Anda di halaman 1dari 106

Skripsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


INSIDEN PENGGUNAAN NAPZA PADA REMAJA
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PALEMBANG

DIKY ILHAM AKBAR


05.12.054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2016

Skripsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN


INSIDEN PENGGUNAAN NAPZA PADA REMAJA
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PALEMBANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

DIKY ILHAM AKBAR


05.12.054

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2016
i

ii

iii

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Diky Ilham Akbar

Tempat Tanggal Lahir

: Tanah Abang, 25 Mei 1995

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Raja 1 Tanah Abang Jaya


Kec. Tanah Abang Kab. PALI

Riwayat Pendidikan
1. 2001-2006

: SD Negeri 2 Tanah Abang

2. 2006-2009

: SMP Negeri 1 Tanah Abang

3. 2009-2012

: SMA Veteran Purwokerto

4. 2012-2016

: Mahasiswa PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang

vi

ABSTRAK

Nama

: Diky Ilham Akbar

NIM

: 05.12.054

Program Studi

: Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi

: Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Insiden


Penggunaan NAPZA pada Remaja di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang Tahun 2016

Jumlah Halaman

: 62 Halaman

Latar belakang : Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyalahgunaan


NAPZA, hal itu karna hubungan yang saling terkait antara prilaku
penyalahgunaan, faktor lingkungan dan faktor peredaran NAPZA di masyarakat,
Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan salah
satunya adalah rasa ingin tahu pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat
selalu ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belumatau
kurang diketahui dampak negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba
itu misalnya dengan mengenal narkotika, psikotropika maupun minuman keras
atau bahan berbahaya lainnya. Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan
pengetahuan dan sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada remaja di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2016. Metode Penelitian :
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain survey analitik
dengan pendekatan cross sectional, Tehnik Sampling adalah Accindental
Sampling pada remaja pengguna NAPZA di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi
Bahar yang berjumlah 35 orang. Hasil : yang di peroleh berdasarkan pengetahuan
didapatkan responden yang pengetahuannya baik (23,1%) dan responden yang
pengetahuannya kurang (63,6%) Ini berarti sebagian besar responden tidak
mengetahui pengertian istilah Napza, jenis Napza, dampak penggunaan Napza,
serta bentuk NAPZA, dan terdapat Hubungan antara Sikap dengan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja dengan hasil statistik menunjukan p value =
0,009 < 0,05 hal ini menunjukan ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada remaja.
Kesimpulan : Ada Hubungan yang signifikan anatara Pengerahuan dan Sikap
dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
Kata Kunci

: Pengetahuan, Sikap, Insiden Penggunaan Napza, Remaja.

Daftar Pustaka : 38 (2007-2016)

vii

ABSTRACT

Name
Students Number
Study Program
Title

Total Pages

: Diky Ilham Akbar


: 05.12.054
: Nursing
: The Relationship between Knowledge and Attitude with the
Incidence of Drugs (Narcotics, Psychotropic, and Additive)
Use to Adolescents in Ernaldi Bahar Hospital of Palembang
in 2016
: 62 Pages

Background: Many things can be the cause of drug abuse, the thing is because
the related relationship between abuse behavior, environmental factor and factor
of drug circulation in the community, one of them is curiosity, in adolescence,
someone is prevalent to have the character of curiosity to everything and want to
try something that is not yet known or less negative impact. Forms of curiosity
and wanted to try it for example to recognize narcotics, psychotropic substances
or alcohol or other hazardous materials. Purpose of the Research: It is known the
relationship between knowledge and attitude with the incidence of drug use to
adolescents in Ernaldi Bahar Hospital of Palembang in 2016. Method of the
Research: This research was quantitative research using analytical survey design
with cross sectional approach, sampling technique was accidental sampling to the
adolescents who consumed the drug in Camar Room of Ernaldi Bahar Hospital
were 35 people. Result: That was gotten based on the knowledge were the
respondents who have the good knowledge (23,1%) and the respondents who have
the less knowledge (63,6%). It means, most of the respondents do not know the
definition of Narcotics, Psychotropic, and Additive (NAPZA), kinds of Narcotics,
Psychotropic, and Additive, the impact of the use of Narcotics, Psychotropic, and
Additive (NAPZA), forms of Narcotics, Psychotropic, and Additive (NAPZA),
and there was the relationship between knowledge and attitude with the incidence
of drug use to adolescents with statistic result that showed p value = 0,009 < 0,05,
this showed there was a significant relationship between knowledge and attitude
with the incidence of drug use to adolescents. Conclusion: There was a
significant relationship between knowledge and attitude with the incidence of
drugs (Narcotics, Psychotropic, and Additive) use to adolescents in Ernaldi Bahar
Hospital of Palembang.
Key words

: Knowledge, Attitude, Incidence of Drugs (Narcotics,


Psychotropic, and Additive) Use, Adolescent
Bibliography : 38 (2007 2016)

viii

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah
SWT, karena atas Berkat, Rahmat, dan Ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan
Skripsi ini dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Insiden
Penggunaan Napza pada Remaja Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2016 sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis sangat menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan pada Skripsi ini yang dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki.
Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan
Skripsi dimasa yang akan datang.
Penyusunan Skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan,
bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada yang
terhomat :
1.

Ketua STIKes Muhammadiyah Palembang Ibu Sri Yulia, S.Kp., M.Kep

2.

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang


Ibu Anita Apriany, S.Kep., Ns

3.

Pembimbing I, Ibu Suzanna, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku pembimbing dalam


penyusunan Skripsi ini.

4.

Pembimbing II, Bapak H.M. Bahori, S.Kep., Ns., M.Kes Selaku pembimbing
dalam penyusunan Skripsi ini.

5.

Penguji I, Ibu Inne Yelisne, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji pada Skripsi
ini.

6.

Penguji II, Ibu Dewi Rianti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku penguji pada Skripsi
ini. Pimpinan Rumah Ernaldi Bahar Palembang Yang Telah Mengizinkan
Saya Untuk Melakukan Penelitian
ix

7.

Para

Dosen

dan

Staf

Program

Studi

Ilmu

Keperawatan

STIKes

Muhammadiyah Palembang.
8.

Kedua Orang Tua, dan Adik yang selalu memberikan doa serta dukungan
dalam pembuatan Skripsi ini.

9.

Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes


Muhammadiyah Palembang yang saling member semangat dan dukungan
dalam penulisan Skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-

Nya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu keperawatan serta bagi
semua yang membacanya, Amin.
Palembang, 27 Juli 2016

Diky Ilham Akbar

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .........................................

iv

HALAMAN PUBLIKASI............................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................

vi

ABSTRAK ....................................................................................................

vii

ABSTRACT ...................................................................................................

viii

KATA PENGANTAR .................................................................................

ix

DAFTAR ISI .................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................

A. Latar Belakang .......................................................................

B. Rumusan Masalah ..................................................................

C. Tujuan Penelitian ...................................................................

D. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................

E. Manfaat Penelitian .................................................................

F. Keaslian Penelitian .................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

10

A. Konsep Napza ........................................................................

10

B. Kepribadian ............................................................................

15

C. Konsep Remaja .....................................................................

23

D. Konsep Pengetahuan ..............................................................

24

E. Konsep Sikap .........................................................................

27

F. Kerangka Teori.......................................................................

31

xi

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS PENELITIAN ......................................................

32

A. Kerangka Konsep ...................................................................

32

B. Definisi Operasional...............................................................

32

C. Hipotesis.................................................................................

34

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................

35

A. Desain Penelitian ....................................................................

35

B. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................

35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................

36

D. Metode Pengumpulan Data ....................................................

36

E. Instrument dan Tehknik Pengumpulan Data ..........................

36

F. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................

38

G. Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................

40

H. Etika Penelitian ......................................................................

42

BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................

43

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................

47

B. Hasil Penelitian ...................................................................

47

BAB VI PEMBAHASAN.............................................................................

53

A. Pembahasan .........................................................................

53

B. Keterbatasan Penelitian .......................................................

60

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

61

A. Simpulan .............................................................................

62

B. Saran ....................................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................


LAMPIRAN ...............................................................................................

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................

33

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja


diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun
2016 .................................................................................................

48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja yang menggunakan


NAPZA diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2016 .....................................................................................

48

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Yang Menggunakan NAPZA


diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun
2016 .................................................................................................

49

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Insiden Penggunaan NAPZA


pada Remaja di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016 ...................................................................

50

Tabel 5.5 Hubungan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada


Remaja di Ruang Camar Rumah sakit Ernaldi Bahar Palembang
Tahun 2016 .....................................................................................

xiii

51

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan

Halaman

Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ..........................................

28

Bagan 2.2 Kerangka Teori Penelitian .............................................................

31

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................

32

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
Lampiran 1 Pengajuan Tema Proposal
Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Rumah Sakit
Lampiran 3 Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 4 Supervisi
Lampiran 5 Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Output SPSS
Lampiran 8 Lembar Konsultasi

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilainilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan
(agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian dari pada
makhluk Sosial (Suryawati, 2007). Menurut Van Der Zanden (dalam Arfian.
2010) Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah orang
dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Sedangkan,
menurut (Muhartiny, 2015) Perilaku menyimpang adalah semua tindakan
yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial yang
menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku menyimpang.
Berdasarkan definisi di atas menurut (Sunarto, 2007) penyimpangan
dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu : penyimpangan primer dan
penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku
menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terusmenerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu
lintas,buang sampah sembarangan dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan
sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari
masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti minum-minuman
keras, merampok, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain-lain.
Jenis-Jenis Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Penyimpangan Individual (Individual Deviation) dan Penyimpangan Kolektif
(Group Deviation) Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang
dilakukan oleh seseorang yang berupa pelanggaran terhadap norma-norma
suatu kebudayaan yang telah mapan. Penyimpangan ini disebabkan oleh
kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku kriminalitas. Kategori
Penyimpangan Individual Kategori tindakan penyimpangan individual yaitu:
Penyalahgunaan narkoba, Proses sosialisasi yang tidak sempurna, Pelacuran,
Penyimpangan

seksual.

Sedangkan

Penyimpangan
1

kolektif

yaitu

penyimpangan yang dilakukan secara bersama-sama atau secaraberkelompok.


Penyimpangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang beraksi secara
bersama-sama (kolektif). Penyimpangan yang dilakukan secara kelompok
antara lain yaitu: Kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar, penyimpangan
kebudayaan (Juwanita, 2011).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam United Nations
(2003), penyalahgunaan zat-zat terlarang merupakan salah satu dari tiga
resiko kesehatan utama yang mampu menghancurkan kesehatan. Penggunaan
NAPZA dengan cara menyuntikkan langsung ke dalam tubuh merupakan
salah satu cara penggunaan NAPZA yang paling beresiko dalam penularan
penyakit.

Hal

tersebut

dikarenakan

obat-obatan

tersebut

langsung

berhubungan dengan darah dan juga penggunaan jarum suntik secara


bergantian serta penggunaan jarum suntik yang tidak steril. NAPZA
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Jenis
narkotika diantaranya heroin, opium, ganja (marijuana), morfin, kokain. Jenis
psikotropika diantaranya ekstasi, sabu, amfetamin, pil koplo. Sedangkan jenis
zat adiktif lainnya alkohol, inhalans ( lem, tinner, bensin, penghapus cat
kuku), tembakau dan kafein. (BNN, 2008).
Berdasarkan data yang dilansir Livescience pada 7 Januari 2012 yang
merujuk pada data PBB diperkirakan terdapat sekitar 149 juta hingga 271 juta
orang di seluruh dunia menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan
terlarang seperti : ganja, sabu, ekstasi, heroin, amfetamin, kokain, dan apioid
(Yakub, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari
penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun, 900 juta berada di
negara berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah
remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Jumlah penduduk di Asia
Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja
umur 10-19 tahun. Kelompok umur 10-19 tahun di Indonesia menurut Biro
Pusat Statistik adalah 22%, terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1%
remaja perempuan (Soetjiningsih, 2010).

Hasil

survei

Badan

Narkoba

Nasional

(BNN)

tahun

2012

menunjukkan prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia telah mencapai


3,8 juta orang dengan usia antara 10 sampai 60 tahun. 21,2% tersangka kasus
NAPZA

berada

pada

kelompok

umur

1724

tahun.

Prevalensi

penyalahgunaNAPZA tertinggi adalah anak jalanan yaitu 28,2%. Berdasarkan


data Badan Narkoba Narkotika Provinsi (BNNP) sumsel pada tahun 2015
tercatat 2.400 pengguna NAPZA yang terjaring razia petugas angka ini
meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Ernaldi Bahar palembang, jumlah
pengguna NAPZA tahun 2014 adalah 374 orang dan meningkat pada tahun
2015 menjadi 604 orang pengguna NAPZA, sedangkan pada remaja pada
tahun 2014 terdapat 42 orang remaja pengguna NAPZA dan meningkat pada
tahun berikutnya tahun 2015 menjadi 73 orang remaja, Sedangkan 2 bulan
terakhir yaitu bulan februari dan maret telah mencapai 26 orang remaja
pengguna NAPZA di Rumah Sakit Enaldi Bahar palembang. Berdasarkan
data diatas NAPZA sering kali dikonsumsi oleh remaja.
Remaja adalah individu yang telah mencapai umur 10-21 tahun dan
belum menikah dimana individu tersebut mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari masa anak-anak sampai dewasa, sementara
dewasa muda adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20- 40
tahun, dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu yang
disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan masa dimana
individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun
psikologis pada orang tuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam
hubungan Masyarakat (Sumiati, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas
dan emosional yang kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang
penting untuk menjadi dewasa. Kondisi demikian membuat remaja belum
memiliki kematangan mental oleh karena masih mencari identitas atau jati

dirinya sehingga sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dalam lingkungan


pergaulan termasuk dalam perilaku seksualnya (Sarwono, 2011).
Penyalahgunaan narkotika pada remaja adalah bentuk dari kenakalan
remaja yang akan menjurus pada kejahatan, dibawah pengaruh narkotika,
remaja akan nekat berbuat apa saja, tanpa merasa dirinya bersalah. Faktorfaktor penyebab penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja ada beberapa
faktor yang dominan yang mempengaruhi yaitu : Faktor yang berasal dari diri
remaja itu sendiri, karena remaja ingin mengetahui apa yang belum pernah
ialakukan, perasaan ingin tahu, ingin tampil beda, melarikan diri dari
kenyataan dan rasa kesetia kawanan (Syamsu, 2014).
Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab
individu menyalahgunakan NAPZA dan menjadi ketergantungan terhadap
narkotika dan psikotropika. Bahwa di antara faktor-faktor yang berperan
dalam penggunaan NAPZA adalah faktor kepribadian anti sosial dan
psikopatik, kondisi kejiwaan yang mudah merasa kecewa atau depresi,
kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua,
hubungan orang tua dengan anak, kelompok teman sebaya, dan NAPZA itu
sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran yang resmi maupun tidak
resmi. Faktor pendorong di antaranya faktor dari dalam diri sendiri seperti
kepribadian,fisik, dan faktor dari luar seperti faktor permasalahan keluarga,
faktor sosial dengan lingkungan atau pergaulan dan terakhir dengan sedikit
penalaran penelitifaktor kemudahan memperoleh NAPZA, lingkungan
(keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat), faktor individu itu sendiri.
(Anggreni, 2015).
Sikap penyalahgunaan NAPZA pada remaja dipengaruhi oleh banyak
hal, selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor Internal yang
meliputi motivasi pengguna NAPZA, pembawaan pengguna NAPZA,
minimnya pendidikan agama. Dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan
keluarga yang kurang mendukung, kurangnya penyaluran bakat dan tenaga
para remaja, adanya geng-geng remaja serta pengaruh budaya asing. Sikap
penyalahgunaan NAPZA remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap

positif kecenderungan tindakan adalah mendukung penyalahgunaan NAPZA


sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah menghindari atau
tidak melakukan penyalahgunaan NAPZA (Sudarman, 2008)
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyalahgunaan NAPZA,
hal itu karna hubungan yang saling terkait antara prilaku penyalahgunaan,
faktor lingkungan dan faktor peredaran NAPZA di masyarakat, Faktor-faktor
yang dapat memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan salah satunya adalah
rasa ingin tahu pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu
ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belumatau kurang
diketahui dampak negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba
itumisalnya dengan mengenal narkotika, psikotropika maupun minuman
keras atau bahan berbahaya lainnya. (Jajuli, 2007).
Menurut masjid (2007) Dampak NAPZA, memang sangatlah
berbahaya bagi manusia. NAPZA dapat merusak kesehatan manusia baik
secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya. Bahkan, pada pemakaian
dengan dosis berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa
mengakibatkan

kematian

tetapi

masih

saja

banyak

orang

yang

menyalahgunakannya.
Sedangkan menurut anggreni (2015) Dampak NAPZA terbagi
menjadi dua yaitu : Damapk NAPZA terhadap fisik pemakai NAPZA akan
mengalami gangguan-gangguan fisik sebagai berikut berat badannya akan
turun secara drastis, matanya akan terlihat cekung dan merah, mukanya pucat,
bibirnya menjadi kehitam-hitaman, tangannya dipenuhi bintik-bintik merah,
buang air besar dan kecil kurang lancer, sembelit atau sakit perut tanpa alasan
yang jelas. Dampak NAPZA terhadap emosi pemakai NAPZA akan
mengalami perubahan emosi sebagai berikut sangat sensitif dan mudah bosan,
jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang,
emosinya tidak stabil, Kehilangan nafsu makan dan Dampak NAPZA
terhadap perilaku pemakai NAPZA akan menunjukkan perilaku negatif
sebagai berikut malas sering melupakan tanggung jawab, jarang mengerjakan
tugas-tugas rutinnya menunjukan sikap tidak peduli, menjauh dari keluarga,

mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan, menggadaikan


barang-barang berharga di rumah, sering menyendiri menghabiskan waktu di
tempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau
kamar, takut akan air, batuk dan pilek berkepanjangan, bersikap manipulatif,
sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan, sering
menguap, mengaluarkan keringat berlebihan, sering mimpi buruk, sakit
kepala, nyeri sendi.
Menurut (Simangunsong, 2015) masalah penyalahgunaan narkoba di
Indonesia, sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan
beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak pada posisi di antara
tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang sangat maju dan
penggeseran nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini peredaran gelap
narkoba. Kekhawatiran ini semakin di pertajam akibat maraknya peredaran
gelap narkotika yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di
kalangan generasi muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
bangsa dan negara pada masa mendatang.
Berdasarkan dari uraian diatas mengenai perilaku menyimpang
remaja, keterkaitan antara pengetahuan dan sikap dari penyebab Insiden
Remaja Penggunaan NAPZA itulah yang menarik minat peneliti. Peneliti
tertarik untuk mengetahui apakah benar terdapat Hubungan Pengetahuan dan
Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada remaja di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah Hubungan Pengetahuan dan Sikap
dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang Tahun 2016.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan dan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA Pada Remaja
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan remaja yang menggunakan NAPZA di rumah
sakit ernaldi bahar palembang tahun 2016.
b. Diketahui sikap remaja yang menggunakan NAPZA di rumah sakit
ernaldi bahar palembang tahun 2016.
c. Diketahui insiden remaja penggunaan NAPZA di rumah sakit ernaldi
bahar palembang tahun 2016.
d. Diketahui Hubungan pengetahuan dengan insiden penggunaan
NAPZA pada remaja di rumah sakit ernaldi bahar Palembang tahun
2016.
e. Diketahui Hubungan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada
remaja di rumah sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam

ruang lingkup keperawatan

jiwa,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap


dengan insiden remaja Penggunaan NAPZA di rumah sakit ernaldi bahar
palembang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang


menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat.

E. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Rumah Sakit


Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan khususnya mengenai pengetahuan dan sikap dengan
insiden penggunaan NAPZA pada remaja.

2.

Untuk Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini sebagai informasi yang berharga serta dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan.

3.

Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu yang di
dapat selama pendidikan dengan mengaplikasihkannya pada kenyataan
yang ada dilapangan baik di institusi pelayan kesehatan maupun di
masyarakat serta untuk menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis
ilmiah.

F. Keaslian Penelitian
Penelitian Widya (2014) mempunyai persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. beberapa persamaan yang ada yaitu terdapat pada
persamaan variabel. Sedangkan perbedaan yang terdapat pada penelitian ini
terdapat pada metode penelitian, tempat penelitian, tehnik pengambilan
sampel, sasaran responden yang akan kamu teliti.
Penelitian Qomariyatus (2015) mempunyai persamaan dan perbedaan
dengan penelitian ini. beberapa persamaan yang ada yaitu terdapat pada
metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional, variabel, istrumen penelitian. Sedangkan perbedaan yang terdapat
pada penelitian ini terdapat yaitu pada jumlah populasi, lokasi penelitian,
tehnik pengambilan sampel. Waktu penelitian.

Penelitian Afianty (2014) mempunyai persamaan dan perbedaan


dengan penelitian ini. beberapa persamaan yang ada yaitu variabel
independen, instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner. Adapun
perbedaan dari penelitian ini yaitu terdapat pada tehnik pengambilan sampel,
variabel dependen, tempat penelitian dan waktu penelitian.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep NAPZA
1. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan. (saleh, 2014). NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lain) adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan
(dependensi) terhadap NAPZA. (LPPM USM, 2008). NAPZA adalah zat
yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang
mengonsumsinya.

Manfaat

maupun

risiko

penggunaan

NAPZA

bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya,


dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi
(Kemenkes RI, 2010).

2. Jenis-jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
10

11

dapat lepas dari hukum. Berdasarkan Undang-Undang No.35


Tahun2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
1) Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan
lain-lain.
2) Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol,
dan lain-lain.
3) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.
b.

Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah
maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan peruahan khas
pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang
digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
1) Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan
STP.
2) Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.

12

3) Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta


berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4) Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan

serta

berguna

untuk

pengobatan

dan

penelitian.

Contohnyaadalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam,


dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
1) Rokok
2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
3) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,
cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat
memabukkan.
Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA (Partodiharjo, 2008).

3. Faktor- Faktor Penyalahgunaan NAPZA


Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyalahgunaan NAPZA,
halitu karna hubungan yang saling terkait antara prilaku penyalahgunaan,
faktorlingkungan dan faktor peredaran NAPZA di masyarakat (di dalam
Jajuli, 2007).
Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya penyalahgunaan
adalah NAPZA sebagai berikut :
a. Lingkungan Sosial
1) Rasa ingin tahu
Pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu
ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum
atau kurang diketahui dampak negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu

13

dan ingin mencoba itu misalnya dengan mengenal narkotika,


psikotropika maupun minuman keras atau bahan berbahaya
lainnya. Rasa ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan
perilaku ingin tahu seperti eksplorasi, investigasi, dan belajar,
terbukti dengan pengamatan pada spesies hewan manusia dan
banyak. Istilah ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan
perilaku itu sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Seperti
emosi Rasa ingin tahu merupakan dorongan untuk tahu halhalbaru, rasa ingin tahu adalah kekuatan pendorong utama di balik
penelitian ilmiah dan disiplin ilmu lain dari studi manusia.
2) Kesempatan
Masyarakat dan lingkungan yang memberi kesempatan
pemakaian NAPZA yaitu adanya situasi yang mendorong diri
sendiri untuk mengggunakan NAPZA dorongan dari luar adalah
adanya ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap seseorang
untuk memakai NAPZA. Kesibukan kedua orang tua maupun
keluarga

dengan

kegiatannya

masingmasing,atau

dampak

perpecahan rumahtangga akibat (broken home) serta kurangnya


kasih sayang merupakan celah kesempatan para remaja mencari
pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika
maupun minuman keras atau atau obat berbahaya, oleh karna itu
kondisi dalam masyarakat juga memprilaku pengaruhi prilaku
remaja.
3) Faktor pergaulan
Pergaulan adalah merupakan proses interaksi yang dilakukan
oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan
kelompok pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia
lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan
yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang
positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok

14

guna melakukan halhal yang positif. Sedangkan pergaulan yang


negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang
harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati
dirinya.
4) Konflik keluarga
Konflik keluarga yang dimaksud adalah Perceraian, dalam
sebuah pernikahan tidak bisa dilepaskan dari pengaruhnya terhadap
anak. Banyak faktor yang terlebih dahulu diperhatikan sebelum
menjelaskan tentang dampak perkembangan anak setelah terjadi
suatu perceraian antara ayah dan ibu mereka. Anak yang sudah
menginjak remaja dan mengalami perceraian orang tua lebih
cenderung mengingat konflik dan stress yang mengitari perceraian
itu sepuluh tahun kemudian, pada tahun masa dewasa awal mereka.
Mereka juga Nampak kecewa dengan keadaan mereka yang
tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh.
5) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan di mana remaja
mendapatkan pengetahuan, pembinaan perilaku,dan keterampilan.
Di sekolah juga, remajamenemukan teman sebaya yang mendorong
munculnya

persaingan

antar

sesama.

Ada

yang

ingin

berprestasi,terlihat bergengsi, sok jagoan, dan sebagainya. Jika


keadaan ini tidak bisa dibenahi dan diselesaikan oleh pengelola
pendidikan

di

sekolah,

maka

remaja

yang

cenderung

pendiam,malas mengejar prestasi dan beraktivitas akan mengalami


stres dan berpotensi terjerumus ke dalam tindakan penyimpangan
seperti penyalahgunaan NAPZA.
6) Lingkungan di pemukiman masyarakatnya yang permisif
Lingkungan masyarakat yang permisif terhadap hukum dan
norma kurang patuh terhadap aturan, status sosial ekonomi. Faktor
komunitas yang dimaksud adalah tinggal di suatu daerah yang
tingkat kejahatannya tinggi, yang juga dicirikan oleh kondisi-

15

kondisi kemiskinan dan kehidupan yang padat, menambah


kemungkinan bahwa seorang anak akan menjadi nakal. Masyarakat
ini seringkali memiliki sekolah-sekolah yang sangat tidak
memadai.

Komunitas

juga

dapat

berperan

serta

dalam

memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat


kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai
model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil
atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.

B. Kepribadian
1. Kondisi kejiwaan
Orang-orang yang cukup mudah tergoda dengan penyalahgunaan NAPZA
adalah para remaja yang jiwa labil, pada masa ini mereka sedang
mengalami perubahan biologis, psikologis maupun sosial. Perasaan
Perasaan rendah diri di dalam pergaulan bermasyarakat, seperti di
lingkungan sekolah, tempat kerja, lingkungan sosial dan sebagainya
sehingga tidak dapat mengatasi perasaan itu, remaja berusaha untuk
menutupi kekurangannya agar dapat menunjukan eksistensi dirinya
melakukannya dengan cara menyalahgunakan narkotika, psykotropika
maupun minuman keras sehingga dapat merasakan memperoleh apa-apa
yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih berani dan
sebagainya.

2. Emosi
Kelabilan emosi remaja pada masa pubertas dapat mendorong remaja
melakukan kesalahan fatal. Pada masa -masa ini biasanya mereka ingin
lepas dari ikatan aturan-aturan yang di berlakukan oleh orang tuanya.
Padahal disisi lain masih ada ketergantungan sehingga hal itu berakibat
timbulnya konflik pribadi.

16

3. Mental
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat sera lingkungan
tempat ia hidup. Definisi ini lebih luas dan bersifat umum karena
berhubungan dengan kehidupan manusia pada umumnya. Menurut definisi
ini seseorang dikatakan bermental sehat bila dia menguasai dirinya
sehingga terhindar dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang
menyebabkan frustasi.

4. Faktor Individu
Selain faktor lingkungan,peran pada komponen yang berpengaruh
terhadap penyalahgunaan NAPZA, setidaknya untuk beberapa individu.
Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan NAPZA cenderung
menurun kepada anaknya, terlebih pada ibu yang sedang hamil. Faktorfaktor individu lainnya adalah Sikap positif. Sifat mudah terpengaruh,
kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau kebutuhan
tinggi terhadap ekcitment. Beberapa pengaruh adanya NAPZA terhadap
perilaku penyalahgunaan dikalangan remaja adalah sebagai berikut:
a. Ingin menikmati yang cepat (praktis).
Pada awalnya orang memakai NAPZA kerena mengharapkan
kenikmatan misalnya, nikmat bebas dari rasa kesal, kecewa, stres,
takut, frustrasi. Takala mulai mencoaba, perasaan nikmat tersebut tidak
datang yang datang justru perasaan berdebar, kepala berat, dan mual.
b. Ketidaktahuan
Pemakai NAPZA yang berakibat buruk terjadi karena kebodohan
pemakainya sediri, dasar dari seluruh alasan penyebab peyalahgunaan
NAPZA adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan tersebut menyangkut
banyak hal, misalnya tidak tahu apa itu NAPZA atau tidak mengenali
NAPZA, tidak tahu bentuknya, tidak tahu akibatnya terhadap fisik,
mental, moral, masa depan, dan terhadap kehidupan akhirat, tidak

17

paham akibatnya terhadap diri sendiri, keluarga masyarakat, dan


bangsa.
c. Alasan internal
Adalah ingin tahu, ingin di anggap hebat, rasa setia kawan, rasa
kecewa, frustrasi, dan kesal dapat terjadi karena kekeliruan dalam
komunikasi. Antara lain :
1) Komunikasi anak dengan orang tua
2) Komunikasi antara anak
3) Komunikasi di lingkungan eksekutif muda
4) Komunikasi suami istri
5) Ingin menikmati rasa gembira, tampil licah, enerjik, dan mengusir
rasa sedih dan malas.
d. Alasan keluarga
Komunikasi yang buruk antar ayah ,ibu, dan anak sering kali
menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Penyebab konflik
beragam konflik dalam keluarga solusi yang baik adalah komunikasi
yang baik, penuh pengertian saling menghargai dan menyayangi serta
ingin saling menghargai satu sama lainnya. Konflik dalam keluarga
dapat mendorong anggota keluarga merasa frustrasi, sehingga terjebak
memilih NAPZA sebagai solusi. Biasanya yang paling rentan terhadap
stres adalah anak,kemudian suami, istri sebagai benteng akhir.
e. Alasan orang lain
Banyak pengguna NAPZA yang awal dimulai kerena pengaruh
dari orang lain. Bentuk pengaruh orang lain itu dapat bervariasi muli
dari bujuk rayu, tipu daya, dan sampai paksaan.
f. Jaringan peredaran NAPZA yang sanagat luas sehingga NAPZA
mudah didapat.
Penyebab lain banyaknya orang yang mengkonsumsi NAPZA
adalah karena NAPZA mudah didapat. Jaringan pengedar NAPZA di
Indonesia dengan cepat meluas, bukan hanya di kota besar tetapi di
kota madya bahkan desa-desa. Meluasnya jaringan NAPZA didorong

18

oleh rendahnya kualitas intelektualitas dan moralitas masyarakat dan


buruknya kondisi sosial ekonomi. Perdagangan NAPZA adalah bisnis
yang menggiurkan banyak orang karena buruknya kondisi ekonomi
masyarakat Indonesia saat ini. Dengan peredaran yang demikian luas,
NAPZA mudah didapat dimana-mana. Oleh karena itu, perang
melawan penyalahgunaan di Indonesia akan berat sebelah. (Sunarno,
2007).

5. Dampak- Dampak NAPZA


Menurut Dalami, (2014 ) Narkoba ( narkotika, psikotropika dan zat
adikrif lainnya) yakni zat-zat kimiawi jika dimasukan kedalam tubuh
manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat
mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan perilaku seseorang.
Narkoba yang populer dikalangan masyarakat terdiri dari 3 (tiga) golongan
yakni, psikotropika, obat/zat berbahaya. Ketiga golongan ini ditetapkan
dalam undang-undang.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika alamiah berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dalam
jumlahrelatif kecil diperoleh melalui proses

yang sederhana,

sedangkan narkotika sintetis maupun semi sintetis muncul karena


alasan sangat terbatasnya narkotika alamiah yang tersedia. Yang
termasuk jenis narkotika alamiah adalah :
1) Candu (opium) yang di peroleh dari tanaman yang bernama
papaver somniferum, atau yang lebih dikenal sebagai bunga popi
2) Morphine (morvin) adalah opioda alamia yang mempunyai daya
analgesik yang kuat, berbentuk kristal, berwarna putih, berubah
menjadi kecoklatan dan tidak berbau, opium mentah mengandung

19

4-21% morfin. Sebagian besar opium diolah menjadi morfin dan


codein. Morfin merupakan suatu unsur aktif yang berasal dari
candu setelah mengalami proses kimiawi.
3) Heroin(diasetilmorfin) berasal dari bahan pokok morfin dan
merupakan opioda semi sintetis berupa serbuk putih yang berasa
pahit. Dipasar gelap heroin dipasarkan dalam ragam warna karena
dicampur dengan bahan lain seperti gula, coklat, tepung, susu, dll
sekitar 24%.
4) Cocain adalah alkoloida dari daun tumbuhan erytoxylon coca
sejenis tumbuhan yang tumbuh dilereng pegunungan andes di
amerika selatan. Cocain merupakan narkotika golongan stimulan
terbuat dari daun tanaman erytoxylon coca yang banyak tumbuh
didaerah pegunungan andes.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat adiktif yang dapat mempengaruhi psikis
melalui

pengaruh

selektif

pada

susunan

syaraf

pusat

otak

menyebabkan perubahan yang khas pada aktivitas mental dan


perilaku.Didalam undang-undang No 5 tahun 1997 diuraikan bahwa
psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkoba yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh seleksi pada
susunan syaraf pusat menyebabkan poerubahan yang khas pada
perilaku dan mental. Kedua rumusan psikotropika tersebut menyatakan
bahwa psikotropika adalah jenis-jenis obat yang diproduksi untuk
tujuan penyembuhan maupun pemulihan kesehatan bagi penderita
penyakit

tertentu

tetapi

apabila

disalahgunakan

atau

tidak

mengikutipetunjuk dokter, dapat mengakibatkan ketergantungan obat


yang selanjutnya mengakibatkan terganggunya mekanisme susunan
sraf pusat atau otak.
1. Pengaruh pemakaian jangka pendek
Secara umum, dampak penyalahgunaan psikotropika golongan I
adalah halusinogen (LSD, Dob, Psilopsin, dan lain-lain) akan

20

menimbulkan daya hayal dan ilusi bagi penyalahguna. Dapat pula


menyebabkan disorientasi waktu dan tempat, pada jenis psikotropika
golongan II (Amphetamine, Methampetamine, dan lain-lain), pada
reaksi segera akan meningkatkan kewaspadaan yang lebih pada si
penyalahguna selain itu dapat pula meningkatkan gairah dan rasa
senang yang berlebihan pupil mata membesar, denyut nadi, dan
tekanan darah meningkat, suka tidur, serta hilangnya nafsu makan.
Pada pemakaian amphetamine dosis tinggi selain akan menimbulkan
halusinasi, menimbulkan pula perasaan ringan/melayang, gemetar, dan
muntah-muntah. Sedangkan untuk jenis psikotropika golongan III dan
IV yang merupakan jenis depresan (Traquilizer, Barbituat, dan lainlain), dampak segera pada penyalahgunaan adalah berbicara kacau,
tidak dapat mengendalikan diri, dan tingkah laku akan seperti orang
mabuk.
2. Pengaruh pemakaian jangka panjang
Pada pemakaian secara berulang atau jangka panjang jenis
psikotropika golongan 1 akan menimbulkan gangguan kejiwaan,
khayalan tentang peristiwa yang menyenangkan dan akhirnya koma
sampai dengan meninggal dunia. Untuk jenis psikotropika golongan 2,
pengaruh pemakaian jangka panjangnya adalah rasa gelisah yang
berlebihan pada sipenyalah guna, suhu badan naik, daya khayal yang
tinggi, tertawa tidak wajar, hingga akhirnya meninggal dunia.
Sedangkan pada jenisp[sikotropika golongan 3 dan 4, dampak yang
terjadi adalah nafas si penyalah guna tersengal-sengal, kulit lembab
dan dingin, pupil mata membesar, denyut nadi cepat dan melemah,
hingga akhirnya koma dan meninggal dunia. Gejala putus obat pada
penyalah guna jenis psikotropika ini akan menyebabkan kondisi si
penyalah guna selalu gelisah, insomnia ( tidak bisa tidur), rasa
gemetar, mengiggau, tertawa yang tidak wajar hingga meninggal
mendadak.

21

c. Zat adiktif
Adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam bahan-bahan
organisme hidup menimbulkan kerja biologi yang apabila disalah
gunakan dapat menimbulkan ketergantungan(adiksi), yakni keinginan
menggunakan kembali secara terus menerus. Penggunaan zat adiktif
antara lain akan berefek pada problem kesehatan terutama merusak
otak, leper, ginjal dan paru-paru, memperlambat kerja sistem saraf
pusat, memperlambat refleks motorik serta dapat menyebabkan
kematian akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung
serta Efek putus zat akan menimbulkan diantaranya rasa sakit dan lelah
yang luar biasa.
1.

Pengaruh pemakaian jangka pendek


Dampak segera yang timbul pada penyalahgunaan bahan-bahan
adiktif, terutama alkohol adalah gangguan kordinasi motorik, jalan
sempoyongan, bicara pelo, dan perubahan pada alam perasaan.
Dapat pula menimbulkan rasa relaksasi yang menuju pada hilangnya
pengendalian diri, gerakan tubuh tidak terorganiasani, pandangan
kabur, berbicara tidak jelas dan hilang kesadaran.

