Oleh:
Nama
: Rifka Raihana
NIM
: 2012730084
Pembimbing
Rumah Sakit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini. Laporan kasus ini
penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase
Obstetri dan Ginekologi di Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari refreshing ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan guna perbaikan refreshing selanjutnya. Atas selesainya
refreshing ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada dr. Edy Purwanta, Sp.OG yang telah memberikan persetujuan dan pembimbingan.
Semoga refreshing ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Rifka Raihana
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien
2. Nama suami
3. Usia
4. Agama
5. Alamat
6. Suku
7. Pendidikan
8. Pekerjaan
9. Tanggal masuk
10. No R.M.K
: Ny. F
: Tn. W
: 28 tahun
: Islam
: Jl. Rawa Tengah, Jakarta Pusat
: Sunda
: Sekolah Menengah Atas
: IRT
: 20 Mei 2016, pukul 20.15 WIB
: 00xxxx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar cairan dari vagina jam 8 pagi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke UGD dengan keluhan keluar cairan berwarna bening yang keluar dari
vagina disertai dengan kontraksi, os mengaku cairan keluar 1 jam SMRS. Os
mengaku hamil 28 minggu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya. Pasien
juga menyangkal adanya riwayat penyakit asma, hipertensi, DM, penyakit jantung
dan ginjal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal anggota keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang
sama.Riwayat Asthma disangkal, Diabetes Melitus disangkal, Hipertensi
disangkal.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien menyangkal sudah mengkosumsi obat sejak mengalami sakit ini.
6. Riwayat Psikososial
Pasien mengaku memiliki pola makan dan pola istirahat yang teratur, namun pola olah
raga tidak teratur. Pasien juga menyangkal mengkonsumsi rokok, obat, atau alkohol
7. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, obat, debu, cuaca, dan lainlain
8. Riwayat Pernikahan
Pernikahan ke 1, Masih menikah, Sejak tahun 2015
9. Riwayat Menstruasi
Usia menarche 12 tahun, siklus haid teratur, tidak nyeri, dan lamanya haid 5 hari.
Penolong
Tahun
Aterm
Jenis
Hamil ini
C. STATUS GENERALIS
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tekanan darah
4. Suhu
5. Pernapasan
6. Nadi
7. Tinggi badan
8. Berat badan
9. Rambut
10. Mata
11. Mulut
12. Gigi
13. Leher
14. Dada
15. Payudara
16. Abdomen
Sex
-
Anak
Berat Keadaan
-
: Sakit sedang
: Composmentis
: 100/80 mmHg
: 36,0oC
: 22 kali/menit
: 22 kali/menit
: 150 cm
: 43 kg
: Bersih
: Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik
: Mukosa bibir lembab
: Tidak caries
: Kelenjar tiroid tidak membesar
: Jantung normal, Paru-paru normal
: Simetris, Putting susu menonjol, Colostrum tidak ada
: Membesar tidak sesuai kehamilan, Striae tidak ada, Linea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
janin, (6) faktor yang menyebabkan kerusakan serviks, (7) riwayat KPD sebelumnya
dua kali atau lebih, (8) faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan
selama hamil, (9) merokok selama kehamilan, (10) usia ibu yang lebih tua mungkin
menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada usia muda, (11) riwayat hubungan seksual
baru-baru ini, (12) paritas, (13) anemia, (13) keadaan sosial ekonomi. Sebuah penelitian
oleh Getahun D, Ananth dkk tahun 2007 menyebutkan bahwa asma bisa memicu
terjadinya ketuban pecah dini.
mengakibatkan
abortus,
persalinan
prematuritas,
ancaman
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
5. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah pecah
atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau kecil.
Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang meliputi :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut lanugo
dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan servikalis.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila
ketuban sudah pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah
air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit
darah lebih dari 15.000/mm3 , kemungkinan adanya infeksi (Sarwono, 2010).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2009).
7. Komplikasi ketuban pecah Dini
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ;
(a) mudah terjadinya infeksi intra uterin,
(b) partus prematur,
(c) ) prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu
(a) peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas,
(b) komplikasi selama persalinan dan kelahiran,
(c) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi karena ketuban
yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap masuknya penyebab
infeksi (Sarwono, 2010).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah
dini menurut Sarwono (2010), meliputi :
a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes buss
negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin,
terminasi pada kehamilan 37 minggu
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
6) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea
dapat pula diberikan misoprostol 25 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. edisi ke-4. Cetakan I. 2008. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham, FG, et al. Obstetri Williams. Edisi ke-21. 2006. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Saifudin, Abdul Bari, et al. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. 2002. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo