Topik :
Tuberkulosis Paru
Tanggal (kasus) :
27 Juni 2016
Presenter :
Pembimbing :
Ruang Pertemuan RSUD Tulehu
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Laki-laki, 29 tahun, batuk berdahak lebih dari sebulan, sesak nafas, disertai
Deskripsi :
penurunan nafsu makan dan berat badan.
Tujuan :
Mengobati TB Paru, menghindari adanya kemungkinan penularan TB paru.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : Tn. L, 29 tahun, BB : 42 kg, TB : 159cm
Nama Unit Pelayanan : IGD RSUD Tulehu Telp : Terdaftar sejak : Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Laki-laki berusia 29 tahundatang dengan keluhan sesak sejak 4 jam sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien juga mengeluhkan batuk yang dirasa sudah selama + 1 bulan, demam (+),
keringat malam tidak ada, penurunan berat badan (+) selama sebulan terakhir, dari 54 kg
menjadi 42 kg, riwayat kontak (-).
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Pasien belum pernah terkena TB paru
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Sebelumnya pasien belum pernah menjalani pengobatan TB.
Hanya obat batuk dan demam saja, namun keluhan yang dirasakan tidak berkurang.
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Pasien tinggal di satu rumah dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 9 orang yang
berisi pasien, istri dengan dua orang anak, adik ipar 3 orang, dan mertua. Luas Rumah pasien
sekitar 100m2, dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur tetapi tidak terdapat
ventilasi dan penerangan yang cukup memadai baik lampu ataupun sinar matahari. Pasien
mengaku ada tetangga yang menderita batuk-batuk seperti pasien dan sedang menjalani
pengobatan selama 6 bulan.
6. Riwayat alergi obat : Tidak ada
7. Riwayat pekerjaan : buruh bangunan
Daftar Pustaka :
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis 1. Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta : EGC.
3. The Indonesian Asosiation of Pulmonologist. Hasil Konferensi Kerja VIII, Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. Jakarta 28-29 November 1998
4. Direktorat Jendral PPM, dan PLP, Departemen Kesehatan; Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TB. Jakarta, Mei 1999
5. Brawnwald. HIV : HARRISONS Principle of Internal Medicine. 15 th edition. Volume2.
Page 1852-1913. 2001. USA. The McGraw-Hill Companies
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis TB paru BTA (+) dengan efusi pleura.
2. Regimen terapi TB
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Pasien mengeluhkan sesak sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien juga
mengeluhkan batuk yang dirasa sudah selama + 1 bulan, demam (+), keringat malam
tidak ada, penurunan berat badan (+) selama sebulan terakhir, dari 54 kg menjadi 42 kg,
riwayat kontak (+) dengan tetangga. Sebelumnya pasien belum pernah menjalani
pengobatan TB. Hanya obat batuk dan demam saja, namun keluhan yang dirasakan tidak
berkurang. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
2. Objektif :
Status Generalis
Keadaan Umum
: sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis, E4 V5 M6
Antoprometri
: BB : 42 kg, TB : 159 cm
Tanda-tanda Vital
: 39,1oC
2
SpO2
: 92%
Kepala/leher
Umum
Ekspresi
: sakit sedang
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Cyanosis (-), Dyspneu (+), Pupil isokor
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), pernafasan cuping hidung (+).
Thorax
Umum
Inspeksi
Pulmo : I = bentuk dada simetris, gerak napas simetris, retraksi ICS (+), P = fremitus raba
Dextra > Sinistra
suara napas vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Cor
Abdomen :
I = Flat, sikatriks (-)
P = Nyeri tekan (+) pada region epigastrium, organomegali (-)
P = Timpani, shifting dullness (-)
A = Bising usus (+) normal
Laboratorium:
3
Hb
: 10 gr/dl
Leukosit
: 8.200/mm3
Trombosit
: 277.000/mm3
Hematokrit : 37%
LED
: 98 mm/jam
GDS
: 121 mg/dl
OT/PT
: 28/ 14
penggunaan obat TB yang diminum pasien selama ini. Efek samping yang muncul kemungkinan
merupakan efek dari INH dan pirazynamid yang dapat menimbulkan gangguan pada GI tract dan
hepar. Tetapi pada pasien ini belum ditemukan adanya tanda-tanda gangguan fungsi hati.
4. Plan :
DIAGNOSIS KERJA
-
TERAPI
-
Inj. Ranitidin 2 x 1 gr iv
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gr iv
Combivent 2 x 1 amp
RENCANA PENGOBATAN
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif
(awal) pasien mendapat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif ini diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negatif dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Jenis-jenis tablet FDC dikelompokkan menjadi 2, yaitu: FDC untuk dewasa dan FDC untuk
anak-anak. Tablet FDC untuk dewasa terdiri tablet 4FDC dan 2FDC. Tablet 4FDC mengandung 4
macam obat yaitu: 75 mg Isoniasid (INH), 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid, dan 275 mg
Etambutol. Tablet ini digunakan untuk pengobatan setiap hari dalam tahap intensif dan untuk
sisipan. Tablet 2 FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 150 mg Isoniasid (INH) dan 150 mg
Rifampisin. Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dalam tahap
lanjutan. Baik tablet 4FDC maupun tablet 2FDC pemberiannya disesuaikan dengan berat badan
5
pasien. Untuk melengkapi paduan obat kategori II tersedia obat lain yaitu: tablet etambutol @400
mg dan streptomisin injeksi (vial @750 mg).
Dosis dan aturan pakai FDC disesuaikan dengan berat badan pasien. Untuk pasien TB
dewasa yang masuk dalam kategori I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Berat Badan
selama 56 hari
30 37 kg
2 tablet 4FDC
2 tablet 2FDC
38 54 kg
3 tablet 4FDC
3 tablet 2FDC
55 70 kg
4 tablet 4FDC
4 tablet 2FDC
71 kg
5 tablet 4FDC
5 tablet 2FDC
Edukasi:
Pencegahan terhadap penyakit TB dapat dilakukan dengan hidup sehat dengan makan
makanan bergizi dan teratur, istirahat yang cukup, olah raga teratur, hindari rokok, minuman
beralkohol, hindari stress. Kemudian untuk mencegah terjadinya penularan TB, maka para pasien
TB diharapkan menutup mulut saat batuk dan tidak meludah di sembarang tempat. Usaha
pencegahan lainnya yaitu dengan melakukan imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang akan
memberikan kekebalan aktif pada penyakit TB. Selain itu menjaga daya tahan tubuh juga penting
dalam mengantisipasi penyakit TB. Dengan daya tahan tubuh yang kuat maka tidak mudah untuk
terserang infeksi oportunistik (TB).
Selain itu pasien TB juga diharuskan memiliki PMO (Pengawas Minum Obat) sehingga
dapat menjamin kepatuhan pasien dalam minum OAT. Pada pasien ini PMOnya adalah istri pasien
itu sendiri. Setiap pasien TB harus memiliki kartu pengobatan dan kartu identitas pasien. Kedua
kartu tersebut diperoleh saat pasien berobat di unit pelayanan kesehatan. Adapun fungsi kedua kartu
tersebut yaitu sebagai laporan terhadap hasil pengobatan pasien sehingga jalannya pengobatan dapat
terkontrol dengan baik.
6
KONSULTASI:
Konsultasi pada spesialis penyakit dalam diperlukan jika terdapat efek samping dari pengobatan TB
yang dilakukan dan terjadinya multi resisten terhadap obat.