2. Pengaruh pemakaian jangka panjang


Pengaruh jangka panjang yang akan dialami penyalah guna
bahan-bahan adiktif, khususnya alkohol adalah radang lambung,
kerusakan hati, kerusakan otot, berkurangnya daya ingat, kekacauan
pola

pikir,

gangguan

jantung dan

darah,

depresi,

bahkan

memampukan si penyalah guna untuk melakukan tindakan-tindakan


kriminal. Pemakaian bahan-bahan adiktif dalam waktu lama dan
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kematian.

6. Penelitian Terkait NAPZA


Penelitian Penelitian Widya (2014) tentang gambaran penggunaan
napza pada anak jalanan di kota semarang menjukan bahwa sebagian
besar anak jalanan menggunakan NAPZA setiap hari di pinggir jalan,

22

bawah jembatan, rumah, dan di tempat bekerja secara berkelompok.


Tempat memperoleh NAPZA yaitu apotek, pengedar, toko bangunan,
minimarket, dan warung dengan harga Rp 5.000-20.000. Jenis NAPZA
yang digunakan antara lain pil dextro, pil Buto Ijo (BI), pil kasaran, lem,
minuman keras, dan rokok. Efek yang dirasakan antara lain stamina
bertambah kuat, tidak mengantuk, membuat perasaan senang, santai, mual,
pusing, hilang kesadaran, emosi bertambah besar, tidak bisa mengontrol
diri, halusinasi, dan mabuk. Ada keinginan dalam diri anak jalanan untuk
berhenti menggunakan NAPZA, namun lingkungan pergaulan anak
jalanan yang bebas menyebabkan mereka sulit untuk berhenti.
Penelitian Qomariyatus (2015) efektivitas program p4gn terhadap
pencegahan penyalahgunaan napza menunjukan bahwa Berdasarkan hasil
penelitian menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai significancy 0,000
(p<0,05) terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum
penyuluhan dengan sesudah dilakukan penyuluhan.
Penelitian Afianty (2014) tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan
perilaku siswa-siswi sekolah menengah kejuruan x tentang napza di kota
bandung tahun 2014 didapatkan hasil untuk pengetahuan dari 163
responden (59,27%) memiliki pengetahuan cukup, 86 responden (31,27%)
memiliki pengetahuan baik, dan 26 responden (9,46%) memiliki
pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden
secara keseluruhan adalah cukup. Untuk tingkat sikap didapatkan hasil dari
255 responden (92,73%) memiliki sikap yang baik, 18 responden (6,55%)
memiliki sikap cukup, dan hanya 2 responden (0,72%) yang memiliki
sikap kurang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden secara
keseluruhan adalah baik. Dan dari tingkat perilaku yang mempunyai
jumlah responden 275 , didapatkan mayoritas responden sebanyak 254
responden (92,36%) memiliki perilaku yang baik, 18 responden (6,55%)
memiliki perilaku cukup, dan hanya 3 responden (1,09%) yang memiliki
perilaku kurang. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku responden secara
keseluruhan adalah baik.

23

C. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Hariyanto,
2010).
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008) Remaja adalah masa
dimana mulai dewasa, sudah sampai umur untuk menikah dan bukan anakanak lagi.
Remaja merupakan fase peralihan antara masa kanak-kanak menuju ke
masa dewasa, serta secara bertahap menuju kematangan seksual baik
secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan emosional.(Asmani, 2012).

2. Tahapan Remaja
Satria (2008), mengatakan bahwa Berdasarkan sifat atau ciri
perkembangannya, masa remaja dibagi atas tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak

memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).


b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.

24

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.


5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Ali (2008) tugas perkembangan remaja difokuskan pada
upaya peningkatan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa,
adapun tugas perkembangan remaja yaitu :
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.

D. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

25

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), tingkat pengetahuan dibagi
menjadi 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat


menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

26

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,


memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau

menghubungkan

bagian-bagian

di

dalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu


kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahun Ada beberapa faktor


yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Jika
seseorang

tingkat

pendidikannya

rendah

akan

menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan


nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan

pekerjaan

dapat

menjadikan

seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung


maupun secara tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan psikologis (mental).

27

d. Minat
Minat merupakan keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal
dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih yang mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
f. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
g. Informasi
Kemudahan

untuk

memperoleh

suatu

informasi

dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan


yang baru.

E. Konsep Sikap
1. Definisi Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu,
sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dalam hal ini merupakan sikap seseorang dalam menghadapi
penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya. Sikap merupakan
kecenderungan

seseorang

untuk

menginterpretasikan

sesuatu

dan

bertindak atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang


terhadap sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang

28

diyakini dan norma-norma yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi


seseorang, informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan
berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila
mengadopsi informasi tersebut (Kurniasari, 2008)..

Bagan 2.1
Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi, Skiner (1938).

Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)

Proses Stimulus

Stimulus
Rangsangan

Sikap
(tertutup)
2. Komponen pokok sikap
Allport (1954) dala, Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend of behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.

3. Berbagai Tingkat Sikap


a. Menerima (receiving)
Menerima

diartikan

bahwa

orang

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(subjek)

mau

dan

29

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang di berikan.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap


Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
adalah :
a. Pengalaman pribadi
apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial,
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain
disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita.
b. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majala, dam lain-lain mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

30

5. Tindakan
Praktik atau Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek berhungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d. Adopsi (adoption)
Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.

31

C. Kerangka Teori
Bagan 2.2
Kerangka teori
Jenis jenis napza
1. Narkotika
2. Psikotropika
3. Bahan adiktif lainnya
(Partodiharjo, 2008).
Faktor-faktor penyalahgunaan
NAPZA :
1. Lingkungan sosial
a. Rasa ingin tahu
b. Kesempatan
c. Faktor pergaulan
d. Konflik keluarga
e. Lingkungan pendidikan
f. Lingkungan masyarakat
2. Keperibadian
a. Kondisi kejiwaan Ll
b. Perasaan
c. Emosi
d. Mental
e. Faktor individu
f. Jaringan peredaran NAPZA
yang sanagat luas sehingga
NAPZA mudah didapat.
(Jajuli, 2007)

Remaja

NAPZA

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan,
yaitu :
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
d. Minat
Komponen sikap
1. Kepercayaan (keyakinan)
2. Kehidupan emosional
3. Kecenderungan untuk
bertindak
Variabel yang akan di teliti : variabel yang bergaris tebal
Variabel yang tidak di teliti : variabel yang bergaris tipis

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin di teliti (setiawan
& prasetyo, 2015). Kerangka konsep penelitian menghubungkan variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini pengetahuan dan sikap, sedangkan variabel dependen adalah insiden
remaja penggunaan NAPZA. Secara sistematis kerangka konsep penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen

Variabel Dependen

Pengetahuan
Insiden Penggunaan
NAPZA pada remaja
Sikap

B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan seperti pengembangan instrumen (alat
ukur) (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional variabel-variabel dalam
penilitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1.

32

33

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No
1

Variabel
Pengetahuan

Sikap

Insiden
penggunaan
NAPZA pada
remaja

Defenisi

Cara Ukur

Suatu hasil
dari tahu, dan
didapatkan
setelah
seseorang
melakukan
penginderaan
dalam
penelitian ini
tentang
bahaya narkoba

Wawancara

Suatu bentuk
kepercayaan,
keyakinan,
perasaan,
dan
kecenderungan
bertindak yang
dihadapkan
tentang
bahaya narkoba
bagi kesehatan

Wawancara

Bentuk dari
kenakalan
remaja yang
akan menjurus
pada kejahatan
dibawah
pengaruh
narkotika.

Wawancara

Alat Ukur
Kuosioner

Hasil Ukur
1. Baik, jika
skornya >7

Skala
Ordinal

2. Kurang,jika
skornya 7
(lubis, 2012)

Kuosioner

1.Positif jika
skornya > 40

Ordinal

2. Negatif, jika
skornya 40
(Lubis, 2012)

Kuosioner

1.B erat, jika


skor > 25
2. Ringan, jika
skor 25
(Situmorang,
2014)

Ordinal

34

C. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan dengan insiden penggunaan NAPZA pada
remaja
2. Ada hubungan sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada remaja

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain survey
analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk efek di observasi sekaligus pada waktu yang
sama

(Notoatmodjo,

2012).

Untuk

mengetahui

adakah

Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di


Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang di teliti
(Notoadmojo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 56
pengguna NAPZA di Ruang Camar Rumah Sakit Enaldi Bahar
palembang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Tehnik
sampling dalam penelitian ini dilakukan secara non probability sampling
dengan menggunakan metode

Accindental Sampling yaitu tehnik

pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus yang kebetulan


atau tersedia (Elfindri, 2012).
Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 35 pengguna NAPZA
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016. Dengan kriteria inklusi dan
ekslusi, sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien remaja yang berusia 10-21 tahun (Sumiati, 2009).
2) Pasien yang bisa menbaca dan menulis
3) Semua pasien yang bersedia menjadi responden
4) Laki-laki dan perempuan
35

36

b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien yang tidak bisa menbaca dan menulis
2) Semua pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
3) Laki-laki dan perempuan
Jumlah remaja pengguna NAPZA di ruang camar Rumah Sakit
Ernaldi Bahar sebanyak 35 orang di jadikan sampel penelitian.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang tahun 2016. dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03
mei 16 mei tahun 2016.

D. Metode Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri atau diteliti dari
hasil pengukuran, pengamatan, survey (Setiadi, 2007). Data primer
diambil secara langsung melalui kuesioner yang di bagikan pada semua
pasien remaja pengguna NAPZA di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain,
badan/instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari staf dan perawat di ruang
Camar di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2016.

E. Istrumen dan Tehnik Pengumpulan Data


1. Istrumen pengetahuan
Kuesioner pengetahuan ini di adopsi dari penelitian Lubis (2012)
dengan judul penelitian hubungan faktor internal dan faktor eksternal
dengan kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan NAPZA di
kabupaten deli serdang tahun 2012 yang telah uji validitas dan reabilitas

37

dengan nilai Alpha = ,9008. Sebelum di uji validitas dan reabilitas terdapat
20 pertanyaan setelah di uji validitas dan reabilitas kuesioner yang valid
sebanyak 15 pertanyaan terdiri dari jika jawaban terhadap pernyataan
benar (bobot nilai 1) sedangkan jawaban pernyataan yang salah (bobot
nilai 0). Selanjutnya seluruh jawaban dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Baik, jika skornya > 7.
b. Kurang, jika skornya 7
(Lubis, 2012).
2. Instrumen Sikap
Kuesioner sikap ini di adopsi dari penelitian Lubis (2012) dengan
judul penelitian hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan
kekambuhan kembali pasien penyalahgunaan NAPZA di kabupaten deli
serdang tahun 2012 yang telah uji validitas dan reabilitas dengan nilai
Alpha = ,8633. Sebelum di uji validitas dan reabilitas terdapat 15
pertanyaan setelah di uji validitas dan reabilitas kuesioner yang valid
sebanyak 14 pertanyaan yang terdiri dari 7 pernyataan positif dan 7
pernyataan negatif. Jawaban terhadap pernyataan positif yaitu:
1. Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4
2. Setuju (S) diberi nilai 3
3. Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2
4. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1
jawaban terhadap pernyataan negatif yaitu
1. Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1
2. Setuju (S) diberi nilai 2
3. Tidak Setuju (TS) diberi nilai 3
4. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 4
. Selanjutnya seluruh jawaban dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a. Positif , jika skor > 40
b. Negatif , jika skor 40 (lubis, 2012)

38

3. Instrumen Penyalahgunaan NAPZA


Kuesioner penyalahgunaan NAPZA ini di adopsi dari penelitian
(Situmorang, 2015) dengan judul penelitian hubungan pola asuh keluarga
dengan penyalahgunaan napza pada remaja di poliklinik napza rsj
pemprov sumatera utara. Instrumen penyalahgunaan napza ini telah di uji
validitas dan reabilitas. Kuesioner penyalahgunaan Napza terdiri dari 10
pernyataan. Instrumen ini menggunakan skala Likert, dimana jawaban
responden akan dibagi dalam 4 (empat) skala. Option skala yang
digunakan adalah
1. Selalu (SL) = 1 skor
2. Sering (SR) = 2 skor
3. Jarang (JR) = 3 skor
4. Tidak pernah (TP) = 4 skor
Untuk seluruh jawaban dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a. Berat, jika skor > 25
b. Ringan , jika skor 25
(Situmorang, 2014)

F. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian berguna untuk
mempermudah peneliti dalam

menyelesaikan penelitian, penelitian ini

melalui tahap persiapan dan pelaksanaan.


Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Administrasi
Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan tempat penelitian
dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Palembang
yang ditujukan kepada BAAK Stikes Muhammadiyah Palembang
untuk mendapatkan surat rujukan ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang untuk melakukan penelitian.

39

b. Persiapan Peneliti
1) Setelah mendapatkan izin penelitian dari Direktur Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang
2) Peneliti menyiapkan alat ukur atau instrumen yang digunakan
dalam penelitian dan menentukan responden yang akan diteliti
sesuai dengan kriteria inklusi

2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah:
a. Peneliti bekerjasama dengan Kepala Ruangan dan perawat di ruang
camar rumah sakit ernaldi bahar palembang untuk melaksanakan
penelitian.
b. Peneliti menemui responden dan menjelaskan tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan proses penelitian yang akan dilakukan.
c. Responden memahami dan mengetahui maksud peneliti, kemudian
mereka bersedia menjadi responden dan dipersilahkan untuk
menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi subjek peneliti.
d. Peneliti memberikan kuesioner, alat tulis, dan meminta kepada
responden untuk membaca petunjuk pengisian kuesioner.
e. Peneliti mendampingi responden selama proses pengisian kuesioner
dan memberikan bantuan apabila responden tidak paham dari
pertanyan yang terdapat dalam kuesioner.
f. Setelah responden menyelesaikan pengisian kuesioner, peneliti
memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi sehingga menghindari
kesalahan dan memastikan kuesioner telah lengkap dan jelas isinya.
g. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi dalam satu berkas
kemudian dilakukan pengolahan data dengan program komputer.

40

G. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012), tehnik pengolahan data yang digunakan
adalah :
a. Pengolahan Data (Editing)
Peneliti menerima data dari responden satu-persatu dalam
penerimaan datanya apakah datanya lengkap, pastikan peneliti
menghitung

data

jumlahnya

lengkap

setelah

itu

melakukan

pengoreksian dengan benar sehingga memastikan koesioner yang telah


di isi oleh responden semuannya lengkap untuk menghindari kesalahan.
b. Pengkodean (Coding)
Paeneliti sudah, melakukan pengecekan dan memastikan data
lengkap kemudian data yang sudah di koreksi akan diberi kode sesuai
yang ditetapkan oleh peneliti misalnya peneliti menjumlahkan data
yang benar kemudian memberikan kode jika banyak jawaban responden
benar mencapai atau sesuai kriteria maka akan tinggi nilainya dan
sebaliknya jika jumlah jawaban responden banyak salah maka akan
rendah nilanya.
c. Pemasukkan Data (Entry Data)
Penyusunan data yang telah dilakukan, maka data siap
dimasukan ke dalam program SPSS pada komputer yang akan
digunakan tetapi pemasukan data harus benar agar mudah dianalisi.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Peneliti memastikan data yang akan dimasukan benar dan jika
datanya sesuai dengan hasil kuisioner maka akan menjauhi kesalahan
pada saat ada data yang salah kita harus melakukan pembersihan data
untuk terhindar dari kesalahan.

41

2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari semua variabel yang diteliti baik variabel independen (Pengetahuan
dan Sikap ) maupun variabel dependen (insiden penggunaan NAPZA
pada remaja) serta bertujuan mendiskripsikan masing-masing variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu metode analisis data untuk
menganalisis hubungan antara dua variable, yaitu variabel independen
(pengetahuan dan sikap) dan variabel dependen (Insiden penggunaan
NAPZA pada remaja) digunakan uji statistik chi square test, karena
variabel

independen

dan

variabel

dependen

berskala

ordinal.

Intrepretasi hasil uji korelasi dilakukan dengan analisis silang dengan


menggunakan tabel silang yang dikenal dengan baris kali kolom dengan
derajat kebebasan (df) yang sesuai dan tingkat kemaknaan () 0,05 (IC
95%).

Pengambilan

keputusan

statistik

dilakukan

dengan

membangdingkan nilai p (p value) dengan nilai (0,05), dengan


ketentuan:
1) Apabila p value 0,05 berarti Ho ditolak (Ha diterima), dapat
disimpulkan

terdapat

hubungan

bermakna

antara

variabel

Independen dengan Dependen.


2) Apabila p value > 0,05 berarti Ho gagal ditolak (Ha ditolak). Dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara variabel
Independen dengan Dependen.

42

H. Etika Penelitian
Penelitian menjelaskan tentang aspek etik dalam penelitian disertai
dengan penjelasan bentuk aplikatif yang dilakukan terhadap aspek tersebut.
Pertimbangan etik yang lazim digunakan dalam penelitian ini untuk
mengatasi resiko atau dampak yang muncul dalam penelitian ini menurut
Notoatmodjo (2012), adalah :
1) Informet Consent
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti. Responden harus memenuhi kriteria inklusi. Lembar informed
consent harus dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian.
Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap
menghormati hak-hak subjek.
2) Anonimity
Peneliti memberikan lembar kuesioner dan memberitahu kepada
responden untuk mengisi kuesioner menggunakan inisial.
3) Confidentiallity (kerahasiaan)
Peneliti menjelaskan bahwa dalam penelitian akan dijaga privasi dan
kerahasiaan responden.
4) Benefience
Peneliti memberitahu kepada responden tentang hal yang tidak akan
merugikan responden dan mengutamakan manfaat untuk responden
tersebut.
5) Justice
Peneliti berbuat adil dengan melakukan prisip keterbukaan dalam
melakukan suatu penelitian.
6) Veracity
Peneliti harus mempunyai prinsip kejujuran, dalam melakukan
penelitian dan menyampaikan kepada responden pelaksanaan penelitian.

BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
1. Sejarah Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada mulanya bernama Rumah Sakit Jiwa
yang didirikan pada tahun 1920 seperti tertuang dalam besluit tanggal 21
Mei 1992 No. 21 dari Burgelijke Geneeskunding Dients, kemudian Besluit
No. 41 tanggal 25 Februari 1922 tentang personalia yang bertugas di
tempat itu. Pada tahun 1923 dibangun Verpleechtehuiz (Rumah
Perawatan) pertama di Indonesia yaitu di Ujung Pandang dan Palembang;
untuk di Palembang terletak di Jln.Wirangga Wiro Sentiko yang sekarang
ditempati oleh Polisi Militter Kodam II Sriwijaya. Pada tahun 1942 di
pindahkan ke Baturaja kemudian di pindahkan lagi ke Kurungan Nyawa
Ogan Komering Ulu (OKU) yang di pimpin oleh R.R. Setiardjo.
Rumah Sakit Jiwa Palembang mulai di bangun tahun 1945-1955
dengan nama Rumah Sakit Suka Bangun. Karena situasi keamanan saat itu
maka sebagian bangunan ditempati oleh Batalion Basis TNI AD. Setelah
keadaan aman pada tahun 1957 mulai di rintis berdirinya Unit Pelayanan
Kesehatan jiwa berupa : Poliklinik Penyakit Jiwa dan Syaraf yang di
pimpin oleh Dr. Chasanah Goepito. Dan secara resmi dibuka pada tanggal
13 juli 1958.
Berdasarkan surat pimpinan rumah Perawatan Sakit Jiwa Kurunggan
Nyawa tanggal 4 Januari 1957 No. 10/20/A/Rpsd dan tanggal 3 Juli 1958
No. 365/20/B/Rpsd/V/58 dan tanggal 24 Juli 1958 No. 258/Peg/V/58
pegawai Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun berdasarkan SK Menkes No.
4287/PAL/1958 DI Sertai Mutasi 21 orang pegawai Rumah Sakit
Kurungan Nyawa. Pada tanggal 18 Agustus 1958 dilakukan peresmian
oleh kepala bagian Penyakit Jiwa Kemkes RI menjadi Rumah Sakit Jiwa
Suka Bangun yang di pimpin oleh Dr. Chasanah Goepito.

43

44

Pimpinan yang pernah menjabat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar


Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
a. Dr. R. Setiarjo Pimpinan RSPD Kurungan Nyawa
b. Dr. Chasanah Goepito, SpKJ

1958-1978

c. Dr. H. Achmad Hardirman, SpKJ, MARS

1978-1985

d. Dr. Jusmnsyah Idris, SpKJ, MM

1985-1992

e. Dr. F. Soenarto Boediadi, SpKJ, MM

1992-2003

f. Dr. Hj. Nurlaila Atika, MM

2003-2005

g. Dr. H. Syahrul Muhammad, MARS

2005-2005

h. Dr. Chairil Zaman, MSc

2005-2009

i. Dr. Latifah, SpKJ, M.Kes

2009-2012

j. Dr. Hj. Yumidiansi F, M.Kes

2012-sekarang

2. Visi RS Ernaldi Bahar


a. Visi adalah tujuan jangka panjang yang akan di capai oleh sebuah
organisasi, yang berisi tentang pernyataan harapan. Sebgai instansi
pemerintah yang melakukan pelayanan kepada masyarakat seperti
rumah sakit yang kelak akan dikelola dengan mengacu pada pola-pola
pengelolaan organisasi bisnis, keberadaan visi menjadi sangat penting
dan strategis. Pernyataan harapan RS Ernaldi Bahar tertuang pada
sebuah Visi Rumah Sakit Ernaldi Bahar adalah sebagai berikut :
Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai pusat rujukan pelayanan
dan Pendidikan Kesehatan Jiwa yang Primer dan Berdaya Saing
Nasional
b. Misi RS Ernaldi Bahar
Dalam rangka mewujudkan visi Rs Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan tersebut diatas, maka kemudian diterjemahkan dalam
Misi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatra Selatan, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa
2. Mengembangkan fasilitas pendidikan dan pelatihan kesehatan jiwa.

45

c. Tujuan RS ernaldi Bahar


Dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut di atas, maka harus
di rumuskan kedalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa
perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi.
Tujuan merupakan hasil yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu satu sampai lima tahun mendatang yang menggambarkan
arah strategis organisasi atau digunakan untuk melakukan kerangka
prioritas dengan memfokuskan arah semua program dan aktivitas
organisasi pada pencapaian misi. Adapun tujuan yang akan di capai
oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan dalam
mewujudkan misinya adalah sebagai berikut :
1. Dalam mewujudkan misi kesatu yaitu Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan jiwa maka tujuan yang ingin dicapai adalah
tersedianya pelayanan kesehatan jiwa yang bermutu
2. Dalam mewujudkan misi kedua yaitu Mengembangkan fasilitas
pendidikan dan pelatihan kesehatan jiwamaka tujuan yang ingin di
capai adalah meningkatnya peran Rumah Sakit Ernaldi Bahar
sebagai rumah sakir pendidikan yang berkualitas
d. Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan organisasi dan
menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan-tindakan
yang akan di lakukan secara operasional dan kegiatan pokok organisasi
yang bersifat spesifik, terinci, dapat diukur dan dan dapat dicapai.
e. Strategi
Untuk mewujudkan visi dan misi RS Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan, maka strategi yang akan di tempuh adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan 1, Strategi :
- Membuat dan menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP)

46

- Pendidikan dan Pelatihan SDM kesehatan sesuai dengan standar


Kompetensi
- Penyediaan sarana dan prasarana rumah sakit sesuai dengan
standar dan prioritas
-

Melakukan pemasaran/promosi untuk memperkenalkan pelayanan


terapi dan rehabilitasi NAPZA

2. Tujuan 2, Strategi :
-

Membuat kerjasama dengan institusi pendidikan

f. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihanKebijakan


Kebijakan rumah sakit ernaldi bahar dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pelayanan sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) dan SPM
2. Peningkatan kualitas SDM Kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit
4. Peningkatan promosi pelayanan kesehatan NAPZA
5. Peningkatan kerjasama lintas sektor termasuk dengan LSM
6. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan
7. Peningkatan sarana pendidikan rumah sakit
3. Sumber Daya Manusia
Jumlah pegawai rumah sakit ernaldi bahar palembang tahun pada
tahun 2014 yaitu 391 orang. Yang memiliki bidang pekerjaan yang
berbeda. Terdiri dari Dokter spesialis jiwa yang berjumlah 2 orang. Dokter
umum berjumlah 25 orang. Dokter gigi berjumlah 2 orang. Dokter
psikolog/ sarjana psikologi berjumlah 4 orang. Apoteker/farmasi
berjumlah 1 orang. Perawat berjumlah 132 orang. Serta paramedis non
perawat, sarjana lainnya dan administrasi atau staf yang berjumlah 116
orang.

