalam kedelai berhbungan dengan kadar non proteinnya. Jika
kadar protein naik maka kadar lemak menurun sebesar 0,33 persen, gula 0,33 persen,
sisanya holo selulosa dan pentosan.
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar
90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan
tokoferol.
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacangkacangan lainnya, tetapi lebih tinggi dari pada kadar minyak serealia. Asam lemak dalam
minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Komposisi kimia minyak kedelai, sifat fisika-kimia, serta standar mutu
minyak kedelai dapat dilihat pada tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Komposisi kimia minyak kedelai
Asam Lemak Tidak Jenuh (85%)
Terdiri dari :
Asam linoleat
15-64%
Asam oleat
11-60%
Asam linolenat
1-12%
Asam arachidonat
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari :
1,5%
Asam palmitat
7-10%
Asam stearat
2-5%
Asam arschidat
0,2-1%
Asam laurat
0-0,1%
Jumlahnya sangat kecil (trace)
-
Fosfolipida
Lesitin
Cephalin
Lipositol
Sumber: Bailey, A. E. (1990) dalam Kirana (2015)
Nilai
Bilangan asam
0,3-3,000
Bilangan penyabunan
189-195
Bilangan iod
117-141
Bilangan thiosianogen
77-85
Bilangan hidroksil
4-8
0,2-0,7
Bilangan Polenske
0,2-1,0
0,5-1,6%
1,471-1,475
0,916-0,922
Titer (oC)
22-27
Nilai
Maksimum 3
Bilangan penyabunan
Minimum 190
Bilangan iod
129-143
Maksimum 1,2
Maksimum 0,2
1,473-1,477
0,924-0,928
2.4
Padatan dikontakkan dengan pelarut sehingga pelarut akan bergerak dari bulk
solvent solution menuju permukaan padatan. Kontak padatan dengan pelarut dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu : perkolasi (padatan disusun menyerupai unggun
tetap dan solvent dialirkan melewati unggun tersebut) atau dispersi (padatan
didispersikan ke dalam pelarut hingga seluruh permukaan padatan diselimuti oleh
pelarut, dispersi dapat dibantu dengan pengadukan). Pada penelitian ini, kontak
2.
3. Solute yang terkandung dalam padatan akan larut dalam pelarut yang telah masuk ke
dalam padatan. Solute dapat larut dalam solvent karena adanya gaya antaraksi
diantara molekul-molekulnya, yaitu gaya dipol-dipol dimana zat yang bersifat polarpolar atau non polar-non polar akan saling berikatan. Selain itu juga terdapat gaya
London ayng terjadi antara dipol-dipol yang lemah sehingga memungkinkan pelarut
polar melarutkan senyawa non polar.
4. Solute akan menuju permukaan padatan dan berdifusi kembali keluar padatan. Difusi
ini terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung solute lebih besar
5.
2. temperatur yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan solute lebih
besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi. Namun, temperatur
ekstraksi tidak boleh melebihi titik didih pelarut karena akan menyebabkan pelarut
menguap. Biasanya temperatur ekstraksi yang paling baik adalah sedikit di bawah
titik didih pelarut;
3. semakin banyak pelarut yang digunakan akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi,
namun akan meningkatkan biaya operasi sehingga pemilihan perbandingan pelarut
yang optimal perlu diperhatikan; serta
4. semakin lama waktu ekstraksi akan meningkatkan unjuk kerja ekstraksi, namun jika
terlalu lama peningkatan perolehan ekstrak terhadap waktu menjadi tidak sebanding
dan tidak efisien.
= Ax1 + By1
dengan y0 = 0, maka:
Axf + 0 = Ax1 + By1
By1
y 1=
= Ax1 + Axf
A (x 1x f )
B
y 1=
A ( x f x 1 )
B
hg
hfg
hg
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN