Anda di halaman 1dari 8

1

PENERAPAN MODEL LATIHAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN


MENGANALISIS ISI DEBAT PADA KELAS X SEMESTER 2
A. PENGANTAR
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh tokoh bernama Suchman. Latihan
penelitian atau inquiry training bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan seseorang
agar mandiri, menuntut metode yang dapat memberi kemudahan bagi para mahasiswa untuk
melibatkan diri dalam penelitian ilmiah. Umumnya manusia selalu memiliki rasa ingin tahu,
karena itu model latihan penelitian ini memperkuat dorongan alami untuk melakukan
eksplorasi, memberikan arah khusus sehingga mereka akan dapat melakukan eksplorasi itu
dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan. Dengan model ini membantu para
mahasiswa untuk melakukan penelitian secara mandiri dengan cara yang berdisiplin. Yang
diharapkan ialah para mahasiswa dapat mempertanyakan, mengapa suatu peristiwa terjadi,
dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data secara logis.
Latihan penelitian dimulai dengan menyajikan situasi yang penuh pertanyaan. Dengan
situasi yang penuh teka-teki ini secara alami mahasiswa akan terdorong untuk memecahkan
teka-teki itu. Dengan cara ini diyakini bahwa para mahasiswa dapat menjadi semakin sadar
akan proses penelitian yang dilakukannya dan pada saat itu secara langsung dapat diajarkan
cara melakukan prosedur penelitian yang bersifat ilmiah. Yang paling penting, demikian
menurut Suchman sebagai pengembang model ini, menyajikan kepada para mahasiswa suatu
sikap bahwa pengetahuan itu bersifat tentatif artinya selalu terbuka untuk dikaji secara
terus menerus.
B. DIMENSI BUKTI
Latihan penelitian dirancang untuk langsung membawa siswa menuju proses ilmiah
melalui latihan yang meringkas proses ilmiah menjadi periode waktu yang singkat.
Schlenker(1967) berpendapat, bahwa pengaruh latihan penelitian menghasilkan pengingkaan
pemahaman ilmiah, produktivitas dalam berfikir kreatif, dan keterampilan untuk memperoleh
serta menganalisis informasi. Schlenker melaporkan bahwa latihan penelitian ini tidak lebih
efektif daripada metode pengajaran konvensional dalam memasukkan infromasi, tetapi sama
efisiennya dengan pelajaran atau kuliah yang disertai dengan pengalaman laboratorium.
Sedangkan Ivany dan Collins (1969) berpendapat, bahwa metode berjalan paling baik ketika
konfrontasi kuat, yang menimbulkan kebingungan awal, dan ketika materi yang digunakan

siswa untuk mengeksplorasi topic yanag dipertimbangkan sangat bersifat instruksional. Voss
(1982) berpendapat, Siswa-siswi sekolah dasar dan sekolah menengah dapat mengambil
keuntungan dari model tersebut. Elefaant (1980) ketika melakukan penelitian yang
membangkitkan minat, berhasil menjalankan model bersama dengan anak-anak tunarungu,
ynag menunjukkan bahwa metode dapat dilaksanakan dengan baik pada anak-anak yang
menyandang disabilitas sensori parah.
C. ORIENTASI KE MODEL
1. Tujuan-tujuan dan Asumsi-Asumsi
Latihan penelitian berasal dari keyakinan akan perkembangan para pembelajar
mandiri; metodenya mewajibkan penelitian investigatori aktif. Tujuan utamanya adalah
membantu para siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan
untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya. Schuman membanatu
siswa untuk mengembangkan strategi-strategi intelektual yang dapat mereka gunakan untuk
mengetahui mengapa segalanya seperti demikian adanya. Melalui tahapan, dengan
menyajikan peristiwa yang membingungkan kepada para siswa. Selanjutnya setiap individu
yang menghadapi situasi seperti itu secara alamiah akan termotivasi untuk memecahkan tekateki. Penggunaan peluang yang diberikan oleh penelitian alamiah untuk mengajarkan
prosedur pencarian mata pelajaran.
Seperti Bruner dan Taba, Suchman percaya bahwa kesadaran dan semangat siswa
pada proses penelitian dapat meningkat dan bahwa mereka dapat diajarkan prosedur-prosedur
ilmiah secara langsung. Suchman juga percaya, model ini penting untuk membawa siswa
pada sikap dan prinsip bahwa semua pengetahuan bersifat tentative(tidak pasti).
2. Pandangan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Ada empat keyakinan yang memandu peran siswa dalam proses pembelajaran:
1. Siswa menyelidiki secara alamiah ketika mereka bingung.
2. Siswa dapat menjadi sadar dan belajar untuk menganalisis strategi berpikir mereka.
3. Strategi-strategi baru dapat langsung diajarkan dan ditambahkan ke strategi-strategi
siswa yang ada.
4. Penyelidikan kooperatif memperkaya pemikiran dan membantu siswa mempelajari
tentang sifat pengetahuan yang sementara dan mendadak serta untuk mengapresiasi
penjelasan-penjelasan alternatif.

C. OVERVIU STRATEGI PENGAJARAN


Model ini jelas menekankan pada kesadaran dan penguasaan pada proses
penelitian, dan bukan pada isi (content) dari situasi masalah tertentu. Walaupun model
ini juga sangat menganjurkan agar guru dapat mengefektifkan pola pemerolehan dan
penggunaan informasi yang sesuai, bukan berarti guru harus memberikan cara " Bagaimana
memperoleh jawaban yang cepat" pada siswa. Model ini sebenarnya hendak mengajak
siswa untuk menyadari proses penelitian sebagai hal yang perlu dijalankan dengan
sungguh-sungguh,

dengan

kemampuan

yang

benar-benar

di

dedikasikan

untuk

mengeksplorasi data, membuat dan menguji hipotesis. Serta menghasilkan penemuanpenemuan baru yang orisinil dan kreatif.
D. MODEL PENGAJARAN
Latihan penelitian memiliki lima fase; fase satu adalah konfrontasi siswa dengan
situasi yang membingungkan. Fase dua dan tiga adalah kerja verifikasi penggabungan data
dan eksperimentasi. Pada fase keempat, siswa mengorganisasikan informasi yang mereka
peroleh selama penggabungan data dan berusaha menerangkan ketidakcocokan. Akhirnya,
pada fase lima, siswa menganalisis strategi pemecahan masalah yang mereka gunakan selama
penelitian.
Tabel 10.1 Sintak Model Latihan Penelitian
Fase Satu:

Menerangkan prosedur penelitian.

Berhadapan dengan Masalah


Fase Dua:

Menampilkan kejadian yang tidak sesuai.


Memverifikasi sift objek dan kondisi.

Penggabungan Data Verifikasi

Memverifikasi

Fase Tiga:

masalah.
Mengisolasi variabel-variabel yang relevan.

Penggabungan Data Esperimentasi

Membuat hipotesis (dan menguji) hubungan

Fase Empat:

sebab-akibat.
Merumuskan aturan atau penjelasan.

Mengatur, Merumuskan Keterangan


Fase Lima:

Menganalisis

Analisis Proses Penelitian

mengembangkan strategi yang lebih efektif.

berlangsungnya

strategi

penelitin

situasi

dan

Fase satu mewajibkan guru menampilkan situasi masalah dan menerangkan prosedur
penelitian kepada siswa (tujuan dan prosedur pertanyaan ya/tidak). Perumusan kejadian
yang membingungkan seperti masalah lempeng bimetalik (dua logam) memerlukan
pemikiran, meskipun strategi dapat didasarkan pada masalah yang relatif sederhana, tekateki, tebakan, atau tipuan magis- yang tidak banyak memerlukan latar belakang pengetahuan.
Fase dua, verifikasi, adalah proses di mana siswa menggabungkan informasi tentang
sebuah peristiwa yang mereka lihat atau alami. Dalam eksperimentasi, fase tiga, siswa
memasukan elemen baru ke dalam situasi untuk melihat apakah peritiwa terjadi secara
berbeda. Meskipun verifikasi dan eksperimentasi dijelaskan sebagai fase model yang
terpisah, pemikiran siswa dan jenis pertanyaan yang mereka hasilkan biasanya berubah di
antara dua aspek penghubungan data. Eksperimen memberikan dua fungsi: eksplorasi dan
pengujian langsung. Eksplorasi yaitu mengubah segala hal untuk melihat apa yang akan
terjadi tidak serta-merta dipandu oleh teori atau hipotesis, tetapi ia mungkin menyatakan
gagasan untuk sebuah teori. Pengujian langsung berlangsung ketika siswa mencoba sebuah
teori atau hipotesis. Proses mengubah hipotesis menjadi eksperimen adalah tidak mudah dan
memerlukan praktik.
Pada fase empat, guru meminta siswa untuk mengorganisasikan data dan merumuskan
keterangan. Beberapa siswa mengalami kesulitan membuat laporan intelektual antara
memahami informasi yang sudah mereka gabungkan dan menyusun keterangan yang jelas
tentang data itu. Pada fase lima, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian mereka.
Siswa dapat menentukan pertanyaan yang paling efektif, bentuk-bentuk pertanyaan yang
paling efektif, bentuk-bentuk pertanyaan yang bersifat produktif dan yang tidak produktif,
atau jenis informasi yang mereka perlukan dan tidak diperoleh. Fase ini sangat penting jika
kita akan menyadari proses penelitian dan secara sistematis berusaha untuk memperbaikinya.

1. Sistem Sosial

Maksud Suchman adalah agar sistem sosial menjadi bersifat kooperatif dan teliti.
Lingkungan intelektual bersifat terbuka untuk semua gagasan yang relevan. Guru dan siswa
sama-sama berpartisipasi ketika gagasan menjadi perhatiannya.
Setelah periode praktik pada sesi penelitian yang disusun guru, siswa dapat
melakukan penelitian dalam seting yang lebih dikontrol siswa. Peristiwa yang menstimulasi
dapat dipersiapkan dalam ruangan, dan siswa dapat meneliti sendiri atau dalam kelompok
informal, mengubah sesi penelitian open-ended dan pengumpulan data dengan bantuan
materi sumber daya. Dengan cara ini, siswa dapat bergerak maju dan mundur antara sesi
penelitian dan studi mandiri. Penggunaan latihan penelitian sangat cocok dengan seting kelas
terbuka di mana peran guru adalah sebagai manajer intruksional dan memonitor.
Pada tahap awal penelitian, peran guru adalah menyeleksi (atau menyusun) situasi
masalah, menjadi wasit penelitian menurut prosedur penelitian, merespons penyelidikan dan
penelitian siswa dengan informasi yang diperlukan, membantu memulai penelitian untuk
memantapkan fokus penelitian mereka, dan mempermudah diskusi situasi masalah di antara
siswa.
2. Prinsip-prinsip Reaksi
Reaksi guru yang paling penting berlangsung selama fase kedua dan ketiga. Selama
fase kedua, tugas guru adalah membantu penelitian siswa, bukan melakukan penelitian untuk
siswa. Selama fase terakhir, tugas guru adalah untuk menjaga agar penelitian terarah menuju
proses penyelidikan itu sendiri.
3. Sistem Pendukung
Dukungan optimal adalah serangkaian materi yang dihadapi, seorang guru yang
memahami proses intelektual dan strategi-strategi penelitian, serta materi sumber daya yang
berhubungan dengan masalah.

E. SINTAK DALAM PEMBELAJARAN MODEL LATIHAN PENELITIAN DALAM


MATERI DEBAT KELAS X SMA

KD : Mengidentifikasi unsur-unsur debat


Dalam bagian ini akan membahas unsur-unsur debat. Debat dapat terwujud apabila
unsur-unsurnyaterpenuhi.Unsur-unsur debat adalah :
1. Mosi

5. Penonton / juri yang dipanggil

2. Tim Afirmasi

6. Moderator

3. Tim Oposisi

7. Penulis

4. Tim netral
- Guru

menampilkan

video

debat

yang

isinya

menimbulkan

suasana

yang

membingungkan karena menggambarkan ketidaksesuaian.


- Tugas siswa untuk menemukan apa yang terjadi dengan jalanya debat yang ditampilkan
tersebut yangmenyebabkan debat itu tidak berhasil.
- Ketika siswa melakukan penelitian, guru menulis di lembar fakta berikut :
Lembar Fakta Guru
1. Judul Debat :
Penyerapan kosakata Bahasa Asing bukti ketidakmampuan Bahasa Indonesia dalam
berinteraksi dengan bahasa lain.
2. Moderatoe membuka acara debat
3. Tim afirmasi/tim pendukung memberikan pendapat dan pandangannya terhadap
pernyataan topicselama 5 menit.
4. Tim oposisi/ penyanggah memberikan pendapat dan pandangannya tetapi sebagai tim
penyanggah tidak memunculkan sanggahan.
5. Tim Netral tidak memposisikan dirinya sebagai tim netral tetapi bahkan pendapat dan
pandangannya banyak berisi sanggahan.
6. Waktu yang diberikan pada setiap tim untuk menyampaikan argumentasinya 5 menit tetapi
banyakyang melebihi dari itu.
7. Moderator yang seharusnya mengatur jalannya diskusi tidak bisa melaksanakan sesuai
fungsinya.

sehingga tidak focus terhadap mosi yang dibicarakan.

- Setelah siswa meneliti tampilan video dan membaca lembar fakta yang diberikan guru,
guru memberikan pertanyaan kepada siswa Lihat apa yang bisa kalian lakukan dengan
hal ini.
- Siswa diminta untuk mengisolasi variable-variabel yang relevan.

- Siswa membuat hipotesis dan menguji hubungan sebab akibat mengapa debat tidak
berjalan baik.
- Siswa diminta untuk merumuskan aturan yang tepat serta penjelasannya.
Konstruksi situasi yang membingungkan adalah tugas yang sangat penting,karena
mengubah isi kurikulum menjadi masalah untuk dieksplorasi,dengan cara guru mengarang
pernyataan situasi bagipara siswa dan lembar fakta.
Kedua hal itu digambarkan guru untuk prinsip-prinsip reaksi yang diantaranya :
1. Pastikan bahwa pertanyaan diutarakan sehingga dapat dijawab dengan ya atau tidak
2. Meminta siswa untuk mengutarakan kembali pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid.
3. Menunjukkan poin-poin yang tidak valid.
4. Menggunakann bahasa proses penelitian sebagai contoh, mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan siswa sebagai teori dan melakukan pengujian (bereksperimen)
5. Memberikan lingkungan intelektual bebas dengan tidak mengevaluasi teori-teori siswa.
6. Menekan siswa untuk membuat pernyataan teori yang lebih jelas dan memberikan
dukungan untuk

Generalisasinya ( sifatnya yang lebih umum )

7. Mendorong interaksi di kalangan siswa.

F. SIMPULAN

Sintaks

Fase Satu: Berhadapan dengan masalah.


Fase Dua: Penggabungan Data-Verifikasi.
Fase Tiga: Penggabungan Data-Eksperimentasi
Fase Empat: Mengorganisasikan, Merumuskan Penjelasan.
Fase Lima: Analisis Proses Penelitian.

Sistem Sosial
Model latihan penelitian dapat sangat terstruktur, dengan guru yang mengendalikan
interaksi dan meresepkan prosedur penelitian. Namun, norma-norma penelitian adalah
norma kerja sama, kebebasan intelektual, kesetaraan. Interaksi di antara siswa harus di
dorong. Lingkungan intelektual bersifat terbuka untuk semua gagasan yang relevan, dan
guru-guru serta siswa sebaliknya sama-sama berpartisipasi ketika gagasan adalah hal
yang penting.
Prinsip-prinsip Reaksi
1. Pastikan bahwa pertanyaan diutarakan sehingga dapat dijawab dengan ya atau
tidak, dan substansinya tidak mewajibkan guru untuk melakukan penelitian.
2. Meminta siswa untuk mngutarakan kembali pernyataan-pernyataan yang tidak valid.
3. Menunjukkan poin-poin yang tidak valid- sebagai contoh, kami belum menentukan
bahwa ini adalah cairan.
4. Menggunakan bahasa proses penelitian-sebagai contoh, mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan siswa sebagai teori dan melakukan pengujian (bereksperimen).
5. Berusaha untuk memberikan lingkukan intelektual bebas dengan tidak mengevaluasi
teori-teori siswa.
6. Menekankan siswa untuk membuat pernyataan teori yang lebih jelas dan memberikan
dukungan untuk generalisasinya.
7. Mendorong interaksi di kalangan siswa.
Sistem Pendukung
Dukungan optimal adalah rangkaian materi yang berlawanan, seorang guru yang
memahami proses intelektual dan strategi penelitian, dan materi sumber daya yang
menyinggung masalah.

Anda mungkin juga menyukai