47

4. Jenis Pelayanan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan


Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan terletak di jln.
Tembus terminal KM 12 No. 02 Kelurahan Alang-Alang Lebar
Kecamatan Alang-Alang Lebar Palembang, dengan luas tanah 100.300 m2.
Tipe rumah sakit A, dengan kapasitas 250 tempat tidur dan rawat inap.
Memberikan pelayanan rawat inap untuk pasien jiwa laki-laki maupun
perempuan (VIP, utama, kelas 1,2 dan 3, serta pelayanan askin), memiliki
8 ruang inap, 7 rungan rawat inap pasien gangguan jiwa dan 1 ruangan
untuk pasien NAFZA.
5. Profil Ruang Camar
Ruang camar memiliki kapasitas tempat tidur 51, saat ini jumlah
pasien perbulan tidak menentu/teratur, jumlah perawat pada ruangan
camar berjumlah 13 orang dan jenjang pendidikan S1 Keperawatan 9
orang, D3 keperawatan berjumlah 2 orang dan administrasi 1 orang.
Struktur organisasi terdiri dari 1 kepala ruangan dan 2 kepala tim
keperawatan dengan masing-masing anggota untuk anggota tim 1
berjumlah 4 orang dan anggota tim 2 berjumlah 3 orang.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diruang Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016, penelitian mendapatkan jumlah
pengguna NAPZA yang berada diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang berjumlah 35 pasien.Berdasarkan teknik non probility sampling
dengan menggunakan metode acidental sampling yang dilakukan adalah
didapatkan semua pasien remaja pengguna NAPZA di Ruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar dengan jumlah sebanyak 35 responden. Adapun hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel dibawah ini.

48

1. Analisa Univariat
a. Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja di Ruang Camar Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja
diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016

No

Insiden Penggunaan NAPZA pada


Remaja

Persentase (%)

1.

Berat

17

48,6 %

2.

Ringan

18

51,4 %

Jumlah

35

100 %

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan insiden penggunaan


NAPZA pada remaja hampir sama antara kategori ringan dan kategori
Berat, yakni kategori ringan 18 orang (51,4%) dan kategori berat
sebanyak 17 orang (48,6%).

b. Pengetahuan Remaja yang menggunakan NAPZA di Ruang Camar


Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja yang menggunakan
NAPZA diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016

No

Pengetahuan Remaja yang


menggunakan NAPZA

Persentase (%)

1.

Baik

13

37,1 %

2.

Kurang

22

62,9 %

Jumlah

35

100 %

Berdasarkan

Tabel

5.2

menunjukkan

sebagian

pengetahuan remaja kurang sebanyak 22 orang (62,9%).

besar

49

c. Sikap Remaja Yang Menggunakan NAPZA di Ruang Camar Rumah


Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Yang Menggunakan NAPZA
diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016

No

Sikap Remaja Yang Menggunakan


NAPZA

Persentase (%)

1.

Positif

21

60,0 %

2.

Negatif

14

40,0 %

Jumlah

35

100 %

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar sikap


remaja positif sebanyak 21 orang (60%).

50

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Indisen Penggunaan NAPZA Pada
Remaja di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara Variabel independen (Pengetahuan) dan Variabel dependen
(Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja). Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini.
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan dengan Insiden Penggunaan NAPZA
pada Remaja di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016
Insiden Penggunaan
NAPZA pada Remaja
No

Pengetahuan

Berat
n

Ringan

76,9

13

100

36,4
8

22

100

51,4

35

100

23,1
3

10

Baik

Kurang

14

63,6

Jumlah

17

48,6

18

Jumlah

Value

OR

0,035 0.171

Dari tabel 5.4 menunjukkan hasil analisis hubungan antara


pengetahuan dengan insiden penggunaan NAPZA pada 13 remaja yang
pengetahuan baik terdapat 3 remaja (23,1%) dengan insiden penggunaan
NAPZA berat dan 10 remaja (76,9%) dengan insiden penggunaan
NAPZA ringan. Dari 14 remaja yang pengetahuan kurang terdapat 14
remaja (63,6%) dengan insiden penggunaan NAPZA berat dan 8 remaja
(36,4%) dengan insiden penggunaan NAPZA ringan.
Dari hasil uji chi- square didapatkan p value = 0,035 lebih
kecil dari 0,05 artinya ada Hubungan antara Pengetahuan dengan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja. Dari hasil analisis di peroleh juga
nilai OR = 0,171 artinya responden yang memiliki Pengetahuan Baik

51

berpeluang 0,171 kali untuk tidak menggunakan NAPZA dibandingakan


Remaja yang Pengetahuannya kurang.
b. Hubungan Sikap Dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja
di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara Variabel independen (Sikap) dan Variabel
dependen (Insiden Penggunaan NAPZA pada Remaja). Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini.
Tabel 5.5
Hubungan Sikap dengan Insiden Penggunaan NAPZA
pada Remaja di Ruang Camar Rumah sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016
Insiden Penggunaan
NAPZA pada Remaja
No

Sikap

Berat

Ringan

78,6

14

100

33,3

21

100

18

51,4

35

100

Positif

21,4

11

Negatif
2

14

66,7

Jumlah

17

Jumlah

Value

0,015

OR

0.136

Dari tabel 5.5 menunjukkan hasil analisis hubungan antara


sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada 14 remaja yang
memiliki sikap positif terdapat 3 remaja (21,4%) dengan insiden
penggunaan NAPZA berat dan 11 remaja (78,6%) dengan insiden
penggunaan NAPZA ringan. Dari 21 remaja yang memiliki sikap
negatif terdapat 14 remaja (66,7%) dengan insiden penggunaan
NAPZA berat dan 7 remaja (33,3%) dengan insiden penggunaan
NAPZA ringan.
Dari hasil uji chi- square didapatkan p value = 0,015 lebih
kecil dari 0,05 artinya ada hubungan antara sikap dengan insiden
penggunaan NAPZA pada remaja di ruang camar rumah sakit

52

ernaldi bahar palembang. Dari hasil analisis di peroleh juga nilai


OR = 0,136 artinya responden yang memiliki Sikap Positif
berpeluang 0,136 kali untuk tidak menggunakan NAPZA
dibandingakan Remaja yang Sikapnya Negatif.
-

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian


Pembahasan hasil penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan
analisis bivariat yaitu sebagai berikut :
1. Insiden Penggunaan NAPZA
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang dari 35 remaja didapatkan
insiden penggunaan NAPZA pada remaja hampir sama antara kategorii
ringan dan kategori Berat, yakni kategori ringan 18 orang (51,4%) dan
kategori berat sebanyak 17 orang (48,6%).
Insiden penggunaan NAPZA pada Remaja adalah Bentuk dari
kenakalan
pengaruh

remaja yang akan menjurus pada kejahatan dibawah


narkotika

karena

remaja

ingin

mengetahui

umtuk

menggunakan NAPZA, perasaan ingin tahu, ingin tampil beda,


melarikan diri dari kenyataan dan rasa kesetia kawanan (Syamsu, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (situmorang,
2015). Tentang Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Penyalahgunaan
NAPZA pada remaja di RSJ Pemerintah provinsi Sumatra Utara.
Menunjukan dimana hasil penelitian yang diperoleh dari tingkat
penyalahgunaan NAPZA ringan yaitu sebanyak 24 (75%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rahma, 2013).
Faktor Yang Berhubungan dengan Penyalahgunaan Narkotika dan
Bahan Adiktif (Narkoba) Pada Remaja Di Sma Kartika Wirabuana XX1 Makassar Tahun 2013. Persepsi keharmonisan keluarga dalam
penelitian ini adalah penilaian terhadap responden yang tinggal bersama
keluarga tentang pengalaman kondisi keluarganya dengan mengajukan
beberapa pernyataan yang berupa kuesioner. Tabel 2 menunjukkan
bahwa proporsi responden yang menganggap keluarganya tidak
harmonis lebih tinggi dari pada harmonis yaitu sebanyak 51,1%.
53

54

Kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian


terkait diatas adalah kesamaan dalam segi karakteristik responden yang
masih

remaja.

Sebagai

responden

penelitian

terkait

memiliki

persamaandalam hal ini adalah penyalahgunaan NAPZA pada remaja.


Alasan pertama para pengguna NAPZA adalah sangat sederhana yaitu
ingin mencoba bagaimana rasa dari NAPZA tersebut yang dikarenakan
faktor pengetahuan remaja yang kurang tentang akibat yang
ditimbulkan menggunakan NAPZA, sehingga menyebabkan remaja
menggunakan NAPZA.
Berdasarkan teori, konsep, dan jurnal-jurnal terkait diatas, serta
hasil penelitian diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
tahun 2016. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar insiden
penggunaan NAPZA pada remaja hampir sama antara kategori ringan
dan kategori berat. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
remaja terhadap penggunaan NAPZA disebabkan oleh rendahnya
tingkat pendidikan remaja itu sendiri sehingga remaja menggunakan
NAPZA.

2. Pengetahuan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang dari 35 remaja didapatkan
sebagian besar pengetahuan remaja kurang sebanyak 22 orang (62,9%).
Berdasarkan teori dari

(Notoatmodjo,

2012).Pengetahuan

marupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amiruddin,
(2013) tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
NAPZA Di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep menunjukkan

55

dimana Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pengetahuan


didapatkan responden yang pengetahuannya baik (95,6%) dan
responden yang pengetahuannya kurang (4,4%) Ini berarti sebagian
besar responden mengetahui pengertian istilah NAPZA, jenis NAPZA,
dampak penggunaan NAPZA, serta bentuk NAPZA yang dikarenakan
juga di SMA Negeri 1 Bungoro telah memasukkan dalam
kurikulumpenjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan) tentang
narkoba sehingga remaja di SMA Negeri 1 Bungoro memiliki
pengetahuan yang baik tentang NAPZA, jenis NAPZA dan dampak dari
NAPZA itu sendiri.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Amirudin, 2013) hasil penelitian pengetahuan remaja berkategori baik
(95,6%) sehingga sebagian besar remaja pengetahuannya baik tentang
NAPZA. Ini menunjukan sebagian besar responden mengetahui
pengertian istilah
Penilitian ini sejalan dengan penelitian Prisaria (2012), tentang
Hubungan Pengetahuan Dan Lingkungan Sosial Terhadap Tindakan
Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa Sma Negeri 1 Jepara
di dapatkan bahwa Semakin tinggi pengetahuan tentang NAPZA dan
lingkungan sosial yang baik maka semakin tinggi pula tindakan
pencegahan terhadap NAPZA.
Berdasarkan teori dan jurnal-jurnal terkait diatas, serta hasil
penelitian diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun
2016. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan remaja
kurang. Hal ini menujukan bahwa pengetahuan remaja sangat
berpengaruh

terhadap

penyalahgunaan

NAPZA.

Minimnya

pengetahuan remaja tentang NAPZA dapat disebabkan karena


kurangnya informasi dan belum adanya pelajaran/kurikulum yang
berbasis tentang NAPZA. Serta remaja belum pernah mengikuti
seminar atau penyuluhan maupun karena kurangnya minat dan
pemahaman tentang hal tersebut.

56

3. Sikap Remaja
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan di Ruang Camar
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Tahun 2016 dari 35 remaja didapatkan
sebagian besar sikap remaja positif sebanyak 21 orang (60%).
Berdasarkan teori dari (Lestari, 2014). Sikap Sikap adalah
fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi dalam bentuk
tindakan atau perilaku. Sikap tidak dapat diamati secara langsung ,
untuk mengamati sikap dapat di lihat melalui perilaku. Sikap
merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Amiruddin, 2013). Tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Tentang NAPZA Di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten
Pangkep menunjukkan bahwa sebagian remaja memiliki sikap positif
sebanyak 87 remaja (96,7%).
Penilitian ini sejalan dengan penelitian Saputro (2011). tentang
hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang NAPZA dengan sikap
dalam penyalahgunaan NAPZA pada siswa di SMA Al-islam 3
surakarta, didapatkan bahwa sikap siswa dalam penyalahgunaan
NAPZA

mayoritas

mempunyai

sikap

setuju

untuk

tidak

menyalahgunaan NAPZA.
Berdasarkan hasil penelitian terkait ternyata terdapat kesamaan
dengan hasil penelitian dalam segi karakteristik bahwa Sebagian
responden memiliki sikap yang positif tentang penyalahgunaan
NAPZA. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja mempunyai
sikap yang positif untuk menjauhi NAPZA sebaliknya remaja yang
sikap negatif akan berpeluang untuk menggunakan NAPZA.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya didapatkan
bahwa, serta hasil penelitian diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang tahun 2016. Dari hasil analisis yang di peroleh Dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar remaja yang sikapnya positif

57

memiliki peluang yang besar untuk tidak menggukan NAPZA.


