Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia
sehat 2020 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan

hidup

sehat

bagi

setiap

orang

untuk

terwujudnya kesehatan yang optimal, untuk mencapai


tujuan tersebut pemerintah telah mengupayakan berbagai
tekhnik, metode dan strategi guna menurunkan angka
kesakitan dan kematian penduduk khususnya pada bayi
dan balita, Salah satu masalah kesehatn yang perlu
mendapat perhatian adalah infeksi saluran pernafsana akut
(ISPA) yang masih menjadi isu kesehatan dunia saat ini.
(Mambo,2009)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan
penyebab

utama

morbiditas

dan

mortalitas

penyakit

menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal


akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia,
terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita
rendah dan menengah. Insidens infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) menurut kelompok umur Balita terdapat 156
juta kasus baru di dunia per tahun dimana 151 juta kasus
(96,7%) terjadi di Negara berkembang. Kasus terbanyak
terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10

juta) dan Bangladesh. Indonesia, Nigeria, masing-masing 6


juta kasus. (WHO, 2007)
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2010, ISPA termasuk salah satu dari 10 penyakit
terbanyak

pada

pasien

rawat

jalan

di

rumah

sakit.

Berdasarkan Daftar Tabulasi Dasar (DTD) menujukkan


bahwa ada 291.356 kasus ISPA yaitu laki- laki dengan
147.410 kasus dan perempuan 143.946 kasus dan untuk
pasien rawat inap yaitu lakilaki dengan kasus 9.737 dan
perempuan 8.181 kasus yang meninggal ada 589 pasien
dengan presentase 3,29% dengan jumlah kasus yang
ditemukan 291.356 kasus dan jumlah kunjungan rawat
jalan sebanyak 433.354 kasus. (Kemenkes, 2011).pada
tahun 2014 Provinsi Sulawesi Barat ISPA merupakan
penyebab utama kematian bayi dan balita di sulawei barat
dimana

pneumonia

di

duga

sebagai

faktor

utama

penyebabnya. ISPA juga merupakan penyebab utama


kunjungan berobat di rumah sakit dan puskesmas pada
tahun 2010 penyakit ISPA di provinsi sulawesi barat
mengalami peningkatan sebanyak 4187 pasien pada tahun
2011 mengalami penurunan menjadi 1729 pasien dan pada
tahun 2014 menjadi 1382 pasien.(DISKES Provinsi SULBAR,
2014). Di kabupaten polewali mandar pada tahun 2012
terdapat beberapa penyakit yang di derita penduduk
poleawali mandar baik penyakit menular maupun penyakit
tidak menular. Berdasarkan laporan SP2TP puskesmas
selama

tahun 2014 didapat 10 penyakit terbanyak yang

berkunjung

dimasing-masing

puskesmas

di

kabupaten

polewali mandar dan ISPA menduduki peringkat teratas dan


merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan di

puskesmas

sebanyak

158,409

sekabupaten

polewali

mandar. (DINKES POLMAN, 2014).


Infeksi

saluran

pernafasan

akut

(ISPA)

adalah

penyakit akut yang melibatkan organ saluran pernapasan,


hidung, sinus, faring, atau laring. Beberapa gejala dari
ISPA, di antaranya badan pegal-pegal (myalgia), beringus
Demam Tinggi (hipertermia), Batuk, Sakit tenggorokan.
Sebagian besar orang menderita penyakit ISPA mengalami
Demam

tinggi

yang

disebabkan

adanya

infeksi.

(Herman,2013)
Berdasarkan data dan hasil Prasurvey diatas peneliti
tertarik untuk mengetahui Pencegahan Demam Tinggi
(Hipertermi) pada kejadian penyakit ISPA pada balita usia
0-5 tahun di ................... Kabupaten Poleawali Mandar
tahun 2016
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mencegah hipertemi (demam tinggi) pada
penderita infeksi saluran pernafasan akut(ISPA)
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang
pelaksanaan pencegahan hipertemi pada penderita ISPA
(infeksi Saluran pernapasan Akut) pada anak balita
di ....................................................
b. Untuk Mengetahui Pencegahan hipertermi pada penyakit
ISPA.

2. Tujua Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian
dan analisa data pada penderita Hipertermi pada ISPA
b. Mendapatkan pengalaman nyata tentang pencegahan
hipertermi pada penderita ISPA

D. Mamfaat Penelitian
1. Akademik
Dapat digunakan sebagai salah satu sumber dan acuan dalam
penerapan asuhan keperawatan pengobatan dan pencegahan
hipertermi pada ISPA
2. Pelayanan Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat untuk
mengambil strategi dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kasus hipertermi pada ISPA
3. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan memperoleh pengalaman
nyata serta wawasan yang luas mengenai pengobatan dan
pencegahan hipertermi pada penyakit ISPA

Anda mungkin juga menyukai