Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan
perubahan
membran
alveolar/kapiler
normal
kongesti)
Rasional
1. Instruksikan/bantu
1. Meningkatkan
paru,
ventilasi alveolar
dan perfusi.
2. Reposisi
meningkatkan
klien.
menurunkan
3. Kolaborasi pemberian
(interstisial,
edema
Intervensi
obat
antikoagulan
(warvarin,
dan
heparin)
kortikosteroid
4. Analisa pemeriksaan
darah,
Hb,
perhatikan
adanya
stridor,
penggunaan
aksesori
otot
pernapasan,
pembekuan darah
tromboemboli.
Kortikosteroid telah
menunjukkan
keberhasilan untuk
dan trombosit
5. Evaluasi
terjadinya
pada keadaan
sesuai indikasi.
gas
kongesti paru.
3. Mencegah
mencegah/mengatas
i emboli lemak.
4. Penurunan PaO2
dan peningkatan
PCO2 menunjukkan
gangguan
pertukaran gas;
anemia,
hipokalsemia,
peningkatan LED
dan kadar lipase,
lemak darah dan
penurunan
trombosit sering
berhubungan
dengan emboli
lemak.
5. Adanya takipnea,
dispnea dan
perubahan mental
merupakan tanda
dini insufisiensi
pernapasan,
mungkin
menunjukkan
terjadinya emboli
paru tahap awal.
2.
Resiko tinggi
penurunan curah
Bandingkan kedua
terjadi
jantung
sehubungan
berhubungan
dengan disfungsi
dengan
hasil :
ventrikel,
1. mempertahankan
stabilitas hemodinamik,
contoh TD, curah
jantung dalam rentang
normal, haluaran urine
adekuat,
penurunan/takadanya
disritmia.
2. Melaporkan penurunan
episode dispnea, angina.
3. Mendemostrasikan
peningkatan toleransi
terhadap aktivitas
1. Auskultasi TD.
bila bisa.
2. Evaluasi kualitas
dan kesamaan nadi
sesuai indikasi
3. Catat terjadinya S3,
S4.
4. Auskultasi bunyi
napas.
5. Pantau frekuensi
jantung dan irama.
Catat disritmia
melalui telemetri.
6. Catat respon
terhadap aktivitas
1. Hipotensi dapat
hipoperfusi
miokardia dan
rangsang vagal.
Namun,
hipertensi juga
fenomena umum,
kemungkinan
berhubungan
dengan nyeri,
cemas,
pengeluaran
katekolamin,
dan/atau masalah
dan peningkatan
vaskular
istirahat dengan
sebelumnya.
tepat.
7. Sediakan alat/obat
darurat.
8. Kolaborasi
pemberian oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
Hipotensi
ortostatik(postura
l) mungkin
berhubungan
dengan
komplikasi
infark, contoh
GJK.
2. Penurunan curah
9.
jantung
mengakibatkan
menurunnya
kelemahan/kekua
tan nadi.
Ketidakteraturan
diduga disritmia,
yang memerlukan
evaluasi lanjut.
3. S3 biasanya
dihubungkan
GJK tetapi juga
terlihat pada
adanya gagal
mitral
(regurgitasi) dan
kelebihan kerja
ventrikel kiri
yang disertai
infark berat. S4
mungkin
berhubungan
dengan iskemia
miokardia,
kekakuan
ventrikel, dan
hipertensi
pulmonal atau
sistemik.
4. Krekels
menunjukkan
kongesti paru
mungkin terjadi
karena penurunan
fungsi miokardia.
5. Frekuaensi dan
irama jantung
berespon
terhadap obat dan
aktivitas sesuai
dengan terjadinya
komplikasi/disrit
mia yang
mempengaruhi
fungsi jantung
atau
meningkatkan
kerusakan
iskemik.
Denyutan/fibrilas
i akut atau kronis
mungkin terlihat
pada arteri
koroner atau
keterlibatan katup
dan mungkin atau
tidak mungkin
merupakan
kondisi patologi.
6. Kelebihan latihan
meningkatkan
konsumsi/kebutu
han oksigen dan
mempengaruhi
fungsi miokardia.
7. Sumbatan
koroner tiba-tiba,
disritmia letal,
perluasan infark,
atau nyeri hdala
situasi yang dapat
mencetuskan
henti jantung,
memerlukan
terapi
penyelamatan
hidup
segera/memindah
kan ke unit
perawatan kritis.
8. Meningkatkan
jumlah sediaan
oksigen untuk
kebutuhan
miokard,
menurunkan
iskemia dan
disritmia lanjut.
3.
Risiko disfungsi
neurovaskuler
menunjukkan fungsi
perifer b/d
latihan
mencegah kekakuan
penurunan aliran
darah (cedera
vaskuler, edema,
bergerak
pembentukan
secara aktif
trombus)
menggerakkan
1. Meningkatkan
sendi.
2. Mencegah stasis
petunjuk perlunya
ketat.
3. Pertahankan
penyesuaian
letak
kecuali
kontraindikasi
ada
adanya
sindroma
bila diperlukan.
5. Pantau kualitas nadi
perifer, aliran kapiler,
kulit
dan
obat
antikoagulan (warfarin)
cedera,
bebat/spalk.
3. Meningkatkan
menurunkan edema
kompartemen.
4. Berikan
warna
keketatan
bandingkan
sisi
yang
keadaan hambatan
aliran arteri yang
menyebabkan
penurunan perfusi.
4. Mungkin diberikan
sebagai upaya
profilaktik untuk
menurunkan
trombus vena.
5. Mengevaluasi
perkembangan
masalah klien dan
perlunya intervensi
sesuai keadaan
klien.
4.
spasme otot,
imobilasasi bagian
mencegah malformasi.
gerakan fragmen
2.Meningkatkan aliran
tulang, edema,
cedera jaringan
lunak, pemas
Tangan traksi,
menunjukkan
stress/ansietas.
penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivitas trapeutik
sesuai indikasi untuk situasi
individual
1. Pertahankan
edema/nyeri.
3. Mempertahankan
kekuatan otot dan
meningkatkan sirkulasi
vaskuler.
4. Meningkatkan
sirkulasi umum,
untuk meningkatkan
menurunkan area
kenyamanan
(masase, perubahan
kelelahan otot.
posisi)
5. Ajarkan penggunaan
teknik manajemen
nyeri (latihan napas
dalam, imajinasi
visual, aktivitas
dipersional)
6. Lakukan kompres
dingin selama fase
akut (24-48 jam
pertama) sesuai
keperluan.
7. Kolaborasi
pemberian analgetik
sesuai indikasi.
8. Evaluasi keluhan
nyeri (skala,
petunjuk verbal dan
5. Mengalihkan perhatian
terhadap nyeri,
meningkatkan kontrol
terhadap nyeri yang
mungkin berlangsung
lama.
6.Menurunkan edema
dan mengurangi rasa
nyeri.
7.Menurunkan nyeri
melalui mekanisme
penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral
maupun perifer.
8.Menilai perkembangan
masalah klien.
non verval,
perubahan tandatanda vital)
5.
Gangguan
Tujuan :
2. Pertahankan
1. Memfokuskan
pelaksanaan aktivitas
perhatian,
kerusakan rangka
meningkatkan/mempertahank
rekreasi terapeutik
meningkatakan rasa
neuromuskuler,
(radio, koran,
kontrol diri/harga
nyeri,
kunjungan
diri, membantu
restriktif
teman/keluarga) sesuai
menurunkan isolasi
(imobilisasi)
fungsional meningkatkan
keadaan klien.
terapi
yang memampukan
melakukan aktivitas
sosial.
2. Meningkatkan
sirkulasi darah
muskuloskeletal,
mempertahankan
tonus otot,
mempertahakan
gerak sendi,
mencegah
kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.
3. Mempertahankan
posis fungsional
ekstremitas.
4. Meningkatkan
periodik sesuai
kemandirian klien
keadaan klien.
7. Dorong/pertahankan
asupan cairan 20003000 ml/hari.
sesuai kondisi
keterbatasan klien.
5. Menurunkan insiden
komplikasi kulit dan
pernapasan
9. Kolaborasi
(dekubitus,
pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
10.
atelektasis,
penumonia)
6. Mempertahankan
Evaluasi
kemampuan
mobilisasi klien dan
program imobilisasi.
cegah komplikasi
urinarius dan
konstipasi.
7. Kalori dan protein
yang cukup
diperlukan untuk
proses penyembuhan
dan mempertahankan fungsi
fisiologis tubuh.
8. Kerjasama dengan
fisioterapis perlu
untuk menyusun
program aktivitas
fisik secara
individual.
9. Menilai
perkembangan
6.
Gangguan
Tujuan :
2.
masalah klien.
1. Menurunkan risiko
Pertahankan
tempat
fraktur
ketidaknyamanan hilang,
pemasangan traksi
menunjukkan perilaku
(pen,
tenun
kerusakan kulit/memudahkan
tumit).
sekrup)
terbuka,
kawat,
3.
tidur
Masase
yang
kencang,
kerusakan/abrasi kulit
yang lebih luas.
2. Meningkatkan
sirkulasi perifer dan
meningkatkan
kelemasan kulit dan
kulit
sesuai waktu/penyembuhan
terutama
daerah
lesi terjadi
penonjolan
tulang
dan
area
distal
bebat/gips.
4.
Lindungi
jaringan akibat
kulit
kontaminasi fekal.
4. Menilai
perianal
5.
perkembangan
Observasi
keadaan
masalah klien.
kulit,
penekanan gips/bebat
terhadap kulit, insersi
7.
1. Klien mencapai
pen/traksi.
2. Lakukan perawatan
sekunderdan
mempercepat
(kerusakan
protokol
taruma
jaringan
lunak,
prosedur
demam
invasif/traksi
tulang
Mencegah infeksi
pertahanan primer
kulit,
1.
penyembuhan luka.
2. Meminimalkan
kontaminasi.
3. Antibiotika spektrum
luas atau spesifik
dapat digunakan
secara profilaksis,
mencegah atau
mengatasi infeksi.
Toksoid tetanus
untuk mencegah
infeksi tetanus.
4. Leukositosis
biasanya terjadi pada
proses infeksi,
anemia dan
tanda peradangan
peningkatan LED
6.
5.