Sebaliknya sikap remaja negatif akan berpeluang untuk menggunakan
NAPZA dikarenakan adanya faktor yang berasal dari diri sendiri
ataupun dari lingkungan sekitarnya.
4. Hubungan Pengetahuan Dengan Indisen Penggunaan NAPZA
Pada Remaja di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Dari Hasil Bivariat didapatkan sebagian besar pengetahuan
remaja kurang sebanyak 22 orang (62,9%). sedangkan Insiden
Penggunaan NAPZA pada Remaja kategori berat sebanyak 17 orang
(48,6%). Dari hasil uji chi-square didapatkan value = 0,035 lebih
kecil dari = 0,05 artinya ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan insiden penggunaan NAPZA pada Remaja.
Berdasarkan teori Prisaria (2012), menerangkan bahwa semakin
tinggi pengetahuan siswa maka semakin tinggi pula pencegahan
terhadap penyalahgunaan NAPZA. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang diantaranya ialah pengaruh social, semakin
tinggi

pengaruh

social

yang

baik

maka semakin tinggi pula

pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA.


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Fazbir, 2014). Hubungan tingkat pengetahuan dan Kecerdasan
spiritual remaja Dengan sikap kecenderungan Penyalahgunaan NAPZA
Di SMK Negeri 1 siniu parigi Moutong sulawesi Tengah. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat pengetahuan remaja
tentang Napza dikatakan kurang yaitu 30 responden (36,1%). Hasilnya
maka ada hubungan antara pengetahuan dengan insiden penggunaan
NAPZA pada remaja ( value yaitu 0,000).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Saputro (2011), tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang
napza dengan sikap dalam penyalahgunaan napza pada siswa di sma alislam 3 surakarta. Didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

58

antara tingkat pengetahuan tentang NAPZA dengan sikap dalam


penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMA Al-Islam 3 Surakarta.
Kesamaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelitianpenelitian terkait diatas dapat terjadi karena banyak yang tidak sadar
dari pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat
menjerumuskan dirinya sendiri akibat menggunakan NAPZA.
Berdasarkan teori, dan jurnal-jurnal terkait diatas, serta hasil
penelitian diruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun
2016. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengetahuan remaja.
Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja terhadap
penggunaan NAPZA. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin baik pula orang tersebut dalam menerima suatu
informasi.

Semakin

banyak

seseorang

mendapatkan informasi

makaorang tersebut juga cenderung lebih banyak pengetahuannya


sedangkan rendahnya tingkat pendidikan remaja itu sendiri akan
mengakibatkan remaja mudah terpengaruh terhadap lingkungan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sangat erat kaitanya
dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja.
5. Hubungan Sikap Dengan Insiden Penggunaan NAPZA pada
Remaja di Ruang Camar Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Dari Hasil Bivariat menunjukkan hasil analisis hubungan antara
sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada 14 remaja yang
memiliki sikap positif terdapat 3 remaja (21,4%) dengan insiden
penggunaan NAPZA berat dan 11 remaja (78,6%) dengan insiden
penggunaan NAPZA ringan. Dari 21 remaja yang memiliki sikap
negatif terdapat 14 remaja (66,7%) dengan insiden penggunaan NAPZA
berat dan 7 remaja (33,3%) dengan insiden penggunaan NAPZA ringan.
Dari hasil uji chi-square didapatkan value = 0,015 lebih kecil dari =
0,05 artinya ada hubungan bermakna antara sikap dengan insiden
penggunaan NAPZA pada Remaja.

59

Sikap adalah fenomena kejiwaan, yang biasanya termanifestasi


dalam bentuk tindakan atau perilaku. sikap yang positif terhadap
penggunaan napza akan menghadirkan tingkah laku yang tidak
menjauhi napza, artinya seseorang akan kompromi dan membuka
kesempatan untuk mencoba napza karena faktor-faktor yang berasal
dari diri sendiri ataupun dari lingkungan sekitarnya (Wijaya, 2014)
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Lestari dkk, 2014). Hubungan pengetahuan, sikap siswa dan
pekerjaan orang tua tentang narkoba pada siswa SMA Negeri 1 Takalar.
Ada hubungan antara sikap dengan insiden penggunaan NAPZA pada
remaja ( value = 0,027).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Saputro (2011), tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang
napza dengan sikap dalam penyalahgunaan napza pada siswa di SMA
Al-islam 3 Surakarta. Menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang NAPZA dengan sikap
dalam penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMA Al-Islam 3 Surakarta.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian didapatkan bahwa ada
hubungan antara sikap dengan penyalahgunaan NAPZA, hal ini
terdapat kesamaan dengan hasil penelitian diruang Camar Rumah Sakit
Ernaldi Bahar Palembang tahun 2016. Dapat disimpulkan bahwa sikap
remaja yang positif membuktikan jika remaja mempunyai peluang
untuk menggunakan NAPZA dikarenakan adanya faktor internal yaitu
didalam diri remaja itu sendiri. Sebaliknya sikap yang negatif pada
remaja akan mempunyai peluang untuk menggunakan NAPZA
dikarenakan adanya faktor kecenderuangan yang membuat remaja
masih tertarik untuk menggunakan NAPZA.

60

B. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis memiliki keterbatasan yaitu : Pada saat
dilapangan ada beberapa responden yang menolak untuk menjadi responden
penelitian, Pada saat dilapangan ada beberapa responden meminta peneliti
untuk menggunakan bahasa palembang, Pada saat dilapangan ada beberapa
responden memerlukan bantuan dan bimbingan untuk menjawab kuesioner.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit ernaldi bahar
palembang pada tanggal 03 Mei 16 Mei 2016 dengan jumlah sampel 35
responden. Kesimpulan hasil penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan
bivariat yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden menunjukan pengetahuan remaja kurang
sebanyak 22 orang (62,9%).
2. Sebagian besar responden menunjukan sikap remaja positif sebanyak 21
orang (60%).
3. Sebagian besar responden menunjukkan insiden penggunaan NAPZA pada
remaja hampir sama antara kategori ringan dan kategori Berat, yakni
kategori ringan 18 orang (51,4%) dan kategori berat sebanyak 17 orang
(48,6%).
4. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan insiden penggunaan
NAPZA pada remaja diruang camar rumah sakit ernaldi bahar tahun 2016
dengan nilai (p value = 0,035)
5. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan insiden penggunaan NAPZA
pada remaja diruang camar rumah sakit ernaldi bahar tahun 2016 dengan
nilai (p value = 0,015)

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hendaknya pihak Rumah Sakit mengoptimalkan dan menambah frekuensi
dalam memberikan penyuluhan atau seminar tentang mengenai Bahaya
Narkoba kepada pasien pengguna NAPZA, agar dapat memperkuat
program yang ada yang

mampu membekali pasien untuk mengatasi

trigger factor (faktor pemicu), yang dapat menyebabkan kekambuhan


kembali. Serta Meningkatkan motivasi pasien penyalahguna NAPZA agar
mereka tetap bertahan tanpa menggunakan NAPZA, setelah mereka selesai
61

62

mengikuti kegiatan rehabilitasi agar pasien dapat mengerti apa itu Narkoba
akibat yang ditimbulkan Narkoba.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian mengenai keperawatan jiwa merupakan bagian yang sangat
penting dari ilmu keperawatan, sehubungan dengan hal tersebut, maka
kepada institusi pendidikan khususnya PSIK Muhammadiyah Palembang,
disarankan agar lebih memfasilitasi mahasiswa dalam melakukan
penelitian seperti memperbanyak referensi atau literatur yang berkaitan
dengan penelitian demi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
keperawatan jiwa.
3.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Pada mahasiswa yang nantinya juga akan melakukan penelitian
dengan masalah hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan
NAPZA

pada

remaja,

hendaknya

lebih

mengembangkan

dan

menyempurnakan penelitian ini serta dapat mengadakan penelitian pada


variabel-variabel lain seperti faktor-faktor penyebab penyalahgunaan
NAPZA pada remaja, dukungan orang tua dengan penyalahgunaan
NAPZA pada remaja dan lain-lain serta menggunakan metode yang
berbeda dan memperluas cakupan penelitian selanjutnya dari penelitian
yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA
Afianty, (2014). Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku Siswa-Siswi sekolah
menengah kejuruan x tentang napza di kota bandung tahun 2014. (
http://repository.maranatha.edu/12681/9/1110119_Journal.pdf)
diakses
internet pada tanggal 14 maret 2016.
Alimul Hidayat, A. Aziz (2007). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Amiruddin, 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Napza Di
SMANegeri1BungoroKabupatenPangkep.
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 1407208438451.pdf.). diakses
tanggal 20 mei 2016.
Anggreni. (2015). Dampak bagi pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif (NAPZA) di kelurahan gunung kelua samarinda ulu. eJournal
Sosiatri-Sosiologi 2015, 3 (3): 37 51 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisipunmul.ac.id

Copyright
2015.
(http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2015/06/jurnal%20Dewi%20Anggreni%20(06-24-15-0310-17).pdf
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineke Cipta
BBN, (2008). (http://repo.unand.ac.id/449/3/BAB%2520I.pdf) diakses internet
pada tanggal 22 maret 2016.
Bintari. (2014). Korelasi konsep diri dan sikap religious terhadap kecenderungan
perilaku menyimpang dikalangan siswa pada kelas XI SMA Negeri 4
Singaraja. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No
1. (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/download/3747/
3002) diakses internet pada tanggal 28 maret 2016.
Dalami, Dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
http://repo.unand.ac.id/449/3/BAB%2520I.pdf) diakses internet pada tanggal 14
maret 2016.
Fazbir, 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Kecerdasan Spiritual Remaja
Dengan Sikap Kecenderungan Penyalahgunaan Napza Di SMK Negeri 1
Siniu
Parigi
Moutong
Sulawesi
Tengah.
(http://opac.unisayogya.ac.id/391/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf).
Diakses internet pada tanggal 28 april 2016.

Ikhsan, (2013). pengaruh pendidikan kesehatan merokok terhadap perilaku


mengurangi
konsumsi
rokok
pada
remaja.
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/121/146)
diakses
internet pada tanggal 24 maret 2016 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisipunmul.ac.id.
(http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2015/06/Jurnal%20Dewi%20Anggreni%20%2806-24-1503-10-17%29.pdf ) diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.
ISSN

0000-0000, ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id. (http://ejournal.sos.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2015/06/Jurnal%20Dewi%20Anggreni%20%2806-24-1503-10-17%29.pdf ). diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.

Iswara. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pengguna


NAPZA suntik (Penasun) di yayasan bina hati Surabaya menggunakan
metode regresi logistik ordinal. Jurnal sains dan seni pomits Vol. 3, No.2.
(2014)(http://pmb.stikestelogorejo.acid/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/viewFile/121/146)
diakses
internet pada tanggal 14 maret 2016.
Jajuli, (2007).dikutip dalam jurnal dewi anggreni 2015. Dampak bagi pengguna
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) di kelurahan gunung kelua
samarinda ulu. eJournal Sosiatri-Sosiologi 2015, 3 (3): 37 51
Kementrian Kesehatan RI, (2010). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan tahun
2010, 2014. Jakarta
Lubis, (2012). Hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan kekambuhan
kembali pasien penyalahgunaan NAPZA di kabupaten deli serdang tahun
2012.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/1/Appendix.pdf)
diakses internet pada tanggal 30 maret 2016.
Masjid, (2007). dikutip dalam jurnal dewi anggreni 2015. Dampak bagi pengguna
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) di kelurahan gunung kelua
samarinda ulu. eJournal Sosiatri-Sosiologi 2015, 3 (3): 37 51
Muhartini. (2015). Perilaku menyimpang di sekitar kawasan pariwisata (studi di
desa penibung kecamatan mempawah hilir kabupaten mempawah).
Sociologique, Jurnal S-1 sosiologi Volume 3 Nomor 2 Edisi juni (2015).
(http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/sociologique/article/download/628/p
df_16) diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.
Notoadmojo,s (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineke
Cipta

Notoadmojo,s (2010). Metodelogi Penulisan. Jakarta : Rineke Cipta


Notoadmojo.s (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Jakarta :
Rineka Cipta.
Partodiharjo,(2008).ChapterII.pdf.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/19888/4/Chapter%20II.pdf) diakses pada tanggal 16 maret 2016.
Prisaria, N.2012. Hubungan Pengetahuan Dan Lingkungan Sosial
Terhadap Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Pada Siswa
SMA Negeri 1 Jepara. Universitas Diponegoro.
Priyanti, (2011). Pengetahuan terhadap sikap remaja penyakit yang menular
akibat
hubungan
seksual
diMan
Mojokerto.
(http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/view/80
/70 ) diakses internet pada tanggal 24 maret 2016.
Qomariyatus, 2015. Efektivitas program p4gn terhadap pencegahan
Penyalahgunaan napza. ( http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas )
diakses internet pada tanggal 21 maret 2016.
Rahma, 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan Narkotika
Dan Bahan Adiktif (Narkoba) Pada Remaja Di SMA Kartika Wirabuana
Xx-1 Makassar.
(http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/470) diakses
internet pada tanggal 12 mei 2016.
Salim. Dkk (2015) Penyebab terjadinya perilaku menyimpang ngelem pada siswa
di
SMP
Negeri
3
Subah
Kabupaten
Sambas.
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/12600/11424)
diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.
Saputro, 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Napza Dengan
Sikap Dalam Penyalahgunaan Napza Pada Siswa Di SMA Al-Islam 3
Surakarta. (http://eprints.ums.ac.id/12558/). Diakses internet pada
tanggal 23 april 2016.
Sarwono, 2011. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49566/5/Chapter
%20I.pdf). diakses pada tanggal 22 april 2016.
Sarwono,Sarlito.W. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Simangunsong. (2015). Penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja (studi
kasus
pada
badan
Narkotika
Kota
Tanjumg
Pinang).
(http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/garvity_forms/1-

ec61c9cb232aD3a96d0947c6478e525e/2015/09/E-jurnal-Jimmy.pdf)
diakses internet pada tanggal 23 maret 2016.
Situmorang, (2014). Hubungan pola asuh keluarga dengan penyalahgunaan
NAPZA Pada remaja dipoliklinik NAPZA RSJ PEMPROVSU.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44464/1/Appendix.pdf )
diakses internet tanggal 30 maret 2016.
Soetjiningsih, 2010. Bahan Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan
permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Sudarman, (2008). Sosiologi
Untuk Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika.
Sumiati, Dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling, Jakarta: Trans Info
Media.
Sunarto, (2007). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI
Suryawati, (2007). Perilaku Menyimpang Remaja Di Sekitar Kawasan Pariwisata
(Studi Di Desa Penibung Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten
Mempawah).
(http://jurmafis.untan.ac.id/index.php/sociologique/article/view/628/pdf_1
6) diakses internet pada tanggal 14 maret 2016.
Syamsu. (2014). Faktor penyebab dan penanggulangan penyalagunaan narkotika
pada remaja oleh Sat Res Narkoba Polersta Padang..
(http://www.journal.unitaspdg.ac.id/downlotfilmh.php?file=JURNAL%FERRY%20SYAMSU.pdf)
diakses pada tanggal 23 maret 2016.
Widya, (2014). Gambaran penggunaan napza pada anak jalanan Di kota
semarang. (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas ). diakses
internet pada tanggal 14 maret 2016.
Wijaya, 2014. Pengetahuan, Sikap Dan Aktivitas Remaja Sma Dalam Kesehatan
Reproduksi Di Kecamatan Buleleng.

(http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kemas/3068). Diakses
internet pada tanggal 25 april 2016.
Wuryati. (2012). Fenomena perilaku menyimpang remaja di kabupaten Kendal.
Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Prodi Pendidikan IPS,Program
Pascasarjana http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess) diakses pada
tanggal 12 Maret 2016.
Yakub,

(2012).
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-379341310100023-chapter1.pdf) diakses internet pada tanggal 22 maret 2016.

Lampiran 1

Lampiran 2

Lanjutan

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia


berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang, yang
bernama Diky Ilham Akbar dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Insiden Remaja Penggunaan Napza Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang Tahun 2016.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat
yang merugikan bagi saya, dan jawaban yang saya berikan adalah yang
sebenarnya yang sesuai dengan apa yang saya ketahui tanpa ada paksaan dari
pihak lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, 16 April 2016

Responden

Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN INSIDEN
REMAJA PENGGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT ERNALDI
BAHAR PALEMBANG TAHUN 2016

A. IDENTITAS RESPONDEN :
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan
:
5. Sudah berapa lama anda menggunakan narkoba ?
a. < 3 tahun
b. 3-6 tahun
c. 6 tahun
6. Apakah anda pernah berhenti menggunakan narkoba baik karena
keinginan sendiri, atau sedang mengikuti pengobatan rehabilitasi ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa lama anda berhenti kemudian menggunakan
kembali ?
7. Apakah jenis narkoba yang anda pakai ?
a. Ganja
b. Shabu-shabu
c. Alkohol
d. Ekstasi
e. Putaw
f. Lain-lain .......(sebutkan)

Lanjutan

B. Kuesioner Pengetahuan
Beri tanda (x) atau () pada kotak yang telah tersedia sesuai
dengan jawaban responden.
No

Pertanyaan

Jawaban
Benar

NAPZA

bukan

Narkotika,

merupakan

Psikotropika,

dan

singkatan
Zat

dari

Adiktif

lainnya.
2

Narkoba lebih dikenal dalam masyarakat dengan


istilah NAPZA.

Pada mulanya, seseorang hanya coba-coba


menggunakan Narkoba hingga pada akhirnya
menjadi ketergantungan.

Penyalagunaan Narkoba tidak menyebabkan


ketergantungan

fisik

dan

ketergantungan

psikologis.
5

Teman kelompok memberikan pengaruh pada


diri seseorang untuk menggunakan narkoba
pertama kalinya.

Pemakaian narkoba jangka panjang tidak dapat


menyebabkan kerusakan fisik dan gangguan
mental.

Salah

Lanjutan

Pada umumnya prestasi pecandu narkoba akan


meningkat.

Seorang mantan pecandu narkoba yang sedang


dalam proses pemulihan dapat mengunakan
narkoba kembali.

Seseorang yang sedang dalam proses pemulihan


dapat melakukan perilaku menyimpang karena
ketidakmampuan menjalankan fungsi dengan
baik.

10

Kambuh terjadi karena tidak adanya rasa rindu


dari mantan pecandu untuk memakai narkoba
kembali.

11

Orang tua harus memahami proses kekambuhan


sehingga dapat mengenali anaknya kambuh atau
tidak.

12

Kekambuhan kembali

terhadap penggunaan

narkoba tidak dapat dicegah


13

Kembalinya

seseorang

kepada

narkoba,

didahului oleh perubahan-perubahan perilaku,


sikap, perasaan, dan pikiran.
14

Pecandu yang telah selesai mengikuti terapi atau


rehabilitasi harus tetap mengikuti program
pemulihan atau program rawat lanjut.

Lanjutan

15

Pada saat rehabilitasi seorang pecandu narkoba


tetap membutuhkan dukungan keluarga dan
teman.

C. Kuesioner Sikap
Beri tanda (x) atau () pada kotak yang telah tersedia sesuai
dengan jawaban responden.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No

Pernyataan

Jawaban
SS

Saya tidak akan pernah mencoba-coba


untuk menggunakan narkoba.

Saya tidak mudah pernah terpengaruh


oleh

bujukan

teman

untuk

menggunakan narkoba meskipun saya


dapat sembuh dari narkoba.

TS

STS

Lanjutan

Saya akan mengikuti program terapi


dan rehabilitasi agar saya tidak dapat
sembuh dari narkoba.

Jika mengalami gejala kambuh, maka


saya akan segera mencari bantuan atau
pertolongan.

Saya akan mengikuti seluruh program


terapi dan rehabilitasi dengan berat
hati.

Saya tidak akan berhenti menggunakan


narkoba meskipun telah ikut terapi dan
rehabilitasi.

Saya akan rindu untuk menggunakan


narkoba kembali.

Saya merupakan pribadi yang tidak


tahan terhadap perubahan.

Pada saat ada masalah, saya akan lari


kepada narkoba.

10

Meskipun hubungan dengan orangtua


kurang

baik

saya

tidak

akan

menggunakan narkoba.
11

Saya tidak membutuhkan dukungan


orangtua selama menjalani rehabilitasi.

Lanjutan

12

Saya yakin setelah rehabilitasi saya


akan berhenti menggunakan narkoba.

13

Saya tidak akan mengikuti pertemuanpertemuan di pusat rehabilitasi setelah


pulih nanti.

Lampiran 7

OUTPUT SPSS
A. Analisis Univariat
1.

Distribusi Frekuensi
UMUR
Frequency

Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

16

2.9

2.9

2.9

17

17.1

17.1

20.0

18

17.1

17.1

37.1

19

25.7

25.7

62.9

20

20.0

20.0

82.9

21

17.1

17.1

100.0

35

100.0

100.0

Total

PENDIDIKAN
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

SD

20.0

20.0

20.0

SMP

17.1

17.1

37.1

SMA

22

62.9

62.9

100.0

Total

35

100.0

100.0

Pengetahuan remaja
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Baik

13

37.1

37.1

37.1

Kurang

22

62.9

62.9

100.0

Total

35

100.0

100.0

Lanjutan

Sikap remaja
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Positif

14

40.0

40.0

40.0

Negatif

21

60.0

60.0

100.0

Total

35

100.0

100.0

Penyalahgunaan NAPZA
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Berat

17

48.6

48.6

48.6

Ringan

18

51.4

51.4

100.0

Total

35

100.0

100.0

Jenis Napza
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Ganja

14

40.0

40.0

40.0

Sabu

14

40.0

40.0

80.0

Alkohol

5.7

5.7

85.7

Ekstasi

14.3

14.3

100.0

35

100.0

100.0

Total

Lanjutan

B. Analisis Bivariat
1.

Hubungan Pengetahuan Remaja dengan Penyalahgunaan NAPZA


Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

Pengetahuan remaja *
Penyalahgunaan NAPZA

35

100.0%

.0%

35

100.0%

Pengetahuan remaja * Penyalahgunaan NAPZA Crosstabulation


Penyalahgunaan NAPZA
Berat
Pengetahuan remaja

Baik

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
remaja

Kurang

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
remaja

Total

Count
Expected Count
% within Pengetahuan
remaja

Ringan

Total

10

13

6.3

6.7

13.0

23.1%

76.9%

100.0%

14

22

10.7

11.3

22.0

63.6%

36.4%

100.0%

17

18

35

17.0

18.0

35.0

48.6%

51.4%

100.0%

Lanjutan

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig.

Exact Sig.

(2-sided)

(2-sided)

(1-sided)

df
a

.020

3.880

.049

5.605

.018

5.381
b

Asymp. Sig.

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear

.035
5.228

Association
b

N of Valid Cases

.023

.022

35

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.31.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value

Error

Approx. T

Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R

-.392

.151

-2.449

.020

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

-.392

.151

-2.449

.020

N of Valid Cases

35

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pengetahuan remaja
(Baik / Kurang)

Lower

Upper

.171

.036

.812

.363

.128

1.028

2.115

1.129

3.963

For cohort Penyalahgunaan NAPZA =


Berat
For cohort Penyalahgunaan NAPZA =
Ringan
N of Valid Cases

35

Lanjutan

2.

Hubungan Sikap Remaja dengan Penyalahgunaan NAPZA


Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

Sikap remaja *
35

Penyalahgunaan NAPZA

100.0%

.0%

35

100.0%

Sikap remaja * Penyalahgunaan NAPZA Crosstabulation


Penyalahgunaan NAPZA
Berat
Sikap remaja

Positif

Count
Expected Count
% within Sikap remaja

Negatif

Count
Expected Count
% within Sikap remaja

Total

Count
Expected Count
% within Sikap remaja

Ringan

Total

11

14

6.8

7.2

14.0

21.4%

78.6%

100.0%

14

21

10.2

10.8

21.0

66.7%

33.3%

100.0%

17

18

35

17.0

18.0

35.0

48.6%

51.4%

100.0%

Lanjutan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

sided)

sided)

.009

5.190

.023

7.210

.007

6.882
b

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear

sided)

.015
6.685

Association

Exact Sig. (1-

N of Valid Cases

.010

.010

35

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.80.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value

Error

Approx. T

Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R

-.443

.148

-2.842

.008

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation

-.443

.148

-2.842

.008

N of Valid Cases

35

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for Sikap remaja (Positif /


Negatif)

.136

.028

.653

.321

.113

.916

2.357

1.214

4.578

For cohort Penyalahgunaan NAPZA =


Berat
For cohort Penyalahgunaan NAPZA =
Ringan
N of Valid Cases

35

Lampiran 8

LEMBAR KONSUL

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Anda mungkin juga menyukai